Apa saja fungsi pendekatan karya sastra

BAB I PENDAHULUAN A.    Latar Belakang Kesusasteraan Indonesia modern memiliki usia yang tergolong muda, sehingga banyak masalah yang timbul dan menghendaki pemecahan untuk menyelesaikannya. Berhubungan dengan hal tersebut, maka ilmu sastra Indonesia [modern] masih belum mendapatkan metode yang tepat dalam penyelesaiannya. Ilmu sastra mempunyai tiga bagian atau tiga cabang, yaitu: teori sastra, sejarah sastra, dan kritik sastra [Pradopo, 1988]. Menurut Abrams [dalam Pradopo, 1988] kritik sastra adalah studi yang berhubungan dengan pendefinisian, penggolongan [pengklasifikasian], penguraian [analisis], dan penilaian [evaluasi]. Dalam menilai baik-buruk dan bernilai seni atau tidaknya sebuah karya sastra dibutuhkan sebuah kritik sastra. Kritik sastra tersebut tidak lepas dari beberapa pandangan yang berbeda, yang tentunya memberikan hasil yang berbeda pula, meskipun karya sastra yang dinilai adalah karya sastra yang sama. Dari sejumlah penilaian karya sastra yang ada, pendekatan yang paling populer adalah pendekatan yang dikemukakan oleh Abrams dengan teori universenya. Pendekatan Abrams tidak lepas dari berbagai macam penilaian yang pernah dilakukan oleh beberapa ahli sebelumnya. Abrams berpendapat bahwa adanya hubungan antara pengarang, semestaan, pembaca, dan karya sastra. Abrams membuat diagram yang terdiri atas empat pendekatan. Pendekatan tersebut meliputi pendekatan objektif, ekspresif, mimetik, dan pragmatik. Dengan demikian, model Abrams sangat bermanfaat untuk memahami secara lebih baik keanekaragaman teori sastra [Teeuw, 1984]. B.     Rumusan Masalah Ada dua rumusan masalah yang perlu dikaji dalam makalah ini. 1.      Bagaimanakah pendekatan telaah sastra menurut Abrams? 2.      Pendekatan apa saja yang dikemukakan oleh Abrams? C.    Tujuan Berikut ini adalah beberapa tujuan yang akan dicapai setelah mempelajari makalah ini. 1.      Mendiskripsikan bagaimana pendekatan telaah sastra menurut Abrams. 2.      Memaparkan pendekatan yang dikemukakan oleh Abrams. D.    Manfaat Penyusun mempunyai orientasi agar makalah ini dapat bermanfaat, baik secara teoritis maupun secrara praktis. 1.      Manfaat Teoritis a.       Memperbanyak makalah mengenai kesusastraan. b.      Sebagai sumber informasi mengenai kesusastraan. 2.      Manfaat Praktis a.       Bagi Penulis Memberikan sumbangan informasi bagi pemakalah dalam membuat makalah khususnya bidang sastra. b.      Bagi Dosen Sebagai bahan penilaian terhadap pemakalah atas tugas yang telah diberikannya sebagai bahan presentasi perkuliahan. BAB II PEMBAHASAN A.    Pengertian 1.      Pendekatan Objektif Pendekatan objektik adalah pendekatan yang mendasarkan pada suatu karya sastra secara keseluruhan. Pendekatan yang dilihat dari eksistensi sastra itu sendiri berdasarkan konvensi sastra yang berlaku. Konvensi tersebut misalnya, aspek-aspek intrinsik sastra yang meliputi kebulatan makna, diksi, rima, struktur kalimat, tema, plot, setting, karakter, dan sebagainya. Yang jelas penilaian yang diberikan dilihat dari sejauh mana kekuatan atau nilai karya sastra tersebut berdasarkan keharmonisan semua unsur-unsur pembentuknya. Karena patokan pendekatan objektif sudah jelas, maka sering sekali pendekkatan ini di sebut dengan pendekatan struktural. 2.      Pendekatan Ekspresif Pendekatan ini dititik beratkan pada eksistensi pengarang sebagai pencipta karya seni. Sejauh manakah keberhasilan pengarang dalam mengekspresikan ide-idenya. Karena itu, tinjauan ekspresif lebih bersifat spesifik. Dasar telaahnya adalah keberhasilan pengarang mengemukakan ide-idenya yang tinggi, ekspresi emosinya yang meluap, dan bagaimana dia mengkomposisi semuanya menjadi satu karya yang bernilai tinggi. Komposisi dan ketepatan peramuan unsur-unsur ekspresif di sini akhirnya menjadi satu unsur sentral dalam penilaian. Karya sastra yang didasari oleh kekayaan penjelmaan jiwa yang kompleks tentunya mempunyai tingkat kerumitan komposisi yang lebih tinggi dibanding dengan karya sastra yang kering dengan dasar jelmaan jiwa. 3.      Pendekatan Mimetik Pendekatan ini bertolak dari pemikiran bahwa karya sastra merupakan refleksi kehidupan nyata. Refleksi ini terwujud berkat tiruan dan gabungan imajinasi pengarang terhadap realitas kehidupan atau realitas alam. Hal tersebut didasarkan pandangan bahwa apa yang diungkapkan pengarang dalam karyanya pastilah merupakan refleksi atau potret kehidupan atau alam yang dilihatnya. Potret tersebut bisa berupa pandangan, ilmu pengetahuan, religius yang terkait langsung dengan realitas. Pengarang, melalui karyanya hanyalah mengolah dari apa yang dirasakan dan dilihatnya. Itulah sebabnya ide yang dituangkan dalam karyanya tidak bisa disebut sebagai ide yang original. Semuanya hanyalah tiruan [mimetik] dari unsur-unsur kehidupan nyata yang ada. 4.      Pendektan Prangmatik [Reseptif] Pendekatan pragmatik memberikan perhatian utama terhadap peranan pembaca. Dalam kaitannya dengan salah satu teori modern yang paling pesat perkembangannya, yaitu teori resepsi. Pendekatan pragmatis dipertentangkan dengan pendekatan ekspresif. Subjek pragmatis dan subjek ekspresif, sebagai pembaca dan pengarang berbagi objek yang sama, yaitu karya sastra. Perbedaannya, pengarang merupakan subjek pencipta, tetapi secara terus-menerus fungsi-funsinya dihilangkan, bahkan pada gilirannya pengarang dimatikan. Sebaliknya, pembaca yang sama sekali tidak tahu-menahu tentang proses kreativitas diberikan tugas utama bahkan dianggap sebagai penulis [rewritten]. Pendekatan pragmatik dengan demikian memberikan perhatian pada pergeseran dan fungsi-fungsi baru pembaca tersebut. Secara historis [Abrams, 1976: 16] pendekatan pragmatik telah ada tahun 14 SM, terkandung dalam Ars Poetica [Horatius]. Meskipun demikian, secara teoritis dimulai dengan lahirnya strukturalisme dinamik. Stagnasi strukturalisme memerlukan indikator lain sebagai pemicu proses estetis, yaitu pembaca [Mukarovsky]. Pada tahap tertentu pendekatan pragmatis memiliki hubungan yang cukup dengan sosiologi, yaitu dalam pembicaraan masyarakat pembaca. Pendekatan pragmatis memiliki manfaat terhadap fungsi-fungsi karya sastra dalam masyarakat, perkembangan dan penyebarluasan, sehingga manfaat karya sastra dapat dirasakan. Dengan indikator pembaca dan karya sastra, tujuan pendekatan pragmatis memberikan manfaat terhadap pembaca. Pendekatan pragmatis secara keseluruhan berfungsi untuk menopang teori reseptif, teori sastra yang memungkan pemahaman hakikat karya tanpa batas. Pendekatan pragmatis mempertimbangkan implikasi pembaca melalui berbagai kompetensinya. Dengan mempertimbangkan karya sastra dan pembaca, maka masalah-masalah yang dapat dipecahkan melalui pendekatan pragmatis, diantaranya berbagai tanggapan masyarakat tertentu terhadap sebuah karya sastra, baik dalam kerangka sinkronis maupun diagkronis. Teori-teori postrukturalisme sebagian besar bertumpu pada kompetensi pembaca, sebab semata-mata pembacalah yang berhasil untuk mengevokasi kekayan khazanah kultural bangsa. BAB III SIMPULAN Kritik sastra adalah studi yang berhubungan dengan pendefinisian, penggolongan [pengklasifikasian], penguraian [analisis], dan penilaian [evaluasi]. Dalam menilai baik-buruk dan bernilai seni atau tidaknya sebuah karya sastra dibutuhkan sebuah kritik sastra. Kritik sastra tersebut tidak lepas dari beberapa pandangan yang berbeda, yang tentunya memberikan hasil yang berbeda pula, meskipun karya sastra yang dinilai adalah karya sastra yang sama. Salah satu pandangan tersebut adalah pendekatan yang dikemukakan oleh Abrams, yaitu pendekatan objektif, pendekatan ekspresif, pendekatan mimetik, dan pendekatan pragmatis. DAFTAR PUSTAKA Pradopo, Rachmat Djoko. 1988. Beberapa Gagasan dalam Bidang Kritik Sastra Indonesia Modern. Yogyakarta: Lukman. Teeuw. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra Pengantar Teori Sastra. Bandung: Pustaka Jaya.

Fananie, Zainuddin. 1997. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

You're Reading a Free Preview
Pages 8 to 18 are not shown in this preview.

Makalah Kelompok 4

PENDEKATAN KARYA SASTRA

Disajikan Untuk Mata Kuliah Teori, Apresiasi Dan Pengajaran Sastra

Dosen : Prof. Dr. Emzir, M.Pd dan Dr. Nuruddin, MA

Oleh :

Asep Jaenudin      [No. Reg. 7316130247]

Syihaabul Hudaa  [No. Reg 7316130287]

Pendidikan Bahasa [S2]

Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta

2014

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latarbelakang

Karya sastra merupakan bentuk komunikasi antara sastrawan dengan pembacanya.Apa yang ditulis sastrawan dalam karya sastranya adalah apa yang ingin diungkapkan sastrawan kepada pembacanya. Dalam menyampaikan idenya melalui karya sastra, sastrawan tidak bisa dipisahkan dari pengaruh lingkungannya. Karena karya sastra selalu terkait dengan berbagai aspek maka kajian sastra pun meliputi beberapa aspek.

Pertama,karya sastra dapat dikaji melalui penulis karya sastra tersebut. Dalam hal ini kritikus sastra melihat bahwa penulis karya sastra sebagai objek kajian sastra. Kajian ini meliputi biografi penulis, psikoanalitik dan fenomonologi. Kedua, kritik sastra juga dapat mengkaji isi dari karya sastra itu [pendekatan teks sastra]. Kajian ini meliputi kajian filologi, retorika, formalism dan strukturalisme serta semiotika dan dekonstruksi. Ketiga, karya sastra juga dapat dikaji dari sisi pembaca karya sastra tersebut. Seperti telah dijelaskan dimuka bahwa karya sastra merupakan bentuk komunikasi antara penulis sastra dengan pembaca. Artinya bahwa pembaca karya sastra merupakan aspek yang penting dalam karya sastra. Hal yang dapat dikaji dari sisi pembaca karya sastra diantaranya, teori penerimaan, penerimaan sejarah dan pembaca respon – kritik.

Disamping ketiga pendekatan tadi, karya sastra juga tidak dapat dipisahkan dengan latarbelakang dan sejarah sastra itu sendiri. Dalam hal ini kritik sastra akan berfokus pada sejarah, historisme baru dan cultural studies.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemamparan pada latar belakang, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:

1.    bagaimana cara mengkritisi sastra?

2.    Apakah jenis sastra tertentu harus menggunakan metode tertentu juga?

1.3 Pembatasanmasalah

Dari uraian diatas penulis membatasi permasalahan yang akan dikaji pada:

a.    Pendekatan ekspresif [penulis]

b.    Pendekatan objekif [karyasastra]

c.    Pendekatan pragmatic [pembaca]; dan

d.    Pendekatan mimetic [konteks]

BAB II

PEMBAHASAN

Karya sastra merupakan refleksi pemikiran, perasaan, dan keinginan pengarang lewat bahasa. Bahasa itu sendiri tidak sembarang bahasa, melainkan bahasa yang khas yakni bahasa yang memuat tanda - tanda atau semiotik [Endraswara, 2008:63].

Sastra sebagai khazanah kebudayaan bangsa, memiliki berbagai hal yang menarik untuk dikaji. Sebagai suatu karya seni manusia yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya, karya sastra memiliki pelbagai macam pendekatan untuk mengkajinya. Mengakaji karya sastra, tidaklah cukup hanya berpedoman pada pengaranganya atau karya itu sendiri, karena karya sastra masih memiliki unsur lain, yaitu dunia karya sastra, pembaca karya karya sastra dan latar belakang pengarangnya.

Analisis, bagaimanapun merupakan proses pembongkaran entitas yang memerlukan metode yang ketat. Sedangkan Pendekatan merupakan alat untuk menangkap realita atau fenomena sebelum dilakukan kegiatan analisis atas sebuah karya.

1.    Pendekatan berorientasi pada teks atau objektif

Pendekatan objektif ialah pendekatan yang mendasarkan pada suatu karya sastra secara keseluruhan. Pendekatan ini mengkaji suatu karya sastra hanya pada karya sastra itu sendiri, artinya melihat unsur pembangun karya sastra itu dari dalam. Konvensi tersebut misalnya, kebulatan makna, diksi, rima, struktur kalimat, tema, plot, setting, karakter, dan sebagainya. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menelaah karya sastra tanpa melihat unsur pembangun eksternalnya, sehingga peneliti dapat berkonsentrasi menilai suatu karya sastra tanpa perlu melihat latar belakang pengarangnya.

Pendekatan berorientasi teks dapat dibagi dalam empat pembahasan, yaitu: filologi, retorika dan stilistika, formalism dan strukturalisme serta semiotika dan dekonstruksi. Pendekatan objektif lebih menganggap karya sastra sebagai suatu yang dapat berdiri sendiri.

Pendekatan objektif dapat dikategorikan kedalam beberapa jenis, diantaranya:

a.    Filologi

Filologi menunjukkan pendekatan yang memusatkan sekitar masalah editorial dan rekonstruksi teks. Filologi, yang mengalami masa jayanya di Renaissance dengan penemuan kembali penulis kuno, penemuan mesin cetak, dan keinginan untuk mengedit teks dengan benar, tetap menjadi salah satu yang dominan dalam abad kesembilan belas

b.    Retorika dan stilistika

Selain masalah editorial, pendekatan berorientasi teks saat ini berfokus terutama pada aspek bentuk [tekstual dan narasi struktur, sudut pandang, alur-pola] dan gaya [kiasan retoris, pilihan kata atau diksi, sintaks, meter]. Pada abad kesembilan belas, Retorika akhirnya kehilangan pengaruh dan sebagian berkembang menjadi Stilistika,Stilistika difokuskan pada struktur tata bahasa [lexis, sintaks], unsur-unsur akustik [melodi, sajak, meter, ritme] dan bentuk menyeluruh [kiasan retoris] dalam analisisnya teks.

c.    Formalism dan strukturalisme

Istilah Formalisme dan Strukturalisme mencakup beberapa bidang di paruh pertama abad kedua puluh yang tujuan utamanya terletak pada penjelasan dari pola formal dan struktural teks sastra.Formalism dan strukturalisme ini berusaha menjelaskan pola dan struktur kebahasaan dalam teks sebuah karya sastra.

