Apa maksud dari peribahasa waktu adalah pedang

Banyak yang sering berkata, "Aku nggak ada waktu !!!", seakan-akan mereka di dalam sebuah kesibukan yang sangat bermanfaat…, akan tetapi kenyataannya ternyata masih banyak waktu kosong mereka...‎

Di lain pihak…banyak pula yang ingin "Membunuh waktu…" karena waktu mereka yang sangat terbuang-buang.., mereka bingung mau diapain waktu tersebut..??!!‎

Waktu itu ibarat pedang bermata ganda, bisa mendatangkan kebahagiaanmu dan bisa pula menjadi bumerang yang mendatangkan kesengsaraanmu.‎

Al-Imam Asy-Syafi'i rahimahullah menyebutkan sebuah perkataan :

الْوَقْتُ سَيْفٌ فَإِنْ لَمْ تَقْطَعْهُ قَطَعَكَ، وَنَفْسُكَ إِنْ أَشْغَلْتَهَا بِالْحَقِّ وَإِلاَّ اشْتَغَلَتْكَ بِالْبَاطِلِ

"Waktu ibarat pedang, jika engkau tidak menebasnya maka ialah yang akan menebasmu. Dan jiwamu jika tidak kau sibukkan di dalam kebenaran maka ia akan menyibukkanmu dalam kebatilan" (Dinukil oleh Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya Al-Jawaab Al-Kaafi hal 109 dan Madaarijus Saalikiin 3/129). Jika facebook tidak kau gunakan untuk bertakwa kepada Allah maka akan kau gunakan untuk bermaksiat…!!!

Sesungguhnya Allah telah memberikan nikmat begitu banyak kepada hamba-Nya yang tidak mungkin bisa dihitung, dan tidak akan sanggup manusia menghitung atau mengetahuinya secara terperinci karena begitu banyaknya,

Allah SWT. Berfirman:

وَءَاتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللهِ لا تُحْصُوهَا إِنَََََّ الإنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّار

Dan Dia (Allah) telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya, sungguh manusia itu sangat zhalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (Ibrahim :34)

Nikmat Allah yang paling mendasar, paling besar dan lebih berharga dari apapun,  yang mana manusia tidak bisa lepas darinya yaitu nikmat waktu. Dikatakan dalam sebuah Syair Arab   الوَقْتُ أَثْمَنُ مِنَ الذَّهَبِ (waktu itu lebih berharga daripada emas), karena waktu adalah kehidupan dan tempat berlabuhnya manusia. Disebutkan dalam Al Qur’an yang menerangkan keagungan nikmat ini, bahkan lebih dikhususkan lagi daripada yang lainnya. Banyak ayat yang menyebutkan keutamaan waktu, kedudukannya yang tinggi dan pengaruhnya yang sangat besar, bahkan Allah bersumpah didalam Al Qur’an dengan waktu (masa). Diantaranya :

وَالْعَصْرِ (1) إِنََّ الإنْسَانَ لََفِي خُسْرٍ(2) إِلَّاالذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَا صَوْابِالْحَقِّ وَتَوَا صَوْابِالصَّبْرِ‎

“Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran” (QS. Al-`Ashr: 1-3). 

Ibnu Abbas berkata bahwa pengertian dari والعصر      adalah waktu. Imam Taqiyyuddin Al Razi didalam tafsirnya menyebutkan bahwa Allah SWT bersumpah dengan waktu, yang mana didalamnya terdapat banyak keajaiban, karena dengan waktu dapat menyebabkan manusia bahagia atau sengsara, sehat atau sakit, kaya atau miskin.‎

Tidak Mampu Menghitung Nikmat Allah

Sungguh telah banyak nikmat yang telah dianugerahkan Allah Ta’ala kepada kita. Jika kita mencoba untuk menghitung nikmat tersebut niscaya kita tidak akan mampu untuk menghitungnya. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

“Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak mampu untuk menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (ni’mat Allah).” (QS Ibrahim [14] : 34)

Dalam Taisir Al Karimir Rahman, Syaikh As Sa’di mengatakan, “Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak mampu untuk menghitungnya” maka lebih-lebih lagi untuk mensyukuri nikmat tersebut. “Sungguh manusia benar-benar zholim dan kufur”. Itulah tabiat manusia di mana : (1) dia zholim dengan melakukan maksiat, (2) kurang dalam menunaikan hak Rabbnya, dan (3) kufur terhadap nikmat Allah Ta’ala. Dia tidak mensyukurinya, tidak pula mengakui nikmat tersebut kecuali bagi siapa yang diberi hidayah oleh Allah untuk mensyukuri nikmat tersebut dan mengakui hak Rabbnya serta menegakkan hak tersebut.”

Kenikmatan yang Terlupakan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan kepada kita bahwa waktu luang merupakan salah satu di antara dua kenikmatan yang telah diberikan Allah Ta’ala kepada manusia. Tetapi sangat disayangkan, banyak di antara manusia yang melupakan hal ini dan terlena dengannya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

“Ada dua kenikmatan yang banyak dilupakan oleh manusia, yaitu nikmat sehat dan waktu luang”. (Muttafaqun ‘alaih)

Ibnu Hajar dalam Fathul Bari membawakan perkataan Ibnu Baththol. Beliau mengatakan,”Makna hadits ini adalah bahwa seseorang tidaklah dikatakan memiliki waktu luang hingga badannya juga sehat. Barangsiapa yang mendapatkan seperti ini, maka bersemangatlah agar tidak tertipu dengan lalai dari bersyukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan oleh-Nya. Di antara bentuk syukur adalah melakukan ketaatan dan menjauhi larangan. Barangsiapa yang luput dari syukur semacam ini, dialah yang tertipu.”

Ibnul Jauzi dalam kitab yang sama mengatakan, ”Terkadang manusia berada dalam kondisi sehat, namun dia tidak memiliki waktu luang karena sibuk dalam aktivitas dunia. Dan terkadang pula seseorang memiliki waktu luang, namun dia dalam keadaan sakit. Apabila tergabung kedua nikmat ini, maka akan datang rasa malas untuk melakukan ketaatan. Itulah manusia yang telah tertipu (terperdaya).

Itulah manusia. Banyak yang telah terbuai dengan kenikmatan ini. Padahal setiap nikmat yang telah Allah berikan akan ditanyakan. Allah Ta’ala berfirman,

ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ

“Kemudian kamu pasti akan ditanya tentang kenikmatan (yang kamu bermegah-megahan di dunia itu)”. (QS At Takaatsur [102] : 8)

Waktu yang Telah Berlalu Tak Mungkin Kembali Lagi

Penyesalan terhadap waktu yang telah berlalu adalah penyesalan yang tinggal penyesalan. Ingatlah, waktu yang sudah berlalu tidak mungkin akan kembali lagi.

الوقت أنفاس لا تعود

“Waktu adalah nafas yang tidak mungkin akan kembali.”

Syaikh ‘Abdul Malik Al Qosim berkata, “Waktu yang sedikit adalah harta berharga bagi seorang muslim di dunia ini. Waktu adalah nafas yang terbatas dan hari-hari yang dapat terhitung. Jika waktu yang sedikit itu yang hanya sesaat atau beberapa jam bisa berbuah kebaikan, maka ia sangat beruntung. Sebaliknya jika waktu disia-siakan dan dilalaikan, maka sungguh ia benar-benar merugi. Dan namanya waktu yang berlalu tidak mungkin kembali selamanya.” (Lihat risalah “Al Waqtu Anfas Laa Ta’ud”, hal. 3)

Tanda waktu itu begitu berharga bagi seorang muslim karena kelak ia akan ditanya, di mana waktu tersebut dihabiskan,

لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ

“Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai: (1) umurnya di manakah ia habiskan, (2) ilmunya di manakah ia amalkan, (3) hartanya bagaimana ia peroleh dan (4) di mana ia infakkan dan (5) mengenai tubuhnya di manakah usangnya.” (HR. Tirmidzi no. 2417, dari Abi Barzah Al Aslami)

Hendaknya kita sadar bahwa waktu merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi seorang hamba. Sungguh disayangkan jika waktu belalu begitu saja tanpa digunakan untuk melakukan ketaatan dan beribadah kepada AllahTa’ala yang telah banyak memberikan nikmat kepada kita.

Waktu Laksana Pedang

Jika kita tidak pandai menggunakan pedang, niscaya pedang tersebut akan menebas diri kita sendiri. Demikian juga waktu yang telah diberikan oleh AllahTa’ala. Jika kita tidak mampu memanfaatkannya untuk berbuat ketaatan kepada-Nya, niscaya waktu akan menjadi bumerang bagi diri kita sendiri.

Dalam kitab Al Jawaabul Kaafi karya Ibnul Qayyim Al-Jauziyah disebutkan bahwa Imam Syafi’i pernah mendapatkan pelajaran dari orang sufi. Inti nasehat tersebut terdiri dari dua penggalan kalimat berikut:

الوقت كالسيف فإن قطعته وإلا قطعك، ونفسك إن لم تشغلها بالحق وإلا شغلتك بالباطل

“Waktu laksana pedang. Jika engkau tidak menggunakannya, maka ia yang malah akan menebasmu. Dan dirimu jika tidak tersibukkan dalam kebaikan, pasti akan tersibukkan dalam hal yang sia-sia.”

Saudaraku, senantiasalah engkau meminta pada Allah kebaikan pada hari ini dan hari besok karena hanya orang yang mendapatkan taufik dan pertolongan Allah Ta’ala yang dapat selamat dari tebasan pedang waktu.

Ibnu Mas’ud berkata,

ﻣﺎ ﻧﺪﻣﺖ ﻋﻠﻰ ﺷﻲﺀ ﻧﺪﻣﻲ ﻋﻠﻰ ﻳﻮﻡ ﻏﺮﺑﺖ ﴰﺴﻪ ﻧﻘﺺ ﻓﻴﻪ ﺃﺟﻠﻲ ﻭﱂ ﻳﺰﺩ ﻓﻴﻪ ﻋﻤﻠﻲ.

“Tiada yang pernah kusesali selain keadaan ketika matahari tenggelam, ajalku berkurang, namun amalanku tidak bertambah.”

Al Hasan Al Bashri berkata,

ﻣﻦ ﻋﻼﻣﺔ ﺇﻋﺮﺍﺽ ﺍﷲ ﻋﻦ ﺍﻟﻌﺒﺪ ﺃﻥ ﳚﻌﻞ ﺷﻐﻠﻪ  ﻓﻴﻤﺎ ﻻ ﻳﻌﻨﻴﻪ ﺧﺬﻻﻧﺎﹰ ﻣﻦ ﺍﷲ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ

“Di antara tanda Allah berpaling dari seorang hamba, Allah menjadikannya sibuk dalam hal yang sia-sia sebagai tanda Allah menelantarkannya.”

Waktu Sangatlah Berharga

Atau bahkan orang yang asyik menghabiskan waktunya buat “Facebook (bacalah dengan ejaan yang benar yaitu Pest book – buku hama) sarana menghabiskan waktu yang menghama alias mewabah. Memang ada kebaikan di dalamnya namun siapa yang bisa mengontrol alokasi waktu untuk mengakses pestbook? Oleh karena itu dibalik semua gemerlap gadget dan perlengkapan tersebut terkadang dapat melalaikan kita dari mengingat Allah. Oleh karena itu diperlukan tips dan trik untuk tetap dapat mengoptimalkan waktu dalam rangka mengingat Allah dan mengerjakan sesuatu yang lebih afdhol (utama).

Wahai saudaraku yang mulia...renungkanlah hadits berikut:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ، وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ»

Dari Anas bin Malik (radhiallahu’anhu) dia berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: ‘Surga itu dikelilingi oleh hal-hal yang dibenci (manusia), sedangkan Neraka itu dikelilingi oleh hal-hal yang menyenangkan.’”  Hadits Shohih   (HR. Muslim no. 2822)

Saudaraku yang semoga Allah senantiasa memudahkan kita untuk beristiqamah menuntut ilmu syar'i dan mempraktekkannya…marilah kita bersemangat mencari segala sesuatu yang bermanfaat untuk akhirat kita termasuk didalamnya kita harus menyiapkan jurus-jurus jitu untuk menyiasati "waktu" dan mengoptimalkannya dalam rangka melakukan ketaatan kepada Allah. Tidak boleh malas dan tidak boleh merasa lemah serta untuk senantiasa meminta pertolongan kepada Allah agar kita senantiasa mendapatkan kemudahan untuk beribadah kepada-Nya.

