Tuliskan tiga prinsip yang harus diketahui oleh penulis kritik dalam menyusun kritik

Pada materi sebelumnya kita telah belajar untuk membandingkan kritik dan esai. Dimana bukan saja dalam hal pengertian, tetapi juga tujuan penulisan, memiliki perbedaan. Kritik, sebagaimana kita ketahui, merupakan suatu ungkapan penilaian terhadap suatu karya dengan didasari analisis yang mendalam. Selain menilai, biasanya kritik sastra juga memiliki fungsi untuk mengkaji dan menafsirkan karya sastra secara lebih luas.

Sementara itu, esai adalah suatu cara pandang terhadap suatu objek atau peristiwa, dan ini tidak selalu terhadap karya. Menulis esai sangat penting untuk melatih kemampuan dalam dunia kepenulisan, karena di dalam esai inilah terkandung opini penulis yang disertai dengan teori ataupun data yang benar.

Meski begitu, satu hal yang pasti, bahwa dalam menyusun baik Kritik maupun Esai selalu ada langkah-langkah yang perlu diperhatikan. Dengan begitu, kita akan dapat menghasilkan suatu tulisan kritik maupun esai yang benar dan baik. Nah, seperti apa langkah-langkahnya?

Menyusun Kritik dan Esai

Dalam menyusun kritik yang baik dan benar, langkah pertama yang harus dilakukan adaah membaca atau mengamati dengan seksama karya sastra yang akan dikritiki. Hal ini bertujuan supaya apabila seorang kritikus sedang mengkritik ia sudah tahu pasti apa yang akan dikritik, sehingga tidak asal-asalan memberikan suatu kritikan.

Langkah kedua adalah membekali diri dengan pengetahuan akan karya sastra yang akan dikritisi. Sama seperti sebelumnya, membekali diri dengan pengetahuan akan suatu karya yang akan dikritisi akan memudahkan bagi kritikus dalam menyampaikan pendapatnya.

[Baca juga: Membandingkan Kritik dan Esai]

Ketiga, mengumpulkan data-data pendukung. Dimana data-data pendukung inilah nantinya yang akan memperkuat penilaian kritikus akan suatu karya. Apakah telah sesuai dengan fakta atau belum, dan sebagainya.

Saat mengkritisi sebuah karya sastra, seorang kritikus yang bijak juga wajib untuk tak sekedar mengungkap kelemahan karya tersebut, tetapi juga mengangkat kelebihannya. Dengan kata lain, kelemahan dan kelebihan harus seimbang.

Terakhir, kajian teori yang relevan. Kajian teori yang relevan diperlukan untuk mendukung penilaian seorang kritikus akan suatu karya tertentu.

Dalam mengidentifikasi unsur kritik sastra dan esai, ada beberapa hal yang perlu kita ketahui.Kritik 1. Terdapat kelebihan dan kekurangan 2. Bersifat objektif

3. Dilengkapi kajian teoriEsai

1. Menggunakan sudut pandang pribadi atau bersifat subjektif

2. Tidak hanya menilai karya, tetapi juga menilai kehidupan sehari-hari bahkan bisa imajinasi penulis

Contoh kritik sastra

Contoh esai dalam film “Batman”

Menulis Prinsip-prinsip Kritik dan Esai - Pembahasan materi kali ini diharapkan nantinya kalian akan mampu mengidentifikasi ciri-ciri kritik dan esai serta mengemukakan pendapat di dalamnya.
Kritik sastra dan esai merupakan suatu cabang dari ilmu sastra dalam pengadaan analisis, penafsiran, serta penilaian sebuah teks sastra. Orang yang melakukannya disebut kritikus sastra. Dia diharapkan memahami terlebih dahulu tentang ilmu sastra sebelum membuat sebuah kritik sastra. HB. Jassin pernah berpendapat bahwa kritik sastra adalah pertimbangan baik atau buruk suatu hasil karya sastra. Oleh karena itu, seorang kritikus sastra akan dianggap sebagai juru obat. Jika karya sastra telah diresensi oleh seorang kritikus terkenal, maka karyanya dianggap bermutu dan bernilai sastra tinggi.

