Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Puisi baru adalah jenis puisi yang tidak terlalu terikat kepada ketentuan jumlah baris, suku kata maupun
rima. Bentuk puisi baru lebi bebas bila dibandingkan dengan puisi lama.[1] Puisi baru terbentuk di dalam
masyarakat baru yang telah mengalami akulturasi budaya.[2] Puisi baru masih mempertahankan penggunaan
irama, bunyi dan isi di dalam penulisan puisi. Bentuk puisi lama yang disesuaikan dengan puisi baru ialah pantun yang menggunakan irama pada baris pertama dan penyampaian pikiran pada dua bari
berikutnya.[3]
Perkembangan[sunting | sunting sumber]
Puisi baru lahir dari
masyarakat baru yang memiliki percampuran kebudayaan timur dan kebudayaan barat. Percampuran budaya ini terjadi akibat
interaksi sosial dan hubungan internasional yang terjadi antara kedua kebudayaan. Dalam prosesnya, kebudayaan barat memberikan pengaruh terhadap kebudayaan timur. Pengaruh ini berkaitan dengan perubahan pikiran dan anggapan masyarakat terhadap keberadaan
adat. Perubahan pola pikir di dalam masyarakat kemudian menciptakan masyarakat baru yang tidak terlalu terikat dengan aturan adat. Masyarakat baru kemudian membentuk kebudayaan baru termasuk kesusastraan. Pembentukan kesusastraan baru kemudian menciptakan berbagai jenis puisi
baru.[2]
Ciri khas[sunting | sunting
sumber]
Penulisan puisi baru berkembang secara lisan dan tulisan sehingga nama penulis puisinya telah dicantumkan di tiap penulisannya. Puisi baru tidak terikat oleh berbagai aturan-aturan seperti rima, jumlah baris dan suku kata serta menggunakan majas yang dinamis atau berubah-ubah. Isi
puisi baru berkaitan tentang kehidupan dan penyampaiannya memakai sajak pantun dan syair. Penulisan puisi baru memiliki bentuk yang lebih rapi dan simetris serta memiliki rima akhir yang teratur. Tiap barisnya disusun dengan kesatuan
sintaksis.[4] Di Indonesia, sastrawan angkatan
pujangga baru mulai menggunakan puisi baru sebagai acuan karya-karyanya. Revolusi karya yang diusung adalah modernisasi dengan perbandingan sebagai bahasa kiasan yang dominan, diksi
yang digunakan sangat indah, hubungan antar kalimat sangat jelas tidak menimbulkan makna ganda (ambigu) dan mengekspresikan perasaan atau pelukisan alam yang
tentram.[5]
Unsur[sunting | sunting
sumber]
- Kata adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi.
- Larik atau baris mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat dalam prosa. Larik bisa berupa satu kata saja, bisa frasa, bisa pula seperti sebuah kalimat. Pada puisi lama, jumlah kata pada sebuah larik biasanya empat buah, tapi pada puisi
baru tidak ada batasan.
- Bait merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis.
- Bunyi dibentuk oleh rima dan irama. Rima (persajakan) merupakan bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata dalam larik dan bait. Irama (ritme) berbentuk pergantian tinggi rendahnya bunyi, panjang pendek bunyi dan keras lembut ucapan
bunyi.
- Makna adalah unsur tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik dan bait. Makna bisa menjadi isi dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna inilah misi penulis puisi disampaikan.
- Rima adalah persamaan atau pengulangan bunyi.
- Irama sama dengan rima. Irama diartikan sebagai alunan yang terjadi karena
pengulangan dan pergantian kesatuan bunyi dalam arus panjang pendek bunyi.[6]
Jenis[sunting |
sunting sumber]
Bentuk[sunting |
sunting sumber]
- Distikon (sajak dua seuntai), artinya sajak yang terdiri atas dua baris kalimat dalam setiap baitnya.
- Terzina (sajak tiga seuntai), artinya setiap baitnya terdiri alas tiga buah kalimat.
- Quatrain (sajak empat seuntai), artinya setiap baitnya terdiri atas empat buah kalimat.
- Quint (sajak lima scuntai), artinya setiap baitnya terdiri atas lima bariss.