Pendekatan struktural, sering juga dinamakan pendekatan objektif, pendekatan formal, atau pendekatan analitik, bertolak dari asumsi dasar bahwa karya sastra sebagai karya kreatif memiliki otonomi penuh yang harus dilihat sebagai suatu sosok yang berdiri sendiri terlepas dari hal-hal lain yang berada di luar dirinya.

d.    Semiotika dan Dekonstruksi

Semiotika dan dekonstruksi adalah metode terbaru dalam teori sastra yang berorientasi pada teks. Pendekatan ini menganggap bahwa teks sebagai sistem tanda. Artinya setiap teks yang terdapat pada karya sastra mewakili objek tertentu yang disebut petanda.

2.    Pendekatan berorientasi pada pengarang atau ekspresif

Pendekatan ini dititikberatkan pada eksistensi pengarang sebagai pencipta karya seni. Pendekatan ini melihat pada kemampuan seorang pengarang dalam melahirkan suatu karya sastra. Kemampuan pengarang dalam menghasilkan suatu karya sastra menjadi objek kajian penelaah suatu karya sastra yang menggunakan pendekatan ekspresif. Latar belakang seorang pengarang tentu mempengaruhi suatu karya sastra yang dibuatnya, misalnya saja pengarang itu seorang yang religius, tentu saja karya sastra yang dihasilkan akan bernuansa religi. Pengalaman seorang pengarang pada masa kecilnya juga dapat mempengaruhi karya sastra yang dibuatnya, semakin banyak pengarang itu memiliki konflik, maka semakin banyak karya yang dihasilkan.

Pendekatan berorientasi pada penulis dapat dibagi dalam tiga pembahasan, yaitu: kritik biografi, kritik psikoanalitik dan fenomenologi.

a.    Kritikbbiografi

Pendekatan biografi menganggap bahwa setiap karya sastra selalu dipengaruhi oleh latar belakang penulis. Baik dalam bentuk diksi, jalan cerita ataupun konteks dalam karya sastra itu sendiri. Biografi atau latarbelakang penulis secara tidak langsung mempengaruhi pada karya yang ditulisnya.

b.    Pendekatan psikoanalitik

Psikoanalitik merupakan sebuah kritik sastra yang kadang-kadang berkaitan dengan penulis, terutama mencoba untuk menjelaskan aspek-aspek psikologis umum dalam teks yang tidak selalu berhubungan dengan penulis secara eksklusif.

c.    Fenomenologi

Pendekatan ini berasumsi bahwa penulis hadir dalam teks dalam bentuk disandikan dan jiwanya dapat dihidupkan kembali oleh membaca intensif karya lengkapnya. Pendekatan ini beranggapan bahwa dari sebuah karya sastra dapat di ketahui karakteristik penulisnya.

3.    Pendekatan berorientasi pembaca atau pragmatik.

Pendekatan pragmatik berorientasi pada pembacanya, artinya suatu karya sastra dikatakan berhasil apabila bisa memberikan kesenangan dan nilai di dalam suatu karya sastra. Perasaan seorang pembaca akan melahirkan katarsis dari bacaan yang sudah dibacanya, sehingga pembaca mampu melahirkan suatu karya lain dari karya yang sudah dibacanya. Pembaca karya sastra juga dapat kita klasifikasikan kembali, yaitu pembaca yang memang sudah memahami bahasa sastra dan pembaca awam yang belum memahami bahasa sastra.

Pendekatan pragmatik akan lebih berhasil apabila kita meneliti pembaca karya sastra yang memang memiliki ketertarikan dan pemahaman dalam bidang sastra, sehingga data yang dihasilkan akan lebih akurat. Kemampuan pembaca juga memiliki hambatan, di antarnya faktor internal dan eksternal. Faktor internal pembaca biasanya datang dari perasaan pembaca itu sendiri, seperti faktor psikologi saat sedang membaca, pengetahuan, dan pendidikan pembaca tersebut. Faktor eksternal yang mempengaruhi pembaca seperti kondisi sekitar saat dia membaca, tingkat kenyamanan tempat saat dia membaca, akan mempengaruhi pembaca tersebut dalam menangkap pesan yang ingin disampaikan dalam suatu karya sastra.

4.    Pendekatan berorientasi kontekstual atau mimesis

Pendekatan ini bertolak dari pemikiran bahwa karya sastra merupakan refleksi kehidupan nyata. Hal ini terwujud berkat imajinasi pengarang , sehingga mampu merefleksikan kehidupan atau alam. Pendekatan mimesis pengarang berusaha melukiskan dunia nyata ke dalam bentuk karya sastra, sehingga pembaca yang membaca menggunakan pendekatan mimesis ini, haruslah memandang suatu karya sastra yang dibuat oleh seorang pengarang merupakan refleksi dari kehidupan yang coba dilukiskan oleh pengarang.

Berbicara mimesis, tidak dapat dilepaskan dari pemikiran filosof terkenal, yaitu Plato. Plato mengemukakan bahwa mimesis terikat pada ide pendekatan, tidak semata-mata merupakan tiruan yang sungguh-sungguh. Bagi Plato, seni yang baik harus mengungkapkan kebenaran dan kerendahan hati pengarangnya dalam membuat suatu karya. Pencitraan seorang pengarang terhadap dunia, yang diproyeksikan melalui suatu karya sastra, dapat dimaknai berbeda-beda oleh setiap pembacanya, tergantung bagaimana pembaca itu memandang suatu karya tersebut. Karena itu, dalam teori mimesis tidak tertutup kemungkinan bahwa tataran nilai yang rendah dalam kehidupan nyata, akan mampu divisualisasikan dalam karya seni yang bernilai tinggi.

BAB III

KESIMPULAN

Pendekatan karya sastra adalah pendekatan yang membahas semua hal tentang sastra. Kajian ini hanya mengembangkan kompetensi teori sastra. Kajian tentang sastra adalah kajian yang mencoba untuk mengembangkan kompetensi apresiasi sastra, kritik sastra dan proses kreatif sastra.

Memandang karya sastra sebagai buah pemikiran dari seorang sastrawan maka akan banyak aspek yang dapat dikaji dalam sebuah karya sastra. Sebuah karya sastra tidak dapat terlepas dari pengaruh penulis, pembaca dan lingkungan dimana karya sastra itu lahir.

Pengaruh penulis pada karya sastra akan membuat karya sastra tertentu berbeda dengan karya sastra yang lain, baik dalam konteks, diksi alur maupun pesan yang disampaikan oleh seorang sastrawan. Karena karya sastra merupakan bentuk komunikasi antara penulis dengan pembaca, maka dalam hal ini pembaca sebuah karya sastra ikut andil dalam menentukan kesastraan sebuah karya sastra.

Hal lain yang tidak dapat lepas dari sebuah karya sastra adalah lingkungan budaya dimana sebuah karya sastra lahir. Budaya penulis sebuah karya sastra akan banyak mempengaruhi isi dari karya sastra yang dibuatnya.

DAFTAR PUSTAKA

Atar Semi. 2012. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa

Danesi, M. 2012. Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks mengenai Semiotika, dan Teori Komunikasi. Jogyakarta:Jalasutra.

Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitiaan Sastra: Epistemologi, Model, Teori,dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

Hoed, Benny H. 2004. Bahasa dan Sastra dalam Tinjauan Semiotik dan Hermeutik.

Klerer, M. 1999. An introduction to literary studies. Rout ledge

Oemarjati, Boen S.2012. Mengakrabkan sastra. Jakarta: Universitas Indonesia

Siswanto, W. 2008.Pengantarteorisastra. Jakarta: Grasindo

Fananie, Z. 2002. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Siswantoro. 2010.Metode Penelitian Sastra “Analisis Struktur Puisi”, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Page 2

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề