Apa yang Anda rasakan apabila ketika ulangan ada yang menyontek tetapi tidak ditegur oleh guru

Apa yang Anda rasakan apabila ketika ulangan ada yang menyontek tetapi tidak ditegur oleh guru
Apa yang Anda rasakan apabila ketika ulangan ada yang menyontek tetapi tidak ditegur oleh guru

https://unsplash.com/photos/hgFY1mZY-Y0

Selama proses belajar di sekolah hingga bangku perkuliahan, dari siswa sampai dengan mahasiswa, kita semua tidak akan pernah lepas dari istilah ulangan, ujian—baik ulangan harian, kuis, UTS, UAS—dan lain sebagainya dengan istilah serupa. Metode belajar pun beragam, ada yang belajar sendiri di kamar, berdiskusi dengan teman yang lain, bahkan ada yang belajar sambil mendengarkan musik.

Namun, pada realitanya, metode belajar yang paling banyak dilakukan oleh para pelajar adalah metode SKS (Sistem Kebut Semalam). Besok ujian, malam ini baru mulai belajar. Bahkan saya memiliki banyak teman kuliah yang baru belajar beberapa jam sebelum ujian dimulai. Memang, banyak yang beranggapan, untuk apa belajar dari jauh-jauh hari jika mendekati tanggal ujian atau ketika ujian apa yang sudah dipelajari malah lupa sama sekali.

Di sisi lain juga bisa dipahami, karena di negara +62 ini sistem belajar masih mengedepankan menghafal dibanding memahami pelajaran atau mata kuliah. Buktinya, apa yang dipelajari lekas terlupakan seiring berakhirnya ujian. Maka tak heran tujuan utama adalah mendapatkan nilai yang tinggi, bukan paham atau tidaknya sesuatu yang dipelajari, juga bagaimana hal yang didapat bisa diaplikasikan di kehidupan sehari-hari.

Apa pun metode yang dilakukan, paling tidak seseorang masih mau belajar sebelum ujian berlangsung. Tidak seperti beberapa teman saya ketika kuliah yang seakan sudah memastikan diri akan menyontek sewaktu ujian—entah bertanya pada teman di dekatnya atau menyiapkan contekan yang sudah dirangkum sebelumnya. Agak mengherankan sebetulnya, karena ketika mereka merangkum contekan di secarik kertas atau hape, secara tidak langsung mereka harus mempelajari terlebih dahulu materinya. Jika memang malas belajar, kenapa tidak membaca saja? Paling tidak lebih baik dibanding membuat contekan.

Saya memang bukan siswa yang pintar selama sekolah, tapi tetap saja rasanya jengkel dan mangkel ketika ada teman yang bertanya jawaban saat ujian. Jika soalnya pilihan ganda, mungkin bisa dengan mudah saya beritahu dengan menggunakan jari sebagai kode. Satu jari untuk jawaban A, dua jari untuk jawaban B, dan seterusnya. Jujur saja, beberapa kali saya berbohong dalam memberikan jawaban. Akan repot jika memberi tahu jawaban dalam bentuk esai, apalagi jawaban dibuat sama persis. Ketika diperiksa oleh guru tak jarang akan jadi bahan pertanyaan, siapa menyontek, siapa dicontek.

Sebab, orang yang sama sekali tidak belajar akan langsung menuliskan jawaban tanpa mau mengubah sedikit pun jawaban yang dilihat. Pikir mereka, yang paling penting soal terjawab semua.

Hal lain yang membuat saya mangkel dan tidak suka dengan perilaku menyontek adalah, seringkali yang dicontek akan mendapat nilai lebih kecil dibanding yang menyontek. Meski nilai bukan menjadi hal utama dalam proses belajar-mengajar, tetap tidak bisa dipungkiri terkadang nilai yang baik menjadi tolok ukur sejauh mana seseorang memahami materi atau bisa juga menjadi hiburan bagi mereka yang sudah bersungguh-sungguh dalam belajar. Karena di Indonesia, sudah menjadi rahasia umum nilai yang didapat selama belajar menjadi salah satu syarat bagi seseorang dalam berbagai hal—tes masuk PTN, bekerja di suatu perusahaan, atau dalam mengikuti tes CPNS.

Rasanya tidak berlebihan jika yang dicontek kemudian misuh, apalagi yang menyontek mendapatkan nilai yang lebih tinggi, apa nggak mangkel?

Entah kenapa bisa demikian. Bisa jadi karena keberuntungan atau memang yang menyontek sebelumnya juga sudah belajar. Hanya saja, tinggal melengkapi jawaban yang lupa atau tidak tahu sama sekali—kemudian agar lengkap dan lebih sempurna, soal yang belum terisi tinggal ditanyakan atau melihat jawaban orang lain. Apa pun dalih dan caranya, hal tersebut tetap saja menjengkelkan. Dan tentu saja, termasuk hal curang.

Sebagai seorang recruiter dan terbiasa memberikan psikotes kepada calon karyawan, sudah beberapa kali saya melihat para kandidat menyontek satu sama lain. Rasanya aneh saja, memangnya mereka mau kalau penilaian terhadap tingkat kecerdasan juga kepribadian mereka dibagi atau tertukar dengan orang lain? Lagipula, apa susahnya sih mengerjakan ujian—termasuk psikotes—sendiri? Bukannya mau sok pintar, tapi saya pribadi lebih nyaman mengerjakan soal ujian dengan jerih payah sendiri. Ada kepuasaan ketika mendapatkan nilai melebihi ekspektasi.

Dan saat ini, saya harus memaafkan diri sendiri yang sewaktu sekolah—khususnya selama SMA—seringkali menyontek PR (Pekerjaan Rumah) kepunyaan teman. Menjadikannya sebagai salah satu kenakalan ketika belajar dan tidak ingin diulangi kembali.

BACA JUGA Tenang, Tak Perlu Insecure Terhadap Pencapaian Seseorang di Usia 27 Tahun atau tulisan Seto Wicaksono lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Digital. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

10 Alasan Mengapa Aku Mencontek;

Pengakuan Dosa Seorang Mantan Siswa dan Solusinya

Tidak ada manusia yang tidak mencontek dalam mengarungi proses kehidupan ini. Seseorang menjadi terkenal dengan penemuan-penemuan besarnya bisa terjadi karena proses contek mencontek. Maka saya mempunyai kesimpulan bahwa hidup ini untuk mencontek. Tapi tentunyanya perilaku mencontek ini bisa menjadi suatu yang dianjurkan halal dan mubah bahkan bisa menjadi yang terlarang, makruh, haram. Mencontek yang makruh dan haram adalah saat Ujian-ujian, UAN/UASBN, semester, mid semester atau ulangan harian, jika ketahuan guru atau dosen bisa di diskualifikasi, karena haram.

Punya pengalaman mencontek? Bagaimana rasanya saat mencontek? Ya, saya penah mencontek, perasaan saat itu, tegang, takut karena ada rasa khawatir keetahuan, deg-degan tentunya, mengapa demikian? Karena hati nurani tahu bahwa itu perbuatan dilarang, otak kita telah menyimpan pesan larangan mencontek saat ujian. Namun jika tidak dilakukan, nilai akan jelek, raport merah, mungkin tidak naik kelas serta dimarahi orang tua, jika dilakukan dan ketahuan kena hukuman, tapi ada yang member pesan, itukan kalau ketahuan, kalau tidak kan lumayan, berusahalah agar tidak ketahuan, maka lahirlah ide-ide kreatif dan nakal dari para pencontek seperti saya ini. Bagi mereka-mereka yang punya pengalaman mencontek, tentulah punya pengalaman dan kreasi tersendiri tentunya.

Tapi tahukah kita mengapa terjadi contek-mencontek yang diharamkan saat ujian? Data Ini di dapat berdasarkan pengalaman diri pribadi penulis, mengapa mencontek saat ujian.

1.Karena saya merasa kesulitan menjawab pertanyaan

2.Tidak menguasai pelajaran tertentu karena tidak suka dengan berbagai alasan

3.Tidak tahu jawaban karena lupa, disebabkan SKS

4.Tidak bisa mengerjakan karena lupa rumus-rumusnya

5.Tidak ingin mendapat nilai jelek sehingga tidak mencapai standar kelulusan

6.Agar lulus, naik kelas

7.Catatannya hilang atau tidak sempet menulis dan mempelajarinya saat ketua kelas mencatat di papan tulis saat guru tidak masuk kelas karena mengejar setoran di tempat yang lain

8.Tidak memperhatikan materi pelajaran yang disampaikan guru karena membosankan denan ceramahnya

9.Kurangnya media dan fasilitas pembelajaran sehingga hanya oral centre or teacher centre

10.Guru yang kurang kreatif dalam menyajikan proses pembelajaran

Sebenarnya mencontek dalam sebuah proses pembelajaran bisa dihindari dan diminimalisasi jika seorang guru dengan kearifannya tanpa bosan memberikan penanaman nilai-nlai kejujuran, atau seorang guru mengetahui dan memahami hal-hal apa yang menyebabkan seorang siswa mencontek, sehingga yang dilakukannya adalah problem solving, talk hart to hart, four eyes kata kalo pake bahasanya tukul mah. Dahulu kerap seorang guru memberikan hukuman langsung ketika seorang siswa ketahuan mencontek, hukuman yang diberikan pada saat ketahuan ia mencontek akan menjadi trauma yang tentunya akan berakibat buruk dari sisi psikologis siswa tersebut.

Berkaca pada pengalaman diri sendiri, belajar dari diri, karena untuk hal yang satu ini boleh dikata setiap para contekers kasusnya sama, maka yang saya lakukan adalah memberikan advise kepada siswa, jika kamu berbohong/mencontek saat assessment, maka, pertama kamu membohongi orangtua kamu, guru kamu, dan teman kamu, tapi kamu tidak bisa membohongi diri kamu dan Tuhan kamu, Allah SWT. Nak nilai itu tidak penting, sedang tapi kejujuran diatas segala-galanya, nilai dari sebuah assessment adalah serendah-rendahnya pengalaman kamu, itu hanya berlaku saat itui, nilai saat ini adalah dirimu saat ini, bukan cermin dirimu yang akan datang, karena kamu bisa berubah. Lalu bagaimana jika masih mencontek? Pendidikan adalah sebuah proses, maka seorang guru tidak akan pernah bosan mengikuti prose situ, tetap ini harus dibicarakan dari hati kehati, problem solving, dan tetap memasukan pesan-pesan moral tentang kejujuran dan nilai ulangan dan memberinya motivasi untuk belajar, bukan memberikan hukuman/punishment.

Menanamkan values/nilai-nilai moral dan pemahaman tentang kejujuran melalui problem solving, lebih bermanfaat untuk masa mendatang karena member pesan positif, dan itu akan terekam dalam hati dan otak, dibanding menanamkan kebencian karena hukuman yang dia sendiri tidak memahami mengapa harus dihukum. Ketika siswa mencontek itu bukan 100% kesalahannya, bisa jadi siswa adalah korban, cobalah guru menginstrospeksi diri mengapa hal itu bisa terjadi. Sebuah kesedihan dalam dunia pendidikan kita dan marilah introspeksi diri, adalah suatu yang sangat mengerikan jika dalam proses pelaksanaan UAN/UASBN pengamanan dari kepolisian begitu ketatnya, seperti sedang mengawal penjahat, teroris atau koruptor kelas kakap, (ups…maaf saya salah, nampaknya ada beda pengamanan aparat kita terhadap para penghianat bangsa itu, yang dianggap sebagai tahanan special, sepertinya sangat manusiawi, he..he..he..he..dunia paradox negeri ku tercinta).

Mencontek terjadi dimana saja dan kapan saja, bisa terjadi pada siapa saja, jika terjadi disekolah bukanlah haram jadah, karena bisa menjadi bahan introspeksi diri mereka yang telibat didalamnya tetapi jika terjadi saat penyaringan PNS, penerimaan mahasiwa baru perguruan tinggi negeri, atau yang berhubungan dengan negara inilah seharam-haramnya mencontek, apa lagi pake joki segala, yang seperti ini yang harus di diskualifikasi.


Page 2

10 Alasan Mengapa Aku Mencontek;

Pengakuan Dosa Seorang Mantan Siswa dan Solusinya

Tidak ada manusia yang tidak mencontek dalam mengarungi proses kehidupan ini. Seseorang menjadi terkenal dengan penemuan-penemuan besarnya bisa terjadi karena proses contek mencontek. Maka saya mempunyai kesimpulan bahwa hidup ini untuk mencontek. Tapi tentunyanya perilaku mencontek ini bisa menjadi suatu yang dianjurkan halal dan mubah bahkan bisa menjadi yang terlarang, makruh, haram. Mencontek yang makruh dan haram adalah saat Ujian-ujian, UAN/UASBN, semester, mid semester atau ulangan harian, jika ketahuan guru atau dosen bisa di diskualifikasi, karena haram.

Punya pengalaman mencontek? Bagaimana rasanya saat mencontek? Ya, saya penah mencontek, perasaan saat itu, tegang, takut karena ada rasa khawatir keetahuan, deg-degan tentunya, mengapa demikian? Karena hati nurani tahu bahwa itu perbuatan dilarang, otak kita telah menyimpan pesan larangan mencontek saat ujian. Namun jika tidak dilakukan, nilai akan jelek, raport merah, mungkin tidak naik kelas serta dimarahi orang tua, jika dilakukan dan ketahuan kena hukuman, tapi ada yang member pesan, itukan kalau ketahuan, kalau tidak kan lumayan, berusahalah agar tidak ketahuan, maka lahirlah ide-ide kreatif dan nakal dari para pencontek seperti saya ini. Bagi mereka-mereka yang punya pengalaman mencontek, tentulah punya pengalaman dan kreasi tersendiri tentunya.

Tapi tahukah kita mengapa terjadi contek-mencontek yang diharamkan saat ujian? Data Ini di dapat berdasarkan pengalaman diri pribadi penulis, mengapa mencontek saat ujian.

1.Karena saya merasa kesulitan menjawab pertanyaan

2.Tidak menguasai pelajaran tertentu karena tidak suka dengan berbagai alasan

3.Tidak tahu jawaban karena lupa, disebabkan SKS

4.Tidak bisa mengerjakan karena lupa rumus-rumusnya

5.Tidak ingin mendapat nilai jelek sehingga tidak mencapai standar kelulusan

6.Agar lulus, naik kelas

7.Catatannya hilang atau tidak sempet menulis dan mempelajarinya saat ketua kelas mencatat di papan tulis saat guru tidak masuk kelas karena mengejar setoran di tempat yang lain

8.Tidak memperhatikan materi pelajaran yang disampaikan guru karena membosankan denan ceramahnya

9.Kurangnya media dan fasilitas pembelajaran sehingga hanya oral centre or teacher centre

10.Guru yang kurang kreatif dalam menyajikan proses pembelajaran

Sebenarnya mencontek dalam sebuah proses pembelajaran bisa dihindari dan diminimalisasi jika seorang guru dengan kearifannya tanpa bosan memberikan penanaman nilai-nlai kejujuran, atau seorang guru mengetahui dan memahami hal-hal apa yang menyebabkan seorang siswa mencontek, sehingga yang dilakukannya adalah problem solving, talk hart to hart, four eyes kata kalo pake bahasanya tukul mah. Dahulu kerap seorang guru memberikan hukuman langsung ketika seorang siswa ketahuan mencontek, hukuman yang diberikan pada saat ketahuan ia mencontek akan menjadi trauma yang tentunya akan berakibat buruk dari sisi psikologis siswa tersebut.

Berkaca pada pengalaman diri sendiri, belajar dari diri, karena untuk hal yang satu ini boleh dikata setiap para contekers kasusnya sama, maka yang saya lakukan adalah memberikan advise kepada siswa, jika kamu berbohong/mencontek saat assessment, maka, pertama kamu membohongi orangtua kamu, guru kamu, dan teman kamu, tapi kamu tidak bisa membohongi diri kamu dan Tuhan kamu, Allah SWT. Nak nilai itu tidak penting, sedang tapi kejujuran diatas segala-galanya, nilai dari sebuah assessment adalah serendah-rendahnya pengalaman kamu, itu hanya berlaku saat itui, nilai saat ini adalah dirimu saat ini, bukan cermin dirimu yang akan datang, karena kamu bisa berubah. Lalu bagaimana jika masih mencontek? Pendidikan adalah sebuah proses, maka seorang guru tidak akan pernah bosan mengikuti prose situ, tetap ini harus dibicarakan dari hati kehati, problem solving, dan tetap memasukan pesan-pesan moral tentang kejujuran dan nilai ulangan dan memberinya motivasi untuk belajar, bukan memberikan hukuman/punishment.

Menanamkan values/nilai-nilai moral dan pemahaman tentang kejujuran melalui problem solving, lebih bermanfaat untuk masa mendatang karena member pesan positif, dan itu akan terekam dalam hati dan otak, dibanding menanamkan kebencian karena hukuman yang dia sendiri tidak memahami mengapa harus dihukum. Ketika siswa mencontek itu bukan 100% kesalahannya, bisa jadi siswa adalah korban, cobalah guru menginstrospeksi diri mengapa hal itu bisa terjadi. Sebuah kesedihan dalam dunia pendidikan kita dan marilah introspeksi diri, adalah suatu yang sangat mengerikan jika dalam proses pelaksanaan UAN/UASBN pengamanan dari kepolisian begitu ketatnya, seperti sedang mengawal penjahat, teroris atau koruptor kelas kakap, (ups…maaf saya salah, nampaknya ada beda pengamanan aparat kita terhadap para penghianat bangsa itu, yang dianggap sebagai tahanan special, sepertinya sangat manusiawi, he..he..he..he..dunia paradox negeri ku tercinta).

Mencontek terjadi dimana saja dan kapan saja, bisa terjadi pada siapa saja, jika terjadi disekolah bukanlah haram jadah, karena bisa menjadi bahan introspeksi diri mereka yang telibat didalamnya tetapi jika terjadi saat penyaringan PNS, penerimaan mahasiwa baru perguruan tinggi negeri, atau yang berhubungan dengan negara inilah seharam-haramnya mencontek, apa lagi pake joki segala, yang seperti ini yang harus di diskualifikasi.


Apa yang Anda rasakan apabila ketika ulangan ada yang menyontek tetapi tidak ditegur oleh guru

Lihat Edukasi Selengkapnya


Page 3

10 Alasan Mengapa Aku Mencontek;

Pengakuan Dosa Seorang Mantan Siswa dan Solusinya

Tidak ada manusia yang tidak mencontek dalam mengarungi proses kehidupan ini. Seseorang menjadi terkenal dengan penemuan-penemuan besarnya bisa terjadi karena proses contek mencontek. Maka saya mempunyai kesimpulan bahwa hidup ini untuk mencontek. Tapi tentunyanya perilaku mencontek ini bisa menjadi suatu yang dianjurkan halal dan mubah bahkan bisa menjadi yang terlarang, makruh, haram. Mencontek yang makruh dan haram adalah saat Ujian-ujian, UAN/UASBN, semester, mid semester atau ulangan harian, jika ketahuan guru atau dosen bisa di diskualifikasi, karena haram.

Punya pengalaman mencontek? Bagaimana rasanya saat mencontek? Ya, saya penah mencontek, perasaan saat itu, tegang, takut karena ada rasa khawatir keetahuan, deg-degan tentunya, mengapa demikian? Karena hati nurani tahu bahwa itu perbuatan dilarang, otak kita telah menyimpan pesan larangan mencontek saat ujian. Namun jika tidak dilakukan, nilai akan jelek, raport merah, mungkin tidak naik kelas serta dimarahi orang tua, jika dilakukan dan ketahuan kena hukuman, tapi ada yang member pesan, itukan kalau ketahuan, kalau tidak kan lumayan, berusahalah agar tidak ketahuan, maka lahirlah ide-ide kreatif dan nakal dari para pencontek seperti saya ini. Bagi mereka-mereka yang punya pengalaman mencontek, tentulah punya pengalaman dan kreasi tersendiri tentunya.

Tapi tahukah kita mengapa terjadi contek-mencontek yang diharamkan saat ujian? Data Ini di dapat berdasarkan pengalaman diri pribadi penulis, mengapa mencontek saat ujian.

1.Karena saya merasa kesulitan menjawab pertanyaan

2.Tidak menguasai pelajaran tertentu karena tidak suka dengan berbagai alasan

3.Tidak tahu jawaban karena lupa, disebabkan SKS

4.Tidak bisa mengerjakan karena lupa rumus-rumusnya

5.Tidak ingin mendapat nilai jelek sehingga tidak mencapai standar kelulusan

6.Agar lulus, naik kelas

7.Catatannya hilang atau tidak sempet menulis dan mempelajarinya saat ketua kelas mencatat di papan tulis saat guru tidak masuk kelas karena mengejar setoran di tempat yang lain

8.Tidak memperhatikan materi pelajaran yang disampaikan guru karena membosankan denan ceramahnya

9.Kurangnya media dan fasilitas pembelajaran sehingga hanya oral centre or teacher centre

10.Guru yang kurang kreatif dalam menyajikan proses pembelajaran

Sebenarnya mencontek dalam sebuah proses pembelajaran bisa dihindari dan diminimalisasi jika seorang guru dengan kearifannya tanpa bosan memberikan penanaman nilai-nlai kejujuran, atau seorang guru mengetahui dan memahami hal-hal apa yang menyebabkan seorang siswa mencontek, sehingga yang dilakukannya adalah problem solving, talk hart to hart, four eyes kata kalo pake bahasanya tukul mah. Dahulu kerap seorang guru memberikan hukuman langsung ketika seorang siswa ketahuan mencontek, hukuman yang diberikan pada saat ketahuan ia mencontek akan menjadi trauma yang tentunya akan berakibat buruk dari sisi psikologis siswa tersebut.

Berkaca pada pengalaman diri sendiri, belajar dari diri, karena untuk hal yang satu ini boleh dikata setiap para contekers kasusnya sama, maka yang saya lakukan adalah memberikan advise kepada siswa, jika kamu berbohong/mencontek saat assessment, maka, pertama kamu membohongi orangtua kamu, guru kamu, dan teman kamu, tapi kamu tidak bisa membohongi diri kamu dan Tuhan kamu, Allah SWT. Nak nilai itu tidak penting, sedang tapi kejujuran diatas segala-galanya, nilai dari sebuah assessment adalah serendah-rendahnya pengalaman kamu, itu hanya berlaku saat itui, nilai saat ini adalah dirimu saat ini, bukan cermin dirimu yang akan datang, karena kamu bisa berubah. Lalu bagaimana jika masih mencontek? Pendidikan adalah sebuah proses, maka seorang guru tidak akan pernah bosan mengikuti prose situ, tetap ini harus dibicarakan dari hati kehati, problem solving, dan tetap memasukan pesan-pesan moral tentang kejujuran dan nilai ulangan dan memberinya motivasi untuk belajar, bukan memberikan hukuman/punishment.

Menanamkan values/nilai-nilai moral dan pemahaman tentang kejujuran melalui problem solving, lebih bermanfaat untuk masa mendatang karena member pesan positif, dan itu akan terekam dalam hati dan otak, dibanding menanamkan kebencian karena hukuman yang dia sendiri tidak memahami mengapa harus dihukum. Ketika siswa mencontek itu bukan 100% kesalahannya, bisa jadi siswa adalah korban, cobalah guru menginstrospeksi diri mengapa hal itu bisa terjadi. Sebuah kesedihan dalam dunia pendidikan kita dan marilah introspeksi diri, adalah suatu yang sangat mengerikan jika dalam proses pelaksanaan UAN/UASBN pengamanan dari kepolisian begitu ketatnya, seperti sedang mengawal penjahat, teroris atau koruptor kelas kakap, (ups…maaf saya salah, nampaknya ada beda pengamanan aparat kita terhadap para penghianat bangsa itu, yang dianggap sebagai tahanan special, sepertinya sangat manusiawi, he..he..he..he..dunia paradox negeri ku tercinta).

Mencontek terjadi dimana saja dan kapan saja, bisa terjadi pada siapa saja, jika terjadi disekolah bukanlah haram jadah, karena bisa menjadi bahan introspeksi diri mereka yang telibat didalamnya tetapi jika terjadi saat penyaringan PNS, penerimaan mahasiwa baru perguruan tinggi negeri, atau yang berhubungan dengan negara inilah seharam-haramnya mencontek, apa lagi pake joki segala, yang seperti ini yang harus di diskualifikasi.


Apa yang Anda rasakan apabila ketika ulangan ada yang menyontek tetapi tidak ditegur oleh guru

Lihat Edukasi Selengkapnya


Page 4

10 Alasan Mengapa Aku Mencontek;

Pengakuan Dosa Seorang Mantan Siswa dan Solusinya

Tidak ada manusia yang tidak mencontek dalam mengarungi proses kehidupan ini. Seseorang menjadi terkenal dengan penemuan-penemuan besarnya bisa terjadi karena proses contek mencontek. Maka saya mempunyai kesimpulan bahwa hidup ini untuk mencontek. Tapi tentunyanya perilaku mencontek ini bisa menjadi suatu yang dianjurkan halal dan mubah bahkan bisa menjadi yang terlarang, makruh, haram. Mencontek yang makruh dan haram adalah saat Ujian-ujian, UAN/UASBN, semester, mid semester atau ulangan harian, jika ketahuan guru atau dosen bisa di diskualifikasi, karena haram.

Punya pengalaman mencontek? Bagaimana rasanya saat mencontek? Ya, saya penah mencontek, perasaan saat itu, tegang, takut karena ada rasa khawatir keetahuan, deg-degan tentunya, mengapa demikian? Karena hati nurani tahu bahwa itu perbuatan dilarang, otak kita telah menyimpan pesan larangan mencontek saat ujian. Namun jika tidak dilakukan, nilai akan jelek, raport merah, mungkin tidak naik kelas serta dimarahi orang tua, jika dilakukan dan ketahuan kena hukuman, tapi ada yang member pesan, itukan kalau ketahuan, kalau tidak kan lumayan, berusahalah agar tidak ketahuan, maka lahirlah ide-ide kreatif dan nakal dari para pencontek seperti saya ini. Bagi mereka-mereka yang punya pengalaman mencontek, tentulah punya pengalaman dan kreasi tersendiri tentunya.

Tapi tahukah kita mengapa terjadi contek-mencontek yang diharamkan saat ujian? Data Ini di dapat berdasarkan pengalaman diri pribadi penulis, mengapa mencontek saat ujian.

1.Karena saya merasa kesulitan menjawab pertanyaan

2.Tidak menguasai pelajaran tertentu karena tidak suka dengan berbagai alasan

3.Tidak tahu jawaban karena lupa, disebabkan SKS

4.Tidak bisa mengerjakan karena lupa rumus-rumusnya

5.Tidak ingin mendapat nilai jelek sehingga tidak mencapai standar kelulusan

6.Agar lulus, naik kelas

7.Catatannya hilang atau tidak sempet menulis dan mempelajarinya saat ketua kelas mencatat di papan tulis saat guru tidak masuk kelas karena mengejar setoran di tempat yang lain

8.Tidak memperhatikan materi pelajaran yang disampaikan guru karena membosankan denan ceramahnya

9.Kurangnya media dan fasilitas pembelajaran sehingga hanya oral centre or teacher centre

10.Guru yang kurang kreatif dalam menyajikan proses pembelajaran

Sebenarnya mencontek dalam sebuah proses pembelajaran bisa dihindari dan diminimalisasi jika seorang guru dengan kearifannya tanpa bosan memberikan penanaman nilai-nlai kejujuran, atau seorang guru mengetahui dan memahami hal-hal apa yang menyebabkan seorang siswa mencontek, sehingga yang dilakukannya adalah problem solving, talk hart to hart, four eyes kata kalo pake bahasanya tukul mah. Dahulu kerap seorang guru memberikan hukuman langsung ketika seorang siswa ketahuan mencontek, hukuman yang diberikan pada saat ketahuan ia mencontek akan menjadi trauma yang tentunya akan berakibat buruk dari sisi psikologis siswa tersebut.

Berkaca pada pengalaman diri sendiri, belajar dari diri, karena untuk hal yang satu ini boleh dikata setiap para contekers kasusnya sama, maka yang saya lakukan adalah memberikan advise kepada siswa, jika kamu berbohong/mencontek saat assessment, maka, pertama kamu membohongi orangtua kamu, guru kamu, dan teman kamu, tapi kamu tidak bisa membohongi diri kamu dan Tuhan kamu, Allah SWT. Nak nilai itu tidak penting, sedang tapi kejujuran diatas segala-galanya, nilai dari sebuah assessment adalah serendah-rendahnya pengalaman kamu, itu hanya berlaku saat itui, nilai saat ini adalah dirimu saat ini, bukan cermin dirimu yang akan datang, karena kamu bisa berubah. Lalu bagaimana jika masih mencontek? Pendidikan adalah sebuah proses, maka seorang guru tidak akan pernah bosan mengikuti prose situ, tetap ini harus dibicarakan dari hati kehati, problem solving, dan tetap memasukan pesan-pesan moral tentang kejujuran dan nilai ulangan dan memberinya motivasi untuk belajar, bukan memberikan hukuman/punishment.

Menanamkan values/nilai-nilai moral dan pemahaman tentang kejujuran melalui problem solving, lebih bermanfaat untuk masa mendatang karena member pesan positif, dan itu akan terekam dalam hati dan otak, dibanding menanamkan kebencian karena hukuman yang dia sendiri tidak memahami mengapa harus dihukum. Ketika siswa mencontek itu bukan 100% kesalahannya, bisa jadi siswa adalah korban, cobalah guru menginstrospeksi diri mengapa hal itu bisa terjadi. Sebuah kesedihan dalam dunia pendidikan kita dan marilah introspeksi diri, adalah suatu yang sangat mengerikan jika dalam proses pelaksanaan UAN/UASBN pengamanan dari kepolisian begitu ketatnya, seperti sedang mengawal penjahat, teroris atau koruptor kelas kakap, (ups…maaf saya salah, nampaknya ada beda pengamanan aparat kita terhadap para penghianat bangsa itu, yang dianggap sebagai tahanan special, sepertinya sangat manusiawi, he..he..he..he..dunia paradox negeri ku tercinta).

Mencontek terjadi dimana saja dan kapan saja, bisa terjadi pada siapa saja, jika terjadi disekolah bukanlah haram jadah, karena bisa menjadi bahan introspeksi diri mereka yang telibat didalamnya tetapi jika terjadi saat penyaringan PNS, penerimaan mahasiwa baru perguruan tinggi negeri, atau yang berhubungan dengan negara inilah seharam-haramnya mencontek, apa lagi pake joki segala, yang seperti ini yang harus di diskualifikasi.


Apa yang Anda rasakan apabila ketika ulangan ada yang menyontek tetapi tidak ditegur oleh guru

Lihat Edukasi Selengkapnya