Apa saja perbuatan yang dapat memecah persatuan dan kesatuan Tuliskan tiga contoh?


Penyebaran informasi hoax menimbulkan keresahan. Untuk itu masyarakat perlu diingatkan agar memanfaatkan media sosial secara positif dan jangan mudah termakan isu tidak benar. 

Ketua Masyarakat Indonesia Anti Hoax [MIAH] Septiaji Eko Nugroho mengimbau media sosial dimanfaatkan untuk hal-hal yang sifatnya sinergis dan edukatif. Untuk itu dia getol melakukan gerakan nasional anti hoax ke seluruh Indonesia. 

"Hoax sudah menyebar dan menimbulkan keresahan di masyarakat. Jangan saling memecah belah," katanya, Rabu [25/1],

Menurutnya, gerakan ini lebih banyak gerakan moral untuk menyadarkan masyarakat tentang bagaimana Medsos digunakan secara positif. Kedua mengajarkan dan mengajak masyarakat untuk memahami bahaya penyebaran hoax dari sisi hukum, agama, kesusilaan, dan kesopanan. 

"Kita juga mensinergikan kekuatan relawan dari berbagai daerah untuk bersama-sama menjadi pendorong sebagai duta anti hoax," tuturnya. 

Dari sisi hilir, Septiaji menilai, pemerintah sudah menyuarakan antisipasi hoax. Dia juga mengaku sudah beraudiensi dengan Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Dia berharap ke depan ada sinergi dengan Polri untuk mensosialisasikan penyebaran ditinjau dari sisi hukum. 

"Di Indonesia sudah ada KUHP tentang fitnah dan hasut, serta UU ITE Pasal 28 tentang penyebar berita bohong yang menyesatkan," imbuhnya. 

Selain itu, dia juga sudah sempat sowan ke Menteri Komunikasi dan Informasi [Menkominfo] Rudiantara. Menurutnya, hoax ini menyebar karena banyaknya akun anonim. 

"Kami ingin dari pemerintah dalam hal ini Kominfo minimal bisa meminta dan memberikan ketegasan operator agar tidak menjual kartu perdana tanpa identitas yang jelas," jelasnya.

Septiaji juga mendorong pemerintah berani menekan penyedia media sosial seperti facebook, google, twitter, instagram untuk serius menangani konten menyesatkan. Dia mencontoh Jerman yang sudah ada rancangan undang-undang untuk mendenda berita hoax di media sosial dengan ancaman denda Rp 7 miliar.

Dia juga berharap bisa bersinergi dengan Kemendikbud dan Kemenag untuk memasukkan konten-konten bermedsos secara positif dan menghindari hoax melalui kurikulum pendidikan. Kedua kementerian itu dipilih karena memiliki jaringan ke sekolah dan madrasah, dan mungkin jaringan ke pendakwah besar. 

"Gerakan kami lebih banyak literasi, membaca, dan menulis di medsos supaya masyarakat tidak main share, tanpa tahu berita itu benar atau tidak, tapi bisa memilah mana berita benar, mana yang tidak," tandasnya.

Sejauh ini, MIAH telah melakukan deklarasi anti hoax. Di awali Solo, 11 Desember, kemudian deklarasi digelar serentak di Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, Solo, Wonosobo, 8 Januari, diikuti Yogyakarta, Batam, 22 Januari, juga Tuban, Bogor, Purwakarta.

sumber ://www.merdeka.com/peristiwa/penyebaran-informasi-hoax-menimbulkan-keresahan-di-masyarakat.html

Menteri Komunikasi dan Informatika [Menkominfo] Johnny G Plate mengatakan, perayaan Natal tahun 2020 mengajarkan kasih dan kepekaan terhadap Selengkapnya

Direktorat Pengembangan Pitalebar, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama mi Selengkapnya

Untuk memaksimalkan potensi bangsa dalam ekonomi digital, Kementerian Komunikasi dan Informatika tengah membangun infrastruktur digital yang Selengkapnya

Untuk memaksimalkan potensi bangsa dalam ekonomi digital, Kementerian Komunikasi dan Informatika tengah membangun infrastruktur digital yang Selengkapnya

Peribahasa “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh,” bukan sekedar slogan kosong. Melainkan sebuah pengingat agar bangsa Indonesia selalu sadar dan melaksanakan sikap-sikap positif untuk mempertahankan persatuan.

Jakarta [21/06/2021] Indonesia memiliki sebuah peribahasa yang menarik untuk mengingatkan persatuan dan kesatuan bangsa, yaitu “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.” Jika ditelusuri sejarahnya, ternyata peribahasa ini bukan monopoli Indonesia, melainkan bersifat global. Artinya, hampir semua negara di dunia memiliki peribahasa yang mirip. Namun yang paling mirip adalah peribahasa dari Amerika Serikat yang berbunyi, “United we stand, devided we fall.” Menurut sejarahnya, peribahasa Amerika ini dikutip dari salah satu lirik lagu yang berjudul Liberty Song yang diciptakan oleh John Dickinson pada tahun 1768. Salah satu bait dari lagu tersebut berbunyi, “Then join hand in hand, brave Americans all! By uniting we stand, by dividing we fall.”

Tidak dapat dipastikan mana yang terlebih dulu diciptakan. Namun yang pasti hampir setiap negara memiliki peribahasa mengenai persatuan. Tujuan diciptakannya peribahasa itu adalah sebagai slogan, simbol atau pengingat betapa pentingnya sebuah bangsa untuk bersatu, sebab jika tidak maka bangsa tersebut akan mengalami perpecahan. Sobat Revmen pasti sudah tahu arti dari semboyan bersatu kita teguh. Namun sebagai pengingat, berikut makna dari penggalan peribahasa itu.

Seperti dikutip Kompas.com [2020], dalam buku Kronik Revolusi Indonesia: 1945 karya Pramoedya Ananta Toer, makna bersatu kita teguh adalah menyatunya berbagai unsur dan perbedaan yang ada menjadi suatu kesatuan yang utuh dan serasi. Jika melihat definisi dari Pramoedya ini, maka titik tekan dari persatuan adalah adanya keragaman, adanya harmoni, dan adanya sikap saling menghormati.

Namun Indonesia merupakan sebuah negara yang terdiri dari begitu banyak suku bangsa, etnis, agama dan kebudayaan. Bahkan Indonesia memiliki kondisi geografis yang terpencar-pencar. Kondisi ini memiliki tantangan tersendiri. Tantangan akan menjadi semakin berat untuk dihadapi jika setiap individu tidak memiliki kesamaan visi untuk mempertahankan persatuan. Biasanya, dengan alasan HAM dan kebebasan, individu memiliki logika alternatif untuk menyangkal persatuan. Ini merupakan bahaya dan ancaman bagi keutuhan NKRI.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa menemukan sikap yang dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa, yaitu: Pertama, sikap egois atau mementingkan diri sendiri. Individu yang egois biasanya masa bodoh dengan kondisi bangsa dan negara. Satu-satunya hal penting untuk dipikirkan adalah dirinya sendiri. Sikap ini membuat sulit seseorang untuk berkolaborasi dan bergotong royong untuk menanamkan rasa persatuan antar anak bangsa. Sikap egois ini dalam konteks yang lebih besar dapat berbentuk etnosentrisme, primordialisme, chauvinism, bahkan radikalisme.

Kedua, sikap tidak peduli. Sikap ini muncul dalam banyak bentuk, seperti tidak peduli dengan kondisi ekonomi bangsa, kemiskinan atau pemerintahan yang korup. Dalam kehidupan sehari-hari, sikap ini biasanya muncul dalam bentuk malas belajar, gemar melakukan pelanggaran hukum atau tidak mengindahkan kesetiakawanan sosial. Jika setiap individu tidak peduli dengan kondisi bangsa dan negaranya, maka persatuan dapat runtuh.

