Uraikan karakteristik topeng yang digunakan dalam tari Bali

LAPORAN PENCIPTAAN SENI LUKIS KARAKTERISTIK TOPENG BALI SEBAGAI INSPIRASI DALAM SENI LUKIS Oleh : Drs. I Gusti Ngurah Putra M.Si. NIP. 196008281992031002 FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2017 i

HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN PENCIPTAAN KARYA SENI Judul Penelitian : Karakteristik Topeng Bali sebagai Inspirasi sdjkskd:jdalam Seni Lukis Kode/Nama Rumpun Ilmu : 684/Seni Rupa Murni Bidang Penciptaan : Seni Lukis Peneliti a. Nama Lengkap : Drs. I Gusti Ngurah Putra, M.Si. b. NIP : 196008281992031002 c. Jabatan Fungsional : Lektor d. Program Studi : Seni Murni e. Nomor Hp : 0821 4755 0933 f. Alamat e-mail : Anggota Peneliti a. Nama Lengkap : b. NIDN : c. Perguruan Tinggi : Lama Penelitian Keseluruhan : 1 Tahun Biaya Penelitian Keseluruhan : Rp. 15.000.000,- Biaya Penelitian Diusulkan ke DRPM : Rp. 15.000.000,- Dana internal PT : - Dana instansi mitra : - Mengetahui Dekan Denpasar, 4 Juni 2017 Mengetahui Ketua Peneliti Dra. Ni Made Rinu, M.Si. NIP. 195702241988012002 Drs. I Gusti Ngurah Putra, M.Si. NIP. 196008281992031002 Mengetahui Ketua LP2M ISI Denpasar Dr. Drs. I Gusti Ngurah Ardana, M.Erg. NIP. 195412121984031003 ii

KATA PENGANTAR Dengan terselesaikan penelitian berjudul Karakteristik Topeng Bali sebagai Inspirasi dalam Karya Lukis ini dapat terselesaikan sesuai batas waktunya, pencipta memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Hyang Maha Esa [Ida Sang Hyang Widhi Wasa] berkat rahmatnya. Semoga tidak henti-hentinya beliau melimpahkan anugerahnya untuk pengabdian pencipta kepada lembaga dan masyarakat. Pencipta menyadari berbagai kekurangan dalam penulisan laporan ini, maka pada semua pihak dimohon bantuanya untuk memberi masukan dan informasi yang bersifat membangun guna diperlukan untuk penyempurnaan penulisan berikutnya. Pada kesempatan ini pencipta mengucapkan rasa terima kasih dan penghormatan kehadapan semua pejabat struktural, teman-teman dosen dilingkungan ISI Denpasar. Juga terima kasih pencipta ucapkan pada pihak-pihak yang telah membantu penulisan dan proses penciptaan, dalam hal ini tidak dapat pencipta sebutkan satu persatu. Semoga selalu dilindungi Tuhan Hyang Maha Kuasa atas budi baiknya. Tulisan ini sebagai beban tugas dari lembaga ISI Denpasar terhadap pencipta, semoga dapat bermanfaat. Denpasar, 4 Juni 2017 Pencipta Drs. I Gusti Ngurah Putra M.Si iii

ABSTRAK Keunikan Karakter Topeng Bali, dapat diklasifikasikan seperti topeng memanisan, wanita, keras, raksasa, dan babondresan. Ada bersifat religius magis mengandung nilai simbulis, topeng difungsikan sebagai penutup wajah untuk ditarikan dan ada pula bersifat profan hanya difungsikan sebagai hiasan semata. Dari berbagai karakter, sifat dan fungsi topeng yang menarik perhatian pencipta menjadi sumber inspirasi dapat menjadikan alasan untuk meneliti dan menulis sekaligus mencipta karya seni lukis. Lalu timbul masalah yaitu : [1] Bagaimana karya Topeng menjadi menarik menjadi sumber inspirasi penciptaan seni lukis. [2] Bagaimana pengungkapan jenis karakter topeng kedalam seni lukis. [3] Bagaimana teknik perwujudan karakter karya topeng terhadap karya seni lukis. Dalam proses ini pencipta menggunakan metode eksplorasi, improvisasi, pembentukan atau perwujudan karya dan evaluasi karya. Setelah karya terwujud maka perlu dievaluasi melalui penyelenggarakan pameran dengan harapan diapresiasi untuk mengetahui kesalahan atau kekurangannya. Sudah barang tentu untuk perbaikan dimasa beikutnya. Kata kunci : Topeng Bali, Inspirasi, Karya lukis. iv

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... vi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Batasan Masalah... 3 D. Tujuan dan Manfaat... 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA... 5 A. Landasan Teori... 5 B. Konsep Penciptaan... 6 BAB III METODE PENCIPTAAN... 9 A. Metodelogi Penelitian... 9 1. Metode Observasi Partisipatif... 9 2. Metode Wawancara... 9 3. Metode Dokumentasi.... 9 B. Metode Penciptaan... 10 1. Eksplorasi... 10 2. Improvisasi... 12 3. Pembentukan... 12 4. Evaluasi... 13 BAB IV ANALISIS KARYA... 14 A. Analisis Konsep... 14 B. Analisis Visual... 15 BAB V PENUTUP... 17 A. Kesimpulan... 17 B. Saran-saran... 17 DAFTAR PUSTAKA... 18 Lampiran-lampiran Lampiran 1 Anggaran dan Biaya... 19 v

Lampiran 2 Katalog Halaman Depan Pameran... 20 Lampiran 3 Personalia Penciptaan... 21 Lampiran 4 Curicullum Vitae... 21 vi

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Topeng Rangda... 8 Gambar 2.2 Topeng Bondres... 8 Gambar 2.3 Topeng Dalem/Raja... 8 Gambar 3.1 Sketsa susunan Topeng... 11 Gambar 3.2 Sketsa barong dan Topeng... 11 Gambar 4.1 Karya lukis berjudul Topeng... 16 vii 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam kehidupan bermasyarakat di Bali telah biasa berinteraksi dengan lingkungan masyarakat dan alam sekitarnya, saling keterkaitan sehingga merasa saling membutuhkan. Tentunya dari sisi akativitas religius keagamaan Hindu dalam keseharian umat pada aktivitas sering melibatkan kesenian. Salah satunya upacara Yadnya membutuhkan kesenian seperti musik gambelan, topeng, wayang, tarian rejang, lelontek bergambar, patung simbol Dewa atau [Pretima] dan lainya[triguna, 2003 : xiii]. Keberadaan ini sebagai potensi sangat kaya dan sering menjadi sumber inspirasi diangkat sebagai obyek berkarya seni lukis oleh para seniman dan ditampilkan tergatung dari masing-masing gaya atau coraknya. Dewasa ini kehidupan seni lukis Bali perkembanganya sangat subur dan dinamis, disatu sisi seni lukis klasik tetap hidup dan disisi lain muncul perubahan-perubahan yang menampilkan gaya baru dari seni lukis bergaya tradisional sampai seni lukis kontemporer. Para pelukis menunjukan kreativitas dan proses penciptaan yang sangat beragam menjadikan seni lukis Bali mencapai tingkat seni lukis Bali modern [Murdana, 2001 : 1]. Di daerah Ubud misalnya para pelukis merasa tidak pernah habisnya mendapatkan sumber inspirasi berkarya seni lukis mengangkat tema diseputar tarian Bali seperti tari Arja, tari Legong, tari Baris termasuk tarian Topeng. Seperti seniman lukis kondang yang satu ini yaitu I Nyoman Meja dari Taman Ubud, Gianyar paling doyan mengungkap tema Topeng di atas kanvasnya demikian pula dengan seniman yang lainya. Salah satunya keberadaan kesenian topeng baik dari pertunjukan dalam bentuk tarian maupun dari sisi mengenai jenis karakter topeng atau tapel itu sendiri. Kalau diperhatikan jenis-jenis topeng sebetulnya sangat unik dari zaman klasik yaitu topeng sebagai peninggalan benda purbakala seperti topeng terbuat dari emas dikerajaan Yunani Kono pada abad 12 SM merupakan topeng Raja Nestor dari Messenia,[Marni McGee, 2007 : 26]. Topeng diketemukan disekitar Nusantara adalah untuk menutup wajah manusia dengan kedok atau topeng yang diperagakan dalam tarian menimbulkan ketegangan atau suasana kesurupan atau Trance. 1

Penggambaran wajah kedok atau topeng tampil dalam bentuk stilasi wajah manusia, mahluk raksasa atau binatang. Motif topeng sudah ada sejak zaman prasejarah misalnya terdapat pada Moko atau nekara Bulan Pejeng dari Bali diketemui penggambaran wajah manusia yang terstilirisasi. Di Kalimantan suku dayak menerapkan topeng Hudoq, topeng yang menggambarkan wajah istri Raja ditarikan pada upacara adat, atau yang menggambarkan wajah seperti muka hewan babi atau se-ekor burung enggang merupakan lambang pemeliharaan dan pelindung untuk menghiasi benda berukir[sunaryo, 2009 : 46 ]. Topeng dalam karya seni rupa dari zaman purbakala berupa karya kriya batu padas di atas gerbang pintu masuk candi-candi di Jawa Tengah, Jawa Timur berupa Kala Makara, di Bali sama topeng fungsinya sebagai penjaga pintu gerbang disebut Karang Boma yang mana merupakan stilirisasi dari muka manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan atau alam raya secara universal. Merupakan penerapan topeng dari jaman dahulu kala sampai jaman sekarang diberbagai bidang atau tempat tertentu, misalnya topeng dapat dipasang atau disungguhkan sebagai penghias ruangan, hiasan tembok halaman rumah juga sering pencipta lihat penggunaan topeng pada film Doraemon bergaya Jepang ditayangkan pada acara hiburan anak-anak ditelevisi dan masih banyak lagi jenis dan fungsi topeng. Pemanfaatan topeng dalam pemahamanya berfungsi sebagai penutup muka atau wajah juga sebagai hiasan pada tempat tertentu terkadang dapat mengadung simbol atau makna tertentu pula. Pengertian topeng menurut Kamus besar bahasa Indonesia mengatakan bahwa topeng adalah penutup muka dibuat dari kayu, kertas, plstik dan sebagainya, menyerupai wajah manusia dan binatang.[ 958 : 1989 KBBI]. Topeng dalam bahasa inggris disebut mask yang artinya juga penutup wajah [KL Indonesia-Inggris, 1980 ; 292]. Pengertian topeng di Bali adalah penutup wajah atau tapel terbuat dari kayu dalam berbagai karakter, topeng dapat berwujud manusia terdiri dari karakter perumpuan, berwatak halus, keras, panakwan, danawa atau raksasa dan binatang. Dilihat dari sisi seni pertunjukan topeng dapat diperankan dalam berbagai macam watak dan karakter, jenis topeng seperti berperan Dalem atau Raja[Prabu], patih, perekan atau rakyat jelata dan babondresan. Khususnya topeng atau tapel sering digunakan oleh para penari teater seperti drama tari topeng sida karya atau topeng pajegan lengkap dengan kostum gaya Bali, iringan musik gong yang khas diketemukan di Bali, 2