الْمُؤْمِنُ الْقَوِىُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِى كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَىْءٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا. وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ

"Seorang Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Namun masing-masing ada kebaikan. Bersemangatlah meraih apa-apa yang manfaat untukmu dan mohonlah pertolongan (hanya) kepada Allah, dan janganlah bersikap lemah. Jika engkau tertimpa suatu musibah janganlah mengatakan, “Seandainya aku berbuat begini dan begitu, niscaya hasilnya akan lain.” Akan tetapi katakanlah, “Takdir Allah (Allah telah mentakdirkannya), dan apa yang Dia kehendaki Dia Perbuat.” Sebab, mengandai-andai itu membuka pintu setan.”Hadits Shohih   (HR. Muslim no. 2664)

Saudaraku… mari kita perhatikan pula nasehat yang masyhur dari Imam as-Syafi’I rahimahullah:

صَحِبْتُ الصُّوفِيَّةَ فَلَمْ أَسْتَفِدْ مِنْهُمْ سِوَى حَرْفَيْنِ: أَحَدُهُمَا قَوْلُهُمْ: الْوَقْتُ سَيْفٌ، فَإِنْ قَطَعْتَهُ وَإِلَّا قَطَعَكَ. وَذَكَرَ الْكَلِمَةَ الْأُخْرَى: وَنَفْسُكَ إِنْ لَمْ تَشْغَلْهَا بِالْحَقِّ وَإِلَّا شَغَلَتْكَ بِالْبَاطِلِ.

“Aku pernah berkawan dengan orang-orang sufi, aku tidaklah mendapatkan pelajaran yang bermanfaat darinya selain dua hal. Pertama, dia mengatakan bahwa waktu bagaikan pedang. Jika kamu tidak memotongnya (memanfaatkannya), maka dia akan memotongmu.” Dan Beliau menyebutkan yang lainnyaa: Jika dirimu tidak tersibukkan dengan kebaikan, maka pastilah akan tersibukkan dengan perkara yang batil.”

Syaikh Ali Hasan al-Halaby hafizhohullah memberikan penjelasan catatan kaki dalam tahqiqnya terhadap kitab Ad-Da’wad Dawa’ (hal 239, cet. Dar Ibnul Jauzy 1419 H) tentang maksud perkataan Imam As-Syafi’I menyebutkan orang sufi adalah orang sufi yang ada pada zamannya, sedangkan orang sufi pada zaman sekarang tidak ada yang bisa diambil manfaatnya sama sekali.

Saudaraku perhatikanlah pula nasehat emas dari Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya Ad-Daa’ wa Dawaa’ (Lihat ad-Daa’ wa Dawaa’ tahqiq Syaikh Ali bin Hasan al-Halaby hal. 239),

فَوَقْتُ الْإِنْسَانِ هُوَ عُمُرُهُ فِي الْحَقِيقَةِ، وَهُوَ مَادَّةُ حَيَاتِهِ الْأَبَدِيَّةِ فِي النَّعِيمِ الْمُقِيمِ، وَمَادَّةُ الْمَعِيشَةِ الضَّنْكِ فِي الْعَذَابِ الْأَلِيمِ، وَهُوَ يَمُرُّ أَسْرَعَ مِنَ السَّحَابِ، فَمَا كَانَ مِنْ وَقْتِهِ لِلَّهِ وَبِاللَّهِ فَهُوَ حَيَاتُهُ وَعُمُرُهُ، وَغَيْرُ ذَلِكَ لَيْسَ مَحْسُوبًا مِنْ حَيَاتِهِ، وَإِنْ عَاشَ فِيهِ عَاشَ عَيْشَ الْبَهَائِمِ، فَإِذَا قَطَعَ وَقْتَهُ فِي الْغَفْلَةِ وَالسَّهْوِ وَالْأَمَانِيِّ الْبَاطِلَةِ، وَكَانَ خَيْرَ مَا قَطَعَهُ بِهِ النَّوْمُ وَالْبِطَالَةُ، فَمَوْتُ هَذَا خَيْرٌ لَهُ مِنْ حَيَاتِهِ.

“Waktu manusia merupakan umurnya yang sebenarnya. Waktu tersebut adalah waktu yang dimanfaatkan untuk mendapatkan kehidupan yang abadi lagi penuh kenikmatan dan terbebas dari kesempitan serta adzab yang pedih. Ketahuilah bahwa berlalunya waktu lebih cepat dari berlalunya kumpulan awan. Barangsiapa yang waktunya semata-mata diperuntukkan dalam rangka ketaatan dan beribadah kepada Allah, maka itu adalah waktu dan umurnya yang sebenarnya. Selain itu tidak dianggap sebagai kehidupannya, namun hanya dinilai layaknya seperti kehidupan binatang ternak."

“Jika waktu hanya dihabiskan untuk hal-hal yang membuat lalai, untuk sekedar menghamburkan hawa nafsu, berangan-angan yang sia-sia (batil), hanya dihabiskan dengan banyak tidur dan digunakan dalam kesia-siaan (yang kurang manfaatnya), maka sungguh kematian itu lebih layak bagi dirinya."  

Daud Ath Tho’i mengatakan,

إنما الليل والنهار مراحل ينزلها الناس مرحلة مرحلة حتى ينتهي ذلك بهم إلى آخر سفرهم ، فإن استطعت أن تـُـقدِّم في كل مرحلة زاداً لما بين يديها فافعل ، فإن انقطاع السفر عن قريب ما هو ، والأمر أعجل من ذلك ، فتزوّد لسفرك ، واقض ما أنت قاض من أمرك ، فكأنك بالأمر قد بَغَـتـَـك

Sesungguhnya malam dan siang adalah tempat persinggahan manusia sampai dia berada pada akhir perjalanannya. Jika engkau mampu menyediakan bekal di setiap tempat persinggahanmu, maka lakukanlah. Berakhirnya safar boleh jadi dalam waktu dekat. Namun, perkara akhirat lebih segera daripada itu. Persiapkanlah perjalananmu (menuju negeri akhirat). Lakukanlah apa yang ingin kau lakukan. Tetapi ingat, kematian itu datangnya tiba-tiba.

Tips dan Trik menyiasati waktu :

Banyak sekali tips dan trik dalam menyiasati waktu, namun yang akan dipilih dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:

Pertama   Tulislah apa saja yang akan dihafal dari al-Quran/al-Hadits pada hari ini di kertas kecil (seperempat folio) kemudian tempelkan di tempat-tempat atau alat-alat yang dilihat (baca: dipelototi setiap hari), seperti di desktop tempat kerja, di kendaraan, atau dimana saja yang kerap dilihat.

Kedua   Seringlah murajaah dan mempraktekannya. Hal itu sebagaimana nasehat dari Syaikh Sholeh al-Masy-ari hafizhahullah :

خَيْرُ الْوَسِيْلَةِ لِتَفَهُّمِ التَطْبِيْقُ

“Sarana yang terbaik untuk mendapatkan kefahaman adalah penerapan.” 

Kalau sedang menghafal quran maka prakteknya adalah ketika sholat sunnah atau quran dilantunkan ketika murajaah (mengulang-ulang) , kalau sedang menghafal hadits maka prakteknya adalah dengan ditulis dikertas dan diajarkan kepada orang yang berada di sekeliling kita (istri, anak-anak, orang tua dan keluarga).

Ketiga   Lakukan sedikit demi sedikit namun rutin. Simaklah hadits berikut ini:

عَنْ عَائِشَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ؟ قَالَ: أَدْوَمُهُ وَإِنْ قَلَّ

"Dari Aisyah radhiallahu’anha, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wassalam pernah ditanya “Amalan apakah yang paling Allah sukai?” Rasulullah Shallallahu’alaihi wassalam menjawab “Yang terus-menerus walaupun sedikit.” Hadits Shohih   (HR. Muslim no. 782 (216))

Yang terus menerus walaupun sedikit itu lebih baik daripada melakukan yang perkara yang besar namun terputus discontinue. Contoh nyata, seseorang ingin belajar bahasa arab ada program sebulan belajar bahasa arab express – ada embel embelnya jika anda tidak dapat faham bahasa arab uang kembali. Setelah sebulan selesai ia kembali ke “dunia”nya lagi tanpa ada murojaah dan follow up-nya maka ketika ditanya bagaimana hasil pelatihannya…wah bagus sekali…namun sayang sampai saat ini saya juga belum paham bahasa arab.

Keempat   Meminta kepada teman ataupun keluarga terdekat untuk mengingatkan tentang jadwal kegiatan murajaah. Misalnya ketika perjalanan ke tempat jauh, bawalah buku catatan apa yang akan dihafal, ataupun bisa membawa kitab lalu mintalah kepada istri, teman, atau kerabat untuk membacakannya di depan kita.

Kelima   Perbanyaklah doa memohon kepada Allah untuk dimudahkan dalam melakukan ibadah kepada-Nya.

اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

“Ya Allah, tolonglah aku untuk berdzikir kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu serta beribadah dengan baik kepada-Mu.” Hadits Shohih   (HR. Abu Dawud no. 1522, Ahmad no. 22126, An-Nasa-i dalam As-Sunan al-Kubro no. 9857, Shohih Abi Dawud (Al- Um) no. 1362 . ))

اللَّهُمَّ جَنِّبْنِيْ مُنْكَرَاتِ الأَخْلاَقِ ، وَ الأَهْوَاءِ ، وَ الأَعْمَالِ ، وَ الأَدْوَاءِ

"Ya Allah, jauhkanlah aku dari berbagai kemunkaran akhlaq, hawa nafsu, amal perbuatan dan segala macam penyakit.” Hadits Shohih   (HR. At-Tirmidzi no. 3591, Hakim I/532 dan disepakati oleh Imam adz-Dzahaby, Ibnu Hibban no. 2422 (Mawarid).‎

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي خَطِيئَتِي وَجَهْلِي، وَإِسْرَافِي فِي أَمْرِي، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي هَزْلِي وَجِدِّي وَخَطَايَايَ وَعَمْدِي، وَكُلُّ ذَلِكَ عِنْدِي

“Ya Allah, berikanlah ampunan kepadaku atas kesalahanku, kebodohanku, juga sikap berlebihanku dalam urusanku, dan segala sesuatu yang Engkau lebih mengetahuinya dariku. Ya Allah, berikanlah ampunan kepadaku atas canda dan keseriusanku, kesalahanku dan kesengajaanku dan semuanya itu ada pada diriku.” Hadits Shohih   (HR. Al-Bukhori no. 6399)

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ العَجْزِ ، وَ الْكَسَلِ ، وَ الْجُبْنِ ، وَ الْبُخْلِ ، وَ الْهَرَمِ ، وَ عَذَابِ الْقَبْرِ ، اَللَّهُمَّ آتِ نَفْسِي تَقْوَاهَا ، وَ زَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا ، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَ مَوْلاَهَا ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ ، وَ مِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ ، وَ مِنْ نَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ ، وَ مِنْ دَعْوَةٍ لاَ يُسْتَجَابُ لَهَا

“Ya Allah, sesungguhnya aku memahon perlindungan kepada-Mu dari kelemahan, kemalasan, sifat pengecut, kekikiran, pikun dan adzab kubur. Ya Allah, berikanlah ketakwaan pada diriku dan sucikanlah ia, karena Engkau-lah sebaik-baik Dzat yang menyuci-kannya. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak ber-manfaat, hati yang tidak khusyu’, nafsu yang tidak pernah puas dan do’a yang tidak dikabulkan.” Hadits Shohih   (HR. Muslim 4/2088 no. 2722)

يَا مُقَلِّبَ القُلُوْبِ ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنكَ

"Ya Rabb yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada agama-Mu."  Hadits Shohih   (HR. Ahmad VI/302, Hakim I/525, Tirmidzi no. 3522. Shahih, lihat Shahih at-Tirmidzi III/171 no. 2792.)

اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ القُلُوْبِ صَرِّفْ قُلُوْبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ

"Ya Allah, yang mengarahkan hati, arahkanlah hati-hati kami pada ketaatan kepada-Mu."  Hadits Shohih   (HR. Muslim no. 2654 dari Abdullah bin 'Amr al Ash radhiallahu'anhu)‎

Takhtimah‎

Mereka Selalu Menyesal Jika Waktu Berlalu Sia-Sia, Sedangkan Kita?

Basyr bin Al Harits berkata,

مررت برجل من العُبَّاد بالبصرة وهو يبكي فقلت ما يُبكيك فقال أبكي على ما فرطت من عمري وعلى يومٍ مضى من أجلي لم يتبين فيه عملي

“Aku pernah melewati seorang ahli ibadah di Bashroh dan ia sedang menangis. Aku bertanya, “Apa yang menyebabkanmu menangis?” Ia menjawab, “Aku menangis karena umur yang luput dariku dan atas hari yang telah berlalu, semakin dekat pula ajalku, namun belum jelas juga amalku.” (Mujalasah wa Jawahir Al ‘Ilm, 1: 46, Asy Syamilah).

Jangan Jadi Orang yang Menyesal Kelak

Sebagian orang kegirangan jikalau ia diberi waktu yang panjang di dunia. Bahkan inilah harapan ketika nyawanya telah dicabut, ia ingin kembali di dunia untuk dipanjangkan umurnya supaya bisa beramal sholih. Orang-orang seperti inilah yang menyesal di akhirat kelak, semoga kita tidak termasuk orang-orang semacam itu. Allah Ta’ala berfirman,

حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ

“Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia). Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan” (QS. Al Mu’minun: 99-100).

Ketika orang kafir masuk ke neraka, mereka berharap keluar dan kembali ke dunia dan dipanjangkan umur supaya mereka bisa beramal. Allah Ta’ala berfirman ‎

وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ

“Dan mereka berteriak di dalam neraka itu : “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan”. Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.” (QS. Fathir: 37).

Dalam ayat lainnya disebutkan pula,

وَلَوْ تَرَى إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ

“Dan, jika sekiranya kamu melihat mereka ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): “Ya Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin.”” (QS. As Sajdah: 12).

وَتَرَى الظَّالِمِينَ لَمَّا رَأَوُا الْعَذَابَ يَقُولُونَ هَلْ إِلَى مَرَدٍّ مِنْ سَبِيلٍ

“Dan kamu akan melihat orang-orang yang zalim ketika mereka melihat azab berkata: “Adakah kiranya jalan untuk kembali (ke dunia)?”” (QS. Asy Syura: 44).

قَالُوا رَبَّنَا أَمَتَّنَا اثْنَتَيْنِ وَأَحْيَيْتَنَا اثْنَتَيْنِ فَاعْتَرَفْنَا بِذُنُوبِنَا فَهَلْ إِلَى خُرُوجٍ مِنْ سَبِيلٍ ذَلِكُمْ بِأَنَّهُ إِذَا دُعِيَ اللَّهُ وَحْدَهُ كَفَرْتُمْ وَإِنْ يُشْرَكْ بِهِ تُؤْمِنُوا فَالْحُكْمُ لِلَّهِ الْعَلِيِّ الْكَبِيرِ

“Mereka menjawab: “Ya Tuhan kami Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?” Yang demikian itu adalah karena kamu kafir apabila Allah saja disembah. Dan kamu percaya apabila Allah dipersekutukan. Maka putusan (sekarang ini) adalah pada Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Ghafir: 11-12).

Qotadah mengatakan, “Beramallah karena umur yang panjang itu akan sebagai dalil yang bisa menjatuhkanmu. Marilah kita berlindung kepada Allah dari menyia-nyiakan umur yang panjang dalam hal yang sia-sia.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 553, pada tafsir surat Fathir ayat 37)

Waktu akan membunuh orang yang melalaikanya, maksudnya adalah bahwa pengaruhnya seakan akan membunuhnya, karena dengan melalaikan waktu maka kerugian, penyesalan, kesakitan  akan selalu menunggunya. ada yang mengatakan

  الوَقْتُ كَالسَّيْفِ إِذَا لَـمْ تَقْطَعْهُ قَطَعَكَ  

(waktu bagaikan pedang jika kamu tidak memotongnya maka dia akan memotongmu), Ibnu Abi Jamrah berkata dalam kitabnya “Bahjatu An Nufus” “potonglah waktu dengan perbuatanmu agar dia (waktu) tidak memotongmu”. Jadi jika kita tidak memanfaatkan waktu dengan sebaik baiknya, maka kita akan binasa sebagaimana binasanya seseorang yang terkena sabetan pedang jika dia tidak segera menghindar dan melawannya maka dia (pedang) akan memotong dan menghancurkannya, karena waktu bagaikan pedang yang membunuh.

Menyia-nyiakan waktu hanya untuk menunggu-nunggu pergantian waktu, itu sebenarnya lebih parah dari kematian. Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Al Fawa-id berkata,

اِضَاعَةُ الوَقْتِ اَشَدُّ مِنَ الموْتِ لِاَنَّ اِضَاعَةَ الوَقْتِ تَقْطَعُكَ عَنِ اللهِ وَالدَّارِ الآخِرَةِ وَالموْتِ يَقْطَعُكَ عَنِ الدُّنْيَا وَاَهْلِهَا

“Menyia-nyiakan waktu itu lebih parah dari kematian. Karena menyia-nyiakan waktu memutuskanmu dari (mengingat) Allah dan negeri akhirat. Sedangkan kematian hanya memutuskanmu dari dunia dan penghuninya.”‎

Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda‎