Ketiga, kurangnya kesadaran terhadap dampak globalisasi. Sangat realistis jika negara-negara asing selalu memiliki kepentingan terhadap Indonesia. Itu wajar. Namun yang tidak wajar adalah jika dalam kepentingannya itu, negara-negara asing memiliki keinginan untuk menguasai Indonesia. Maka tanpa kesadaran dari setiap anggota masyarakat, gangguan asing dapat menjadi ancaman terhadap persatuan. Dalam kehidupan sehari-hari, sikap ini dapat berwujud seperti tidak suka menggunakan produk dalam negeri sendiri, terlalu gandrung dengan kebudayaan asing atau tidak mencintai kebudayaan sendiri.

Keempat, provokatif. Tidak dapat disangkal bahwa ada sebagian kecil masyarakat yang merasa tidak puas dengan kinerja pemerintah atau karena tidak bersedia menerima kondisi lingkungannya sendiri. Mereka berimajinasi tentang sebuah kondisi ideal, namun melupakan kondisi riil. Mereka kemudian senang melakukan provokasi kepada masyarakat untuk melakukan kegaduhan-kegaduhan yang dapat mengancam persatuan. Contoh sehari-harinya adalah mencemarkan nama baik, menyebarkan berita bohong atau melakukan fitnah di media sosial.

Kelima, mudah termakan isu. Tidak semua anggota masyarakat memiliki tingkat literasi dan kontrol emosi yang baik. Mereka mudah termakan oleh isu, terutama saat ini dunia memasuki era digital, di mana hoaks, berita palsu, ujaran kebencian dan fitnah begitu massif muncul di media sosial. Hoaks, yang selalu membidik emosi massa, biasanya menggunakan isu SARA untuk merobek-robek persatuan sebuah bangsa.

Banyak masyarakat yang bersukur bahwa kita hidup di Indonesia, negara yang aman, damai dan bersatu. Di beberapa negara di dunia, kondisi demikian tidak bisa didapatkan. Mereka hidup dalam ketakutan dan ancaman. Konflik dan perang selalu terjadi. Tapi di Indonesia tidak demikian. Untuk itu persatuan harus dijaga sebagai salah satu aset penting dalam mempertahankan perdamaian dan kemerdekaan.

Sobat Revmen, kita bisa menjaga persatuan selama yang kita mau. Kuncinya adalah jangan egois dan selalu peduli. Mempertahankan persatuan bisa dimulai dari hal-hal kecil yang penting, seperti saling menghormati perbedaan, tidak mudah termakan isu, tidak sombong, selalu menghormati hukum, menjunjung solidaritas dan mencintai sesama anak bangsa. Seperti filosofi sapu lidi, “sendiri kita lemah, namun bersama-sama kita akan kuat.” Bersatu kita taguh! #AyoBerubah #GerakanIndonesiaBersatu

Referensi:

Amhistory.com. [2012]. Available at: //amhistory.si.edu/1942/campaign/campaign24.html#:~:text=It%20originated%20in%20the%20fourth,struggle%20for%20better%20working%20conditions. Diakses tanggal 26 Mei 2021.

Kemdikbud.go.id. [2021]. Available at: //ditsmp.kemdikbud.go.id/indahnya-keberagaman-dan-pentingnya-toleransi-di-indonesia/. Diakses tanggal 26 Mei 2021.

Kompas.com. [2020]. Available at: //www.kompas.com/skola/read/2020/09/11/162139269/makna-bersatu-kita-teguh. Diakses tanggal 26 Mei 2021.

Penulis: Robby Milana

Editor: Wahyu Sujatmoko

Diunggah oleh:

Administrator Sekertariat Revolusi Mental

Satker Revolusi Mental

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề