10 cara terbaik untuk bunuh diri 2022
1. Gantung Diri Sampai Mati! Spoiler for "gantung diri: Tapi kalau menurut saya ini cara yang paling menyiksa diri karena harus menunggu benar-benar tidak bernafas. Pada saat tergantung, pelaku akan mengalami sesak nafas dan sakit luar biasa di daerah leher dan tengkuk. Mata
bakal keluar karena kesakitan, sehingga saat mau ditutup matanya tidak bisa karena badan sudah kaku dan dingin, lidah melelet (kayak anjing). Setelah itu perut dan dada akan kejang karena diafragma berkontraksi dengan hebat untuk menghirup udara, dan ini sangat menyakitkan. Diafragma yang over kontraksi ini pula yang menyebabkan pelaku mengeluarkan sperma bahkan fases di duburnya. Secara refleks, pelaku biasanya tidak tahan lalu mencoba melepaskan diri, sekalipun sudah terlambat.
Kemungkinan hidupnya memang sudah terlalu sering digantung. Digantung oleh ketidakpastian dan harapan-harapan kosong yang tidak pernah menjadi nyata. Harapan untuk keluar dari garis kemiskinan. Harapan untuk mendapat kehidupan yang layak. Harapan untuk mendapat pekerjaan yang lebih baik. Dan sejuta harapan-harapan lain yang hanya akan tertinggal menjadi harapan-harapan kosong baru untuk anak dan istrinya. 2. Memotong Nadi Dengan Silet Sampai Mati! Spoiler for
"potong bebek": Nah ini juga tetap saja menyiksa diri, karena kita harus menunggu 1 jam buat darah kita habis kemudian mungkin nanti kepalan akan terasa pusing/pening baru pingsan dan mati deh. Mayoritas orang bunuh diri dengan menggunakan cara ini berharap bisa meninggal karena kehabisan darah. Tetapi hal ini cukup konyol, karena tubuh memiliki mekanisme untuk kembali memproduksi darah saat ada darah keluar. Sehingga pelaku akan ‘lama mati’ jika bunuh diri
dengan cara ini, yaitu rata-rata sekitar 45 menit bahkan lebih. Pada proses yang cukup lama ini pelaku akan merasa nyeri dan sakit yang luar biasa, pertama di tangan, lalu di sekujur tubuh. Berkurangnya jumlah darah secara drastis menyebabkan pelaku sangat kedinginan, lemas, dan kesemutan di sekujur tubuh. Biasanya juga disertai sakit kepala luar biasa karena berkurangnya transfer darah ke otak. Mati seperti ini cuman buat kotor kamar mandi dengan darah. Kemungkinan mereka ingin
membuktikan bahwa silet itu benar-benar tajam. Bisa juga karena penasaran apakah darah mereka berwarna biru atau merah? Yang jelas rasanya bakal menyakitkan dah coba saja tes tangan anda saat disayat pisau ? 3. Terjun dari Ketinggian Dalam beberapa kasus, cara ini juga cukup efektif. Tetapi sebaiknya pelaku menjatuhkan diri dari ketinggian lebih dari 20 meter atau setara dengan gedung 5 lantai. Diusahakan pula dasar lantai terbuat dari bahan keras, seperti semen atau beton. Lantai
dari tanah, air, sungai, atau rumput, apalagi yang ada pohonnya harusdihindari karena bersifat elastis dan meredam benturan.Yang membuat repot, agar efektif pelaku harus jatuh dengan posisi kepala di bawah. Posisi ini sangat sulit terutama bagi orang yang tidak terlatih untuk terjun bebas. Berat kepala lebih ringan dari tubuh sehingga kepala cenderung terdorong ke atas pada saat melayang. Posisi yang tidak sempurna saat terjun menyebabkan pelaku tidak mati seketika saat terjatuh di lantai
dasar, sering didapati pelaku masih bernafas 1 hingga 10 menit sesudah jatuh. Sering dijumpai pula pelaku masih berusaha menggerak-gerakkan tubuhnya, mengerang, bahkan berteriak sekalipun tulang-tulangnya remuk, danini tentu sangatmenyakitkan.Lebih sakit lagi jika ternyata pelaku tersebut menjatuhkandiri dari ketinggian yang tidak seberapa, biasanya hanya tulang-tulang tertentu saja yang patah dan organ-organ tubuhnya masih normal. Karena tidak mati maka pelaku akan segera ditolong oleh
orang-orang di sekitarnya. Cerita selanjutnya bisa ditebak, sakit yang amat panjang akan pelaku rasakan saat dirawat di rumah sakit. gak kebayang bukan sakitnya kalau gagal! 4. Bakar Diri Sampai Hangus! Kalau cara ini harus menunggu 10 menit baru kalian mati. Lalu jika seandainyasebelum 10 menit apinyasudah padam pasti kalian masih hidup tapi kalian cacat dan jelek (gosong). Bakar diri dinilai sebagai cara yang paling bodoh untuk bunuh diri. Seperti yang diketahui, 60% tubuh
manusia terdiri dari air. Hal inilah yang membuat manusia sulit terbakar. Tidak percaya? coba lumasi kelingking dengan bensin dan bakarlah, maka kurang dari 2 menit api itu mati dengan sendirinya. Fakta membuktikan bahwa 90% orang yang membakar dirinya tidak mati, justru ia akan merasa sakit yang luar biasa saat dirawat di rumah sakit. Memang pelaku tetap bisa mati, tetapi membutuhkan waktu sekitar 20 menit. Itu pun jika apinya tidak mati lebih dulu. Pada saat 20 menit itu pelaku akan
merasakan panas dan sakit yang luar biasa, bahkan saking sakitnya sering dijumpai pelaku tidak tahan dan berusaha memadamkan api saat proses berlangsung. Kebanyakan orang gagal bunuh diri dengan bakar diri karena apinya sudah mati sedangkan orangnya belum mati. Pada saat pelaku ‘gagal mati’ inilah sakit yang amat sangat akan dirasakan, bergerak pun tidak bisa, apalagi melanjutkan proses bunuh diri. Pelaku tetap hidup karena seluruh organ tubuh masih normal, biasanya hanya kulit dan mata saja
yang rusak karena api. Tapi sayangnya cara ini amat menyakitkan. Bayangkan setiap lapisan kulit kita harus dihanguskan hingga lapisan dalam atau organ tubuh dalam hangus baru kita mati.. Berapa lama coba penderitaannya? Iya kalau bakarnya dengan api yang besar sekali. Kalau bakar dengan menyiramkan badan dengan bensin atau minyak tanah saja?? Lama baru matinya.. Penderitaannya itu lho?? korban pasti akan merasakan panas dan kesakitan yang sangat luar biasa. 5. Minum Racun Serangga
Sampai Mati! Dalam hal ini yang paling populer tentu merek Baygon cair. Mau Baygon rasa apa?? ada lavender, ekstra lemon, atau jeruk. Entah apa yang membuat baygon ini dipilih oleh para bunuh diri. Padahal di sana jelas-jelas tertulis obat serangga, tapi masih diminum juga.Atau bisa jadi mereka tidak bisa membedakan tulisan antara Baygon dengan Mizone yang warnanya hampir mirip. Sebab kabarnya, angka buta huruf di Indonesia masih cukup tinggi. Hanya mereka dan Tuhan yang tahu.