berfungsi sebagai pengiring upacara dan upakara persembahan sajen[ Bandem, 1999 : 20]. Pencipta tertarik dengan tema karakter topeng-topeng yang berada di Bali dapat dipadang sesuatu kesenian yang unik dalam pengamatan keseharian sering disaksikan pada pentas dalam upacara yadnya Hindu juga sebagai benda hiasan dan fungsi lainya. Fenomena ini bagi pencipta merupakan potensi inspirasi sarad dengan makna untuk divisualkan dalam berkesenian melalui pengolahan elemen seni menjadi imajinasi dari mengendapan bathin perlu ditumpahkan pada media seperti kanvas dengan pendukung, warna, kuas, tinta, pena, palet dan sebagainya. Pencipta dalam mencipta karya lukis, mengangkat tema topeng dengan judul Karakteristik Topeng Bali sebagai Inspirasi dalam Seni Lukis B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana karya topeng dapat menarik untuk menjadi sumber inspirasi dalam penciptaan karya seni lukis. 2. Bagaimana mengungkapkan jenis karakter karya topeng kedalam karya lukisan. 3. Bagaimana teknik mewujudkan karakter karya topeng pada karya seni lukis. C. Batasan Masalah Permasalahan disini perlu dibatasi supaya tidak meluas maka batasanya pada penelitian mengenai jenis karakter topeng Bali meliputi motif gaya klasik, motif tradisi ditransformasikan ke bidang kanvas dengan bentuk-bentuk yang telah dideformasi kemudian dikemas menjadi karya lukisan dengan gaya pencipta sendiri. 3

D. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Tujuan penciptaan karya lukis ini adalah : a. Menuangkan endapan batin, menggali mengenai motif jenis karakter topeng Bali pada ruang penciptaan dan mengaplikasikan kedalam karya seni lukis. b. Untuk memenuhi tugas dan kewajiban Tridarma Perguruan Tinggi, salah satunya adalah penelitian. 2. Manfaat a. Melalui penciptaan ini dapat bermanfaat sebagai media untuk menuangkan endapan batin bergolak pada pencipta. b. Dengan penciptaan karya lukis ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam meningkatkan kreativitas baik dunia akademik lingkungan ISI Denpasar maupun di masyarakat umum. c. Penciptaan ini, hasil yang diharapkan dapat bermanfaat menjadi sumbangan informasi memperkaya kasanah budaya nasional Indonesia. 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori Dalam penelitian biasa melakukan penelusuran tulisan atau hasil penelitian berupa buku, tesis, jurnal, teks. Penelusuran hasil-hasil tersebut dikumpulkan yang berkaitan dengan penulisan ini sebagai materi atau sumber yaitu : Hasil penelitian Aryo Sunaryo tulisan berupa buku berjudul Ornamen Nusantara isinya banyak memuat tentang keberadaan motif-motif hiasan seantero Nusantara disini menguraikan keberadaan jenis motif Kalamakara tertempel didepan pintu gerbang candi sebagai benda purbakala baik yang di Jawa Tengah maupun di Jawa Timur termasuk yang di Bali disebut Boma seperti pada candi sewu, candi penataran, candi prambanan dan kalau di Bali candi di pura atau tempat ibadah umat Hindu dan tempat lainya. Penerapan motif-motif tersebut yaitu topeng hasil stilirisasi bentuk kepala raksasa, juga terkait dengan ulasan pencipta menyinggung topeng berkenaan dengan topeng raksasa[rangda], topeng sida karya dan topeng menyerupai binatang lainya. Ditemukan hasil penelitian terdahulu yang masih terkait dan relevan dengan penulisan pencipta sebagai kajian pustaka seperti hasil karangan Made Bandem dan Sal Murgiyanto dengan judul Teater Daerah Indonesia, tahun 1999 isinya memuat tentang kekayaan teater daerah di Indonesia di dalamnya meliputi seni pertunjukan bersifat sakral selalu dikaitkan dengan uapacara keagamaan khususnya umat Hindu juga teater tradisi dipertunjukan untuk balih-balihan atau tontonan semata. Tidak kalah pentingnya pertunjukan topeng juga sering terlibat sebagai pendukung upacara banyak terlihat jenis karakter topeng diperankan oleh para penarinya. Isi buku ini penting untuk menunjang ulasan dalam penulisan pencipta terkait dengan jenis karakter topeng dan nilai-nilai estetis karya seni lukis. Teks buku karangan I Wayan Dibia dengan judul Bondres dan Babondresan Dalam Seni Pertunjukan tahun 2013, menyinggung tentang peran bondres yang awalnya berfungsi sebagai penunjang teater berceritra arja, sedratari dan drama tari, namun dewasa ini fungsinya bergeser menjadi babondresan sering dimanfaatkan oleh politikus dalam komunikasi dengan masyarakat demi misi-misi politiknya. Dalam tari bondres sering menggunakan berbagai jenis topeg atau tapel 5

misalnya topeng Gigi rangap, bondres Cunguh pesek, bondres Bongol, topeng bondres Gelem, bondres Luh nglatir dan bondres Tua, topik topeng-topeng ini terkait dengan ulasan penelitian pencipta yaitu mengenai jenis karakter topeng nampak pada masing-masing topeng bondresan. Karya tulis Ketut Murdana berupa tesis tahun 2001 berjudul Nilai-nilai Estetik Seni Lukis Bali Modern Periode Tahun 1930-1980 isinya memuat tentang perkembangan seni lukis Bali perioda selama lima puluh tahun mulai dari ungkapan tema, gaya, teknik pada karya lukis seniman mengalami perkembangan sebagai hasil dari akulturasi dari budaya barat atau seniman barat dengan budaya timur yakni pelukis Bali mendapatkan pola baru yang berdampak menggeliatnya pada sektor pariwisata. Eksistensi kreataifitas para seniman klasik, tradisional dan seniman lukis modern lebih banyak menggali sumber-sumber ide justru berkiblat dari aktivitas masyarakat Bali Hindu tendensi pada kegiatan adat istiadat, kesenian meliputi tari-tarian kususnya tari topeng dan upacara keagamaan. Dalam bahasan tulisan ini terkait dengan ulasan pencipta menyinggung tentang analisis topik bahasan mengenai karakter karya topeng B. Konsep Penciptaan Menurut Koentjaraningrat mengatakan[1994 : 21] konsep adalah suatu rancangan atau ide yang telah ada dalam pikiran. Sedangkan pengertian penciptaan adalah mengadakan atau menjadikan[kbbi, 1988 : 169] sehingga dapat dirangkum menjadi atau merupakan sebuah proses untuk pencapaian suatu tujuan tertentu. Dalam pemahaman konsep penciptaan disini terkait dengan berkarya seni lukis, melalui mekanisme atau proses sesuai dengan target yang dinginkan. Konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah beberapa pengertian dasar secara langsung terkait dengan topik penelitian. Secara etimologis, istilah karakteristik diambil dari bahasa Inggris yakni characteristic, yang artinya mengandung sifat khas atau mengungkapkan sifat-sifat yang khas dari sesuatu. Dalam kamus lengkap psikologi karya Chaplin, dijelaskan bahwa karakteristik merupakan sinonim dari kata karakter, watak, dan sifat yang memiliki pengertian suatu kualitas atau sifat yang tetap terus-menerus dan kekal yang dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasikan seorang pribadi, suatu objek, 6

suatu kejadian. Jadi dari pengertian di atas sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Chaplin, dapat disimpulkan bahwa karakteristik itu adalah suatu sifat yang khas, yang melekat pada seseorang atau suatu objek. Terkait dengan pengertian Topeng Bali adalah topeng dibuat dari bahan jenis kayu kenanga dan kayu pule. Dalam prosesnya, melalui beberapa tahap, selain itu, adanya pakem tertentu dalam penggambaran sifat tokoh, membuat para perajin topeng harus memiliki keterampilan khusus untuk membuat topeng. Sedangkan untuk menyimak pengertian inspirasi adalah pengaruh membangkitkan kegiatan kreatif seperti seni melukis, pembimbing atau petunjuk yang diberikan Tuhan kepada orang yang saleh[1989 : 334]. Berkenaan dengan pengertian seni lukis, menurut Ensiklopedi umum mengatakan bahwa seni lukis adalah bentuk lukisan pada dua demensional berupa hasil dari pencampuran warna yang mengandung maksud, yakni menurut aliran realisme, naturalisme, impresionisme, suryalisme dan neoinpresionisme[pringodigdo, 1997 : 997]. Herbert Read [1975 :2] mengatakan bahwa seni lukis merupakan pengungkapan Garis, warna, tekstur, Ruang dan bentuk [shape] pada suatu permukaan yang dapat menciptakan image-image, emosi dan pengalaman yang dibentuk sedmikian rupa sehingga mencapai harmoni. Jadi pegertian judul Karakteristik topeng Bali sebagai inspirasi kedalam seni lukis merupakan kekhasan topeng bali dapat memberikan pengaruh, oleh karena kandungan nilai-nilai dan keunikanya sebagai sumber inspirasi terhadap seniman seni lukis. Secara teoritis dapat diasumsikan baik dari kajian kepustakaan dan konsep penciptaan pada kajian ini dapat disintetikan untuk dapat saling mendukung pada proses penulisan dan berkarya seni. Dipandang demikian kuatnya karisma topeng Bali memancarkan pibrasinya menjadikan gaya tarik tersendiri sebagai sumber inspirasi berkarya seni. Sehingga penciptapun ingin mengungkap berbagai keunikan kesenian topeng yang tidak pernah merasa bosan mengangkatnya dan mentransformasikan kedalam karya seni lukis. 7

Topeng rangda adalah merupakan hasil stilirisasi bentuk muka raksasa diyakini berfungsi sebagai pelindung dari ancaman marabahaya masyarakat pendukungnya. Topeng bondresan, bibir sumbing ini adalah sebagai salah satu sampel topeng lucu dapat membuat orang tertawa. Topeng Dalem adalah sebagai penguasa dan pemegang kebijaksanaan dalam pemerintahan di jaman kerajaan. 8

BAB III METODELOGI DAN PENCIPTAAN A. Metodelogi Penelitian Dalam melakukan penelitian pencipta melakukan tidakan secara inventif menggunakan teknik kualitatif yang diperlukan. Menurut Branen[2004 : 11] dalam penelitian kualitatif peneliti menggunakan diri sebagai instrumen, mengikuti asumsi-asumsi kultural. Dalam hal ini peneliti fleksibel dalam upaya mendapatkan data dari informan perajin, penari dan penjual [pemilik art shop] topeng juga data berupa teks seperti buku, jurnal, katalog dan lainya. Jenis data kuantitatif adalah terkait dengan banyaknya sampel topeng baik yang besar sampai sampel kecil berfungsi sebagai barang hisan diperlukan dan data kualitatif terkait dengan jenis karakter topeng yang diteliti. Metode penelitian yaitu teknik mengumpulkan data obsevasi, wawancara, dokumentasi, bersifat kualitatif yang diperlukan. 1. Metode Observasi Partisipatif Penerapan metode ini adalah pencipta melakukan pengamatan sekaligus melibatkan diri dilapangan untuk menemukan interaksi latar belakang sosial ekonomi, eksistensi terhadap pemeran topeng baik selaku perajin, penari, penjual dan kolektor dalam hal ini memperoleh data dan informasi diperlukan untuk penulisan laporan ini. 2. Metode Wawancara Pada metode ini dilakukan pertama adalah pencipta ingin menggali untuk memperoleh data secara akurat dan utuh terhadap subyek diteliti. Yang kedua apa yang ditanya kepada informan bisa mencakup hal-hal yang bersifat lintas waktu yang berkaitan dengan masa lampau dan masa sekarang, mengajukan pertanyaan-pertanyaan mendalam berkaitan dengan data diperlukan. 3. Metode Dokumentasi Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data skunder dengan mencari bahan pustaka dari beberapa buku atau literatur untuk mencari teori dan imfomasi lainya, berkaitan dengan penelitian. Sugiyono [2007, 329] mengatakan bahwa dokumen merupakan catatan pristiwa yang sudah berlalu 9