HB Jassin. prinsip-prinsip penulisan kritik dan esai
Ciri-ciri kritik sastra dan esai yang baik adalah selalu mempertimbangkan empat komponen berikut ini.a. Data atau faktab. Inference atau kesimpulanc. Evaluasi atau judgmentd. Penilaian

Selain itu, juga harus didukung oleh intuisi penulis secara tajam dan kritis. Perhatikan contoh kritik sastra dan esai berikut ini.


Kebangkitan Tradisi Sastra Kaum Bersarung
Penulis: Purwana Adi SaputraSelama ini, entah karena dinafikan atau justru karena menafikan fungsinya sendiri, kaum pesantren seolah tersisih dari pergulatan sastra yang penuh gerak, dinamika, juga anomali. Bahkan, di tengah-tengah gelanggang sastra lahir mereka yang menganggap bahwa kaum santrilah yang mematikan sastra dari budaya bangsa. Di setiap pesantren, kedangkalan pandangan membuat mereka menarik kesimpulan picik bahwa santri itu hanya percaya pada dogma dan jumud. Mereka melihat tradisi hafalan yang sebenarnyalah merupakan tradisi Arab yang disinkretisasikan sebagai bagian dari budaya belajarnya, telah membuat kaum bersarung ini kehilangan daya khayal dari dalam dirinya. Dengan kapasitasnya sebagai sosok yang paling berpengaruh bagi transfusi budaya bangsa ini, dengan seenaknya ditarik hipotesis bahwa pesantrenlah musuh pembudayaan sastra yang sebenarnya. Kaum bersarung adalah kaum intelektualis yang memarjinalkan sisi imaji dari alam pikirnya sendiri. Pesantren adalah tempat yang pas buat mematikan khayal. Pesantren adalah institut tempat para kiai dengan dibantu para ustadnya menempa kepala para santri dengan palu godam paksa.

[Dikutip seperlunya dari Solopos, 5 Desember 2007]


Arie MP Tamba. langkah langkah menulis kritik dan esai

b. Contoh esai
Perda Kesenian dan Rumah Hantu
Oleh: Teguh W. SastroBeberapa waktu lalu Dewan Kesenian Surabaya [DKS] melontarkan keinginan agar Pemkot Surabaya memiliki Perda [Peraturan Daerah] Kesenian. Namanya juga peraturan, dibuat pasti untuk mengatur. Tetapi peraturan belum tentu tidak ada jeleknya. Tetap ada jeleknya. Yakni, misalnya, jika peraturan itu justru potensial destruktif. Contohnya jika dilahirkan secara prematur. Selain itu, seniman kan banyak ragamnya. Ada yang pinter [pandai] dan ada juga yang keminter [sok tahu]. Oleh karenanya, perten-tangan di antara mereka pun akan meruncing, misalnya, soal siapa yang paling berhak mengusulkan dan kemudian memasukkan pasal-pasal ke dalam rancangan Perda itu. Sejauhmana keterlibatan seniman di dalam proses pembuatan Perda itu, dan seterusnya. Itu hanya salah satu contoh persoalan yang potensial muncul pada proses pembuatan Perda itu, belum sampai pada tataran pelaksanaannya. Hal ini bukannya menganggap bahwa adanya peraturan itu tidak baik, terutama menyangkut Perda Kesenian di Surabaya. Menyangkut sarana dan prasarana, misalnya, bolehlah dianggap tidak ada persoalan yang signifikan di Surabaya. Akan tetapi, bagaimana halnya jika menyangkut mental dan visi para seniman dan birokrat kesenian sendiri?

