Apa pesan dari bacaan Matius 6 6 8?

Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.

TB: Alkitab Terjemahan Baru

 

Versi

Batalkan

Bahasa AlkitabBahasa Indonesia

Ubah Bahasa

    {{#items}}
  • {{local_title}}

  • {{/items}}

Bahasa

Batalkan

    {{#items}}
  • {{local_name}}
  • {{/items}}

Berbagi

Berbagi

https://www.bible.com/id/bible/306/MAT.6.6.TB

Baca Seluruh Pasal


Aplikasi Alkitab


Aplikasi Alkitab untuk Anak-Anak

Matius 6:6

Berbagi

Berbagi

https://www.bible.com/id/bible/306/MAT.6.6.TB

Baca Seluruh Pasal

Bandingkan Semua Versi: Matius 6:6

Rencana Bacaan dan Renungan gratis terkait dengan Matius 6:6

Berjaga-Jagalah Dan Berdoalah

Langkah Pertama Anda

Kebajikan Sejati: Memusatkan Kembali Apa yang Paling Penting

Anda SESUNGGUHNYA memiliki Sebuah Doa!

Akhir Diriku oleh Kyle Idleman

Ajaran-ajaran Yesus

Mengejar Wortel

Doa-doa yang Berbahaya

Disiplin Rohani dan Penginjilan

Menemukan Waktu Istirahat dalam Irama Kehidupan

Mendengar Suara Tuhan

Berbisnis Bersama Tuhan

Inspirasi Doa dari Tokoh-tokoh Perjanjian Lama

Puasa 21 Hari

21 Hari Tentang Kuasa Doa Oleh Angus Buchan

Seperti Apa Tuhan itu? Rencana Bacaan 21 Hari

Doa

Program Bacaan yang Lebih Baik

Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.

TB: Alkitab Terjemahan Baru

 

Versi

Batalkan

Bahasa AlkitabBahasa Indonesia

Ubah Bahasa

    {{#items}}
  • {{local_title}}

  • {{/items}}

Bahasa

Batalkan

    {{#items}}
  • {{local_name}}
  • {{/items}}

Berbagi

Berbagi

https://www.bible.com/id/bible/306/MAT.6.8.TB

Baca Seluruh Pasal


Aplikasi Alkitab


Aplikasi Alkitab untuk Anak-Anak

Matius 6:8

Berbagi

Berbagi

https://www.bible.com/id/bible/306/MAT.6.8.TB

Baca Seluruh Pasal

Bandingkan Semua Versi: Matius 6:8

Rencana Bacaan dan Renungan gratis terkait dengan Matius 6:8

Berjaga-Jagalah Dan Berdoalah

AMAN DALAM KENDALI ALLAH

Langkah Pertama Anda

Ikrar Pernikahan

Anda SESUNGGUHNYA memiliki Sebuah Doa!

Ajaran-ajaran Yesus

Mengejar Wortel

Doa-doa yang Berbahaya

Beri Ruang untuk Sesuatu yang Bermakna: 5 Kebiasaan Rohani untuk Pra-Paskah

Disiplin Rohani dan Penginjilan

Menemukan Waktu Istirahat dalam Irama Kehidupan

Berbisnis Bersama Tuhan

Inspirasi Doa dari Tokoh-tokoh Perjanjian Lama

Puasa 21 Hari

21 Hari Tentang Kuasa Doa Oleh Angus Buchan

Seperti Apa Tuhan itu? Rencana Bacaan 21 Hari

Doa

Program Bacaan yang Lebih Baik

Kami yang lebih dewasa, termasuk orang tua, dan pemimpin Gereja, serta dosen, dan teman kadang-kadang menasihati Anda untuk merencanakan masa depan. Kami mengimbau Anda untuk mengejar pendidikan dan latihan kejuruan sebagai persiapan untuk kehidupan di tahun-tahun yang akan datang. Kami mendorong Anda untuk meletakkan landasan bagi pernikahan dan keluarga serta untuk menindaki rencana-rencana itu. Kami memperingatkan Anda untuk memikirkan kemungkinan konsekuensi jauh ke depan ketika membuat keputusan tentang apa yang Anda lakukan hari ini (misalnya, apa yang Anda pasang dalam Internet). Kami menasihati Anda untuk berpikir tentang bagaimana Anda akan mengukur keberhasilan dalam hidup Anda dan kemudian menetapkan pola serta praktik yang akan menuntun menuju keberhasilan itu.

Semua ini mengungkapkan jalur yang bijak dan arif dalam hidup, dan dalam apa yang saya katakan malam ini, saya sama sekali tidak mengecilkan pentingnya berpikir dan berencana ke depan. Perencanaan dan persiapan matang adalah kunci menuju masa depan yang menjanjikan, tetapi kita tidak hidup di masa depan—kita hidup di masa kini. Adalah hari demi hari kita mengerjakan rencana kita untuk masa depan, dan adalah hari demi hari bahwa kami mencapai gol kita. Adalah hari demi hari kita membesarkan dan memelihara keluarga kita. Hari demi harilah kita mengatasi ketidaksempurnaan. Kita bertahan dalam iman sampai akhir hari demi hari. Adalah akumulasi dari banyak hari yang dijalani dengan baik yang berujung pada kehidupan yang penuh dan menjadi seorang yang seperti orang suci. Karenanya saya ingin berbicara kepada Anda tentang hidup dengan baik hari demi hari.

Memandang kepada Allah untuk Apa yang Diperlukan Setiap Hari

Dalam Lukas tercatat bahwa salah seorang murid-Nya menanyai Yesus, “Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya” (Lukas 11:1). Yesus kemudian memberikan pola untuk doa yang menjadi terkenal sebagai Doa Tuhan. Hal yang sama tercatat dalam Matius sebagai bagian dari Khotbah di Bukit (lihat Matius 6:9–13).

Yang termasuk dalam Doa Tuhan adalah petisi, “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya” (Matius 6:11) atau “Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya” (Lukas 11:3). Saya percaya kita semua siap mengakui bahwa kita memiliki keperluan setiap hari sehingga kita menginginkan bantuan Bapa Surgawi dalam menanganinya. Bagi sebagian orang pada hari tertentu, itu secara harfiah adalah roti—, yaitu, makanan yang diperlukan untuk menunjang hidup hari itu. Bisa juga kekuatan rohani dan jasmani untuk menghadapi satu hari lagi penyakit kronis atau rehabilitasi lambat yang menyakitkan. Dalam kasus lain, mungkin kebutuhan yang kurang konkret seperti apa yang berkaitan dengan kewajiban atau kegiatan seseorang hari itu—mengajarkan pelajaran atau mengerjakan ujian, misalnya.

Yesus mengajari kita, para murid-Nya, bahwa kita hendaknya memandang Allah setiap hari untuk roti—bantuan dan makanan—yang kita perlukan pada hari tertentu itu. Ini konsisten dengan nasihat untuk “berdoa selalu, dan janganlah melemah; bahwa kamu mesti tidak melakukan apa pun bagi Tuhan kecuali pertama-tama kamu berdoa kepada Bapa dalam nama Kristus, bahwa Dia akan mempersucikan kinerjamu bagimu, agar kinerjamu boleh untuk kesejahteraan jiwamu” (2 Nefi 32:9).

Undangan Tuhan untuk mencari roti harian kita dari tangan Bapa Surgawi kita, berbicara tentang Allah yang mengasihi, yang mengetahui bahkan keperluan yang kecil, yang harian dari anak-anak-Nya serta yang ingin sekali membantu mereka, seorang demi seorang. Dia berfirman bahwa kita dapat meminta dalam iman dari Makhluk itu “yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit, maka hal itu akan diberikan kepadanya” (Yakobus 1:5). Itu, tentunya, amat membesarkan hati, tetapi ada sesuatu yang bekerja di sini yang lebih signifikan daripada sekadar bantuan untuk hidup dari hari ke hari. Sewaktu kita mencari dan menerima roti ilahi hari demi hari, iman dan kepercayaan kita kepada Allah dan Putra-Nya tumbuh.

Memandang kepada Allah Setiap Hari untuk Keperluan Kita Memelihara Iman

Anda akan ingat eksodus besar suku-suku Israel dari Mesir dan empat puluh tahun di padang belantara sebelum memasuki tanah mereka yang dijanjikan. Rombongan besar dari lebih sejuta orang harus diberi makan. Tentunya sejumlah itu di satu lokasi tidak dapat bertahan hidup lama dengan hewan buruan, dan gaya hidup semi nomaden mereka saat itu tidak kondusif untuk bercocok tanam atau beternak dalam jumlah yang signifikan. Yehova mengatasi tantangan itu dengan secara ajaib menyediakan roti harian mereka dari surga—manna. Bahan makanan kecil ini yang muncul di tanah setiap pagi adalah sesuatu yang baru dan tak dikenal. Nama manna, pada kenyataannya, berasal dari kata yang berarti “Apakah ini?” Melalui Musa, Tuhan menginstruksikan orang-orang untuk mengumpulkan cukup untuk hari itu, kecuali pada hari sebelum hari Sabat, ketika mereka mengumpulkan cukup untuk dua hari.

Pada awalnya, terlepas dari petunjuk spesifik Musa, sebagian orang mencoba mengumpulkan lebih daripada secukupnya untuk satu hari dan menyimpan sisanya.

“Musa berkata kepada mereka: ’Seorang pun tidak boleh meninggalkan daripadanya sampai pagi.’

Tetapi ada yang tidak mendengarkan Musa dan meninggalkan dari padanya sampai pagi, lalu berulat dan berbau busuk” (Keluaran 16:19–20).

Meskipun demikian, sebagaimana dijanjikan, ketika mereka mengumpulkan manna dua kali jumlah hari biasa pada hari keenam, manna itu tidak rusak.

“Mereka membiarkannya di tempatnya sampai keesokan harinya, seperti yang diperintahkan Musa; lalu tidaklah berbau busuk dan tidak ada ulat di dalamnya.

Selanjutnya kata Musa: ‘Makanlah itu pada hari ini, sebab hari ini adalah sabat untuk Tuhan, pada hari ini tidaklah kamu mendapatnya di padang.

Enam hari lamanya kamu memungutnya, tetapi pada hari yang ketujuh ada sabat; maka roti itu tidak ada pada hari itu’” (Keluaran 16:22–26).

Meskipun demikian, lagi-lagi, sebagian tidak dapat percaya tanpa melihat dan mereka pergi mengumpulkan manna pada hari Sabat.

“Sebab itu Tuhan berfirman kepada Musa: ‘Berapa lama lagi kamu menolak mengikuti segala perintah-Ku dan hukum-Ku?

Perhatikanlah, Tuhan telah memberikan sabat itu kepadamu; itulah sebabnya pada hari keenam Ia memberikan kepadamu roti untuk dua hari. Tinggallah kamu di tempatmu masing-masing, seorang pun tidak boleh keluar dari tempatnya pada hari ketujuh itu’” (Keluaran 16:28–29).

Tampaknya bahkan pada zaman dahulu sama seperti sekarang ada sebagian orang yang tidak dapat menahan diri berbelanja pada hari Sabat.

Dengan menyediakan makanan harian, hari demi hari, Yehova mencoba mengajarkan iman kepada suatu bangsa yang selama kurun waktu sekitar 400 tahun telah kehilangan sebagian besar iman leluhur mereka. Dia mengajari mereka untuk memercayai-Nya, “pandanglah kepada[-Nya] dalam setiap pemikiran; janganlah ragu, janganlah takut” (A&P 6:36). Dia menyediakan cukup untuk satu hari setiap kali. Kecuali pada hari keenam, mereka tidak dapat menyimpan manna untuk digunakan pada hari atau hari-hari berikutnya. Intinya, anak-anak Israel harus berjalan bersama-Nya hari ini dan percaya bahwa Dia akan memberikan makanan dengan jumlah secukupnya untuk hari berikutnya pada hari berikutnya, dan seterusnya. Dengan cara itu, Dia tidak pernah dapat terlalu jauh dari benak dan hati mereka.

Kita hendaknya mencatat, selain itu, bahwa empat puluh tahun manna bukan dimaksudkan sebagai sedekah. Begitu suku Israel berada dalam keadaan dapat menyediakan kebutuhan mereka sendiri, mereka dituntut untuk melakukannya. Setelah mereka menyeberangi Sungai Jordan dan telah bersiap untuk menaklukkan Kanaan, dimulai di Yeriko, tulisan suci mencatat bahwa “Lalu pada hari sesudah Paskah mereka makan hasil negeri itu [yang adalah, tahun panen sebelumnya],” …

“Lalu berhentilah manna itu, pada keesokan harinya setelah mereka makan hasil negeri itu. Jadi orang Israel tidak beroleh manna lagi, tetapi dalam tahun itu mereka makan yang dihasilkan tanah Kanaan” (Yosua 5:11–12).

Begitu juga, ketika kita memohon kepada Allah untuk roti harian kita—untuk bantuan pada saat kita tidak dapat menyediakannya sendiri—kita mesti tetap aktif dalam melakukan dan menyediakan apa yang ada dalam batas kemampuan kita.

Percayalah kepada Tuhan—Solusi Dapat Datang Seiring Berjalannya Waktu

Beberapa saat sebelum saya dipanggil sebagai Pembesar Umum, saya menghadapi tantangan ekonomi pribadi yang bertahan selama beberapa tahun. Itu bukan terjadi karena kesalahan atau maksud buruk siapa pun, hanyalah salah satu hal yang kadang-kadang datang dalam kehidupan kita. Itu pasang surut dalam keseriusan dan urgensinya, tetapi tidak pernah hilang secara tuntas. Kadang-kadang tantangan ini mengancam kesejahteraan keluarga saya dan saya, dan saya pikir kami dapat menghadapi kehancuran finansial. Saya berdoa memohon suatu campur tangan ajaib untuk membebaskan kami. Meskipun saya mengucapkan doa beberapa kali dengan penuh ketulusan dan keinginan terdalam, pada akhirnya adalah “Tidak”. Akhirnya saya belajar untuk berdoa selayaknya Juruselamat lakukan: “Tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi” (Lukas 22:42). Saya mengupayakan bantuan Tuhan dengan setiap langkah kecil sepanjang jalan menuju resolusi akhir.

Adakalanya saya telah menghabiskan semua sumber saya, ketika tidak ada tempat atau siapa pun untuk berpaling pada saat itu, ketika tidak ada insan manusia lain yang dapat saya hubungi untuk membantu menanggung beban saya. Tanpa ada jalan lain, lebih dari sekali saya terjatuh di hadapan Bapa Surgawi saya memohon dengan berurai air mata untuk bantuan-Nya. Dan Dia memang membantu. Kadang-kadang tidak lebih dari rasa damai, perasaan yakin bahwa semuanya akan teratasi. Saya mungkin tidak melihat bagaimana atau apa jalan itu, tetapi Dia memberi tahu saya bahwa, secara langsung atau tidak langsung, Dia akan membukakan jalan. Keadaan mungkin berubah, gagasan yang baru dan bermanfaat mungkin muncul di benak, pemasukan yang tidak terduga atau sumber lain mungkin muncul pada waktu yang tepat. Entah bagaimana ada suatu resolusi.

Walaupun saya menderita ketika itu, sewaktu menengok ke belakang sekarang, saya bersyukur bahwa tidak ada solusi cepat bagi masalah saya. Kenyataan bahwa saya dipaksa untuk berpaling kepada Allah untuk bantuan hampir setiap hari selama kurun waktu yang lama hingga bertahun-tahun, sesungguhnya mengajari saya cara berdoa dan mendapatkan jawaban atas doa, serta mengajari saya dengan cara yang sangat praktis untuk beriman kepada Allah. Saya jadi mengenal Juruselamat saya dan Bapa Surgawi saya dengan cara dan tingkatan yang mungkin tidak terjadi dengan cara lain atau mungkin membutuhkan waktu yang jauh lebih lama untuk dicapai. Saya belajar bahwa roti harian adalah komoditas berharga. Saya belajar bahwa manna dewasa ini dapat sama nyatanya dengan manna fisik dari sejarah Alkitab. Saya belajar percaya kepada Tuhan dengan segenap hati saya. Saya belajar berjalan bersama-Nya hari demi hari.

Bekerja Menyelesaikan Persoalan-Persoalan Besar dalam Pengelolaan Kecil Setiap Hari

Meminta kepada Allah roti harian kita, alih-alih roti mingguan, bulanan, atau tahunan, juga adalah cara untuk berfokus pada serpihan masalah yang lebih kecil dan lebih dapat dikelola. Berurusan dengan sesuatu yang sangat besar, kita mungkin perlu mengerjakannya dalam serpihan yang kecil, yang harian. Kadang-kadang segala yang dapat kita tangani hanyalah satu hari (atau bahkan hanya bagian dari satu hari) setiap kalinya. Izinkan saya memberikan contoh yang bukan dari tulisan suci.

Buku yang belum lama saya baca berjudul Lone Survivor [Satu-Satunya Yang Selamat], menuturkan kembali kisah tragis tim beranggotakan 4 orang U.S. Navy SEALS [Satuan Khusus Angkatan Laut AS] dalam misi terselubung di sektor terpencil Afganistan lima setengah tahun silam. Ketika tak sengaja dipergoki oleh para penggembala—dua orang pria dan seorang anak lelaki—anggota Angkatan Laut yang terlatih khusus ini memiliki pilihan membunuh mereka atau membiarkan mereka pergi, menyadari bahwa jika dibiarkan hidup, mereka berdua dapat membeberkan lokasi tim tersebut dan mereka dapat segera diserang oleh serdadu Al-Kaida serta Taliban. Walaupun demikian, mereka membiarkan kedua penggembala tak berdosa itu pergi, dan dalam pertempuran senjata yang terjadi, hanya si penulis, Marcus Luttrell, yang selamat melawan lebih dari 100 penyerang.

Dalam bukunya, Luttrell menuturkan kembali pelatihan ekstrem dan ketahanan yang dituntut bagi seseorang untuk memenuhi persyaratan menjadi anggota Satuan Khusus dalam Angkatan Laut AS. Dalam kelompok pelatihan Luttrell, misalnya, dari 164 pria yang ikut, hanya 36 yang mampu menuntaskan kursus itu. Mereka menanggung selama berminggu-minggu pengurasan tenaga fisik yang terus-menerus, keluar masuk air samudra yang dingin, berenang, mendayung dan mengangkut perahu karet, berlari di pasir, ratusan push-up setiap hari, mengangkut kayu melalui rintangan, dan sebagainya. Mereka tak henti-hentinya berada dalam keadaan kelelahan.

Saya terkesan dengan sesuatu yang dikatakan seorang perwira senior kepada kelompok itu sewaktu mereka memulai fase pelatihan mereka yang terakhir dan paling menuntut.

“Pertama-tama,” katanya, “saya tidak ingin Anda menyerah pada tekanan sesaat. Kapan pun Anda sangat kesakitan, bertahanlah saja. Selesaikan hari ini. Kemudian, jika Anda masih merasa buruk, pikirkanlah tentang hal itu dengan lama dan menyeluruh sebelum Anda memutuskan berhenti. Kedua, jalanilah hari demi hari. Fase demi fase.

Jangan biarkan pikiran Anda menerawang jauh bersama Anda, jangan mulai berencana untuk melepaskan diri karena Anda khawatir tentang masa depan dan sejauh mana yang sanggup Anda tanggung. Jangan memikirkan rasa sakit yang akan datang. Selesaikan saja hari ini, dan disanalah terdapat karir yang luar biasa di depan Anda.”1

Pada umunya adalah baik untuk mencoba mengantisipasi apa yang akan datang dan bersiap menanganinya. Kadang-kadang, meskipun demikian, adakalanya nasihat panglima ini bijak, “Jalanilah hari demi hari … Jangan memikirkan rasa sakit yang akan datang. Selesaikan saja hari ini.” Khawatir mengenai apa yang akan atau dapat datang dapatlah melemahkan. Itu dapat melumpuhkan kita dan membuat kita berhenti.

Di tahun 1950-an ibu saya selamat dari operasi kanker yang besar, tetapi betapa pun sulitnya, operasi tersebut diikuti dengan lusinan perawatan radiasi yang menyakitkan dalam keadaan yang sekarang dianggap kondisi medis yang agak primitif. Dia berujar bahwa ibunya mengajarinya sesuatu selama masa itu yang telah menolongnya sampai saat ini, “Saya begitu sakit dan lemah, dan saya berkata kepadanya suatu hari, ‘Oh, Ibu, saya tidak dapat lagi untuk menjalani enam belas kali perawatan itu,’ dia berkata, ‘Dapatkah kamu pergi hari ini?’ ‘Ya.’ ‘Kalau begitu, sayang, itu semua yang kamu harus lakukan hari ini.’ Itu telah sering kali menolong saya ketika saya ingat untuk mengambil satu hari atau satu hal hari demi hari.”

Roh dapat membimbing kita kapan perlu memandang ke depan dan kapan kita hendaknya menanganinya satu hari ini saja, satu saat ini saja. Jika kita bertanya, Tuhan akan memberi tahu kita melalui Roh Kudus kapan saat yang patut bagi kita untuk menerapkan dalam hidup kita perintah yang Dia berikan kepada para rasul-Nya zaman dahulu, “Janganlah oleh karena itu memikirkan esok hari, karena esok hari akan memikirkan segala sesuatunya sendiri. Cukuplah hari ini untuk kenahasannya” (3 Nefi 13:34; lihat juga Matius 6:34).

“Roti Harian” Allah Diperlukan dalam Mencapai Potensi Kita

Saya telah menyarankan bahwa meminta dan menerima roti harian dari tangan Allah memainkan bagian vital dalam belajar memercayai Allah dan dalam menanggung tantangan hidup. Kita juga perlu porsi harian dari roti ilahi untuk menjadi apa kita mestinya menjadi. Bertobat, memperbaiki diri, dan akhirnya mencapai “tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus” (Efesus 4:13) sebagaimana Paulus mengungkapkannya, adalah proses langkah demi langkah. Menyertakan kebiasaan baru dan sehat dalam karakter kita, atau mengatasi kebiasaan buruk atau kecanduan, sering kali berarti upaya hari ini diikuti upaya yang lain esok, dan kemudian yang lain, barangkali selama berhari-hari, bahkan berbulan-bulan dan bertahun-tahun, sampai kemenangan tercapai. Tetapi kita dapat melakukannya karena kita dapat memohon kepada Allah untuk roti harian kita, untuk bantuan yang kita perlukan setiap hari.

Ini adalah musim resolusi Tahun baru, dan saya ingin mengutip kepada Anda perkataan dari Presiden N. Eldon Tanner, yang tadinya sebagai penasihat Presindensi Utama, “Sewaktu kita merenung pada nilai dari memutuskan untuk melakukan lebih baik, marilah kita memutuskan untuk mendisiplinkan diri kita untuk secara hati-hati memilih resolusi yang kita buat, untuk mempertimbangkan tujuan dari membuat itu, dan akhirnya, untuk bertekad menjalankannya serta tidak membiarkan rintangan apa pun dapat menghentikan kita. Marilah kita mengingatkan diri kita sendiri di awal setiap hari bahwa kita dapat mempertahankan resolusi untuk hari itu saja. Sewaktu kita melakukan ini, itu dapat menjadi lebih mudah sampai akhirnya menjadi kebiasaan kita.”2

Lebih setahun lalu, Penatua David A. Bednar berbicara tentang konsistensi dalam praktik harian sederhana seperti doa keluarga, pembelajaran tulisan suci, dan malam keluarga sebagai yang krusial dalam membangun keluarga yang berhasil. Upaya konsisten dalam langkah yang tampaknya kecil yang harian adalah asas kunci dalam mencapai pekerjaan besar apa pun, termasuk kemajuan di jalan kemuridan. Sebagai ilustrasi pelajaran, Penatua Bednar membandingkan tindakan harian dengan sapuan kuas individu dalam sebuah lukisan yang bersama-sama dengan berlalunya waktu menghasilkan sebuah karya seni. Dia berkata,

“Di kantor saya ada sebuah lukisan indah mengenai ladang gandum. Lukisan itu merupakan koleksi besar dari sapuan-sapuan kuas individu—tak satu pun secara terpisah merupakan hal yang menarik atau mengesankan. Sesungguhnya, jika Anda berdiri dekat dengan kanvas itu, yang dapat Anda lihat adalah sekumpulan besar sapuan cat warna kuning, emas, dan coklat yang tidak berhubungan dan tidak menarik. Bagaimanapun juga, sewaktu Anda perlahan-lahan menjauhi kanvas, seluruh sapuan-sapuan kuas individu bergabung dan menghasilkan sebuah pemandangan ladang gandum yang menakjubkan ….

… Seperti sapuan-sapuan cat kuning, emas, dan coklat melengkapi satu sama lain dan menghasilkan karya yang mengagumkan, begitu pula tindakan konsisten kita selayaknya hal yang kecil dapat menuntun pada hasil rohani yang signifikan. ‘Karenanya, janganlah letih dalam melakukan yang baik, karena kamu sedang meletakkan landasan suatu pekerjaan besar. Dan dari hal-hal yang kecil mulailah apa yang besar’ (A&P 64:33).”3

Presiden Ezra Taft Benson, berbicara mengenai pertobatan, memberikan nasihat berikut:

“Kita mesti berhati-hati, sewaktu kita berupaya untuk menjadi lebih dan lebih [seperti Kristus], agar kita tidak menjadi putus asa dan kehilangan harapan. Menjadi seperti Kristus adalah pengejaran seumur hidup dan sangat sering melibatkan pertumbuhan dan perubahan yang lambat, hampir tak kelihatan. Tulisan suci mencatat kisah-kisah luar biasa dari orang yang hidupnya berubah secara dramatis, yang seakan-akan tampak instan: Alma yang Muda, Paulus di jalan menuju Damaskus, Enos berdoa hingga larut malam, Raja Lamoni. Contoh menakjubkan seperti itu dari kuasa untuk mengubah bahkan mereka yang terbenam dalam dosa memberi keyakinan bahwa Pendamaian dapat menjangkau bahkan mereka yang dalam keputusasaan paling dalam.

Tetapi kita mesti waspada ketika kita membahas contoh-contoh yang luar biasa ini. Walaupun itu nyata dan kuat, itu adalah pengecualian alih-alih kelaziman. Untuk setiap Paulus, untuk setiap Enos, untuk setiap Raja Lamoni, ada ratusan dan ribuan orang yang menemukan proses pertobatan yang jauh lebih halus, jauh lebih tak kelihatan. Hari demi hari mereka bergerak lebih dekat kepada Tuhan, hanya sedikit menyadari bahwa mereka membangun kehidupan seperti Allah. Mereka menjalani kehidupan yang tenang penuh dengan kebaikan, pelayanan, dan tekad ….

Kita tidak boleh kehilangan harapan. Harapan adalah sauh bagi jiwa manusia. Setan ingin kita menyingkirkan sauh itu. Dengan cara itu dia dapat membawa keputusasaan dan penyerahan diri. Tetapi kita tidak boleh kehilangan harapan. “Tuhan senang akan setiap upaya, bahkan yang kecil yang harian yang dengannya kita berusaha untuk menjadi lebih seperti Dia.”4

Carilah Pertolongan Tuhan dalam Melayani Sesama

Nah, ingat bahwa kita hendaknya tidak saja melihat ke dalam ketika kita mencari jatah harian dari roti ilahi. Jika kita ingin menjadi lebih seperti sang Guru, Dia yang datang “bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani” (Markus 10:45), kita akan mencari bantuan-Nya agar dapat melayani sesama kita hari demi hari.

Presiden Thomas S. Monson menjalani asas ini lebih baik daripada siapa pun yang saya kenal. Di dalam hatinya senantiasa ada sebuah doa agar Allah akan mengungkapkan kebutuhan dan sarana baginya untuk membantu mereka di sekitarnya hari atau saat kapan pun. Satu contoh dari masanya sebagai uskup mengilustrasikan fakta bahwa kadang-kadang bahkan sedikit upaya dapat, dengan kerjanya Roh, menghasilkan buah yang luar biasa. Saya mengutip dari biografi Heidi Swinton mengenai Presiden Monson, To the Rescue [Untuk Menyelamatkan]:

“Seseorang yang kepadanya [Presiden Monson] jangkau adalah Harold Gallacher. Istri dan anak-anaknya aktif di Gereja, tetapi Harold tidak. Putrinya, Sharon, meminta Uskup Monson ‘melakukan sesuatu’ untuk membawa ayahnya kembali ke dalam keaktifan. Sebagai uskup, suatu hari dia merasa terdorong untuk mengunjungi Harold. Adalah suatu hari musim panas yang gerah ketika dia mengetuk pintu kasa Harold. Uskup dapat melihat Harold sedang duduk di kursinya, mengisap rokok dan membaca surat kabar.‘Siapa itu?’ Harold bertanya dengan enggan, tanpa menatap.

‘Uskup Anda,’ Tom menjawab. ‘Saya datang untuk berkenalan dan mendorong kehadiran Anda bersama keluarga Anda di pertemuan-pertemuan kami.’

‘Tidak, saya terlalu sibuk,’ terdengar tanggapan yang meremehkan. Dia tidak pernah menatap.Tom berterima kasih kepadanya karena mau mendengarkan dan meninggalkan ambang pintu. Keluarga itu pindah tanpa pernah sekalipun Harold menghadiri kebaktian.

Bertahun-tahun kemudian, Brother Gallacher menelepon kantor Penatua Thomas S. Monson dan meminta untuk membuat janji bertemu dengannya.

‘Tanyakan apakah namanya adalah Harold G. Gallacher,’ Penatua Monson memberi tahu sekretarisnya, ’dan apakah dia pernah tinggal di Vissing Place No. 55 serta memiliki putri bernama Sharon.’ Ketika sekretaris melakukannya, Harold terkejut bahwa Penatua Monson mengingat detail seperti itu. Ketika keduanya bertemu kemudian, mereka berpelukan. Harold berkata, ‘Saya datang untuk meminta maaf karena tidak bangkit dari kursi saya dan mengundang Anda masuk pada hari musim panas bertahun-tahun yang lalu.’ Penatua Monson bertanya kepadanya apakah dia aktif di Gereja. Dengan senyum masam, Harold menjawab, ‘Saya sekarang penasihat kedua dalam keuskupan lingkungan saya. Ajakan Anda untuk datang ke Gereja, serta tanggapan negatif saya, begitu menghantui saya sehingga saya memutuskan untuk melakukan sesuatu mengenai itu.’”5

Pilihan-Pilihan Setiap Hari Memiliki Konsekuensi Kekal

Berpikir mengenai roti harian kita membuat kita sadar akan detail kehidupan kita, mengenai signifikansi dari hal-hal kecil yang mengisi hari-hari kita. Pengalaman mengajarkan bahwa dalam pernikahan, misalnya, aliran terus-menerus dari kebaikan hati, bantuan, dan perhatian berbuat jauh lebih banyak untuk menjaga cinta tetap hidup dan memelihara hubungan daripada tindakan sesekali yang hebat atau mahal. Itu bukan berarti, para brother—Anda yang sudah menikah—bahwa istri Anda tidak akan menghargai sesuatu yang baru dan benar-benar bagus untuk dikenakan atau sekali-sekali hadiah lainnya yang mengungkapkan, dengan sikap yang berani, bagaimana perasaan Anda tentang dia (tentunya, dalam parameter anggaran Anda yang menyedihkan). Sekadar ungkapan kasih sayang yang terus-menerus, yang sehari-hari, baik dalam perkataan maupun tindakan, adalah jauh lebih bermakna untuk jangka panjangnya.

Begitu juga, dalam pilihan sehari-hari kita dapat mencegah pengaruh buruk tertentu yang memasuki hidup kita dan menjadi bagian dari diri kita apa adanya. Dalam pembahasan informal yang Penatua Neal A. Maxwell dan saya lakukan beberapa tahun lalu dengan seorang pemimpin imamat dalam konferensi pasak, kami mengamati bahwa orang dapat menghindari sebagian besar pornografi dan gambar porno hanya dengan membuat pilihan yang baik. Sebagian besar, itu hanyalah masalah disiplin diri untuk tidak pergi ke mana pornografi mungkin dapat ditemukan—secara fisik maupun di dunia maya. Walaupun demikian, kami mengakui bahwa karena itu begitu tragis meresap, pornografi dapat menyerang secara tak terduga seseorang yang tidak memedulikannya.“Ya,” Penatua Maxwell mengamati, “tetapi dia dapat langsung menolaknya. Dia tidak perlu mengundangnya untuk masuk dan menawarkan kursi untuk duduk.” Begitu juga dengan pengaruh dan kebiasaan lainnya—penampilan serampangan, kecerobohan dalam perilaku, bahasa yang kasar dan tak senonoh, kritikan yang tidak ramah, penangguhan, dan seterusnya—perhatian kita setiap hari untuk menghindari bahkan setiap awal dari hal-hal ini, dapat melindungi kita dari terbangun di suatu hari kelak dengan kesadaran bahwa karena tak adanya perhatian, suatu kejahatan atau kelemahan telah berakar dalam jiwa kita.

Dalam kenyataan, tidak ada terlalu banyak hal dalam sehari yang benar-benar tanpa signifikansi. Bahkan yang biasa dan berulang dapat menjadi batu bangunan yang kecil namun signifikan yang pada waktunya menegakkan disiplin dan karakter serta ketertiban yang diperlukan untuk merealisasikan rencana dan impian kita. Oleh karena itu, sewaktu Anda meminta dalam doa untuk roti harian Anda, pertimbangkanlah dengan penuh pemikiran kebutuhan Anda, baik apa yang mungkin Anda merasa kekurangan atau apa yang terhadapnya Anda mesti berlindung. Sewaktu Anda naik ke tempat tidur, pikirkanlah tentang keberhasilan dan kegagalan hari itu serta apa yang akan membuat hari berikutnya sedikit lebih baik. Dan berterimakasihlah kepada Bapa Surgawi Anda atas manna yang telah Dia tempatkan di sepanjang jalan Anda yang menunjang Anda sepanjang hari. Perenungan Anda akan meningkatkan iman Anda kepada-Nya saat Anda melihat tangan-Nya membantu Anda untuk menanggung beberapa hal dan mengubah yang lainnya. Anda akan dapat bersukacita dalam satu hari lagi, satu langkah lagi menuju kehidupan kekal.

Yesus Kristus Adalah Roti Hidup

Melebihi segalanya, ingatlah bahwa kita memiliki Dia mengenai siapa manna adalah perlambang dan simbol, bahkan roti hidup, sang Penebus.

”Akulah roti hidup: barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi” ….

“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal.

Akulah roti hidup.

Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati.

Inilah roti yang turun dari surga: Barangsiapa makan daripadanya, ia tidak akan mati.

Akulah roti hidup yang telah turun dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang … Kuberikan untuk hidup dunia” (Yohanes 6:35, 47–51).

Saya memberikan kepada Anda kesaksian saya mengenai kenyataan hidup Roti Hidup, Yesus Kristus, dan mengenai kuasa serta jangkauan Pendamaian-Nya. Pada akhirnya, adalah Pendamaian-Nya, kasih karunia-Nya, yang adalah roti harian kita. Kita hendaknya mencari-Nya setiap hari, melakukan kehendak-Nya setiap hari, menjadi satu dengan-Nya sebagaimana Dia adalah satu dengan Bapa (lihat Yohanes 17:20–23). Saya memberkati Anda agar sewaktu Anda mencarinya dari Dia, Bapa Surgawi Anda akan memberikan bagi Anda roti harian Anda, dalam nama Yesus Kristus, amin.

© 2010 oleh Intellectual Reserve, Inc. Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Persetujuan bahasa Inggris: 10/10. Persetujuan penerjemahan: 10/10. Terjemahan dari Give Us This Day Our Daily Bread. Bahasa Indonesia. PD50028437 299

Apa pesan yang perlu kita pelajari dari Matius 6 6 8?

Matius 6:6-8 6:7 Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele k seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata l doanya akan dikabulkan. 6:8 Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, m sebelum kamu minta kepada-Nya.

Apa pesan kutipan Injil Matius 6 5 8?

“Kalau kalian berdoa, janganlah seperti orang-orang yang suka berpura-pura. Mereka suka berdoa sambil berdiri di rumah ibadat dan di simpang jalan supaya dilihat orang. Ingatlah, itulah upah yang mereka sudah terima.

Apa maksud dari Matius 6 ayat 6?

Kedua, jika kita berdoa, masuklah ke dalam kamar kita, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapa yang ada di tempat tersembunyi (Matius 6: 6). Maksudnya, berdoalah dengan menyediakan waktu, tempat dan fokus perhatian yang khusus tertuju kepada Bapa di sorga.

Apa pesan dari Injil Matius?

Kitab Matius mempunyai amanat tentang "Kabar Baik" (injil; bahasa Inggris: gospel) bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Tuhan, ini dapat terlihat melalui contoh Doa Bapa Kami. Melalui Kerajaan Allah inilah Yesus Kristus akan memulihkan kondisi Bumi dan kehidupan umat manusia.