Apa hubungan antara SIG dan Penginderaan Jauh?

SIG:sistem informasi berbasis komputer yg dpt menyimpan ,mengolah dan menganalisis data keruangan scra terpadu. pengindraan jauh:ilmu untuk memperoleh informasi objek di permukaan bumi tanpa kontak langsung dgn objek.

Apa yang dimaksud dengan Sistem Informasi Geografis atau SIG?

Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographic Information System (GIS) adalah sistem informasi pemetaan berbasis komputer yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisis dan menghasilkan data bereferensi geografis atau data geospatial, untuk mendukung pengambilan keputusan dalam …

Bagaimana cara kerja sistem informasi geografis?

Tahapan-Tahapan Kerja SIG

  1. Tahap Masukan (Input) Tahap pertama dalam tahapan kerja SIG adalah tahap masukan (input).
  2. 3. Tahap Pengolahan. Setelah kita mengumpulkan data-data dari berbagai sumber dan data tersebut sudah kita input pada SIG, barulah kita memulai tahap pengolahan data.
  3. 4. Tahap Keluaran (Output) Nah, Sobat.

Jelaskan apa perbedaan antara SIG dengan sistem informasi lainnya?

SIG mempunyai perbedaan dengan bentuk sistem informasi lainnya, perbedaan itu adalah SIG dapat bekerja dengan data spasial. SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan layer-layer data suatu titik yang sama dalam satu ruang, serta mengkombinasikan, menganalisis, dan memetakan hasilnya.

Apa hubungan antara SIG dan penginderaan jauh?

Sistem Informasi Geografi SIG adalah sebuah teknik dari penyimpanan dari hasil proses yang dilakukan oleh penginderaan jauh. Hasil yang didapatkan dari penginderaan jauh itu akan dianalisa dan dimodifikasi dengan teknik SIG yang kemudian bisa menghasilkan data dan informasi yang lebih mudah digunakan oleh pemakai.

Bagaimana karakteristik sistem informasi geografis dibandingkan dengan sistem informasi lainnya?

Karakteristik SIG Perbedaan Sistem Informasi Geografis dengan Sistem Informasi lainnya yaitu, data dikaitkan dengan letak geografis, dan terdiri dari data tekstual maupun grafik. Tidak hanya sekedar mengubah peta konvensional (tradisional) ke bentuk peta dijital untuk kemudian disajikan (dicetak/diperbanyak) kembali.

Apa saja manfaat SIG dan penginderaan jauh?

manfaat penginderaan jauh,SIG,dan peta dalam kajian potensi wilayah dan kesehatan lingkungan

  • Digunakan untuk menentukan Distribusi Geografis Penyakit.
  • Sebagai alat untuk analisis trend Spasial dan Temporal.
  • Digunakan untuk pemetaan Populasis Berisiko.
  • Digunakan untuk menilai Distribusi Sumberdaya.

Metrik

  • visibility 143 kali dilihat
  • get_app 126 downloads

Pemanfaatan penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis dapat membantu pembuatan data spasial di bidang kesehatan. Tujuan penelitian ini mengetahui kemampuan PJ dalam mengekstraksi parameter kondisi fisik rumah di Kecamatan Bangutapan, mengkaji kemampuan SIG untuk mengetahui persebaran penderita tuberkulosis di Kecamatan Banguntapan, mengetahui parameter kondisi rumah yang paling mempengaruhi kejadian penyakit tuberkulosis, dan mengetahui kemampuan SIG untuk membuat peta risiko terjadinya penyakit tuberkulosis.Metode pengumpulan data berupa studi kasus kontrol (case control study) dengan jumlah kasus dan kontrol 131 rumah. Metode pengolahan data adalah tabulasi silang (crosstab) perhitungan korelasi pearson (pearson correlation).Hasil penelitian menunjukkan bahwa PJ cukup efektif dalam mengekstraksi parameter kondisi fisik rumah dan kondisi fisik bangunan. Persebaran penderita tuberkulosis dengan SIG (Average Nearest Neighbour) tergolong mengumpul (clustered). Parameter pencahayaan yang paling mempengaruhi terhadap kejadian penyakit tuberkulosis (0,977). Peta risiko terjadinya penyakit tuberkulosis dibuat menggunakan SIG dengan tumpangsusun (overlay) antara peta kejadian penyakit tuberkulosis dengan peta kondisi rumah.

Listyo Yuwanto

Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Salah satu bentuk mitigasi bencana adalah adanya data yang terintegrasi tentang bencana sehingga dapat disusun atau dirancang bentuk mitigasi bencana yang sesuai. Data yang terintegrasi mengenai bencana meliputi:

  1. Data fenomena bencana yang terjadi seperti erupsi, gempa bumi, tanah longsor, banjir, dan bencana lainnya

  2. Data lingkungan lokasi bencana meliputi topografi, geologi, vegetasi dan lain-lain

  3. Data berbagai unsur yang mengalami kerusakan seperti infrastruktrur, pemukiman penduduk, data sosial, ekonomi, dan data demografi lainnya

  4. Data sumber daya bantuan darurat seperti rumah sakit, pemadam kebakaran, kantor pemerintah, kantor polisi, dan sebagainya

Data-data tentang bencana tersebut bervariasi dan terintegrasi menjadi satu sistem informasi yang disebut dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) sehingga dapat dimanfaatkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam mitigasi bencana termasuk masyarakat yang saat ini dituntut untuk lebih siap dalam menghadapi bencana.

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan, memanipulasi, dan menganalisis data atau informasi geografis. Data dalam Sistem Informasi Geografis berasal dari berbagai sumber, misalnya hasil pemetaan pemerintah, sensus penduduk, hasil penelitian, ataupun citra foto atau satelit.

Pemetaan pemerintah, sensus penduduk, hasil penelitian, citra foto atau satelit bertujuan mengumpulkan data dengan menggunakan penginderaan. Penginderaan adalah suatu proses untuk mendapatkan data atau mengetahui suatu objek menggunakan sensor alamiah (mata telinga, hidung, lidah, dan kulit) dan sensor buatan (kamera, sonar, magnetometer, radiometer, scanner, atau satelit).

Data yang berasal dari citra foto atau satelit (sistem spaceborne) merupakan produk dari penginderaan jauh. Penginderaan jauh adalah suatu pendekatan yang digunakan untuk memperoleh informasi atau data objek, dareah, fenomena melalui analisis dan interpretasi tanpa menyentuh langsung objek tersebut.

Penginderaan jauh memiliki kelebihan dalam prosesnya antara lain citra menggambarkan objek di permukaan bumi dengan bentuk, wujud, dan letak yang sebenarnya, gambar relatif lengkap, liputan daerah luas, dan sifat gambar yang permanen, citra dapat menggambarkan tiga dimensi yang memungkinkan pengukuran tinggi dan volume, citra dapat menggambarkan benda yang tidak tampak sehingga dimungkinkan pengenalan objeknya, dan citra dapat dibuat cepat walaupun objeknya sulit dijangkau

Mengacu pada kelebihan-kelebihan penginderaan jauh, maka penginderaan jauh juga dimanfaatkan dalam berbagai bidang kehidupan untuk tujuan strategis salah satunya pemetaan daerah bencana. Penginderaan jauh dapat mengunakan satelit sebagai wahananya, terdapat beberapa satelit penginderaan jauh dari beberapa negara untuk mendapatkan data mengenai cuaca, iklim, dan bencana. Beberapa satelit yang ada antara lain RADARSTAT (Kanada), LANDSTAT, IKONOS, NOAA, Quickbird (Amerika Serikat), MOS dan JERS (Jepang), IRS (India), SPOT (Prancis).

Pada beberapa fakta penginderaan jauh dapat merekam adanya perubahan di daerah tektonik sebelum terjadinya gempa meskipun penggunaan penginderaan jauh untuk memprediksi terjadinya gempa bumi. Beberapa sensor untuk penginderaan jauh dapat menggunakan PAN (PAN Numeric), MTS (Multipactual Thermal Biod), SAR (Syabaric Apecture Radar), OPS (Optical), AVHRR (Advanced Very High Resolution Radiometer), dan sensor lainnya.

Sebagai contoh Satellite Laser Ranging (SLR) dan Very Long Base Baseline Interferometry (VLBI) dengan sarana GPS dapat digunakan untuk memantau gerakan patahan. Sensor Inframerah Thermal seperti Advanced Very High Resolution Radiometer (AVHRR) pada citra satelit National Oceanic dan Atmospheric Administrasi (NOAA) dapat merekam perubahan panas bumi di daerah tektonik (emisitas). Hal ini didasari prinsip di daerah tektonik aktif maka tekanan dapat meningkat dan berdampak pada suhu meningkat. Beberapa hasil penelitian menunjukkan sebelum terjadi gempa terjadi anomali panas dengan perubahan suhu di daerah tersebut.

Penginderaan jauh dapat digunakan sebagai sumber data yang terintegrasi dalam Sistem Informasi Geografis yang sangat bermanfaat dalam mitigasi bencana. Sistem informasi geografis dapat dimanfaatkan untuk mengintegrasikan data satelit penginderaan jauh dengan data-data yang dibutuhkan dan relevan dengan bencana. Secara praktis bermanfaat untuk desain sistem peringatan dini bencana, perencanaan rute evakuasi, pencarian dan penyelamatan korban bencana, perencanaan kawasan rawan lokasi bencana, relokasi pemukiman penduduk, dan fungsi praktis lainnya.

 Oleh: Dr. Lili Somantri, S.Pd., M.Si  [Ketua Program Studi Sains Informasi Geografi]Hari Ketiga, [31/7] merupakan hari terakhir dari rangkaian kegiatan Pelatihan SIG dan Penginderaan Jauh bagi Staf Keminfo. Jika dua hari sebelumnya fokus pada pengenalan terhadap SIG dan praktiknya, maka hari terakhir mempelajari tentang Penginderaan Jauh, dimulai dari konsep dasar penginderaan Jauh, seperti pengertian penginderaan jauh, komponen penginderaan jauh, macam-macam spektrum elektromagnetik, konsep resolusi, dan jenis-jenis citra satelit.

Saya menekankan persamaan dan perbedaan antara penginderaan jauh, SIG, dan kartografi yang orang terkadang sering terbalik pemahamannya. Persamaannya yaitu sama-sama menangani data kewilayahan [spasial] yang menjadi inti dari kajian geografi. Perbedaannya, jika penginderaan jauh lebih menekankan cara memperoleh data kewilayahan yang menggunakan satelit atau wahana yang jauh dari permukaan bumi, SIG lebih menekankan pada rangkaian mengubah data dari berbagai sumber menjadi informasi yang bermanfaat bagi penggunanya. Dalam hal ini penginderaan jauh merupakan salah satu sumber data yang digunakan SIG. sedangkan kartografi adalah seni atau teknis bagaimana sebuah peta ditampilkan menarik, enak dibaca, dan akurat informasinya. Jadi, produk analisis penginderaan jauh dan SIG harus menggunakan kaidah kartografi agar peta yang dihasilkan sesuai dengan aturan.

Setelah mengetahui mengenai dasar penginderaan jauh, selanjutnya mempelajari mengenai interpretasi citra penginderaan jauh. Interpretasi citra adalah sebuah kegiatan menganalisis foto yang dihasilkan dari suatu alat dengan tujuan untuk mengidentifikasi suatu objek dan peran dari objek tersebut. Hal ini biasanya mengacu kepada penggunaan di dalam penginderaan jauh [remote sensing]. Prinsip utama dalam interpretasi citra yaitu lokasi, ukuran, bentuk, bayangan, warna, tekstur, pola, ketinggian, dan situasi. Semua elemen tersebut digunakan oleh pakar interpretasi citra yang dapat memperkirakan dengan cepat dan akurat.

Citra yang digunakan untuk praktek interpretasi adalah citra quickbird. Citra ini merupakan salah satu citra resolusi tinggi [0,6 meter] sehingga dapat diinterpretasi visual secara langsung karena bentuk objek yang terekam pada citra sesuai dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Selain itu, citra quickbird memiliki resolusi spektral yang sesuai dengan kepekaan mata manusia sehingga warna objek yang terekam pada citra, tampak seperti aslinya. Misalnya objek pohon tampak pada citra berwarna hijau, objek atap genteng berwarna cokelat, dan objek jalan aspal berwarna hitam. Proses interpretasi ini berguna untuk mengetahui jenis penggunaan lahan sehingga dapat memperoleh informasi persebaran permukiman, perkantoran, dan perdagangan. Informasi ini dapat digunakan sebagai salah satu parameter dalam penentuan lokasi pendirian kantor pos.

Proses interpretasi citra quickbird, dilakukan melalui proses digitasi on-screen. Artinya, kenampakan batas penggunaan lahan pada citra didigitasi secara langsung pada layer monitor dengan menggunakan tool editor, type file polygon, dan cut polygon. Menggunakan tool ini mirip seperti menjiplak peta secara manual melalui plastik transparan atau kertas kalkir.

Materi selanjutnya pemetaan yang bersumber dari penginderaan jauh, yaitu membuat peta tematik yang bersumber dari Citra Landsat 8. Citra Landsat merupakan  citra yang dihasilkan dari satelit Landsat milik NASA Amerika Serikat. Satelit ini diluncurkan pada 11 Februari 2013. Citra Landsat 8 merupakan generasi lanjutan dari Landsat 7. Perbedaannya citra Landsat 8 memiliki resolusi spektral 10 band sehingga lebih bervariasi dalam analisis citra digital.

Analisis citra digital diawali dengan proses pemotongan citra dengan fasilitas Arc Tool Box, Spatial Analysis Tool dan extract by mask. Tujuannya untuk mengurangi luasan wilayah yang dikaji dan file tidak terlalu besar, karena dalam satu file kapasitasnya sangatlah besar. File yang digunakan untuk memotong citra adalah file dalam format shp yaitu wilayah Banyuwangi. Tujuannya agar tampilan batas wilayah citra sama seperti batas wilayah administrasi Kabupaten Banyuwangi.

Proses selanjutnya setelah citra di potong, adalah melakukan komposit band 562 untuk tampilan bentuk muka bumi [geomorfologi]. Tujuannya untuk dapat melihat bentukan pegunungan, daerah landai dan dataran yang tampil pada citra. Band 56 merupakan band merah dan inframerah sangat cocok untuk kajian geomorfologi, band 2 tone color untuk melihat warna asli sesuai dengan kepekaan mata manusia. Proses yang dilakukan dengan melakukan dissolve file administrasi Banyuwangi sebagai peta dasar topografi.

Kemudian dilakukan dengan proses pemotongan polygon sesuai kenampakan yang ada pada citra membedakan wilayah pegunungan, daerah landai dan dataran. Selanjutnya, dilakukan input dan atributnya dengan menambah kolom atribut melalui tool add file. Setelah input data atribut, data atribut disesuaikan melalui fasilitas tool symbology sehingga dapat dibedakan masing-masing warna dari bentuk lahan. Hasilnya divisualisasikan dalam bentuk peta dan dilayout. Hasil ini tujuannya untuk melihat bentuk lahan yang sesuai untuk lokasi pendirian BTS, yaitu wilayah pegunungan atau perbukitan.

Pemetaan yang bersumber dari penginderaan jauh, merupakan materi penutup dari rangkaian kegiatan yang dilaksanakan selama tiga hari ini. Para peserta sangat antusias, mengikuti setiap materi yang diberikan, bahkan peserta sudah siap sebelum pelaksanaan dimulai dan pelatihan sangat terbantu dengan adanya modul pembelajaran, sehingga peserta bisa mengulanginya di rumah.

Kesimpulan yang bisa diambil dari pelatihan selama tiga hari ini, bahwa sangatlah kurang SDM-SDM yang mampu ataupun mahir terhadap Sistem Informasi Geografi dan Penginderaan Jauh dibidang Komunikasi dan Informatika. Padahal keduanya sangatlah penting dan minimal dasarnya haruslah diketahui karena SIG dan PJ dapat berguna bagi segala aspek dan bidang. Oleh sebab itu, hadirnya Prodi SaIG dan dilakukannya pelatihan ini diharapkan dapat memotivasi Instansi-instansi lainnya untuk mulai mempelajari  SIG dan PJ untuk Indonesia yang lebih maju.

Video yang berhubungan