[Dikutip seperlunya dari Jawa Pos, 30 Januari 2007]

Setelah Anda membaca dan memahami contoh kritik dan esai di atas, tentunya Anda dapat mengidentifikasi unsur-unsur dan ciri-ciri kritik dan esai tersebut. Untuk dapat menulis kritik dan esai dengan baik diperlukan latihan yang terus-menerus. Sebagai langkah-langkah menulis kritik dan esai perlu Anda perhatikan hal-hal berikut.a. Menentukan tema atau topik yang akan ditulis/dikritik.b. Mengumpulkan bahan-bahan referensi pendukung.c. Mengidentifikasi unsur-unsur yang mendukung dan yang kontra.d. Memilih unsur-unsur yang dapat mendukung tema.e. Memulai untuk menulis kritik atau esai.f. Membaca dan melakukan pengeditan ulang untuk revisi.g. Mengirimkan ke media massa cetak. Selain langkah-langkah di atas, secara konkret Anda dapat mengikuti langkah-langkah berikut ini.a. Menentukan temab. Menentukan bentuk tujuan tulisan [kritik atau esai].c. Mengumpulkan bahan dan mencari referensi yang mendukung.d. Membuat kerangka [kritik atau esai].e. Membuat isi [kritik atau esai].f. Penutup atau kesimpulan.
Pramoedya Ananta Toer. pengertian kritik dan esai beserta contohnya
Dengan langkah-langkah di atas, Anda dapat menulis kritik dan esai, baik di bidang sastra maupun nonsatra dengan baik. Untuk memperoleh kualitas yang baik, lakukan secara rutin untuk menulis kritik dan esai. Ide atau gagasan adalah pikiran utama atau pikiran pokok dalam suatu paragraf atau wacana. Setelah Anda melakukan penulisan kritik dan esai secara berkesinambungan, dapat menyampaikan ide dan gagasan dalam tulisan tersebut. Penuangan gagasan dalam suatu tulisan dapat dilakukan dengan penalaran berikut ini.
a. Penalaran deduktif, yaitu penalaran yang meletakkan pokok pikiran di awal paragraf.
b. Penalaran induktif, yaitu penalaran yang meletakkan pokok pikiran di akhir paragraf. Dengan kedua penalaran tersebut, ide dan gagasan yang ingin sobat tuangkan dalam kritik dan esai dapat lebih mudah dipahami pembaca secara jelas.

Sekian pembahasan mengenai Menulis Prinsip-prinsip Kritik dan Esai semoga bermanfaat


Kritik & Esai

Kritik diartikan sebagai kecaman atau tanggapan yang terkadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruknya suatu hasil karya [KBBI, 2005:601]. Dalam hal ini kaitannya dengan karya sastra, kritik sastra diartikan sebagai tanggapan atau respon pembaca terhadap hasil karya sastra, baik itu berupa karya puisi ataupun prosa seperti cerpen maupun novel. Kritik sastra ditulis secara sistematis dan di dalamnya terdapat penilaian baik buruk. Panjang pendeknya sebuah tulisan kritik tidaklah ditentukan. Kritik sastra bisa ditulis panjang atau pendek sesuai dengan kebutuhan dan kedalaman isi. Meskipun mengungkapkan pandangan penulis, kritik tetap harus ditulis secara objektif karena berlandaskan sebuah hasil karya yang real.

Esai diartikan sebagai karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas melalui sudut pandang pribadi penulisnya [KBBI, 2005:308]. Menurut H.B. Jassin, esai adalah uraian yang membicarakan bermacam ragam, tidak tersusun secara teratur tetapi seperti dipetik dari bermacam jalan pikiran. Dalam esai terlihat keinginan, sikap terhadap soal yang dibicarakan, kadang-kadang terhadap kehidupan seluruhnya. Sementara itu, pendapat dari Soetomo menyebut bahwa esai adalah sebagai karangan pendek mengenai suatu masalah yang kebetulan menarik perhatian untuk diselidiki dan dibahas. Pengarang mengemukakan pendiriannya, pikirannya, cita-citanya, atau sikapnya terhadap suatu persoalan yang disajikan.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat ditarik simpulan mengenai definisi esai yakni karangan berbentuk prosa yang mengungkapkan berbagai pandangan mengenai suatu masalah berdasarkan sudut pandang penulis. Berbeda dengan kritik, esai sastra lebih bersifat subjektif, uraiannya cenderung lebih pendek dibanding kritik sastra sebab hanya bersifat menerangkan dan esai sastra ini akan cenderung tidak teratur sistematikanya.