Tahukah anda bagaimana tubuh berkontraksi secara hebatnya ketika racun tersebut sudah menjalar ke tubuh anda ? Untuk menghentikan kerja seluruh komponen tubuh diperlukan proses yang sangat menyakitkan diri orang tersebut.Pelaku akan mati dalam waktu agak lama, bisa lebih dari satu jam. Semua tergantung dari racun apa yang diminum. Biasanya pelaku merasa sakit luar biasa di perut, mual-mual, dan diare. Sakit kepala luar biasa juga akan dialami yang diiringi dengan lemasnya tubuh karena darah yang
mengental. Seseorang yang mengalami ini biasanya tidak tahan lalu mulai mencari pertolongan. 6. Menenggelamkan Diri Sendiri Kedalam Air Sampai Mati! Entah mengapa kok mau-maunya menenggelamkan diri sendiri.Karena kepanikan yang luar biasanya semakin tenggelam, air masuk hidung dan mulut. Pertamaakan melihat air yang keputihan, lalu menjadi kekuningan. Hampir pingsan dan mulai gelap. Cara ini memang cukup efisien dan tidak terlalu menyakitkan? Asalkan anda siap paru-paru anda hancur
akibat menahan nafas terlalu lama. 7. Tidur di Rel Kereta Api Sambil Menabrakkan Diri! Meskipun mengerikan dan ekstrim tapi ini cara yang tepat untuk mati dalam seketik!!? Gimana tidak seketika, mati hanya dalam hitung detik. Tapi kebanyang kan saat anda menonton tv tentang berita pembunuhan yang kasusnya korbanya di mutilasi/dipotong-potong bagian tubuhnya? Kan susah juga kalau gitu? Anda mau mati dengan cara tubuh anda terpisah-pisah? 8. Tembak Kepala dengan Pistol
Ekstrim! Ini adalah salah satu cara bunuh diri yang paling banyak di amerika. Kalau menurut saya ini paling ribet walau kelihatan mudah tapi ini lumayan ribet. Emang anda bisa dapat dari mana senjata (pistol)? Kalau cara yang ini memang butuh modal dan keberanian. Modalnya harus menyiapkan senjata api. Keberaniannya harus meng-shoot senjata pada diri sendiri.Karena kalau gemetaran pada waktu nembak, bisa-bisa kita tetap selamat tapi wajah udah hancur lebur.. Kan repot. di bawah kerumah
sakit di operasi sakitnya malah 2x lipat gak jadi mati hah! 9. Menyumbat Aliran Nafas Sampai Mati! Dengan tersumbatnya aliran oksigen membuat sistem tubuh akan berkontraksi sedikit demi sedikit. Pertama-tama yang diserang adalah syaraf motorik anda atau otak, baru kemudian dilanjutkan dengan organ dalam tubuh dan terakhir adalah kulit atau organ luar tubuh. Walaupun prosesnya cukup singkat namun efek yang dikeluarkan membuat kita akan sangat tersiksa terutama pada saat kontraksi
pada bagian dalam tubuh.. Jantung akan berdetak dengan tidak normal, sampai kita akan seperti kejang-kejang karena tak ada asupan oksigen.. tubuh akan secara alamiah berontak katena kerja otot juga akan tidak bisa dikendalikan disebabkan syaraf motorik kita juga telah rusak. Dan akhirnya sedikit demi sedikit namun pasti akan membunuh anda. Yah mungkin ini cukup efisisen sih, tapi apa anda yakin bisa menahan sakit selama berjam-jam, coba saja anda tutup hidung anda selama 10 menit ? Pasti sudah
gak tahan!. 10. Minum Obat Sampai Over Dosis! Bagi orang-orang putus asa, mati oleh tangan mereka sendiri atau melalui penggunaan obat-obatan dipandang sebagai pelarian dari semua masalah dan rasa sakit. Yah kalau anda mati? Kalau gak mati kan malu sendiri! Sakitnya pasti tambah parah kalau ketahuan keluarga/teman pasti segera dilarikan ke rumah sakit, udah gagal pasti nantinya bikin malu keluarga wah! sumber: http://huns-tu.heck.in/cara-bunuh-di...-tidak-m.xhtml 04-10-2015 00:05 wisvanovic dan cccc17 memberi reputasi Diubah oleh Bisbet 04-10-2015 00:07 Kaskus Addict Posts: 2,350 04-10-2015 00:06 Kaskus Maniac Posts: 9,251 04-10-2015 00:07 Kaskus Addict Posts: 1,088 04-10-2015 00:08 Queennara011 memberi reputasi Kesehatan sekilasLihat versi terbaru. Konten yang diarsipkanInformasi yang diidentifikasi sebagai arsip disediakan untuk tujuan referensi, penelitian atau pencatatan. Ini tidak tunduk pada standar web pemerintah Kanada dan belum diubah atau diperbarui sejak diarsipkan. Tolong "hubungi kami" untuk meminta format selain yang tersedia. DiarsipkanHalaman ini telah diarsipkan di web. Statistik Katalog Kanada no. 82-624-xby Tanya Navaneelan Mulai kotak teks Highlight
Akhir kotak teks Bunuh diri adalah penyebab utama kematian dini dan dapat dicegah. Diperkirakan, bahwa pada tahun 2009 saja, ada sekitar 100.000 tahun potensi kehidupan yang hilang dari orang Kanada di bawah usia 75 tahun sebagai akibat dari bunuh diri. Penelitian menunjukkan bahwa penyakit mental adalah faktor risiko terpenting untuk bunuh diri; dan bahwa lebih dari 90% orang yang melakukan bunuh diri memiliki gangguan mental atau adiktif.1,2 Depresi adalah penyakit yang paling umum di antara mereka yang meninggal karena bunuh diri, dengan sekitar 60% menderita dari kondisi ini.3,4 Tidak ada penentu tunggal, termasuk penyakit mental, sudah cukup untuk menyebabkan bunuh diri. Sebaliknya, bunuh diri biasanya dihasilkan dari interaksi banyak faktor, misalnya: penyakit mental, gangguan perkawinan, kesulitan keuangan, memburuk kesehatan fisik, kerugian besar, atau kurangnya dukungan sosial.5 Artikel ini menyajikan statistik terbaru tentang bunuh diri, 6 melihat terutama tren dan variasi berdasarkan jenis kelamin, usia dan status perkawinan. Sumber utama data adalah database kematian statistik vital Kanada.7 Mulai kotak teks Highlight Canadian Vital Statistics Death Database collects demographic and cause of death information annually from all provincial and territorial vital statistics registries on all deaths in Canada.20 Suicide data from this source are somewhat under-reported due to the difficult nature of classifying suicide and the time lag in determining this as the cause of death, which may vary from year to year and from one region to another.17,18,19,21 Akhir kotak teks Bunuh diri adalah penyebab utama kematian dini dan dapat dicegah. Diperkirakan, bahwa pada tahun 2009 saja, ada sekitar 100.000 tahun potensi kehidupan yang hilang dari orang Kanada di bawah usia 75 tahun sebagai akibat dari bunuh diri.Penelitian menunjukkan bahwa penyakit mental adalah faktor risiko terpenting untuk bunuh diri; dan bahwa lebih dari 90% orang yang melakukan bunuh diri memiliki gangguan mental atau adiktif.1,2 Depresi adalah penyakit yang paling umum di antara mereka yang meninggal karena bunuh diri, dengan sekitar 60% menderita dari kondisi ini.3,4 Tidak ada penentu tunggal, termasuk penyakit mental, sudah cukup untuk menyebabkan bunuh diri. Sebaliknya, bunuh diri biasanya dihasilkan dari interaksi banyak faktor, misalnya: penyakit mental, gangguan perkawinan, kesulitan keuangan, memburuk kesehatan fisik, kerugian besar, atau kurangnya dukungan sosial.5 Artikel ini menyajikan statistik terbaru tentang bunuh diri, 6 melihat terutama tren dan variasi berdasarkan jenis kelamin, usia dan status perkawinan. Sumber utama data adalah database kematian statistik vital Kanada.7 Database Kematian Statistik Vital Kanada mengumpulkan demografis dan penyebab informasi kematian setiap tahun dari semua pendaftar statistik vital provinsi dan teritorial pada semua kematian di Kanada.20 Data bunuh diri dari sumber ini agak kurang dilaporkan karena sifat sulit mengklasifikasikan bunuh diri dan waktu tersebut lag dalam menentukan ini sebagai penyebab kematian, yang dapat bervariasi dari tahun ke tahun dan dari satu wilayah ke wilayah lain.17,18,19,21 Age-standardized suicide rate, per 100,000, by sex, Canada, 1950-2009 Laki -laki melakukan bunuh diri pada tingkat yang lebih tinggi daripada wanita Pada tahun 2009, ada sekitar 238.000 kematian di Kanada, di mana 3.890 dikaitkan dengan bunuh diri. Ini mengakibatkan tingkat bunuh diri 11,5 kematian per 100.000 orang. Selama tahun itu, total 2.989 pria melakukan bunuh diri (17,9 kematian per 100.000) dibandingkan dengan 901 wanita (5,3 kematian per 100.000). Seperti yang ditunjukkan oleh data ini, laki -laki tiga kali lebih mungkin untuk bunuh diri daripada wanita. Tingkat bunuh diri pria yang jauh lebih tinggi adalah pola jangka panjang di Kanada. Pada semua titik dalam waktu selama 60 tahun terakhir, laki -laki memiliki tingkat bunuh diri yang lebih tinggi daripada wanita (bagan 1). Untuk kedua jenis kelamin, tingkat bunuh diri tetap cukup stabil pada 1950-an kemudian terus meningkat antara 1960-an dan 1980-an di mana memuncak pada tahun 1983 pada 15,1 per 100.000 (tingkat standar usia) .8 Sejak itu, tingkat telah turun menjadi 10,7 kematian per 100.000 pada 2009 pada tahun 2009) .8 . Sementara tingkat bunuh diri pria umumnya menurun sejak 1999, tingkat perempuan tampaknya telah stabil.Bagan Tingkat Bunuh Diri Standar 1age, per 100.000, berdasarkan jenis kelamin, Kanada, 1950-2009 Kematian karena bunuh diri, harus dicatat, hanya mencerminkan sebagian kecil dari upaya bunuh diri. Diperkirakan bahwa untuk setiap bunuh diri yang telah selesai ada sebanyak 20 upaya.9Angasi laki -laki lebih cenderung meninggal karena bunuh diri, wanita tiga hingga empat kali lebih mungkin untuk mencobanya.10,11 Selanjutnya, wanita dirawat di rumah sakit karena percobaan bunuh diri 1,5 kali lebih sering daripada laki -laki.12 Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh fakta bahwa perempuan cenderung menggunakan metode yang lebih sedikit, 5 seperti keracunan-penyebab paling umum dari penerimaan rumah sakit yang melukai diri sendiri-laki-laki yang lebih luas cenderung menggunakan metode yang lebih keras seperti menggantung dan senjata api (bagan 2) .12 Percentage distribution of method used in suicide, by sex, Canada, 2000-2009 (ten year average) Meskipun gantung telah menjadi metode bunuh diri yang paling umum, itu menurun seiring bertambahnya usia; 55% dari 15 hingga 39 tahun meninggal akibat gantung, dibandingkan dengan 30% dari mereka yang berusia 60 dan lebih tua. Persentase bunuh diri yang melibatkan senjata api, di sisi lain, meningkat seiring bertambahnya usia; 12% dari 15 hingga 39 menggunakan senjata api, dibandingkan dengan 26% dari mereka yang berusia 60 dan lebih tua (bagan 3). Variabilitas dalam metode ini juga meningkat seiring bertambahnya usia. Sementara kebanyakan anak muda (15 hingga 39 tahun) melakukan bunuh diri dengan menggantung, ada variabilitas yang lebih besar dalam metode mereka yang berusia 40 tahun ke atas. Bagan 3 persen distribusi metode yang digunakan dalam bunuh diri, oleh kelompok umur, Kanada, 2000-2009 (rata-rata sepuluh tahun) Percentage distribution of method used in suicide, by age group, Canada, 2000-2009 (ten year average) Tingkat bunuh diri tertinggi terjadi selama paruh bayaKetika kematian bunuh diri diperiksa di seluruh kelompok umur, orang berusia 40 hingga 59 tahun memiliki tingkat tertinggi (bagan 4). Empat puluh lima persen dari semua bunuh diri pada tahun 2009 (1.769 dari total 3.890) berada dalam kelompok usia ini, dibandingkan dengan 35% untuk mereka yang berusia 15 hingga 39, dan 19% untuk mereka yang berusia di atas 60 tahun. Ini telah a Tren persisten di Kanada, namun kontras dengan tren bunuh diri di banyak negara lain di mana tingkat bunuh diri cenderung meningkat dengan usia.2,9 Bagan 4Suisida per 100.000, berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin, Kanada, 2009 Suicides per 100,000, by age group and sex, Canada, 2009 Bunuh diri adalah penyebab utama kematian pada orang mudaBunuh diri adalah salah satu penyebab utama kematian bagi orang -orang dari segala usia. Pada tahun 2009, peringkatnya sebagai penyebab kematian kesembilan di Kanada. Di antara mereka yang berusia 15 hingga 34 tahun, bunuh diri adalah penyebab utama kematian kedua, hanya didahului oleh kecelakaan (cedera tidak disengaja). Karena mereka umumnya tidak mati karena penyebab alami, bunuh diri merupakan persentase yang relatif besar dari semua kematian untuk kelompok usia yang lebih muda (15 hingga 34). Setelah usia 35, bunuh diri sebagai proporsi semua kematian mulai menurun karena penyebab lain menjadi lebih umum (Bagan 5). Bagan 5Suisida sebagai persentase dari semua kematian, berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin, Kanada, 2009 Suicides as a percentage of all deaths, by age group and sex, Canada, 2009 Pada 2009, 202 orang berusia 15 hingga 19 bunuh diri. Ini mewakili hampir seperempat (23%) dari semua kematian dalam kelompok usia ini, naik dari 9% pada tahun 1974. Proporsi kematian bunuh diri yang relatif lebih tinggi untuk kelompok usia ini disebabkan oleh penurunan tingkat kematian secara keseluruhan, tren yang didorong terutama oleh Penurunan kematian yang tidak disengaja yang terus menjadi penyebab utama kematian untuk anak berusia 15 hingga 19 tahun. Meskipun ada kemajuan dalam mengurangi kematian akibat kecelakaan, bagaimanapun, tingkat bunuh diri untuk kelompok usia ini tidak berubah secara signifikan selama periode ini (bagan 6). Bagan 6age-spesifik kematian dengan tingkat bunuh diri dan kecelakaan, per 100.000, usia 15 hingga 19, Kanada, 1974 hingga 2009 Age-specific mortality with suicide and accident rates, per 100,000, ages 15 to 19, Canada, 1974 to 2009 Orang yang sudah menikah adalah yang paling tidak cenderung bunuh diriBagi pria dan wanita, orang yang sudah menikah adalah kelompok yang paling tidak mungkin bunuh diri. Orang lajang (tidak pernah menikah) adalah yang paling mungkin, pada tingkat 3,3 kali lebih tinggi, diikuti oleh janda dan bercerai (bagan 7). Pria lajang jauh lebih mungkin meninggal karena bunuh diri daripada mereka yang sudah menikah. Di antara wanita, janda memiliki tingkat bunuh diri tertinggi. Dukungan sosial dan persahabatan yang diberikan oleh pernikahan mungkin merupakan kondisi penting yang membantu mengurangi kemungkinan bunuh diri.13 Perbedaan menurut status perkawinan sebagian dapat memperhitungkan tingkat bunuh diri yang lebih tinggi di antara orang berusia 40 hingga 59 tahun ketika orang beralih dari menikah ke bercerai dan janda. Sementara pernikahan memberikan efek perlindungan di semua kelompok umur, tingkat bunuh diri di antara yang bercerai dan janda sangat tinggi bagi mereka yang berusia 40 hingga 59 tahun. Orang yang bercerai dalam kelompok usia ini memiliki tingkat bunuh diri 1,7 kali lebih tinggi dari orang yang bercerai dari usia lainnya. Janda juga tampaknya memiliki efek yang lebih besar pada setengah baya; Tingkat bunuh diri pada janda berusia 40 hingga 59 tahun adalah 2,1 kali lebih tinggi daripada untuk janda 60 dan lebih tua. Akhirnya, orang lajang 40 hingga 59 memiliki dua kali lipat tingkat bunuh diri dibandingkan dengan single usia lainnya. Bagan 7age Tingkat Bunuh Diri Standar, dengan Status Perkawinan dan Seks, 2007 Age-standardized suicide rates, by marital status and sex, 2007 Penelitian sebelumnya telah menemukan hubungan antara perpecahan pernikahan (atau hubungan bersama) dan peningkatan risiko depresi, gangguan kesehatan mental yang paling umum di antara orang-orang yang melakukan bunuh diri.14 Mengingat hubungan antara gangguan perkawinan dan depresi, dan Hubungan antara depresi dan bunuh diri, tingkat bunuh diri diplot dengan tingkat perceraian untuk periode 1950-2008. Garis tren menunjukkan pola yang sama (bagan 8). Temuan ini konsisten dengan penelitian lain yang telah menemukan korelasi antara bunuh diri dan perceraian di Kanada.15,16 Bagan 8Divorce dan tingkat bunuh diri, per 100.000, Kanada, 1950 hingga 2008 Divorce and suicide rates, per 100,000, Canada, 1950 to 2008 Selama tahun 1950 -an, angka perceraian dan bunuh diri cukup stabil, tetapi keduanya mulai meningkat selama tahun 1960 -an. Pada tahun 1968, Parlemen mengesahkan Undang-Undang Perceraian yang menetapkan undang-undang perceraian tingkat federal. Pada tahun berikutnya tingkat perceraian meningkat sebesar 128%, dan seperti yang ditunjukkan oleh bagan 8, tingkat bunuh diri bergerak ke arah yang sama. Pada tahun 1986 Undang -Undang Perceraian diubah, mengurangi waktu tunggu dari tiga tahun pemisahan menjadi satu. Ini mengakibatkan tahun 1987 memiliki tingkat perceraian tertinggi dalam sejarah Kanada. Peningkatan perceraian ini diparalelkan dengan peningkatan tingkat bunuh diri. Setelah lonjakan tahun 1987 dalam tingkat perceraian, baik tingkat perceraian dan bunuh diri telah mengalami penurunan yang sama. RingkasanMenggunakan statistik vital untuk mengeksplorasi berbagai aspek bunuh diri di Kanada telah menunjukkan bahwa laki -laki jauh lebih cenderung melakukan bunuh diri daripada wanita. Melihat bunuh diri berdasarkan kelompok umur untuk kedua jenis kelamin, tingkat bunuh diri tertinggi ditemukan pada mereka yang berusia 40 hingga 59 tahun. Namun, bunuh diri peringkat kedua sebagai penyebab utama kematian bagi orang berusia 15 hingga 34 tahun. Melihat kematian bunuh diri dengan status perkawinan terungkap secara signifikan Tarif yang lebih rendah untuk orang yang sudah menikah, dan ada paralel yang meyakinkan antara tren historis untuk bunuh diri dan perceraian. Temuan ini akan mendapat manfaat dari penelitian lebih lanjut. Tanya Navaneelan adalah seorang analis di Divisi Statistik Kesehatan. Penulis ingin mengakui Shiang Ying Dai, Teresa Janz, Bob Kingsley, Brenda Wannell dan Patricia Wood atas kontribusi mereka. Referensi
|