- Sektet (sajak enam seuntai), artinya terdiri atas enam buah kalimat dalam setiap baitnya.
- Septima (sajak tujuh seuntai), artinya setiap baitnya terdiri atas tujuh buah kalimat.
- Stanza (sajak delapan seuntai), artinya terdiri atas delapan kalimat.
- Soneta (sajak empat belas seuntai), artinya sajak yang terdiri atas empat bait (2 bait pertama masing-masing terdiri atas empat baris, 2 bait terakhir masing-masing terdiri atas 3 baris.
- Puisi bebas, yaitu puisi yang tidak terikat oleh beberapa aturan khusus, yaitu jumlah baris setiap bait, jumlah suku kata setiap baris, sajak, irama, rima, dan pilihan kata
(diksi).[7]
Isi[sunting | sunting
sumber]
- Balada adalah puisi yang berisi kisah orang-orang perkasa, idola, atau orang-orang yang menjadi pusat perhatian.[8] Balada ditulis sepanjang 3 bait. Masing-masing bait terdiri dari 8 baris.
Pola rima awal yang digunakan dalam balada ialah a-b-a-b-b-c-c-b. Setelahnya, pola rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Pada bait pertama di baris terakhir digunakan pengulangan baris dalam bait-bait selanjutnya.[9]
- Himne adalah puisi yang berisi pemujaan.
Tokoh yang umum dipuja di dalam ode yaitu Tuhan, tanah air, atau
pahlawan.[10]
- Ode adalah puisi penghormatan atas jasa seseorang. Isi dari ode adalah sanjungan atau pujian terhadap seseorang, sesuatu hal atau
sesuatu keadaan. Tokoh yang diceritakan di dalam ode merupakan tokoh-tokoh yang dikagumi oleh masyarakat luas.[11] Gaya bahasa dan nada yang digunakan bersifat resmi. Bunyi yang disajikan dalam pembacaannya sangat anggun. Kandungan isi
di dalam himne membahas tentang sesuatu yang mulia.[12]
- Epigram adalah puisi yang berisi pedoman
hidup.[11]
- Roman adalah puisi yang memberikan perasaan cinta kasih. Penulisan roman menggunakan bahasa yang romantis. Cerita yang disampaikan di dalam roman berupa percintaan yang berhubungan dengan pertentangan dan petualangan kesatria. Kehidupan kesatria diungkapkan secara
mempesona.[13] Dalam roman, kehidupan tokoh diceritakan secara lengkap dari masa kecil hinga akhir hayatnya.[14]
- Elegi adalah puisi yang berisi perasaan sedih akibat duka yang diratapi.[15]
- Satire adalah puisi yang isinya mengandung sindiran atau
kritik. Pesan yang ingin diungkapkan didalam satire ialah ketidakpuasan penyair terhadap suatu keadaan. Pengungkapan perasaan dilakukan dengan cara menyindir atau menyatakan keadaan baru yang berkebalikan dengan keadaan yang
sebenarnya.[16]
- Puisi esai adalah perpaduan antara dua jenis pemikiran yaitu puisi dan esai.[17]
Gagasan mengenai puisi esai pertama kali dikemukakan oleh Denny Januar Ali dan diwujudkannya pada tahun 2012 melalui buku berjudul
Atas Nama Cinta.[18] Sebuah karya tulis dapat disebut sebagai puisi esai apabila telah memenuhi empat kriteria, yaitu sisi batin dan sisi kehidupan kemanusiaan tokoh utama tergambar dengan jelas, tata bahasanya indah dan mudah dipahami,
pengalaman batin dan fakta sosial dikemukakan melalui catatan kaki dan menyajikan data dan fakta sosial yang mampu membuat pembaca memahami kondisi tokoh utama dalam
cerita.[19]
Referensi[sunting |
sunting sumber]
- ^
Suswandari dan Hatmo 2008, hlm. 31.
- ^ a b Junus, A. M., dan Junus, A. F. (2016).
Sejarah Perkembangan Sastra Indonesia (PDF). Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar. hlm. 19. ISBN 978-602-6883-06-3. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2020-03-31. Diakses tanggal
2020-12-23.
- ^ Sumaryanto (2010). Mengenal Pantun dan Syair. Semarang: PT Sindur Press. hlm. 23.
ISBN 978-979-067-054-9.
- ^ Ahyar 2019, hlm. 37-38.
- ^ Basrowi, M. (2020-10-05).
Sastrawan Angkatan Pujangga Baru. Semarang: Alprin. hlm. 5. ISBN 978-623-263-580-7.
- ^ Utari, Wa Ode (2017-05-19). "KEMAMPUAN MENULIS PUISI BARU SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 KABAWO". JURNAL HUMANIKA. 3 (15): 3.
ISSN 1979-8296.
- ^ Rohmah, Rina Ari (2020-11-12). Puisi Baru. Riau: CV. Karoteh Utama. hlm. 5.
ISBN 978-623-91909-5-8.
- ^ Suswandari dan Hatmo 2018, hlm. 31.
- ^ Ahyar 2019, hlm. 36.
- ^
Suswandari dan Hatmo 2008, hlm. 33.
- ^ a
b Suswandari dan Hatmo 2008, hlm. 34.
- ^ Ahyar 2019, hlm. 36-37.
- ^ Suswandari dan Hatmo 2008, hlm. 35.
- ^ Warsiman (2017). Pengantar Pembelajaran Sastra. Malang: Universitas Brawijaya Press.
hlm. 132. ISBN 978-602-432-007-2.
- ^ Suswandari dan Hatmo 2008, hlm. 36.
- ^ Suswandari dan Hatmo 2008, hlm. 37.
- ^ Jurnal Sajak (2013).
Puisi Esai: Kemungkinan Baru Puisi Indonesia. Depok: PT Jurnal Sajak Indonesia. hlm. 3. ISBN 978-602-17438-2-9.
[pranala nonaktif permanen]
- ^ Narudin (2017).
Membawa Puisi ke Tengah Gelanggang: Jejak dan Karya Denny JA. Jakarta Selatan: Insiprasi.co Book Project (PT Cerah Budaya Indonesia). hlm. xiii.
- ^ Rasiah, dkk. (2018). Mengenal Puisi Esai. Cerah Budaya Indonesia. hlm. 10. ISBN 978-602-5896-26-2.
Daftar
pustaka[sunting | sunting sumber]
- Suswandari, M., dan Hatmo, K. T. (2008). Ontologi Puisi (PDF). Kebumen: CV. Intishar Publishing. ISBN 978-602-5692-57-4.
- Ahyar, Juni (2019). Apa Itu Sastra: Jenis-Jenis Karya Sastra dan Bagaimanakah Cara Menulis dan Mengapresiasi Sastra (PDF). Sleman: Deepublish. ISBN 978-623-02-0145-5.
Apa yg dimaksud dengan puisi baru?
Berbeda dengan puisi lama, puisi baru merupakan puisi yang tidak terikat lagi oleh aturan, dan bentuknya lebih bebas daripada puisi lama dalam segi jumlah baris, suku kata, ataupun rima. Ciri-ciri puisi baru: Mempunyai bentuk yang rapi, simetris.
Apa yang dimaksud puisi baru brainly?
Puisi baru adalah jenis puisi yang tidak terikat dengan aturan-aturan baku tertentu dalam pembuatan atau pembacaannya. Artinya puisi baru merupakan jenis puisi yang bebas, tidak terikat dengan aturan terkait jumlah suku kata, jumlah kata, jumlah baris, rima (sajak) ataupun jumlah bait dalam pembuatannya.
Jelaskan apa yg dimaksud dengan puisi lama dan puisi baru?
Puisi lama dan baru dengan gaya modern juga memiliki perbedaan pada isinya. Pada puisi lama isi lebih mengarah kepada bentuk nasihat, sedangkan pada puisi baru umumnya berisi tentang curahan hati sang penulis.
Puisi baru ada berapa?
Terdapat delapan jenis puisi baru yang dibedakan berdasarkan jumlah baris. Berikut penjelasan singkatnya: Distikon: sajak dua seuntai atau puisi yang setiap bait terdiri atas dua baris. Terzina: sajak tiga seuntai atau puisi yang setiap bait terdiri atas tiga baris.