Kritik maupun esai sastra memiliki tujuan yang selalu sama, yakni mengekspresikan opini. Kritik sastra dan esai ini merupakan suatu cabang dari ilmu sastra dalam pengadaan analisis, penafsiran, serta penilaian sebuah teks sastra. Orang yang melakukannya disebut kritikus sastra. Dia diharapkan memahami terlebih dahulu tentang ilmu sastra sebelum membuat sebuah kritik sastra. HB. Jassin pernah berpendapat bahwa kritik sastra adalah pertimbangan baik atau buruk suatu hasil karya sastra. Oleh karena itu, seorang kritikus sastra akan dianggap sebagai juru obat. Jika karya sastra telah diresensi oleh seorang kritikus terkenal, maka karyanya dianggap bermutu dan bernilai sastra tinggi.

Ciri-ciri kritik sastra dan esai yang baik adalah selalu mempertimbangkan  empat komponen berikut ini.

1. Data atau fakta

2. Inference atau kesimpulan

3. Evaluasi atau judgment

4. Penilaian

Menulis Kritik Sastra

Untuk dapat menulis kritik dan esai dengan baik diperlukan latihan yang terus-menerus. Sebagai langkah-langkah menulis kritik dan esai perlu kalian perhatikan hal-hal berikut.

1. Menentukan tema atau topik yang akan ditulis/dikritik.

2. Mengumpulkan bahan-bahan referensi pendukung.

3. Mengidentifikasi unsur-unsur yang mendukung dan yang kontra.

4. Memilih unsur-unsur yang dapat mendukung tema.

5. Memulai untuk menulis kritik atau esai.

6. Membaca dan melakukan pengeditan ulang untuk revisi.

7. Mengirimkan ke media massa cetak

Prinsip- prinsip Penulisan Kritik dan Esai

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menulis kritik dan esai  suatu karya sastra, yaitu sebagai berikut.

  1. Setiap kritikus yang cakap harus memerhatikan berbagai hal yang terdapat  pada setiap karya sastra.
  2. Kecermatan dalam mengungkapkan berbagai hal yang terdapat dalam karya  sastra tersebut tergantung pada tingkat ketajaman perasaan kritikus.  
  3. Kritikus agar dapat menangkap kepribadian karya sastra harus melalui  rekreasi artistik.
  4. Kritikus harus tahu bahasa yang digunakan oleh sastrawan atau harus akrab dengan berbagai jenis gaya bahasa/idiom, komposisi, latar belakang kebudayaan.

Aspek dalam menulis kritik sastra dan esai

1.        Aspek historis, yaitu berkaitan dengan watak dan orientasi kesejarahan [mengungkapkan apa yang ingin diungkapkan sastrawan dan menafsirkan hasrat keinginan berdasarkan minat sastrawan serta latar belakang budayanya].

2.        Aspek rekreatif, yaitu menghubungkan apa yang ditangkap/yang telah diungkapkan sastrawan, menuliskan kesan-kesan tentang pengalaman rohani yang diperoleh dari karya sastra yang telah dibaca.

3.        Aspek penghakiman, yaitu berkaitan dengan nilai-nilai dan kadar artistiknya.

Kriteria penentuan nilai dalam menulis kritik sastra dan esai

1.      Estetik, yakni pencapaiannya sebagai karya seni.

2.      Epistemik, yakni tentang kebenaran-kebenaran.

3.      Normatif, yakni tentang arti kepentingan, keagungan, dan kedalamannya.

Referensi:

//guildofnavigators.forumotion.net/t24-backup-esai-dan-kritik-sastra

//www.scribd.com/doc/25268333/19/D-Menulis-Kritik-dan-Esai

Page 2

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề