2 bagaimana suasana dalam puisi berjudul derai derai cemara karya chairil anwar
Academia.edu no longer supports Internet Explorer. To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
Puisi Derai-Derai Cemara, karya Chairil Anwar. Cemara menderai sampai jauh Terasa hari akan jadi malam Ada beberapa dahan ditingkap merapuh Dipukul angin yang terpendam Aku sekarang orangnya bisa tahan Sudah berapa waktu bukan kanak lagi Tapi dulu memang ada suatu bahan Yang bukan dasar perhitungan kini Hidup hanya menunda kekalahan Tambah terasing dari cinta sekolah rendah Dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan Sebelum pada akhirnya kita menyerah 1949 a. Tema : Dari puisi karya Chairil Anwar diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tema yang terkandung di didalamnya adalah tentang fase perubahan dalam diri manusia, perhatikan pada bait pertama baris yang berbunyi Terasa hari akan jadi malam menurut penyusun makna yang tersirat darinya adalah mengenai perubahan manusia menuju usia tua, kemudian penyair menegaskannya kembali pada bait selanjutnya yaitu pada baris yang berbunyi Sudah berapa waktu bukan kanak lagi Baris tersebut menegaskan si aku yang sudah bukan kanak-kanak. Penyair kemudian menyimpulkan puisinya pada bait ke-3 pada baris yang berbunyi Hidup hanya menunda kekalahan kemudian Sebelum pada akhirnya kita menyerah. menyerah terhadap takdir dan menyerah terhadap hidup itu sendiri. b. Rasa : Pada puisi diatas sikap penyair terhadap objek (objeknya mengenai perubahan dalam manusia) adalah sedih, sikap itu dapat terasa dari tiap bait dalam puisi diatas. Pada bait pertama si aku sadar hidupnya sudah tidak muda lagi, tersirat dalam baris Terasa hari akan jadi malam, lalu pada bait kedua penyair menjelaskan bahwa si aku sudah dapat menahan diri, menahan emosi pada baris yang berbunyi Aku sekarang orangnya bisa tahan, kemudian keterangan yang menegaskan kembali bahwa ia sudah tidak muda Sudah berapa waktu bukan kanak lagi, kemudian pada bait terakhir penyair menyimpulkan semuanya dalam baris yang berbunyi Hidup hanya menunda kekalahan .kemudian Sebelum pada akhirnya kita menyerah. c. Nada : Pada puisi diatas sikap penyair terhadap pembaca adalah iba atau lebih tepatnya mengadu, perhatikan bait ke -2 disana terdapat pernyataan mengenai si aku yang sudah berubah dan tidak seperti dahulu. Bait ke-2 : Aku sekarang orangnya bisa tahan Sudah berapa waktu bukan kanak lagi Tapi dulu memang ada suatu bahan Yang bukan dasar perhitungan kini d. Diksi : Pilihan kata yang digunakan pada puisi diatas cenderung sederahana dan terkesan dingin, sehingga pembaca seakan di bawa ke suasana menderita. Coba perhatikan beberapa pilihan kata yang khas tersebut diantaranya, Terasa hari akan jadi malam penyair menggunaakan perumpamaan yang tepat dalam menggambarkan perubahan manusia menuju kepada sang maut. e. Pengimajinasian : Dari puisi diatas dapat dirasa beberapa pengimajinasian sepeti visual yang dapat memicu imajinasai pembaca membayangkan hal itu, dan imajinasi taktil yang dapat memilcu bangkitnya perasaan pembaca yang kemungkinan sama dengan perasaan penyair saat menyusun puisi tersebut. Imajinasi visual dapat dirasakan pada bait ke-1. Disana pembaca akan dapat membayangkan sebuah pohon cemara dalam suasana senja menuju malam, dan beberapa dahannya merapuh Bait ke-1 : Cemara menderai sampai jauh Terasa hari akan jadi malam Ada beberapa dahan ditingkap merapuh Dipukul angin yang terpendam Imajinasi taktil dapat disarasakan pada bait ke-3. Disana pembaca akan lebih digiring kepada imajinasi perasaan, karena pada bait tersebut dominan menggunakan kata sifat dan kata kerja dibanding kata benda. Perhatikan. Bait ke-3 : Hidup hanya menunda kekalahan Tambah terasing dari cinta sekolah rendah Dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan Sebelum pada akhirnya kita menyerah f. Kata Konkrit : Pemilihan kata yang dilakukan penyair sangat lugas dan jelas, seperti pernyataan Terasa hari akan jadi malam yang pasti langsung merujuk kepada perubahan menuju akhir, entah itu kaitannya dengan hidup ataupun pada makna yang sebenarnya. g. Gaya Bahasa : Pada puisi Derai-Derai Cemara karya Chairil Anwar diatas cenderung tidak macam macam dan sederhana, namun terdapat beberapa baris disana yang menggunakan gaya bahasa atau majas perhatikan pada baris Cemara menderai sampai jauh kemudian Dipukul angin yang terpendam. Pada kedua baris diatas penyair menggunakan gaya bahasa personifikasi yaitu penggambaran mengenai benda mati atau seolah-olah memiliki sifat layaknya manusia. h. Irama : Pada puisi diatas penyair menggunakan ritme yang damai dan mendayu dayu. Walaupun dalam puisi diatas terdapat pernyataan yang menegaskan bahwa ia sudah berubah, namun tetap dalam ritme yang damai. i. Rima : Dari puisi diatas terdapat pengulangan bunyi diantaranya rima berselang (a,b,a,b), Sebuah ciri khas Chairil Anwar yang selalu memperhatikan rima dalam setiap puisi-puisinya. Perhatikan kembali tiap baris dalam puisi Derai-Derai Cemara diatas yang akhirannya berpola a,b,a,b. j. Tipografi : Penampang dalam puisi Derai-Derai Cemara, pada dasarnya seperti puisi-puisi baru pada umumnya, pengungkapannya sudah bebas namun masih memperhatikan aturan aturan puisi lama. Seperti pada jumlah baris yang sama pada tiap baitnya, kemudian pengulangan bunyi atau rimanya yang berpola berselang a,b,a,b seperti ciri khas pada pantun. k. Amanat : Pesan yang disampaikan penyair, kurang lebih seperti ini kehidupan manusia hanyalah perjalanan yang keras untuk ditempuh dan setiap manusia akan mati dengna tenang bila apa yang diharapkannya tercapai.
Oleh Riyon Fidwar* PENDAHULUAN
ANALISIS
Karya :Chairil Anwar
Terasa hari akan jadi malam ada beberapa dahan ditingkap merapuh dipukul angin yang terpendam aku sekarang orangnya bisa tahan sudah berapa waktu bukan kanak lagi tapi dulu memang ada satu bahan yang bukan dasar perhitungan kini hidup hanya menunda kekalahan tambah terasing dari cinta sekolah rendah dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan sebelum pada akhirnya kita menyerah 1994
DAFTAR PUSTAKA Anwar, Chairil. 1991. Aku Ini Binatang Jalang. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama ~~~~~~~(diedit oleh Pamusuk Eneste )~~~~~~~~~~ Nurgiyantoro, Burhan. 1994.Teori Pengkajian Fiksi.Yogyakarta: Gajah Mada University Press Teeuw, Andres. 1983.Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Pradopo, RahmatJoko. 2000. PengkajianPuisi: Analisis Strata Norma dan Analisis Struktural dan Semiotik.Yogyakarta: Gajah Mada University Press |