Anak yang yang beriman kepada qada dan qadar ketika ditimpa musibah maka dia

Setiap manusia pasti pernah mengalami masalah atau tertimpa musibah dalam hidupnya. Apapun musibahnya, mulai dari kehilangan seseorang yang kita cintai, kehilangan harta benda yang kita punya, musibah sakit, atau bahkan tertimpa musibah bencana alam yang melenyapkan hampir semua yang kita miliki.

Sebagai hamba Allah SWT, kita memang tak akan luput dari berbagai macam cobaan atau musibah, baik berupa kesusahan maupun kesenangan. Hal itu merupakan sunnatullah yang berlaku bagi setiap insan, yang beriman maupun kafir. Karena Allah SWT telah berfirman:

Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya), dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan
(QS Al-Anbiyâ’:35)

Imam Ibnu Katsîr rahimahullâh berkata:

(Makna ayat ini) yaitu: Kami menguji kamu (wahai manusia), terkadang dengan bencana dan terkadang dengan kesenangan, agar Kami melihat siapa yang bersyukur dan siapa yang ingkar, serta siapa yang bersabar dan siapa yang berputus asa.

Lalu bagaimana sikap kita sebagai seorang muslim dalam menghadapi masalah atau musibah? Untuk menjawab hal ini, kita kembali kepada salah satu firman Allah Swt yang berbunyi:

Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa (seseorang) kecuali dengan izin Allâh; barang siapa yang beriman kepada Allâh, niscaya Dia akan memberi petunjuk ke (dalam) hatinya. Dan Allâh Maha Mengetahui segala sesuatu
(QS At-Taghâbun: 11)

Imam Ibnu Katsîr rahimahullâh berkata:

Maknanya: seseorang yang ditimpa musibah dan dia meyakini bahwa musibah tersebut merupakan ketentuan dan takdir Allâh Ta’ala, kemudian dia bersabar dan mengharapkan (balasan pahala dari Allâh Ta’ala), disertai (perasaan) tunduk berserah diri kepada ketentuan Allâh Ta’ala tersebut, maka Allâh Ta’ala akan memberikan petunjuk ke (dalam) hatinya dan menggantikan musibah dunia yang menimpanya dengan petunjuk dan keyakinan yang benar dalam hatinya, bahkan bisa jadi Allâh Ta’ala akan menggantikan apa yang hilang darinya dengan sesuatu yang lebih baik baginya.

Dari tafsiran di atas kita dapat menyimpulkan bahwasanya sikap kita ketika menghadapi musibah adalah Ridha. Karena bahwasanya setiap musibah yang datang adalah atas seizin Allah SWT, yang di mana pastinya selalu ada hikmah dibalik datangnya musibah.

Musibah memang datang dan menimpa baik kepada orang yang beriman maupun orang kafir. Akan tetapi orang yang beriman memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh orang kafir, yaitu ketabahan dan pengharapan pahala dari Allah SWT dalam menghadapi musibah tersebut. Dan tentu saja semua ini akan semakin meringankan beratnya musibah tersebut bagi seorang muslim.

Dalam menjelaskan hikmah yang agung ini, Ibnul Qayyim rahimahullâh mengatakan:

Sesungguhnya semua (musibah) yang menimpa orang-orang yang beriman dalam (menjalankan agama) Allâh Ta’ala senantiasa disertai dengan sikap ridha dan ihtisâb (mengharapkan pahala dari-Nya). Kalaupun sikap ridha tidak mereka miliki maka pegangan mereka adalah sikap sabar dan ihtisâb. Ini (semua) akan meringankan beratnya beban musibah tersebut. Karena, setiap kali mereka menyaksikan (mengingat) balasan (kebaikan) tersebut, akan terasa ringan bagi mereka menghadapi kesusahan dan musibah tersebut.

Adapun orang-orang kafir, mereka tidak memiliki sikap ridha dan tidak pula ihtisâb. Kalaupun mereka bersabar (menahan diri), maka (tidak lebih) seperti kesabaran hewan-hewan (ketika mengalami kesusahan).

Sungguh Allâh Ta’ala telah mengingatkan hal ini dalam firman-Nya yang artinya:

Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allâh apa yang tidak mereka harapkan.
(QS An-Nisa: 104).

Jadi, orang-orang Mukmin maupun kafir sama-sama menderita kesakitan, akan tetapi orang-orang Mukmin teristimewakan dengan pengharapan pahala dan kedekatan dengan Allâh Ta’ala.

Home Gaya Hidup Gaya Lainnya

Tim | CNN Indonesia

Senin, 01 Mar 2021 09:57 WIB

Untuk lebih paham menjalani hidup, seorang Muslim baiknya memahami pengertian dan hikmah beriman kepada Qada dan Qadar. (Foto: iStockphoto/HAYKIRDI)

Iman adalah keyakinan yang diyakini di dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan dilaksanakan dengan amal perbuatan. Salah satu di antara rukun iman umat Muslim adalah iman kepada qada dan qadar.

Jika kita melihat menurut bahasa, qada artinya adalah Ketetapan. Qada artinya ketetapan Allah SWT kepada setiap makhluk-Nya yang bersifat Azali.

Azali artinya ketetapan itu sudah ada sebelumnnya keberadaan atau kelahiran makhluk, sedangkan qadar artinya menurut bahasa berarti ukuran.

Sementara itu, qadar artinya terjadi penciptaan sesuai dengan ukuran atau timbangan yang telah ditentukan sebelumnya. Qada dan qadar dalam keseharian sering kita sebut dengan takdir.

Qada diartikan pada sejumlah istilah dalam Al-Quran, berikut di antaranya:

Qadar diartikan pada sejumlah istilah dalam Al-Quran, berikut di antaranya:

Terdapat beberapa poin alasan dan hikmah yang bisa seorang Muslim petik dengan memahami qada dan qadar, berikut di antaranya:

Orang yang beriman kepada Qada dan Qadar, apabila mendapat keberuntungan, maka ia akan bersyukur, karena keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri.

Sebaliknya apabila terkena musibah maka ia akan sabar, karena hal tersebut merupakan ujian. Firman Allah:

Artinya: "dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah( datangnya), dan bila ditimpa oleh kemudaratan, maka hanya kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan." (QS. An-Nahl ayat 53)

Orang yang tidak beriman kepada Qada dan Qadar, apabila memperoleh keberhasilan, ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil usahanya sendiri.

Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh kesah dan berputus asa, karena ia menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya adalah ketentuan Allah. Firman Allah SWT:

Artinya: "Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." (QS.Yusuf ayat 87)

Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang tentu menginginkan bernasib baik dan beruntung.

Keberuntungan itu tidak datang begitu saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada Qada dan Qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu. Firman Allah :

Artinya : "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan." (QS Al- Qashas ayat 77)

Orang yang beriman kepada Qada dan Qadar senantiasa mengalami ketenangan jiwa dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa yang ditentukan Allah kepadanya.

Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena musibah atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi. Allah SWT berfirman :

Artinya : "Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang lagi diridhai-Nya.Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah kedalam sorga-Ku." ( QS. Al-Fajr ayat 27-30)

Itulah pengertian sekaligus hikmah orang yang beriman pada Qada dan Qadar. Kedua hal tersebut harusnya menyadarkan manusia bahwa segala apa yang terjadi adalah kehendak Allah SWT.

Daftar Isi > At-Taghabun > At-Taghabun 11

مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۗ وَمَن يُؤْمِنۢ بِٱللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُۥ ۚ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ

Arab-Latin: Mā aṣāba mim muṣībatin illā bi`iżnillāh, wa may yu`mim billāhi yahdi qalbah, wallāhu bikulli syai`in 'alīm

Artinya: Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

« At-Taghabun 10 ✵ At-Taghabun 12 »

GRATIS! Dapatkan pahala jariyah dan buku Jalan Rezeki Berlimpah, klik di sini untuk detailnya

Pelajaran Menarik Tentang Surat At-Taghabun Ayat 11

Paragraf di atas merupakan Surat At-Taghabun Ayat 11 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada berbagai pelajaran menarik dari ayat ini. Didapatkan beraneka penjabaran dari beragam ulama berkaitan makna surat At-Taghabun ayat 11, sebagiannya sebagaimana terlampir:

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

11. Seseorang tidaklah ditimpa sesuatu yang tidak diinginkannya kecuali dengan izin Allah, ketetapan, dan takdirNYa. Barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Allah membimbing hatinya untuk menerima perintahNya dan rela kepada keputusanNYa, Allah membimbingnya kepada keadaan, perkataan dan perbuatan terbaik, sebab dasar hidayah adalah hati, sementara anggota badan adalah pengikut. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, tidak ada sedikit pun yang samar bagiNya.

📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram)

11. Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang pada dirinya, hartanya atau anaknya melainkan dengan kada dan takdir Allah. Barangsiapa beriman kepada Allah, kada -Nya dan takdir-Nya niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya dengan berserah diri kepada perintah-Nya, dan rida dengan takdir-Nya, dan Allah Mahatahu atas segala sesuatu, tidak ada sesuatu pun yang luput dari-Nya.

📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah

11. Allah menentramkan hati hamba-hamba-Nya yang tertimpa musibah: Segala cobaan yang menimpa seorang hamba, sesungguhnya merupakan ketetapan Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan mengakui keesaan-Nya, maka Allah akan memberi petunjuk bagi hatinya untuk memenuhi rukun-rukun keimanan dan berserah diri dan menerima ketatapan Allah. Allah Maha Melihat segala kebaikan atau keburukan yang kalian perbuat, tidak ada yang tersembunyi dari-Nya.

GRATIS! Dapatkan pahala jariyah dan buku Jalan Rezeki Berlimpah, klik di sini untuk detailnya

📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah11. مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّـهِ (Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah) Yakni dengan ketetapan dan takdir Allah. Terdapat pendapat mengatakan bahwa sebab turunnya ayat ini adalah orang-orang kafir berkata: “Jika kaum muslimin itu memang benar niscaya Allah tidak akan menimpakan mereka musibah di dunia.” وَمَن يُؤْمِنۢ بِاللَّـهِ يَهْدِ قَلْبَهُۥ (dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya) Yakni barangsiapa yang percaya bahwa tidak ada sesuatu yang menimpanya melainkan dengan takdir Allah maka Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya saat musibah itu datang, sehingga ia akan mengetahui bahwa musibah itu dari Allah, dan apa yang menimpanya itu tidak akan dapat ia hindari, dan apa yang tidak menimpanya tidak akan mengenainya, sehingga ia dapat menyerahkan dirinya kepada ketentuan Allah dan mengembalikan semuanya kepada Allah; jika ia ditimpa musibah maka ia bersabar, dan jika mendapat kenikmatan maka ia bersyukur. وَاللَّـهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ(Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu)

Yakni Maha Mengetahui, tidak ada yang tersembunyi darinya sedikitpun.

📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

11. Tidak ada musibah apapun yang menimpa seseorang (yaitu setiap sesuatu ditunjukkan kepadanya baik kebaikan maupun keburukan dan menimpa dirinya atau hartanya) tanpa sepengetahuan Allah, kehendak, takdir dan kuasaNya. Barangsiapa benar-benar beriman kepada Allah, maka hatinya akan ditunjukkan pada kebaikan, kesabaran, dan keridhaan atas musibah itu. Dia juga akan mengetahui bahwa sesungguhnya musibah itu dari Allah. Dan Allah adalah Dzat yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Tidak ada yang dapat tersembunyi dariNya, bahwan misteri-misteri dan keadaan hati.

📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah

Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa, kecuali dengan izin Allah} dengan ketetapan dan takdir Allah {Siapa saja yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya} menuntun hatinya untuk berserah diri kepada perintahNya dan ridha dengan keputusanNya {Allah Maha Mengetahui segala sesuatu

GRATIS! Dapatkan pahala jariyah dan buku Jalan Rezeki Berlimpah, klik di sini untuk detailnya

📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H11. Allah berfirman, “Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah.” Ini berlaku secara umum untuk berbagai musibah yang menimpa diri, harta, anak, orang-orang tercinta, dan lainnya. Semua yang menimpa manusia berdasarkan Qadha dan Qadar Allah. Allah telah mengetahui hal itu sebelumnya, penaNya telah menulis semua takdir dan ketentuan. Dengan pena itu, kehendak dan hikmahNya berlaku. Namun yang amat penting adalah apakah manusia menunaikan tugasnya dalam hal Qadha dan Qadar ataukah tidak? Jika ia menunaikannya, maka ia akan mendapatkan pahala yang besar dan indah, baik di dunia maupun di akhirat. Jika percaya bahwa semua yang menimpanya berasal dari sisi Allah, merelakannya, dan menyerahkan masalahnya, maka Allah akan menunjukkan hatinya sehingga ia akan merasa tenang dan tidak gentar ketika tertimpa berbagai musibah, tidak seperti yang terjadi pada orang yang hatinya tidak diberi petunjuk oleh Allah. Allah memberikan keteguhan pada orang yang hatinya diberi petunjuk ketika musibah datang serta bersikap sabar. Dengan demikian, ia mendapatkan pahala besar di samping pahala besar yang disimpan Allah pada hari Pembalasan kelak. Ini sejalan dengan Firman Allah, “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” -Az-Zumar: 10 Dari sini dapat diketahui, bahwa orang yang tidak beriman kepada Allah pada saat tertimpa musibah karena tidak memahami takdir dan ketentuan Allah namun hanya terbatas pada sebab-sebabnya saja, maka ia telah dihinakan, dan Allah-pun menyerahkan urusannya itu pada dirinya sendiri. Apabila seseorang hamba telah diserahkan pada dirinya sendiri padahal jiwa manusia itu hanya bisa berkeluh kesah dan bersedih, maka hal itu merupakan siksaan yang disegerakan bagi seorang hamba sebelum siksaan akhirat nanti karena tidak menunaikan kewajiban bersabar. Inilah yang berkaitan dengan Firman Allah, “Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya,” yakni ketika tertimpa musibah. Adapun yang berkaitan dengan keumuman tekstual ayat, Allah memberitahukan bahwa setiap orang yang beriman (maksudnya, dengan keimanan sesuai yang diperintahkan yaitu beriman kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, Hari Akhir, dan takdir, baik dan buruknya) dan membuktikan kebenaran imannya dengan menunaikan tuntutan-tuntutan serta kewajiban-kewajiban iman, faktor yang dilakukan oleh seorang hamba seperti ini merupakan faktor terbesar hidayah Allah dalam perkataan, perbuatan, dan di segala halnya, dan juga dalam ilmu dan amalnya. Ini adalah balasan terbaik yang diberikan Allah bagi orang-orang yang beriman. Sebagaimana yang disebutkan dalam Firman Allah ketika memberitahukan bahwa Dia meneguhkan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan di akhirat. Asal mula keteguhan adalah keteguhan hati, kesabaran, dan keyakinannya ketika tertimpa berbagai musibah. Firman Allah yang dimaksud adalah, “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat;” -Ibrahim:27-

Orang yang beriman adalah orang yang hatinya mendapatkan hidayah dan paling kuat ketika tertimpa berbagai musibah yang merisaukan. Hal itu dikarenakan keimanan yang tertanam pada diri mereka.

📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

Surat At-Taghabun ayat 11: Ketahuilah bahwa semua musibah yang menimpa seorang hamba dari sebagian musibah-musibah pada badan, anak, harta, bencana, gempa bumi dan setiap yang terjadi segala keadaannya adalah atas izin Allah, Allah tahu, Allah memiliki melakukan sesuai keinginan-Nya; Maka barangsiapa yang beriman kepada Allah dan mengetahui atas apa yang menimpa tidaklah menimpa kecuali dengan kuasa Allah, yang dengannya Allah berikan petunjuk pada hatinya, atau Allah berikan ketenangan dan kesabaran pada hatinya serta ridha dengan takdir Allah. Kemudian Allah menjelaskan bahwa Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatunya, atau Dia mengetahui orang yang beriman dan yang bermaksiat, yang tidak rela dan yang tenang, dan mengetahui musibah yang ditimpakan, apakah musibah tersebut akibat dari dosa yang manusia lakukan atau dengan sebab lain ? Di sini Allah mengokohkan mereka yang beriman dan keimanan tersebut menenmpati hati-hati mereka karena sebab takdir Allah dan kuasa-Nya, maka mereka akan mengucapkan : إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَ‌ٰجِعُونَ {Al Baqarah : 156} dan mereka akan berkata : حَسْبُنَا ٱللَّهُ وَنِعْمَ ٱلْوَكِيلُ {Ali Imran : 173}. Adapun selain orang-orang yang beriman mereka akan kebingungan, menangis, atau menjerit-jerit, dan mungkin juga menampar-nampar dirinya sendiri dan merobek-robek pakaiannya.

📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.IDengan perintah Allah, yakni dari taqdir dan kehendak-Nya. Hal ini umum mencakup semua musibah baik yang menimpa diri, harta, anak, kekasih dsb. Semua ini dengan qadha’ Allah dan qadar-Nya yang telah diketahui oleh Allah, ditulis-Nya, dikehendaki-Nya dan sejalan dengan hikmah-Nya? Yang terpenting di antara semua itu adalah apakah seorang hamba dapat memikul tugasnya (bersabar) dalam kondisi ini atau tidak? Barang siapa yang mampu memikulnya dengan bersabar, maka dia akan memperoleh pahala yang besar di dunia dan akhirat. Jika dia beriman bahwa musibah itu dari sisi Allah, dia pun ridha dengannya serta menerima, maka Allah akan menunjuki hatinya sehingga dia pun tenang dan tidak akan gelisah ketika ada musibah sebagaimana yang terjadi pada orang yang tidak ditunjuki oleh Allah hatinya. Tidak hanya itu, Allah Subhaanahu wa Ta'aala juga mengaruniakan kepadanya tsabat (keteguhan) ketika musibah itu datang, dan ia mampu memikul tugasnya yaitu bersabar sehingga ia memperoleh pahala yang segera disamping pahala yang Allah simpan untuknya pada hari pembalasan sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Terj. Az Zumar: 10) Dari ayat ini juga dapat diketahui, bahwa barang siapa yang tidak beriman kepada Allah ketika ada musibah, yakni Dia tidak melihat kepada qadha’ Allah dan qadar-Nya, bahkan berhenti di hadapan sebab, maka dia akan ditelantarkan dan Allah Subhaanahu wa Ta'aala akan menyerahkannya kepada dirinya, dan jika sudah diserahkan kepada dirinya, maka tidak ada yang dia lakukan selain keluh kesah dan gelisah yang merupakan hukuman yang disegerakan kepada seorang hamba sebelum hukuman di akhirat karena ia melalaikan kewajiban sabar. Hal ini yang terkait dengan firman-Nya, “Tidak ada suatu musibah yang menimpa seseorang, kecuali dengan izin Allah,” dalam hal musibah, adapun yang terkait dengan ayat itu dari sisi keumuman lafaz adalah bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan, barang siapa yang beriman yakni kepada semua yang diperintahkan untuk diimani seperti beriman kepada rukun iman yang enam dan ia benarkan imannya dengan konsekwensi dari iman berupa menegakkan lawazim (hal yang menyatu) dan kewajibannya, maka keimanannya itu merupakan sebab terbesar agar ia mendapatkan hidayah Allah dalam semua keadaaannya, ucapannya dan perbuatannya, demikian pula dalam ilmu dan amalnya. Ini merupakan balasan paling utama yang diberikan Allah kepada orang-orang yang beriman sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan berbuat apa yang Dia kehendaki.” (Terj. Ibrahim: 27) Pada asalnya tsabat (keteguhan) adalah tetapnya hati, sabar dan yakinnya dia ketika datang semua fitnah. Oleh karena itu, orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang paling mendapat petunjuk hatinya, paling kokoh saat menghadapi peristiwa yang mengguncangkan hatinya karena keimanan yang ada padanya.

Menurut Ibnu Katsir, maksudnya adalah barang siapa yang ditimpa musibah lalu ia mengetahui bahwa musibah itu dengan dengan qadha’ Allah dan qadar-Nya, sehingga ia pun bersabar dan mengharap pahala, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengganti terhadap apa yang luput baginya dari dunia dengan petunjuk dan keyakinan yang benar di dunia. Ibnu Abbas berkata, “Maksudnya Allah tunjuki hatinya kepada keyakinan, sehingga dia mengetahui bahwa apa yang (ditetapkan) menimpanya maka tidak akan meleset dan apa yang tidak akan menimpanya, maka tidak akan mengenainya.” Al A’masy berkata dari ‘Alqamah tentang ayat, “Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan tunjuki hatinya,“ maksudnya adalah seorang yang terkena musibah, ia pun mengetahui bahwa musibah itu berasal dari sisi Allah sehingga ia pun ridha dan menerima.“ Sa’id bin Jubair berkata, “Ia beristirja’ dengan mengucapkan innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun (artinya: sesungguhnya kami milik Allah dan akan kembali kepada-Nya).”

GRATIS! Dapatkan pahala jariyah dan buku Jalan Rezeki Berlimpah, klik di sini untuk detailnya

📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat At-Taghabun Ayat 11

Allah tidak hanya menciptakan makhluk, tetapi juga mengatur seluruh makhluk. Tidak ada sesuatu musibah yang menimpa seseorang dalam kehidupan ini, kecuali dengan izin Allah, karena Allah mengetahui dan mengatur kehidupan ini; dan barang siapa beriman kepada Allah dengan istikamah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya dengan memantapkan imannya. Dan Allah maha mengetahui segala sesuatu yang terjadi di jagat raya maupun yang terjadi di jagat kecil, sanubari manusia. 12. Allah mengajarkan kepada manusia cara yang benar dan tepat dalam hidup ini. Dan taatlah wahai manusia kepada Allah dengan beriman dan melaksanakan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya; dan taatlah kepada rasul dengan mengikuti sunah-sunahnya. Jika kamu berpaling dari Allah dengan kufur atau mengabaikan perintah-Nya dan berpaling dari rasul dengan melupakan sunahnya, maka sesungguhnya kewajiban rasul kami hanyalah menyampaikan ajaran Allah kepada umat manusia dengan terang sehingga manusia mengenal ajaran Allah dengan benar.

GRATIS! Dapatkan pahala jariyah dan buku Jalan Rezeki Berlimpah, klik di sini untuk detailnya

Itulah aneka ragam penjabaran dari banyak pakar tafsir mengenai kandungan dan arti surat At-Taghabun ayat 11 (arab-latin dan artinya), moga-moga membawa manfaat untuk kita. Dukung kemajuan kami dengan memberi link menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.

Dapatkan pahala jariyah dengan mengajak membaca al-Qur'an dan tafsirnya. Plus dapatkan bonus buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah" secara 100% free, 100% gratis

Anak yang yang beriman kepada qada dan qadar ketika ditimpa musibah maka dia

Caranya, salin text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga (3) group WhatsApp yang Anda ikuti:

Alhamdulillaah, kini semakin mudah membaca Al-Quran dengan tafsirnya. Tinggal klik link yang berwarna biru, pilih surat dan ayat yg mau dibaca, maka akan keluar tafsir lengkapnya.

*Klik » tafsirweb.com/start*

Dapatkan pahala jariyah dengan share info berharga ini


Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol "Dapatkan Bonus" di bawah: