Apa tujuan golongan muda melakukan penculikan Rengasdengklok

Peristiwa Rengasdengklok sebelum Proklamasi RI 17 Agustus 1945 - 16/08/45

TRIBUNMANADO.CO.ID - Alasan para golongan muda menculik Soekarno Hatta dan Mohammad Hatta, sebelum kemerdekaan Indonesia.

Golongan muda yang terdiri dari Soekarni, Wikana, Aidit, dan Chaerul Saleh, memilih menculik kedua Proklamator bangsa itu untuk suatu permintaan.

Aksi dari golongan muda ini pun, menjadi momen lahirnya satu sejarah yang dikenal dengan peristiwa Rengasdengklok.

Melansir dari TribunTravel, 74 tahun yang lalu, tepatnya pada 16 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta "diculik" oleh sejumlah pemuda untuk dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat.  

Bung Karno dan Bung Hatta kemudian diamankan di sebuah rumah sederhana milik seorang petani, dilansir dari laman Kompas.com, Kamis [9/8/2018].  

Penyebab hal itu terjadi karena perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan muda.

Peristiwa Rengasdengklok sebelum Proklamasi RI 17 Agustus 1945 [id.wikipedia.org]

Baca: Istri Hajar Suaminya yang Berprofesi Polisi Gara-gara Bantu Wanita Kecelakaan, Masuk UGD Rumah Sakit

Baca: 4 Selebritis Indonesia Ini Mantap Nikahi Artis Internasional, Suami No 2 Vokalis Band Legendaris

Baca: Suntik Gadis 14 Tahun di Kebun, Pemuda Asal Dumagin Dilaporkan ke Polisi

Para golongan tua di antaranya Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta yang menginginkan proklamasi didiskusikan terlebih dahulu dengan PPKI.

Sementara golongan muda, ada Soekarni, Wikana, Aidit, dan Chaerul Saleh, ingin supaya proklamasi kemerdekaan cepat diumumkan.

Perbedaan pendapat ini-lah yang melatar belakangi lahirnya peristiwa Rengasdengklok.

Jadi, apa tujuan golongan muda menculik Ir. Soekarno dan Moh. Hatta seharian penuh di Rengasdengklok?

Halaman selanjutnya arrow_forward

Sumber: Tribun Manado

Karta Kita – Peristiwa penculikan terhadap Ir. Soekarno dan Muhammad Hatta yang dilakukan oleh kelompok pemuda yang dikenal dengan perkumpulan Menteng 31 pada 16 Agustus 1945 tentu bukan tanpa alasan.

Penculikan ini jamak disebut sebagai peristiwa rengasdengklok karena memang Bung Karno dan Bung Hatta diculik dan dibawa oleh para pemuda yang terdiri dari Soekarni, Wikana, Aidit dan Chaerul Saleh ke Rengasdengklok, Karawang. Pada saat penculikan terjadi putra dan istri Bung Karno yaitu Guntur dan Fatmawati juga ikut dibawa bersama dengan Soekarno dan Muhammad Hatta.

Barangkali kebanyakan di antara kita sudah tahu bahwa penculikan terjadi dengan maksud memaksa Bung Karno dan Hatta mempercepat proklamasi kemerdekaan karena kelompok tua termasuk Bung Karno dan Hatta percaya bahwa Jepang akan menepati janjinya untuk menyerahkan kemerdekaan.

Namun sebelum sampai ke sana terdapat kisah yang menjadi dalil kelompok tua mempercayai tawaran Jepang dan yang belakangan memicu aksi penculikan di Rengasdengklok.

Bung Karno dan Hatta beserta tokoh-tokoh tua telah bersepakat untuk memproklamasikan kemerdekaan melalui Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia [PPKI] yang merupakan organisasi bentukan Jepang. Hal inilah yang tidak disepakati oleh kelompok muda.

Sebelumnya harus diingat suatu kejadian pada tanggal 6 Agustus 1945, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom yang menghancurkan Hiroshima. Tidak lama dari itu pada 9 Agustus 1945 bom atom Amerika Serikat juga berhasil menghancurkan Nagasaki.

Kemudian pada tanggal 12 Agustus 1945, Marsekal Terauchi bertemu dengan tiga tokoh tua yaitu Bung Karno, Bung Hatta dan Radjiman. Dalam pertemuan ini Terauchi menyampaikan bahwa Jepang akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia pada 24 Agustus 1945.

Marsekal Terauchi merupakan tentara Jepang dengan karir militer yang sangat fantastis di eranya. Karirnya terus mengalami peningkatan dan selalu menduduki posisi penting dalam setiap pertempuran Jepang. Gelar terakhirnya sebagai Marsekal Medan setingkat lebih tinggi di atas Jenderal.

Pada saat mengucapkan janji Jepang ini, Terauchi memang sedang berada di Dalat, Vietnam di mana pada saat itu Sekutu telah mengancam Filipina yang sebelumnya dikuasai oleh Jepang. Ancaman Sekutulah yang memaksa Terauchi mundur ke Saigon yang sekarang dikenal dengan negara Vietnam.

Kemudian tanggal 13 Agustus 1945, Bung Karno, Bung Hatta dan Radjiman kembali ke Indonesia dengan pesawat fighter bomber bermotor ganda yang mereka tumpangi. Pada saat itu, dokter pribadi Bung Karno, dr. Soeharto juga turut serta dalam rombongan.

Pada tanggal 14 Agustus 1945, Jepang secara resmi menyatakan menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Peristiwa penandatanganan ini dilakukan di kapal tempur kelas lowa USS Missouri [BB-63].

Kabar inilah yang membuat kelompok muda semakin bersemangat untuk memaksa Bung Karno dan Bung Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan.

Pada tanggal 15 Agustus 1945, kelompok pemuda melakukan pertemuan untuk berunding mengenai rencana proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Pertemuan ini dilakukan di lembaga bakteriologi di Pegangsaan Timur, Jakarta. Para pemuda sepakat untuk tidak mempercayai janji Jepang untuk menyerahkan kemerdekaan kepada Indonesia. Hasil perundingan disampaikan langsung kepada Ir. Soekarno pada tanggal yang sama di malam hari namun menuai penolakan dari Bung Karno yang merupakan ketua PPKI.

PPKI merupakan pengganti dari BPUPKI karena fungsi dan kerja dari BPUPKI telah selesai. BPUPKI resmi dibentuk pada tanggal 29 April 1945 bersamaan dengan hari ulang tahun Kaisar Hirohito. Sementara PPKI dibentuk pada tanggal 7 Agustus 1945 dengan beranggotakan 21 orang dan diketuai oleh Ir. Soekarno.

Tugas PPKI adalah mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, mengesahkan undang-undang dasar negara, memilih Presiden dan Wakil Presiden dan membentuk komite nasional yang membantu tugas presiden sebelum MPR dan DPR.

Kembali lagi kepada hasil perundingan pemuda yang ditolak mentah-mentah oleh Bung Karno karena takut terjadi pertumpahan darah pada saat melakukan proklamasi kemerdekaan. Pada tanggal 16 Agustus 1945 penculikan Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok pun menjadi satu-satunya pilihan para pemuda.

Para pemuda melakukan penculikan pada pukul 03.00 WIB dengan cara mengelabuhi Soekarno dan Hatta dengan mengatakan bahwa situasi Jakarta sedang tidak kondusif karena kelompok pemuda sedang melakukan pemberontakan. Kepada Hatta, salah seorang kelompok pemuda mengatakan bahwa terdapat puluhan ribu pemuda bergerak ingin melucuti Jepang.

Pemuda mengatakan bahwa daripada dianggap sebagai provokator akan lebih baik Bung Karno dan Bung Hatta bersembunyi. Hal inilah yang membuat proses penculikan Bung Karno dan Bung Hatta bisa berjalan mulus.

Pada pagi harinya di tanggal 16 Agustus 1945 seharusnya PPKI mengadakan rapat namun dua pimpinan mereka tak kunjung datang. Sempat ada anggapan Jepang menyembunyikan kedua tokoh ini namun ternyata Jepang pun tak mengetahui keberadaan mereka.

Ahmad Subardjo yang merupakan anggota PPKI berupaya mencari kedua pimpinan PPKI tersebut hingga akhrnya menemukannya di Rengasdengklok. Kabar tentang Jepang yang menyerahkan diri kepada Sekutu juga disampaikan kepada Bung Karno dan Bung Hatta. Atas kabar ini akhirnya keduanya bersedia memproklamasikan kemerdekaan namun harus dilakukan di Jakarta.

Kisah inilah yang melatarbelakangi sehingga proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pun dapat direalisasikan pada pukul 11.30 WIB tanggal 17 Agustus 1945 di rumah Ir. Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat. [jfs/kartakita]

Foto Bung Karno bersama Bung Hatta karya Inen Rusnan, fotografer Konferensi Asia Afrika sekaligus saksi sejarah dinamika perkembangan Kota Bandung sejak tahun 1950an, dipamerkan di Gedung Indonesia Menggugat di Bandung [6/6]. TEMPO/Prima Mulia

TEMPO.CO, Jakarta - Peristiwa Rengasdengklok, yang disebut sebagai penculikan dua tokoh, Sukarno dan Mohamad Hatta oleh sejumlah pemuda antara lain Chaerul Saleh, Wikana, dan Soekarni. Keduanya diculik dari Jalan Menteng 31, Jakarta menuju Rengasdengklok, Karawang. Penculikan tersebut berlangsung sekitar pukul 03.00 dini hari, sehari menjelang kemerdekaan Indonesia.

Sebelumnya Sukarno dan Mohamad Hatta, serta tokoh-tokoh lainnya menginginkan supaya proklamasi ditetapkan melalui PPKI, sementara golongan pemuda menginginkan supaya proklamasi dilakukan secepatnya tanpa melewati PPKI yang diasumsikan sebagai badan hasil bentukan pemerintah Jepang.

Pada 14 Agustus 1945, Soetan Sjahrir mendengar kabar dari radio bahwa Jepang menyerah dari Sekutu dalam Perang Asia Timur Raya. Sjahrir segera menemui Sukarno dan Hatta untuk menyampaikan kabar tersebut. Saat itu, Sukarno dan Hatta baru saja pulang dari Dalat, Vietnam, usai bertemu dengan pemimpin militer tertinggi Jepang untuk kawasan Asia Tenggara, Marsekal Terauchi. Kepada Sukarno-Hatta, Terauchi menjanjikan kemerdekaan untuk Indonesia.

Silang pendapat pun terjadi di antara ketiga tokoh bangsa itu. Sjahrir meminta agar kemerdekaan segera dideklarasikan. Namun, Sukarno dan Hatta yang belum yakin dengan berita kekalahan Jepang, keduanya justru memilih menunggu kepastian sembari menanti janji kemerdekaan dari Dai Nippon.

Mengantisipasi itu, golongan muda melakukan penculikan supaya Soekarno dan Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Bahwa kemerdekaan yang sebenarnya merupakan hasil dari perjuangan bangsa Indonesia semata, bukan pemberian dari Jepang.

Sehari sesudah mendengar kabar kekalahan Jepang melawan sekutu, golongan pemuda mengadakan suatu perundingan di Pegangsaan Timur Jakarta, pada 15 Agustus. Dalam pertemuan ini diputuskan supaya pelaksanaan kemerdekaan dilepaskan dari segala ikatan dan hubungan dengan perjanjian kemerdekaan dari Jepang.

Menghadapi desakan tersebut, Sukarno dan Hatta tetap tidak berganti pendirian. Sukarno merasa bertanggung jawab sebagai ketua PPKI. Sementara itu di Jakarta, Chairul dan kawan-kawan sudah menyusun rencana merebut kekuasaan dan memproklamirkan kemerdekaan. Tetapi apa yang sudah direncanakan tidak sukses dijalankan karena tidak semua anggota PETA [Pembela tanah Air] mendukung rencana tersebut.

Untuk lokasi, rencana awal proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia akan dibacakan Bung Karno dan Bung Hatta pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 di lapangan Ikada, sekarang Lapangan Banteng, yang sekarang sudah menjadi lapangan Monas atau di rumah Bung Karno di Jl.Pegangsaan Timur 56.

Akhirnya dipilih rumah Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur No.56. Sebab kabar pergelaran acara di lapangan Ikada sudah tersebar, bahkan beberapa tentara-tentara Jepang sudah bersiap-siap, sebagai menghindari kericuhan. Sementara itu, segala persiapan kemerdekaan sudah beres. Termasuk teks Proklamasi yang sudah disusun di Rengasdengklok, di rumah seorang Tionghoa bernama Djiaw Kie Siong. Sementara itu, bendera merah putih sudah dikibarkan para pejuang di Rengasdengklok pada Kamis, 16 Agustus 1945.

Diwaktu yang sama, Jusuf Kunto dikirim untuk berunding dengan pemuda-pemuda yang ada di Jakarta. Namun sesampainya di Jakarta, Kunto hanya menemui Wikana dan Mr. Achmad Soebardjo. Hasilnya Kunto dan Achmad Soebardjo ditugaskan ke Rangasdengklok untuk menjemput Sukarno, Hatta, Fatmawati dan Guntur untuk membacakan proklamasi kemerdekaan.

Keesokan harinya, tepatnya pada 17 Agustus 1945 pernyataan proklamasi dikumandangkan oleh kedua proklamator, Sukarno - Hatta. Teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia sendiri diketik oleh Sayuti Melik menggunakan mesin ketik yang dipinjam dari kantor Kepala Agen Tingkatan Laut Jerman, Ia adalah Mayor [Laut] Dr Hermann Kandeler.

RAUDATUL ADAWIYAH NASUTION

Baca: Mengenal Sukarno Penculik Bung Karno ke Rengasdengklok

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề