Apa saja kitab samawi yang Allah turunkan dan kepada siapa?

Muhammad Alfatih Mubarok Mon 4 October 2021 21:04 | 1050 views

Bagikan lewat

Apa saja kitab samawi yang Allah turunkan dan kepada siapa?

Apa saja kitab samawi yang Allah turunkan dan kepada siapa?

al-Quran merupakan kitab suci umat Islam. Dimana al-Quran merupakan wahyu yang Allah Swt. turunkan kepada Nabi Muhammad Saw. melalui perantara malaikat Jibril As. yang diperuntukkan untuk seluruh umat manusia. Kitab suci al-Quran ini juga disebut sebagai wahyu matlu.

Atau bila kita merujuk pada pengertian yang diberikan oleh Prof. Dr. Mahmud Abu Daqiqah dalam karyanya yang berjudul al-Qaul as-Sadid Fi Ilmi at-Tauhid, maka al-Quran mempunyai pengertian sebagai berikut:

اللفظ العربي المنزل على سيدنا محمد ﷺ المنقول إلينا تواترا، المتعبد بتلاوته، المتحدى بأقصر سورة منه

artinya: “lafaz berbahasa arab yang diturunkan kepada Sayyidina Muhammad Saw. yang sampai kepada kita dengan cara mutawatir, yang membacanya merupakan ibadah, yang disertai tantangan (untuk membuktikan kebenaran al-Quran) dengan surat paling pendek di dalamnya."

Namun perlu diketahui juga, bahwa dalam agama Islam, al-Quran bukanlah satu-satunya kitab suci yang Allah Swt. turunkan bagi umat manusia, melainkan terdapat beberapa kitab suci lain yang Allah Swt. turunkan kepada umat manusia sebelum Nabi Muhammad Saw. diutus.

Bahkan bukan hanya kitab suci, namun Allah Swt. juga menurunkan kepada para Nabi dan Rasulnya yang disebut dengan Suhuf. Dimana setiap kitab suci dan suhuf tersebut diturunkan bersamaan dengan rasul yang diutus oleh Allah Swt. kepada umat manusia di masa lalu . kitab suci dan suhuf tersebut memiliki rincian sebagai berikut:

1. Kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Musa As. : Taurat

2. Kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Daud As. : Zabur

3. Kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Isa As. : Injil

4. Kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.   : al-Quran

Adapun suhuf, menurut Prof. Dr. Mahmud Abu Daqiqah dalam karyanya yang berjudul al-Qaul as-Sadid Fi 'Ilm at-Tauhid, maka ada berbagai macam riwayat yang sampai kepada kita mengenai berapa jumlah suhuf yang ada secara detail. Sehingga dari berbagai macam riwayat tersebut, maka beliau memilih riwayat sebagaimana berikut. Yaitu :

1.            50 suhuf diturunkan kepada Nabi Syisy As.

2.            30 suhuf diturunkan kepada Nabi Idris As.

3.            10 suhuf diturunkan kepada Nabi Ibrahim As.

4.            10 suhuf diturunkan kepada Nabi Musa As.

Setelah kita mengetahui bahwa di dalam agama islam ada 4 kitab suci dan suhuf yang wajib diimani. Maka kita juga perlu mengetahui bahwa setiap kitab suci dan suhuf tersebut sudah tidak berlaku lagi ajarannya bagi umat islam. Karena setiap kitab suci dan suhuf yang Allah Swt. turunkan, ajarannya telah berakhir dengan berakhirnya masa risalah setiap nabi dan rasul yang diutus.

Sebagaimana Allah Swt. berfirman dalam surah al-Maidah ayat 48:

لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا

artinya: "Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang."

Dengan begitu, maka al-Quran juga menjadi kitab suci terakhir untuk seluruh umat manusia sejak Nabi Muhammad Saw. diutus hingga hari kiamat kelak. Oleh karenanya, al-Quran memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh kitab-kitab suci lain. Dimana ciri khas ini juga menjadi bukti akan Mukjizat al-Quran hingga hari kiamat kelak.

Prof. Dr. Mahmud Abu Daqiqah dalam karyanya al-Qaul as-Sadid Fi 'Ilm at-Tauhid menyebutkan ciri khas kitab suci al-Quran yang membuatnya berbeda dengan kitab-kitab samawi lain. yaitu:

1. al-Quran Dapat Sesuai Dengan Seluruh Ruang Dan Waktu

Hal pertama yang menjadi pembeda antara al-Quran dengan kitab suci lainnya ialah ajaran al-Quran sesuai dan dapat diamalkan di setiap ruang dan waktu, khususnya yang berkaitan dengan pembahasan ahkam taklifiyah. yaitu hukum-hukum yang harus dijalankan oleh setiap orang yang memenuhi syarat mukallaff (baca: dikenakan beban syariat).

Hal ini yang menjadi pembeda paling utama antara al-Quran dengan kitab-kitab suci sebelumnya, dimana menurut agama Islam, kitab-kitab suci yang diturunkan kepada para nabi dan rasul yang diutus sebelum nabi Muhammad diutus, maka kitab-kitab itu sudah tidak berlaku lagi ajarannya dengan diutusnya nabi Muhammad Saw.

Adapun al-Quran, selain ia tetap akan berlaku hingga hari kiamat, maka isi dan ajarannya juga tetap dapat diamalkan di seluruh ruang dan waktu.

Baik diamalkan oleh manusia yang tinggal di semenanjung arab 1400 tahun lalu dengan segala keadaan yang ada, maupun manusia yang hidup di abad ke-21 dengan segala perbedaan keadaannya hari ini.

Bahkan bukan hanya berbeda dari segi waktu, namun juga tetap dapat diamalkan meski berbeda tempat, keadaan, hingga peradaban.

2. Setiap Pembahasan Aqidah Dalam Al-Quran Disertai Dengan Dalil Aqliyat Dan Kauniyat

Perbedaan kedua ialah, bahwa ayat-ayat yang terdapat di dalam al-Quran yang membahas aqidah yang berkaitan dengan pencipta maupun kenabian disertai dengan dalil-dalil akliah dan kauniah.

Maksudnya ialah ayat-ayat yang ada di dalam al-Quran dapat dibuktikan secara akal maupun dengan secara kauniah. Berbeda dengan kitab-kitab suci sebelumnya yang hanya sekedar penurunan wahyu tanpa disertai dalil-dalil akliah dan kauniah.

3. Al-Quran Datang Dengan Syariat Yang Wasathy (Moderat)

Di dalam al-Quran selain terkandung ajaran untuk mengesakan Allah Swt., maka di dalamnya juga terdapat hukum-hukum Allah Swt. yang disebut dengan syariat Islam. Dimana Syariat Islam sendiri memiliki pengertian sebagaimana berikut :

مجموعة الأحكام التي سنها الله تعالى للناس جميعا على لسان رسوله محمد ﷺ في الكتاب والسنة

artinya: “kumpulan hukum yang Allah Swt. tetapkan untuk seluruh manusia melalui lisan utusan-Nya Muhammad Saw. di dalam al-Quran dan al-Hadits."

Dari pengertian di atas dapat kita pahami bahwa Syariat Islam merupakan kumpulan hukum yang telah Allah Swt. tetapkan untuk seluruh manusia.

Dan syariat Islam yang terdapat di al-Quran –selain terdapat juga di al-Hadits- memiliki ciri khas ajaran yang Wasathy (Moderat) bila dibandingkan dengan syariat-syariat yang Allah Swt. turunkan kepada para nabi dan rasul di masa lalu.

Salah satu bentuknya di dalam Syariat Islam ialah, Allah tidak memberikan perintah maupaun larangan yang memberatkan. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam surat al-Baqarah ayat 286:

لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ

artinya: "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya."

Kemudian, selain ajaran agama Islam itu sendiri tidak memberatkan para pemeluknya, Allah Swt. juga menjadikan umat Islam secara umum sebagai umat yang wasathy (moderat). Sebagaimana Allah Swt. berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 143:

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا

“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu."

Dimana hal ini berbeda dengan syariat-syariat yang datang dengan kitab-kitab suci samawi sebelumnya, yang mana ajarannya cenderung lebih memberatkan. Namun meski memberatkan, tentunya syariat-syariat sebelumnya tetap memiliki hikmah tersendiri sebagaimana hikmah-hikmah yang terdapat pada setiap kehendak-Nya yang lain.

4. Al-Quran Terbebas Dari Ketidakjelasan Bagi Mereka Yang Menelitinya

Keistimewaan ke-4 yang membedakan al-Quran dengan kitab-kitab suci samawi lainnya ialah al-Quran memiliki makna yang jelas pada setiap ayatnya.

Meskipun ada sebagian ayat yang maknanya samar, namun makna tersebut tetap dapat dipahami melalui para ulama dengan ilmu-ilmu keislaman yang ada. Sehingga tiada ayat di dalam al-Quran yang maknanya tidak jelas.

5. Al-Quran Tidak Terdiri Dari Satu Surat Saja

Keistimewaan lain yang membedakan antara al-Quran dengan kitab-kitab samawi sebelumnya ialah ayat-ayat dalam al-Quran terdapat di banyak surat.

Yaitu ada 114 surat di dalam al-Quran yang setiap suratnya terdapat tujuan, kisah, hikmah, hukum yang berbeda-beda satu sama lain. Berbeda dengan kitab-kitab suci samawi sebelumnya.

6.  Al-Quran Diturunkan Dalam Bahasa Arab Yang Orisinal

Perlu sama-sama kita ketahui bahwa pada hari ini ada 2 jenis Bahasa arab yang dikenal masyarakat secara umum. Yaitu:

1.            Bahasa arab yang orisinal (Fusha) yang masih sama sejak zaman Nabi Muhammad Saw. diutus hingga hari ini.

2.            Bahasa arab lokal (ammiyah), dimana setiap kawasan negara memiliki ciri khasnya tersendiri. Bahkan Bahasa ini turut berubah sejalan dengan perubahan zaman dan keadaan.

Meskipun Bahasa arab lokal (ammiyah) terus mengalami perubahan dan berbeda dari satu kawasan negara ke kawasan lainnya, namun al-Quran diturunkan dengan bahasa arab yang masih orisinal (fusha).

Sehingga meski orang arab hari ini tidak menggunakan Bahasa arab yang orisinal (Fusha) lagi dalam keseharian mereka –kecuali pada keadaan tertentu-, namun al-Quran tetap terjaga keorisinalitasan bahasanya sejak zaman Nabi Saw. hingga hari kiamat.

7. Pengulangan Ayat Di Al-Quran Memiliki Keistimewaan

Di dalam al-Quran terdapat beberapa ayat yang sama satu dengan lainnya. Namun pengulangan ini justru memiliki keistimewaan tersendiri.

Siapapun yang membaca al-Quran dengan lancar serta menghayati maknanya tentunya akan menyadari bahwa ayat-ayat yang terulang ketimbang membuat bosan, yang ada malah memberikan ketenangan dan ketentraman bagi jiwa para pembacanya.

Dari penjelasan di atas, dapat kita pahami perbedaan antara al-Quran dan Kitab-Kitab suci samawi maupun suhuf-suhuf yang Allah Swt. turunkan di masa lalu. Dimana semua keistimewaan yang ada di al-Quran ini merupakan anugerah yang Allah Swt. berikan kepada Umat Islam.

Namun, para pembaca juga perlu mengetahui dan menyikapi dengan bijak, bahwa segala keistimewaan yang penulis cantumkan di sini bukanlah sebagai pembenaran untuk menghina maupun menyerang pemeluk agama lain.

Karena pembahasan ilmu Aqidah -dimana pembahasan ini termasuk ke dalam pembahasan ilmu Aqidah dalam bab Nubuwat- bertujuan untuk menetapkan keyakinan kita terhadap ajaran agama Islam, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan maupun keraguan akan ajaran agama Islam. Dan bukan dijadikan pembenaran untuk menghina maupun menyerang pemeluk agama lain.

Karena Nabi Muhammad Saw. sendiri yang mengajarkan umat Islam untuk menghormati pemeluk agama lain, meskipun kita tidak sepakat untuk meyakini kebenaran ajaran agama mereka. Namun, para pemeluk agama lain juga manusia yang perlu kita hormati sebagai mahluk ciptaan Allah Swt..

Sebagaimana Allah Swt. berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 256:

 لَآ اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِۗ قَدْ تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَّكْفُرْ بِالطَّاغُوْتِ وَيُؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقٰى لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗوَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ - ٢٥٦

artinya: "Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui."

Baca Lainnya :

more...