Apa tanggung jawab yang harus diterima bagi orang yang gagap

  • April 20, 2019
  • Posted by: admin_gsm
  • Category: Ensiklopedia GSM

Pemilu yang merupakan salah satu perwujudan demokrasi dan bentuk partisipasi politik yang bisa dilakukan oleh seluruh warga Indonesia ini tidak jarang menimbulkan pertikaian dan merusak kerukunan antar masyarakat. Momen ini mungkin bisa menjadi saat yang tepat bagi guru dan orang tua untuk mengenalkan anak-anak mengenai bagaimana nilai-nilai demokrasi yang baik.

Kebebasan yang Bertanggung Jawab

Salah satu nilai dari demokrasi adalah kebebasan dalam memilih dan mengungkapkan pendapat. Nilai ini bisa dikenalkan pada anak sejak dini dengan memberinya kesempatan untuk berbicara mengungkapkan perasaan, juga isi pikirannya dengan terbuka. Untuk bisa menanamkan nilai ini, orang tua dan guru terlebih dulu harus menciptakan lingkungan yang aman dan tidak mengancam bagi anak ketika mereka akhirnya berani untuk berbicara. Kebanyakan anak takut untuk mengutarakan apa yang dirasakan dan pikirkan karena orang dewasa yang ada di sekitar anak-anak dirasa terlalu menghakimi. Selain itu apa yang diungkapkan anak-anak sering dianggap tidak terlalu penting hanya karena mereka masih anak-anak.

Dengan memberikan kebebasan dan kesempatan anak-anak untuk berbicara artinya orangtua dan guru telah memanusiakan anak-anak. Anak-anak harus berhenti dipandang sebagai objek yang bisa secara otoriter diatur sesuai dengan kehendak orangtua. Sebagaimana prinsip perkembangan yang diungkapkan oleh Lev Vigotsky, anak secara aktif belajar dari pengalaman dan lingkungan sosial yang ada di sekitarnya. Sehingga ketika anak banyak diberi stimulus dan diberi kesempatan untuk belajar mengungkapkan pendapatnya dengan bebas, anak tersebut akan mengalami perkembangan yang baik.

Gerakan Sekolah Menyenangkan selalu menekankan pada pentingnya menjadikan anak sebagai subjek sehingga mereka harus dihargai apapun pendapatnya. Hal ini secara tidak langsung sudah menjangkau nilai-nilai demokrasi yang ingin dicapai. Salah satu perwujudannya di kelas sekolah model GSM adalah dengan diberikannya kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi secara langsung membuat kesepakatan kelas.

Selanjutnya setelah kebebasan dalam berbicara itu sudah diberikan dan dibiasakan yang juga tidak kalah penting adalah penanaman nilai tanggung jawab. Anak-anak harus dikenalkan pada sikap bertanggung jawab sehingga kebebasan yang mereka lakukan tidak sekedar kebebasan yang tidak berdasar namun sebuah kebebasan yang lahir dari proses kognitif yang matang. Contohnya adalah ketika terlibat dalam pembuatan kesepakatan kelas, anak-anak kemudian harus diajak untuk bertanggung jawab terhadap kesepakatan tersebut karena bagaimanapun kesepakatan itu telah dicapai dengan mufakat.

Menghargai Perbedaan dan Keberagaman

Selanjutnya ketika ada nilai kebebasan, nilai yang tidak mungkin dihindari adalah adanya nilai perbedaan. Lingkungan sekolah adalah lingkungan yang paling ideal bagi anak untuk belajar mengenai nilai perbedaan ini karena ketika guru memberikan kebebasan bagi siswa untuk berbicara, di sana anak akan menyadari bahwa pendapatnya tidak selalu sama dengan teman-temannya. Pengalaman mengenai perbedaan ini penting agar kelak anak-anak tidak tumbuh menjadi orang dewasa yang gagap terhadap perbedaan itu sendiri. Hal ini karena dengan menghargai perbedaan, anak-anak akan belajar bahwa bukan berarti orang yang berbeda dari kita adalah salah dan pendapat kitalah yang paling benar.

Perbedaan dan keberagaman ini juga berhubungan dengan bagaimana empati bekerja. Ketika terjadi perbedaan pendapat, anak-anak yang bisa menghargai pendapat orang lain akan mampu untuk menerima perbedaan itu sebagai suatu hal yang harus diterima dan disyukuri. Dari perbedaan dan keberagaman itu justru akan menghasilkan sesuatu yang berharga jika guru atau orangtua bisa mengakomodasi dinamika perbedaan itu dengan baik.

[Putri Nabhan]

Kakanwil menjawab moderasi beragama untuk kaum milineal di Era Revolusi Industri 4.0, dalam acara Ngaji Online Perkara Islam [Ngopi] episode 23. Acara ini dilaksanakan secara live di MAJT TV, Selasa, 16/02.

“Umat Islam harus mampu menjalankan nilai ajaran agama dengan wajah aslinya,” pesan pembuka Kakanwil Kemenag Prov. Jateng dalam acara dialog bersama remaja masjid Jawa Tengah di Aula Masjid Agung Jawa Tengah.

Di era 4.0 ini remaja harus menjadi pribadi terbuka jangan gagap, jangan kagetan karena remaja tentu harus mampu menterjemahkan pesan agama yang moderat dengan titik tekan pada semangat menghargai perbedaan.  

“Di era disrupsi informasi bergerak sangat begitu cepat, ini peluang sekaligus tantangan,” tegas Musta'in.

Ahsan Fauzi, host acara yang juga merupakan Ketua Prima DMI Jateng berharap Kakanwil support organisasi remaja dalam menghadapi tantangan era disrupsi ini.

Remaja harus menjadi motor penggerak dalam mengelola media sosial, pendek kata pemuda atau remaja harus mampu memilah dan memilih informasi yang berkembang di tengah masyarakat dengan istilah saring dulu baru share.

“Moto yang tepat buat remaja masa kini, adalah NKRI,” lanjut Kakanwil.

Niat: remaja harus memiliki niat untuk menjadikan hari ini sebagai awal masa depan. Kebersamaan: Jalin ukhuwah bangun komunikasi secara global yang mampu menembus batas teritorial bahkan batas ideologi. Responsibilty: remaja harus berani bertanggung jawab dengan apa yang akan dilakukan dan yang sudah dilakukan

Ikhlas: Jangan mudah kecewa atau dalam bahasa Jawa gelo.

Launching gerakan moderasi beragama untuk kaum milineal ditandai dengan penyerahan bendera sang saka merah putih kepada perwakilan remaja masjid sebagai bukti simbol pesan estafet kepemimpinan dan menumbuhkan semangat patriotisme untuk kaum remaja milineal.[Af/Sua]

Purbalingga – Pegawai KUA di era sekarang harus melek IT dan tidak ada lagi alasan untuk gagap teknologi di bidang informasi dan komunikasi. Materi peningkatan SDM di bidang TIK ini menjadi fokus utama dalam kegiatan Pembinaan dan Monitoring Evaluasi [Monev] Kantor Urusan Agama se-Kabupaten Purbalingga. Hal tersebut dijelaskan Kasi Bimas Islam Kantor Kementerian Agama Kabupaten Purbalingga, Mukhlis Abdillah di ruang kerjanya, Kamis [01/02].

“Monev sekaligus pembinaan kami lakukan di seluruh KUA yang berjumlah 20 dengan alokasi waktu 20 hari kerja terhitung mulai 15 Januari lalu,” ungkap Mukhlis.

Ia menambahkan bahwa dari seluruh pegawai yang ada belum tercapai keseimbangan antara prosentase pegawai yang mahir TIK dengan yang masih gagap teknologi [gaptek]. Sehingga perlu adanya penekanan kepada seluruh pegawai agar terjadi perubahan ke arah yang diharapkan.

“Saat ini tidak ada lagi alasan bagi seluruh pegawai di jajaran Kantor Urusan Agama untuk tidak menguasai IT. Semua kesempatan sudah terbuka lebar dengan adanya handphone apalagi  kehadiran Android di mana-mana telah begitu diterima oleh masyarakat di seluruh lapisan. Bahkan anak-anak kecil pun sudah pandai memanfaatkan gadget berteknologi tinggi ini,” jelasnya.

Dari penggunaan Hp inilah, lanjutnya, para pegawai yang belum mahir TIK bisa belajar. Dari penggunaan telepon, tata urutan bertelepon, pengelolaan sms, WA, facebook, BBM, twitter, pengolahan foto dan video , penggunaan internet untuk mengunggah pesan atau berita via  e-mail, up-load dan down-load video youtube, penggunaan drop box dan sebagainya. Jika penggunaan Hp siapa saja bisa menguasai tanpa melalui kursus atau pelatihan khusus, maka tentunya penggunaan komputer bagi sebagian pegawai yang masih awam bukanlah sesuatu yang tidak mungkin. Faktor usia tidak bisa lagi menjadi alasan, tinggal faktor keengganan atau kemalasanlah yang harus dihapus.

Selain hal tersebut daya dukung di KUA juga semakin meningkat, lanjutnya. Fasilitas pendukung TIK berupa komputer dan printer bahkan internet telah tersedia. Kantor Kementerian Agama melalui DIPA Seksi Bimas Islam tahun 2017 juga telah mewujudkan pengadaan barang milik negara [BMN] berupa 20 buah printer Epson- Type PLQ-20 bagi seluruh KUA di Purbalingga.

Dalam materi pembinaannya, Mukhlis menjelaskan faktor-faktor pendukung kemajuan KUA yaitu: kelengkapan sarpras dan peningkatan SDM yang meliputi pengetahuan [knowledge], kemampuan [skill], disiplin dan IT. Ia juga berpesan agar seluruh pegawai di jajaran KUA selalu bekerja sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang ada, sehingga tidak melanggar aturan pemerintah.

Kegiatan monitoring yang dilakukan Tim yang beranggotakan 5 orang ini melakukan pemeriksaan terhadap seluruh administrasi di KUA terkait pencatatan Nikah, Talak, Cerai dan Rujuk serta pembukuan terkait BMN [barang milik negara]. [sar/gt ]

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề