5 penyebab kematian remaja tahun 2022 2022

Jakarta - Menurut data Kepolisian, di Indonesia, rata-rata 3 orang meninggal setiap jam akibat kecelakaan jalan. Data tersebut juga menyatakan bahwa besarnya jumlah kecelakaan tersebut disebabkan oleh beberapa hal, yaitu : 61 % kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia yaitu yang terkait dengan kemampuan serta karakter pengemudi, 9 % disebabkan karena faktor kendaraan (terkait dengan pemenuhan persyaratan teknik laik jalan) dan 30 % disebabkan oleh faktor prasarana dan lingkungan. Demikian disampaikan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Pudji Hartanto saat persiapan kegiatan Kampanye Keselamatan Jalan di Jakarta, Jumat (18/8).

"Faktor manusia yaitu yang terkait dengan kemampuan serta karakter pengemudi ternyata menjadi faktor yang berpengaruh dalam keselamatan di jalan raya," kata Pudji.

Untuk itu, Kementerian Perhubungan akan kembali menggelar Acara Kampanye Keselamatan Transportasi Darat pada beberapa waktu lalu di Jakarta. Kampanye keselamatan ini juga untuk mengisi peringatan kemerdekaan Republik Indonesia ke-72 di lingkungan  Kementerian Perhubungan. Kegiatan yang mengangkat tema “Dalam Semangat Proklamasi 17 Agustus 1945 Kita Tingkatkan Keselamatan Jalan Untuk Kemanusiaan”, Sayangi Nyawa, Stop Pelanggaran, Stop Kecelakan, bermakna keselamatan di jalan akan terwujud jika setiap orang mau peduli keselamatan dan disiplin berlalu lintas.

"Kegiatan ini didedikasikan sebagai bentuk kampanye untuk meningkatkan kesadaran publik tentang permasalahan keselamatan lalu-lintas jalan," ujar Pudji.

Lebih lanjut Pudji mengatakan, "Data tersebut janganlah hanya sebagai angka statistik dan dianggap tidak mungkin terjadi pada diri kita."

"Melalui kegiatan ini, saya mengharap semua pihak pemangku kepentingan untuk lebih peduli terhadap keselamatan jalan. Saya berkeyakinan bahwa dengan campur tangan dari para pemangku kepentingan, diharapkan dapat menekan jumlah korban kecelakaan di jalan," ucap Pudji. "Pada tahun 2013 Pemerintah telah mengeluarkan Inpres Nomor 4 tahun 2013 tentang Dekade Aksi Keselamatan Jalan yang menjadi payung hukum gerakan kampanye keselamatan lalu lintas jalan di Indonesia."

Dalam Global Status Report on Road Safety (WHO, 2015) disebutkan bahwa setiap tahun, di seluruh dunia, lebih dari 1,25 juta korban meninggal akibat kecelakaan lalu lintas dan 50 juta orang luka berat. Dari jumlah ini, 90% terjadi di negara berkembang dimana jumlah kendaraannya hanya 54% dari jumlah kendaraan yang terdaftar di dunia. Bila kita semua tidak melakukan apapun, 25 juta korban jiwa akan berjatuhan dalam kurun waktu 20 tahun ke depan.

Melihat fakta di atas sudah selayaknya semua stakeholder menunjukkan kepedulian terhadap permasalahan keselamatan lalu lintas jalan di Indonesia. Untuk itu kegiatan ini diharapkan akan mengingatkan publik akan pentingnya keselamatan jalan. Kegiatan-kegiatan semacam ini diharapkan juga dapat menggugah segenap pemangku kepentingan lainnya untuk melakukan kampanye keselamatan serupa agar kesadaran publik tentang keselamatan semakin meningkat.

Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Perhubungan bersama Tim Komunikasi Pemerintah Kemkominfo

Tren penyakit tidak menular (PTM) dan faktor resiko yang mempengaruhi remaja di Indonesia saat ini

  • Tersedia dalam:
  • English
  • Bahasa Indonesia

Sorotan

Dengan jumlah penduduk remaja (10-19 tahun) sebanyak 46 juta jiwa, peningkatan kesehatan dan kesejahteraan remaja sangatlah penting bagi Indonesia untuk dapat menuai keuntungan demografis sepenuhnya. Sementara angka kematian remaja telah mengalami penurunan seiring dengan berjalannya waktu, beberapa jenis penyakit tidak menular (PTM) dan faktor risikonya telah menjadi penyebab utama kematian dan DALYs di kelompok populasi ini.

Berdasarkan bukti yang diperoleh melalui metode penelitian sekunder, profil remaja ini menampilkan tren PTM dan faktor risiko yang mempengaruhi remaja di Indonesia saat ini. Indikator utama yang mencakup DALYs dan angka mortalitas ditampilkan untuk isu-isu kritikal, seperti penggunaan tembakau, kesehatan mental, serta dampak pandemi COVID-19 pada kesejahteraan remaja.

Tanggal penerbitan

Mei 2021

Bahasa

Inggris, Indonesia

Unduh laporan

Memberi peluang terbaik untuk bertahan hidup bagi anak-anak

  • Tersedia dalam:
  • English
  • Bahasa Indonesia

Tantangan

Dengan kepemimpinan yang kuat dari Pemerintah dan dukungan dari para mitra, selama dua dekade terakhir Indonesia telah membuat kemajuan yang signifikan dalam meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan anak-anak. Kelangsungan hidup anak telah meningkat secara substansial di Indonesia selama beberapa dekade terakhir, dengan angka kematian bayi dan balita yang berkurang lebih dari separuh antara tahun 1990 dan 2017. Selain itu, saat ini lebih dari separuh kabupaten sudah bebas malaria; sejak tahun 2014 jumlah wanita hamil yang dites HIV meningkat lima kali lipat dan jumlah wanita hamil yang memulai pengobatan antiretroviral meningkat dua kali lipat; dan 201 juta orang telah terdaftar dalam program asuransi kesehatan pembayar tunggal (BPJS) terbesar saat ini di dunia. Selain itu, penyakit tidak menular dan masalah lain yang muncul masih menimbulkan risiko yang signifikan - misalnya, polusi udara saat ini merupakan faktor risiko tertinggi ketiga bagi anak di bawah usia lima tahun.

Namun demikian, 1 dari 30 anak meninggal sebelum mencapai usia lima tahun, dengan rentang 1 dari 10 di beberapa kabupaten di Indonesia Timur - wilayah yang paling tertinggal di negara ini. Bayi yang baru lahir sangat rentan, diperkirakan mencapai 50 persen dari semua kematian pada tahun pertama kehidupan, dengan 75 persen kematian terjadi pada tahun pertama kehidupan. Sayangnya, upaya dalam menurunkan angka kematian bayi baru lahir mengalami penurunan dalam dekade terakhir.

Karena banyak kematian bayi baru lahir terkait dengan perawatan pada saat kelahiran, kesehatan bayi baru lahir berjalan selaras dengan kesehatan ibu. Dalam hal ini kemajuan yang dicapai juga rendah, yaitu dengan angka kematian ibu menurun dari 390 menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup antara tahun 1991 dan 2015 (Supas 2014). Hal ini tetap terjadi meskipun jumlah bidan terlatih yang tinggi (94 persen) dan ketersediaan fasilitas kesehatan (83 persen).

Pneumonia, penyakit bawaan, dan diare adalah penyebab kematian utama pada anak usia dini – masing-masing mencakup 36 %, 13 % dan 10 % dari semua penyebab kematian balita – serta komplikasi neonatal, cedera, campak dan malaria di daerah endemis.

Tingkat kematian ibu, bayi baru lahir dan anak mengindikasikan adanya kesenjangan dalam pemberian layanan yang serius. Layanan pencegahan, perawatan dan perawatan HIV ibu dan anak juga lemah, dengan hanya 36 persen wanita hamil yang dites HIV selama perawatan antenatal.

Ditambah lagi dengan risiko yang dihadapi anak-anak dari kondisi lingkungan yang buruk, seperti dampak yang diakibatkan dari hampir 30 juta orang masih melakukan buang air besar sembarangan dan prevalensi malaria yang tinggi tetap ada di beberapa daerah.

Solusi

UNICEF bekerjasama dengan Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan akses ke layanan berkualitas bagi ibu, bayi baru lahir dan anak-anak, terutama yang paling rentan.

Di tingkat nasional, UNICEF mendukung pemerintah dengan memperkuat sistem kesehatan guna mencapai Cakupan Kesehatan Universal. Dukungan ini termasuk memfasilitasi penyusunan kebijakan kesehatan berbasis bukti yang dapat diandalkan dan komprehensif, perencanaan program dan penganggaran.

Kualitas pelayanan kesehatan sedang diperkuat dengan membangun kapasitas badan kesehatan setempat; mengadopsi standar dan indikator untuk menilai kualitas perawatan ibu dan bayi baru lahir di semua tingkatan dalam sistem kesehatan; dan menerapkan strategi peningkatan kualitas fasilitas kesehatan untuk meningkatkan perawatan dan layanan pasien.

Untuk mengatasi penyakit menular, upaya eliminasi malaria di daerah endemis sedang dilakukan, bersama dengan meningkatkan layanan HIV untuk pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak serta melakukan diagnosis dini pada bayi.

Di bidang penyakit tidak menular, UNICEF telah mendukung advokasi dan peningkatan kesadaran tentang dampak buruk polusi udara terhadap kesehatan dan kesejahteraan anak-anak.

Cerita

Publikasi

Berita

Apa Penyebab kematian remaja?

Sementara penyebab utama kematian remaja adalah kecelakaan di jalan raya. Laporan itu mencatat, diare menjadi penyebab setengah kematian di dunia yang terjadi pada anak-anak dan remaja. Uniknya, kasus ini hanya terjadi di lima negara, yaitu India, Kongo, Pakistan, Nigeria dan Ethiopia.

Berapa banyak kematian pada anak

Secara umum, di tahun 2013 telah terjadi 7,7 juta kematian pada anak-anak dan remaja. Kematian paling banyak terjadi pada anak-anak di bawah 5 tahun dengan jumlah 6,3 juta. Sementara 480.000 kematian terjadi pada usia 5-9 tahun, dan 970.000 kematian terjadi pada usia 10-19 tahun.

Apa Penyebab kematian pada anak di bawah 5 tahun?

Empat penyebab kematian berikutnya pada kelompok anak di bawah 5 tahun adalah komplikasi karena kelahiran prematur, ensefalopati neonatal (kelainan karena gangguan fungsi saraf) yang disebabkan oleh trauma dan asfiksia (kondisi kekurangan oksigen pada janin), malaria, dan diare.

Apa saja penyebab kematian?

Penyebab kematian dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori: menular (penyakit menular dan parasit dan kondisi ibu, perinatal dan gizi), tidak menular (kronis) dan cedera. Data WHO juga menunjukan ada lima penyakit penyebab kematian tertinggi di dunia. Apa saja itu? Berikut informasinya:

Apa penyebab kematian remaja?

Kecelakaan Kecelakaan merupakan penyebab kematian remaja usia 10-19 tahun yang terbesar. Kejadian kecelakaan ini dua kali lipat lebih banyak terjadi pada remaja laki-laki. Jenis kecelakaannya adalah kecelakaan lalu lintas (transportasi). Misalnya tabrakan kendaraan atau kecelakaan antara kendaraan dengan pejalan kaki.

Apa penyebab angka kematian yang tinggi di kalangan remaja?

Penyebab utama kematian pada remaja adalah cedera yang tidak disengaja. Pada 2016, kata dia, lebih dari 135.000 remaja meninggal akibat kecelakaan lalu lintas.

Apa penyebab kematian terbesar?

Saat ini kanker menjadi penyakit tidak menular penyebab kematian terbanyak setelah stroke dan hipertensi. Data prevalensi penyakit ini naik dari 1,4% menjadi 1,8% pada tahun 2018. Merokok menjadi faktor risiko utama yang menyebabkan 20% kematian akibat kanker dan 70% kematian akibat kanker paru-paru di dunia.

Apa penyebab kematian tertinggi di Indonesia?

Bahkan PTM menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Hasil Riskesdas menyatakan penyakit tidak menular tersebut terdiri dari kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes melitus, dan hipertensi.