Apa maksud bahasa bersifat sistematis
2. Perbedaan konsep :
3. Perbedaan konsep dalam kaitannya dengan studi fonologi dan morfologi :
Contoh : panci, terdiri atas p/a/n/c/i. Lutut terdiri atas l/u/t.
Contoh : /i/-/u/: kami-kamu, /c/-/t/: cari-tari.
Contoh : huruf /a/,/i/,/u/.
Contoh : /i/, [i], [I], /u/, [u], [U], [k], [?], [Ø].
Contoh : pe-, pem-, peng-, peny-, dan penge-.
Contoh : bentuk sakit adalah sebuah morfem karena tidak dapat dibagi menjadi bentuk-bentuk terkecil lainnya serta mengandung makna atau arti leksis. Bentuk meN- juga merupakan sebuah morfem, karena merupakan bentuk terkecil bahasa Indonesia, walau tidak mempunyai makna leksikal, tetapi mempunyai makna gramatikal.
Contoh : perubahan /N/ itu homogen. Sebagai contoh /N/ akan menjadi /m/ apabila dilekatkan pada bentuk dasar yang diawali fonem /b/. fonem /m/ dan /b/ sama-sama bunyi bilabial. 4. Studi linguistik mikro : Linguistik mikro memiliki obyek kajian yang berkenaan dengan masalah-masalah lingistik atau kebahasaan saja. Contoh : fonologi, morfologi, sintaksis, semantik & leksikologi. Studi linguistik makro : linguistik makro memasukan aspek-aspek lain yang berkenaan dengan bahasa sebagai objek kajian linguistik makro. Contoh : sosiolinguistik, psikolinguistik, antriopolinguistik, etnolinguistik, stilistka, filologi, dialektologi, filsafat bahasa dan neurolinguistik. 5. Paradikma masing-masing cakupan studi linguistik dalam melihat bahasa :
Cakupan : sistem bunyi bahasa.
Cakupan : analisis unsur-unsur pembentuk kata.
Cakupan : analisis frasa dan kalimat.
Cakupan : analisis makna mulai dari suku kata sampai kalimat.
Cakupan : wacana lisan yang disebut percakapan atau tuturan dan wacana tulis yang disebut teks.
Cakupan : historisitas, kriteria standarisasi, vitalitas, homogenesitas.
Cakupan : kajian-kajian tentang persepsi ujaran, proses mental dari peranan otak dan ingatan, pemerolehan bahasa anak-anak. DAFTAR PUSTAKA Alwasilah, Drs. A. Chaedar. 1990. Linguistik Suatu Pengantar, Angkasa:Bandung. Keraf, Dr. Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia, Nusa Indah:Jakarta. http://cakrabuwana.wordpress.com/noorantina-2/ http://pbsindonesia.fkip-uninus.org/media.php?module=detailmateri&id=81 http://id.wikipedia.org/wiki/Semiotika
TUGAS 2 PSIKOLINGUITIK Bahasa memiliki sifat yang sistematis, yang berarti bahwa dalam bahasa itu terdapat aturan atau kaidah. Beroperasinya bahasa selalu terkait pada aturan-aturan atau kaidah-kaidah bahasa yang berlaku. Karena itu pula dapat dikatakan bahwa itu teratur. Bahasa bersifat arbitrer yang tampak pada hubungan antara lambang dan yang dilambangkan dalam pengertian bahwa tidak ada hubungan langsung antara lambang dan yang dilambangi. Sifat arbitrer itu hanya berlaku dalam masyarakat bahasa dalam bentuk kesepakatan atau konvensi. Jadi, masyarakat bahasalah yang secara sewenang-wenang menentukan lambang-lambang dalam bahasa dan menentukan pula wujud yang dilambangi oleh lambang-lambang itu. Bahasa dapat disebut bersifat konvensional sebagai sifat hasil kesepakatan. Hal yang perlu dipahami adalah kenyataan bahwa kesepakatan itu bukanlah formal yang dinyatakan melalui musyawarah, sidang, rapat, atau kongres atau rapat raksasa menentukan lambang tertentu. Contoh masing-masing fungsi bahasa:
Untuk mengapresiasikan kehendak dan perasaan pada sasaran yang tepat. Contohnya: membuat karya sastra seperti prosa, puisi, cerpen, novel, dan roman-roman merupakan karya-karya yang lahir berkat bahasa sebagai alat ekspresi diri.
Sebagai makhluk sosial kita memerlukan bahasa dalam kehidupan sehari-hari untuk berkomunikasi. Tanpa berkomunikasi tidak ada orang yang saling mengenal satu sama lain, itulah merupakan bahasa sebagai alat komunikasi
Bahasa sebagai alat integrasi dan adaptasi merupakan pemahaman dari sebuah lingkungan sosial. Contohnya: penyesuaian diri dalam lingkungan yang berbeda dengan lingkungan yang kita tempati sebelumnya.
Contohnya: seorang yang berceramah, misalnya dalam khotbah jumat seorang ustads bercemarah untuk mengontrol masyarakat melaku hal-hal yang dilarang dalam agama islam dan mengarahkannya ke jalan yang benar.
1. Bahasa itu bersistem Bahasa sebagai sebuah sistem merupakan suatu susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Ia terdiri dari unsur-unsur atau komponen-komponen yang secara teratur menurut pola tertentu, dan membentuk satu kesatuan. Sebagai sebuah sistem, bahasa sekaligus bersifat sistematis dan sistemis. Bersifat sistematis, artinya bahwa bahasa tersusun menurut satu pola yang tidak tersusun secara acak atau sembarangan. Sementara secara sistemis berarti bahwa bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tapi terdiri juga dari sub-sistem atau sistem bawahan, seperti sub-sitem fonologi, sub-sistem morfologi, sub-sitem sintaksis, sub-sistem semantik. Kemudian tiap-tiap unsur dalam subsistem-subsistem tersebut juga tersusun menurut aturan atau pola tertentu, yang secara keseluruhan membentuk satu sistem. Jika tidak tersusun menurut aturan atau pola tertentu, maka subsistem tersebut tidak dapat berfungsi. Menurut Chaer (1995 : 15), Bersistem artinya susunan yang teratur berpola berbentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Bahasa terdiri atas unsur -unsur yang secara teratur tersusun menurut pola tertentu dan membentuk suatu kesatuan. Bahasa selain bersifat sistematis juga bersifat sistemis, artinya bahasa itu tidak bersistem tunggal melainkan terdiri atas beberapa subsistem yakni subsistem fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon. 2. Bahasa Bersifat Arbitrer Kata arbitrer mengandung arti manasuka. Tetapi istilah arbitrer disini adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut (Chaer 1994:45). Yang dimaksud dengan arbitrer adalah tidak adanya hubungan langsung yang bersifat wajib antara lambang dengan yang dilambangkannya. Dengan kata lain, hubungan antara bahasa dan wujud bendanya hanya didasarkan pada kesepakatan antara penurut bahasa di dalam masyarakat bahasa yang bersangkutan. Misalnya, lambang bahasa yang berwujud bunyi kuda dengan rujukannya yaitu seekor binatang berkaki empat yang biasa dikendarai, tidak ada hubungannya sama sekali, tidak ada ciri alamiahnya sedikit pun. 3. Bahasa Bersifat Konvensional Konvensional dapat diartikan sebagai satu pandangan atau anggapan bahwa kata- kata sebagai penanda tidak memiliki hubungan instrinsik atau inhern dengan objek, tetapi berdasarkan kebiasaan, kesepakatan atau persetujuan masyarakat yang didahului pembentukan secara arbitrer. Tahapan awal adalah manasuka/ arbitrer, hasilnya disepakati/ dikonvensikan, sehingga menjadi konsep yang terbagi bersama (socially shared concept). Meskipun hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkannya bersifat arbiter, tetapi penerimaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu yang bersifat konfensional. Artinya semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi konfensi bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya. Jadi kalau kearbiteran bahasa pada hubungan antara lambanag-lamabang bunyi dengan konsep yang dilambangkannya, maka kekonfensionalan bahasa terletak pada kepatuhan para penutur bahasa untuk menggunakan lambang itu sesuai dengan konsep yang dilambangkannya. Fungsi Bahasa 1. Contoh fungsi bahasa untuk menyatakan ekspresi diri Sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, bahasa menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada kita, sekurang-kurangnya untuk memaklumkan keberadaan kita. Unsur-unsur yang mendorong ekspresi diri antara lain : – Agar menarik perhatian orang lain terhadap kita – Keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi. Sebenarnya semua fungsi bahasa sebagai yang dikemukakan di atas tidak terpisah satu sama lain dalam kenyataan sehari-hari. Sehingga untuk menetapkan dimana yang satu mulai dan di mana yang lain berakhir sangatlah sulit. Pada taraf permulaan, bahasa pada anak-anak sebagai berkembang sebagai alat untuk menyatakan dirinya sendiri. Dalam buaian seorang bayi sudah dapat menyatakan dirinya sendiri, ia menangis bila lapar atau haus. Ketika mulai belajar berbahasa, ia memerlukan kata-kata untuk menyatakan lapar, haus dan sebagainya. Hal itu berlangsung terus hingga seorang menjadi dewasa; keadaan hatinya, suka-dukanya, semuanya coba diungkapkan dengan bahasa agar tekanan-tekanan jiwanya dapat tersalur. Kata-kata seperti, aduh, hai, wahai, dan sebagainya. Menceritakan pada kita kenyataan ini. 2. Contoh Fungsi Bahasa Sebagai Alat Komunikasi Bahasa adalah alat umum yang telah digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi sejak lama. Dalam kehidupan bahasa digunakan untuk bersosialisasi dengan orang lain antara lain dengan berbicara dan menggunakan isyarat/simbol. Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin menyampaikan gagasan dan pemikiran yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli atau menanggapi hasil pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi perhatian utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita (dalam arti kita menggunakan kata yang sudah umum). Contoh Percakapan 2 orang : Ari : Darimana saja kamu? Percakapan 2 orang tersebut menggunakan kata sederhana sehingga mudah dimengerti. 3. Contoh bahasa sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial Melalui bahasa seorang anggota masyarakat perlahan-lahan belajar mengenal segala adat istiadat, tingkah laku, dan tata karma masyarakatnya. Ia mencoba menyesuaikan dirinya (adaptasi) dengan semuanya melalui bahasa. Seorang pendatang bau dalam sebuah masyarakat pun harus melakukan hal yang sama. Bila ingin hidup dengan tentram dan harmonis dengan masyarakat itu ia harus menyesuaikan dirinya dengan masyarakat itu; untuk itu ia memerlukan bahasa, yaitu bahasa masyarakat tersebut. Bila ia dapat menyesuaikan dirinya maka ia pun dengan mudah membaurkan dirinya (integrasi) dengan segala macam tata karma masyarakat tersebut. 4. Contoh bahasa sebagai alat kontrol sosial Ceramah agama atau dakwah merupakan contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Lebih jauh lagi, orasi ilmiah atau merupakan alat kontrol sosial. Kita juga sering mengikuti diskusi atau acara bincang-bincang (talk show ) di televise atau radio. Iklan layanan Masyarakat atau layanan sosial merupakan salah satu wujud penerapan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Semua itu merupakan kegiatan berbahasa yang memberikan kepada kita cara untuk memperoleh pandangan baru, sikap baru, perilaku dan tindakan yang baik. Disamping itu. Kita belajar untuk menyimak dan mendengarkan pandangan orang lain mengenai suatu hal. |