yang berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Jadi dokumen pencipta perlukan yaitu dapat berbentuk sampel topeng kayu, film, foto-foto, katalog terkait dengan penelitian. B. Metode Penciptaan Sebagai seniman dalam penciptaan karya seni melalui proses tertentu untuk mendapatkan hasil karya memiliki kualifikasi berbobot, sebagai acuan, paling tidak meliputi tiga tahap yaitu tahap eksplotrasi, tahap rancangan dan tahap perwujudan karya. 1. Eksplorasi Ada seniman melakukan ekplorasi atau mengadakan penjelajahan kelapangan mengadakan tindakan pergaulan dengan masyarakat khususnya pendukung seni. Pencipta melakukan pengamatan kelapangan terhadap sasaran obyek subyek yang menjadikan pendukung konsep penciptaan karya. Yaitu terhadap para pelaku seni itu misalnya seniman perajin terutama proses produk topeng dengan mengamati berbagai jenis-jenis karakter topeng. Kemudian pengamatan terhadap seniman tari berkaitan dengan sikap-sikap memerankan topeng dalam penjiwaan peranya, ketika mempertunjukan tari-tarian dalam mendukung upacara keagamaan kususnya. Ditujukan pada seniman seni lukis dalam hal ini adalah pencipta bagaimana menanggapi fenomena tersebut, terkait dengan aktifitas mencipta karya untuk dapat diaplikasikan kedalam berkarya seni lukis. Ini adalah proses menangkap obyek subyek dengan membandingkanya dari pengalaman-pengalaman pencipta berinteraksi dimasyarakat. Meliputi berbagai sektor prilaku sosial kultural dan spiritual dan kesemuanya menajadi bahan endapan imajinasi lebih-lebih dapat dikolaborasikan dari penjelajahan medium digunakan. Semua ini menjadi adonan yang lebih komplek merancang konsep menciptaan sebuah karya seni. 10

Gamabr 3.1 Susunan Topeng Gambar 3.2 Sketsa Barong dan Topeng 11

2. Improvisasi Dalam berbagai kegiatan eksplorasi sebagai tahap awal untuk mematangkan konsep karya memerlukan kontemplasi yang cukup panjang untuk memperoleh kemungkinan nilai-nilai estetis dari ide atau gagasan. Dengan membuat rancangan lalu mengadakan esperimen-eksperimen sketsa dengan warna-warna trasparan secara kontinu. Disamping menganalisis kemungkinan penerapan medium yang disesuikan akan digunakan. Penjelajahan dimungkinkan pula bersikap kreatif mengembangkan sketsa-sketsa mengungkap [lihat gambar sketsa, 3.1] dan divisualisasikan juga mengabstraksikan konsep berkenaan dengan eksistensi karya lukis nantinya. Langkah sketsa adalah suatu kreasi menuangkan ide dengan mencoba mengolah mengkobinasikan berbagai bentuk bidang yang ada lalu dikontrol secara selektif. Gerak garis dinamis mengikuti pola sketsa sekalipun terkadang tidak persis dengan sketsa awal, namun acuan dari sketsa tetap terpilih dalam menentukan arah konsep sebelumnya. Sebab konsep adalah rancangan alur ceritra yang terbentuk terkadang mengandung simbol-simbol tertntu dituangkan guna menyampaikan pesan. Berkarya seni melukis memang sering melakukan kontemplasi menghayati sesuatu menjadi susunan garis, bidang, ruang, warna dan komponen lainya. Menukik pada topik disini menterjemahkan motif dan jenis karakter topeng yang ada di Bali adalah kegiatan mentransfer berbagai komponen yang ada di dalamnya, kemudian dimenajemen secara terukur di atas bidang kanvas dengan mekanisme orientasi menempatkan komposisi proporsi yang seimbang. 3. Pembentukan a. Tahap perwujudan merupakan pengaktualisasi sketsa-sketsa kedalam media atau bidang gambar. Dan ini merupakan proses pemindahan sketsa dengan goresan yang spontan dan terstruktur, terpilih sesuai dengan judul ditentukan kebidang kanvas. Memerlukan keahlian keterampilan profesional menuangkan konsep untuk ketahap proses pembentukan berkarya. Mulai dari pemilihan medium yang tepat untuk mendapatkan kualitas karya yang baik, disamping nilai seni dan artistik. Dari sketsa dielaborasi yang menjadi awal menentukan bidang, ruang, 12

tekstur dan kesempatan membubuhkan warna-warnanya diatas bidangbidang dipermukaan kanvas. b. Tahap analitik adalah tahap pengembangan menunjukan tanda-tanda analitik menjadi susunan garis, bidang, ruang, tekstur pada bidang lukisan tanpa menampakan perspektif namun harmoni pada tampilan Centre of intrece dan disisi bidang lain gradasi permainan warna-warna tone atau terang galap tampak jelas. c. Berikutnya tahap sintetik adalah adanya deformasi dan tendensi melepas bentuk-bentuk asli menjadi bentuk-bentuk bidang yang digayakan sesuai dengan kekhas pribadi pencipta. Mensintetikan antara warna cat minyak dengan akrilik dikolaborasi dan teknik sapuan-sapuan kuas spontan dapat memunculkan bintik-bintik sejenis pointilis, menimbulkan efek estetis menakjubkan. Pada bagian bidang-bidang tertentu secara tidak langsung bisa menjadikan pengimbang bidangbidang lainnya. Perpaduan bidang satu dengan yang lainya yang saling bersinggungan besar dan kecil, demikian tampilan warna kontras dapat menimbulkan dinamika gerak pada kompleksitas saling mendukung secara harmoni. 4. Evaluasi Evaluasi adalah kegiatan penilaian suatu karya. Dengan cara melakukan pengamatan terhadap karya atau mengapresiasi secara seksama dari keseluruhan wujud karya meneliti kelebihan atau kekurangan keberadaan karya mengacu wawasan seni rupa dan pada nilai estetika. Ada lagi dengan melakukan kegiatan menyelenggarakan pameran yaitu menampilkan karya untuk dapat diapresiasi langsung dalam ruang dan waktu oleh penikmat. 13

BAB IV ANALISIS KARYA A. Analisis Konsep Dewasa ini banyak seniman bermunculan di Bali khususnya. Seniman seni pertunjukan, seperti seniman tari, seniman musik, sastra, seni rupa demikian juga seni yang lainya, mengalami perkembangan sangat pesat. Tumbuh berdampingan dengan eksistensi adat-istiadat, alat dan prasarana upacara, simbol-simbol keagamaan, ceritra mitologi seperti Mahabrata, Ramayana dan Tantri bernafaskan agama Hindu dapat mengilhami para seniman mencipta karya seni. Tidak ketinggalan pula Alam, cagar budaya dan kesenian Bali dapat menginspirasikan para seniman berkarya dengan misi dan ambisinya masing-masing. Ambil saja seni pertunjukan misalnya tari-tarian yang include dengan iringan musiknya, secara tradisi telah mewarisi dari generasi tedahulu sampai sekarang. Tari baris, jauk, legong, pendet, jangger, barong, tari topeng dan masih banyak tari lainya. Diantaranya tari topeng dapat pencipta telusuri ternyata ditemui beragam keberadaanya ada topeng berukuran besar dengan panjang lebih dari satu meter dan sebaliknya ada pula topeng yang sangat kecil fungsinya sebagai benda suvenir. Demikian jenis dan karakter topeng sangat banyak ada karakter keras, manis, lembut dan angker bersifat sakral mengandung makna simbolis juga ada bersifat profan untuk benda hiasan semata. Disamping nampak unik topeng bisa dilihat dari sisi sosial, ekonomi, kultural dan religius pada topeng tertentu. Keberadaan ini layak disimak, dipresentasikan diberbagai media. Namun disini oleh karena pencipta adalah perupa sehingga dapat memaparkan seperti karakter wajah halus misalnya topeng Dalem warna putih kalem mencerminkan kebijakan tokoh Raja [lihat gambar 2.3]. Wajah karakter keras, warna orannye kecoklatan mencerminkan ksatrya, tegas disiplin yaitu para patih dan adipati [Bandem, 1999: 23]. Demikian karakter lembut warna putih sayu seperti para wanita keraton, bidadari dari Khayangan. Karakter Denawa atau raksasa warna coklat gelap mencerminkan figur keras, galak dan sombong. Namun ada topeng angker berupa raksasa [rangda] yang bersetatus Dewa atau Bhatara [lihat gambar 2.1] biasanya dihormati atau disungsung oleh masyarakat pendukungnya. Ada juga karakter topeng berupa 14

rakyat jelata diperankan sebagai topeng lucu atau babondresan yaitu lakon humoris [lelucon] warna bisa beragam, namun bentuk wajah topeng dibuat agak aneh nyeleneh seperti tanda-tanda pada gigi, hidung, bibir, pipi, mata dan lainya menunjukan ada yang kurang atau abnormal sehingga kelihatan kasat mata lucu. Pada seni pertunjukan include dengan musiknya yaitu gong lengkap dengan kostum topeng gaya Bali. Bondresan awalnya berperan sebagai pendukung ceritra drama tari dan bondresan paling nampak pada pentas topeng pajegan atau topeng sida karya dalam fungsi pelengkap upakara apacara Yadnya Agama Hindu. Namun masa sekarang bondresan telah dialih fungsikan menjadi mebondresan artinya melakukan kegiatan melucu hal ini juga dapat dimanfaatkan sebagai media untuk kepentingan politik, niaga, media mengkritik atau sindiran terhadap pihak tertentu. Oleh karena media ini dianggapnya paling cocok dan menarik perhatian masyarakat [Dibia, 2013 : 58]. Uniknya adalah ketika bondresan mempresentasikan lewat tarian berbagai jenis topeng lucu misalnya karakter topeng bondresan bibir sumbing [lihat gambar 2.2], gigi jongos, hidung mancung masing-masing menunjukan karakter lucu, lebih lagi pemeran tari topeng yang memang kocak dengan gayanya dapat menyesuaikan bentuk karakter topeng itu sendiri. B. Analisis Visual Dari sekian pemaparan fenomena di atas sangat menarik perhatian pencipta mengadopsi jenis dan karakter topeng sebagai sumber inspirasi dan diterjemahkan kedalam bahasa rupa sesuai konsep dalam memvisualisasikanya mengikuti alur menerapkan sketsa-sketsa. Sejumlah gambar topeng dalam bentuk ada yang besar ada pula yang kecil. Dinamika penataan sedemikian rupa dipermukaan bidang kanvas. Bidang gambar topeng masing-masing dibubuhi warna sesuai selera. Untuk memberikan kesan variasi dan ada bidang-bidang tertentu dapat dikontur dalam maksud untuk memberikan penekanan atau aksen untuk mempertajam antara ruang dan bidang supaya nampak lebih jelas. Pada kesempatan ini pencipta mempresntasikan gaya sendiri merupakan hasil deformasi bentuk bidang, warna, tekstur dan karakter masing-masing topeng dengan posisi dan komposisi ada dijejeran secara vertikal bisa juga penataan topeng dengan barisan horizontal. Tampak sangat dinamik dengan mengadakan ruang-ruang kosong demikian 15

sebaliknya menyisipkan goresan-goresan garis meander pendek beragam warnawarni bisa membantu memberikan efek tone atau kesan terang gelap untuk menunjukan keunikan. Penerapan warna kontras cerah saling melawan, menggunakan sistem kolaborasi cat minyak dengan akrilik teknik sapuan-sapuan kuas secara ekspresif dan tumpang tindih bisa menghasilkan pernik-pernik beragam warna dapat pula membentuk tekstur ringan. Secara keseluruhan pada permukaan kanvas penuh permainan warna dominasi warna coklat diimbangi dengan warna lain seperti biru, hijau, kuning nampak harmonis dan artistik. Disini dapat pencipta perlihatkan salah satu karya lukis berjudul Topeng telah dipamerkan di Neka Art Museum Ubud Bali tahun 2016. Hasil ciptaan Karya lukisan judul Topeng. Media kolaborasi cat minyak dengan akrilik, ukuran 130 x 100 cm. Gambar 4.1 Topeng 16

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Topeng memiliki beragam jenis kerakter, justru dalam keberagaman itu didapatkanya berbagai keunikan sehingga banyak seniman terpikat menaruh perhatian terhadap topeng baik seniman tari maupun seniman rupa. Seniman itu terdiri dari kelompok seniman tradisi juga seniman kontemporer banyak melirik berkenaan dengan karakter topeng dapat menginspirasikan imajinasi seniman mencipta karya seni, diungkap dalam berbagai gayanya sendiri. Pencipta dapat memvisualkan karakter topeng dengan kemampuan mengolah elemen seni memanajeman memanfaatkan medium adanya, mempermainkan berbagai jenis warna, menampakan dinamika gerak garis, bidang, ruang dan tekstur menjadikan buah karya seni lukis dan mampu menunjukan nilai estetis menggugah psikologis para penikmat. B. Saran-saran Untuk semua pihak baik pemerintah maupan masyarakat, berbagai benda budaya kita warisi mesti lestariakan dengan baik. Seperti pada topik bahasan ini ialah berkenaan dengan topeng, merupakan bagian untuk kasanah budaya, jangan sampai punah, mulai dari klasifikasi kesenian bersifat yang klasik dilestarikan pada posisinya, demikian kesenian tradisi juga dijaga dengan porsinya, kesenian yang bersifat modern perlu dikembangkan seirama dengan perekembangan jaman. Hal ini mesti kita jaga bersama nilainya dan didokumentir dalam rangka mengukuhkan ajeg Bali sampai untuk di kemudian hari. 17

DAFTAR PUSTAKA Aizid, Rizem, Kitab Sejarah Terlengkap Peradaban-peradaban Dunia Dari Sebelum Masehi Hingga Modern, Laksana, Jogyakarta, 2014. Bandem, I Made, Teater Daerah Indonesia, Pustaka Budaya, Denpasar, 1999. Dermawan T Agus, Arie Smite Hikayat Luar Biasa Tentara Penembak Cahaya, Gramedia, Jakarta, 2016. Dibia, I Wayan, Bondres Dan Babondresan Dalam Seni Pertunjukan Bali, Kerjasama Yayasan Wayan Geria Singapadu Yayasan Sabha Budaya Hindhu Bali, 2013. Murdana, I Ketut, Thesis Nilai-Nilai Estetik Seni Bali Modern, ITB, Bandung, 2001. Prawira, Nanang Ganda, Benang Merah Seni Rupa Modern, Satunusa, Bandung, 2016. Sumarjo Jakob, Pelacakan Hermeneutis Terhadap Artefak-Artefak Kebudayaan Indonesia, Arkeologi Budaya Indonesia, 2002. Sunaryo, Aryo, Ornamen Nusantara, Kajian Khusu Tentang Ornamen Indonesia, Dahara Prize, Denpasar, 2009. Tullah Riyan Hidayah. Kurniawan Agung, Estetika Seni, Arttex, 2016. Wirawan, Komang Indra, Keberadaan Barong Dan Rangda Dalam Dinamika Religius Msyarakat Hindhu Bali, Paramita, Surabaya, 2016. Yudabakti, I Made & Watra I Wayan, Filsafat Seni Sakral Dalam Kebudayaan Bali, Paramita, Surabaya, 2007. Yudha Triguna I.B.G, Estetika Hindu Dan Pembangnan Bali, Program Magister Ilmu Agama Dan Kebudayaan Universitas Hindu Indonesia, Widya Dharma Denpasar, 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Balai Pustaka,1989. //www.mascasia.fr/galerie/mascasia-topeng-masque-mask-sida-karyaindonesia-bali-gianyar-tb14-01-01.jpg //s-media-cacheak0.pinimg.com/736x/eb/d2/5d/ebd25d20bc28cf7d4f7a2c60bdbadac2.jpg, //1.bp.blogspot.com/9wrdqeius6k/unwwu64mlzi/aaaaaaaaagk/cp Ar95GuU6I/s1600/mascasia-topeng-masque-mask-bondres-kicir-8211-bibihcungih-indonesia-bali-gianyar-tb12-15-01.jpg, //s-media-cacheak0.pinimg.com/originals/ec/68/20/ec682045724914b083458d76a85a489d.jpg, //www.google.co.id/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd=&cad =rja&uact=8&ved=0ahukewjs_qwcoatuahvloi8khd99c2yqjbwiba&url =http%3a%2f%2fcagarbudaya.kemdikbud.go.id%2fregmus%2fdoc%2fmuseu m%2f13%2f15755%2f1104.jpg&psig=afqjcngj4treid1vongifqzdibwoqn 3rmQ&ust=1496667932694556, 18

Lampiran-Lampiran Lampiran 1 Anggaran biaya 1. Honorarium Honor/ Kuantitas Hari Honor/ Tahun Honor hari [Rp] [Rp] 3.500.000 Tenaga penelitit 100.000 1 35 Fotografer 500.000 1 1 500.000 Sub Total [Rp] 4.000.000 2. Pembelian Bahan Habis Pakai Material Justifikasi Pembelian Kuantitas Harga Satuan [Rp] Harga Total [Rp] Spidol Buku kerja Mencatat 1 bh 100.000 100.000 data Fotocopy Buku 5 bh 50.000 250.000 referensi Fotocopy Laporan 10 bh 50.000 500.000 Spidol Menulis 1 ktk 250.000 250.000 Penjilidan Laporan 10 bh 10.000 100.000 Jurnal Publikasi 5 eks 200.000 1.000.000 Catred Print 1 bh 500.000 500.000 Tinta Printer Print 1 pkt 500.000 500.000 Kertas HVS Print 3 rim 100.000 300.000 Map besar Arsip 3 bh 100.000 300.000 Buku kerja Mencatat 1 bh 100.000 100.000 data Sub total [Rp] 4.000.000 3. Perjalanan Material Justifikasi Kwantitas Harga satuan [Rp] Biaya/Tahun [Rp] Transport Survei 10 hr 200.000 2.000.000 Konsumsi Survei 10 hr 40.000 400.000 Konsumsi Mengerjakan 15 hr 40.000 600.000 Laporan Sub total [Rp] 3.000.000 4. Sewa Material Justifikasi Kwantitas Harga satuan Rp] Biaya/ Tahun [Rp] Sewa mobil Survei 10 hr 400.000 4.000.000 Sub Total [Rp] 4.000.000 TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN [Rp] 15.000.000 19

Lampiran 2 Katalog Halaman Depan Pameran 20

Lampiran 3 Personalia Penciptaan PERSONALIA PENCIPTAAN 1. Pencipta a. Nama Lengkap & Gelar : Drs. I Gusti Ngurah Putra, M.Si. b. Gol/Pangkat/NIP : IIId/Pembina Tk. I /196008281992031002 c. Jabatan Fungsional : Lektor d. Jabatan Struktural : - e. Fakultas/ Program Studi : FSRD/ Seni Murni f. Perguruan Tinggi : ISI Denpasar g. Bidang Keahlian : Seni Rupa Murni [Visual Art] h. Waktu untuk Penciptaan : 11 [Sebelas] jam per minggu 2. Susunan Tim Pencipta: Penciptaan Perorangan a. Tenaga Laboratorium/Teknisi : 1 orang b. Pekerja Lapangan : 1 orang Lampiran 4 Curicullum Vitae CURICULLUM VITAE 1. IDENTITAS DIRI Nama : Drs. I Gusti Ngurah Putra, M.Si. NIP./NIDN : 196008281992031002 Tempat dan Tgl lahir : Bedulu, 28 Agustus 1960 Jenis Kelamin : Laki-laki Status Perkawinan : Kawin Agama : Hindu Pangkat/Golongan : Pembina Tk.I/IIId Jabatan Akademik : Lektor Bidang Ilmu : Seni Rupa Murni Unit Kerja : Institut Seni Indonesia Denpasar Alamat Rumah : Ds/Br. Tengah Bedulu, Blahbatuh, Gianyar, Bali HP : 0821 4755 0933 E-mail : 2. RIWAYAT PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI Tahun Lulus Program Pendidikam Institusi 1989 S1 Universitas Udayana Universitas 2015 S2 Udayana Denpasar Jurusan/Program Studi Seni Rupa dan Desain Kajian Budaya 21

3. PELATIHAN PROFESIONAL Tahun Jenis Pelatihan [Dalam/Luar Negeri] 2009 Latihan Ketrampilan Manajemen Mahasiswa Tingkat dasar Universitas Warmadewa 2009 Peluncuran dan Bedah Buku Pendidikan Sebagai Ideologi Budaya 2009 Dalam Rangka Ceramah Akademik oleh Direktur Akademik Ditjen Dikti dengan Tema Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi [KBK] dalam rangka Peningkatan Mutu Akademik Perguruan Tinggi 2011 Pelatihan Integritas bagi Aparat Pelayanan Publik di lingkungan Pemerintah Kota Denpasar Provinsi 2013 Workshop yang Mengambil Topik Film Dokumenter Nasional 2015 Lokakarya Paradigma Baru Manajemen Pengelolaan Kelas Berorientasi Metode Pembelajaran Berbasis Mahasiswa Tahun 2015 2015 Pelatihan Pembelajaran Kurikulum Pendidikan Tinggi Program Applied Approach [AA] 2016 Dalam Kegiatan Workshop Penulisan Naskah Jurnal Bereputasi Internasional Penyelenggara Universitas Warmadewa Program Studi Magister dan Doktor Kajian Budaya Universitas Udayana Universitas Warmadewa Denpasar Bali Kerjasama Universitas Warmadewa dengan BAPPENAS RI, Pemerintah Kota Denpasar, dan Kemitraan Program Studi Televisi dan Film Institut Seni Indonesia Denpasar Pusat Pengembangan Pendidikan Aktivitas Instruksional [P3AI] LP2M Institut Seni Indonesia Denpasar Pusat Pengembangan Pembelajaran Aktivitas Instruksional [P3AI] Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat [LP2M] ISI Denpasar Kerjasama dengan Universitas Udayana Universitas Warmadewa Denpasar Bali Jangka Waktu 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 2 hari 1 hari 5 hari 1 hari 22

4. RIWAYAT PENELITIAN Tahun Judul Penelitian Peran Sumber Dana 1989 Motif Hias Kerajinan Tenun Mandiri Pribadi Songket Di Bali 1994 Proses Kreasi Seni Lukis I Nyoman Meja 2006 Kerajinan Kelongsong Peluru Di Desa Kamasan Klungkung 2007 Seni Lukis Kamasan Dalam Menghadapi Tantangan Pembangunan Era Modern 2007 Upacara Potong Gigi Sebagai Simbolis Menetralisir Musuh Dalam Diri 2009 Karya Lukis I Ketut Budiana Kajian Dari Estetika Tradisional Dan Modern 2015 Karya Lukis Dewa Putu Mokoh Pasca Rudolf Bonnet Di Desa Mas, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar Mandiri Proyek Oprasi dan Perawatan Fasilitas STSI Denpasar Mandiri Pribadi Mandiri Pribadi Mandiri Pribadi Mandiri Dana DIPA Institut Seni Indonesia Denpasar Ketua Pribadi 2017 Topeng Mandiri Pribadi Ket 23

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề