Apa dampaknya perbedaan individual terhadap hasil belajar peserta didik
Firmansyah., Analisis Perbedaan Individual dan Implikasi dalam Proses Pembelajaran 1318 kepada setiap siswa untuk melakukan cara belajar yang sesuai dengan dirinya. Ahmadi sebagimana dikutip Djamarah (2002), mengakui bahwa anak didik selain ada perbedaannya, juga ada persamaannya. Paling tidak ada beberapa persamaan dan perbedaan yang harus mendapatkan perhatian seperti pada aspek kecerdasan (intelegensi), kecakapan, prestasi, bakat, sikap, kebiasaan, ciri-ciri jasmaniah, minat, cita-cita, kebutuhan, kepribadian, dan pola-pola dan tempo perkembangan, serta latar belakang lingkungan. Dalam perspektif Sardiman (2012), istilah perbedaan individu diistilahkannya dengan karteristik individu (dalam pendidikan bisa dipakai istilah siswa atau anak didik), yang berarti keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya. Dalam pada itu, paling tidak ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu: 1. Karakteristik atau keadaan yang berkenaan dengan kemampuan awal atau prerequisite skills, seperti kemampuan intelektual, kemampuan berpikir, mengucapkan hal-hal yang berkaitan dengan aspek psikomotor, dan lain-lain. 2. Karakteristik yang berhubungan latar-belakang dan status sosial (sociokultural). 3. Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan- perbedaan kepribadian seperti sikap, perasaan, minat, dan lain-lain. Menurut Philip R.E. Verson dalam Hamalik (2009), pada hakikatnya perbedaan-perbedaan individual adalah perbedaan-perbedaan dalam kesiapan belajar. Setiap anak yang masuk sekolah, masing-masing memiliki tingkat kecerdasan, perhatian, dan pengetahuan yang berbeda dengan kesiapan belajar yang berbeda- beda. Mereka berbeda dalam potensi bahkan dalam karakternya. Masalahnya adalah pendidikan yang bagaimanakah yang patut diberikan kepada mereka agar tercapai perkembangan secara optimal bagi tiap individu sesuai dengan kapasitas dan kecenderungan- kecenderungan mental mereka. Secara praktis, menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2010) dan Khadijah (2006), pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran. Pengeloaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini. Pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan pendekataan individual, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan pendekatan individual terhadap anak didik di kelas. Bahkan kesulitan belajar pada anak didik pun lebih mudah dipecahkan dengan pendekatan individual. Sehubungan dengan uraian di atas, berikut ini akan dibahas beberapa aspek perbedaan secara umum pada setiap individu yang meliputi antara lain perbedaan pada aspek: biologis, psikologis, intelegensi, jenis kelamin, etnis, dan lain sebagainya, serta implikasinya dalam proses pembelajaran di kelas. METODE Penelitian ini adalah penelitian riset kepustakaan (library research), yang bermaksud untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan perbedaan individu dan implikasinya dalam proses pembelajaran di kelas. Sumber primer penelitian berasal dari buku-buku psikologi pendidikan, adapun untuk memperkaya informasi penelitian digunakan sumber data sekunder yang berasal dari berbagai buku dan artikel jurnal yang relevan dengan penelitian ini. Selanjutnya, pengumpulan data penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik dokumentasi. Adapun analisis data menggunakan analisis induktif. HASIL DAN PEMBAHASAN Perbedaan Biologis Menurut Djamarah (2010), tidak ada seorang pun yang memiliki kondisi jasmani yang persis sama, bahkan terhadap anak kembar dari satu sel telur pun tetap terdapat perbedaan dalam aspek jasmani. Perbedaan itu seperti pada jenis kelamin, bentuk tubuh, warna rambut, warna kulit, bentuk mata, dan sebagainya. Semua itu adalah ciri-ciri individu anak didik yang dibawa sejak lahir. Dalam kaitannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar pada aspek biologis (biasa disebut juga dengan istilah fisiologi) yang dimaksud, dalam perspektif Slameto (2010), yaitu: (1) faktor kesehatan. Sehat berarti dalam keadaan segenap badan beserta bagian-bagiannya bebas dari penyakit, dan (2) cacat tubuh. Cacat tubuh yang dimaksud adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan, seperti buta, tuli, bisu, lumpuh, dan lain sebagainya. Faktor-faktor pada aspek biologis yang diungkap oleh Slameto di atas menurut Djaali (2012), berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap kepribadian seseorang. Dalam hal ini, kondisi tubuh (aspek biologis) menentukan apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan seseorang. Secara tidak langsung, seseorang akan merasakan tentang tubuhnya yang juga dipengaruhi oleh perasaan orang lain terhadap tubuhnya. Dalam hubungan ini, guru sebaiknya tidak menyebut ciri-ciri fisik mencolok yang berkonotasi kepada konsep diri yang bersifat negatif bagi si anak. Anak didik yang berkulit hitam misalnya, oleh guru dipanggil dengan “si hitam” terus menerus, sehingga panggilan itu melekat dan menjadi bagian darinya. Maka si anak terus menerus akan merasa tidak nyaman dan mungkin stres karenanya. Lebih lanjut lagi, termasuk dalam kategori aspek biologis ini adalah konstitusi tubuh/bentuk tubuh yang tercakup di dalamnya aspek motorik seperti sikap badan, cara berjalan, raut muka, gerakan bicara, dan lain sebagainya. Kretschemer dalam bukunya Korperbau und Character, sebagaimana diungkapkan Purwanto (2011) |