Apa yang diperlukan seniman ketika berada dalam tahap mencari inspirasi

PROSES PENCIPTAAN KARYA SENI
Proses kreatifitas dalam berkesenian memberikan kebebasan penapsiran bagi siapa saja yang ingin mewujudkan suatu ide dalam karya. Penerapan ide ditentukan oleh konsep karya atas nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Nilai tersebut diterapkan kedalam bentuk karya seni, sehingga judul, tema, dan strukturnya dapat memberikan kejelasan.
mewujudkan suatu ide mengalami proses atau pengolahan materi, sehingga menghasilkan karya sesuai kehendak yang diinginkan. Proses penciptaan karya seni ini melalui beberapa tahapan :

Tahap Ekplorasi
pengamatan secara langsung dan mencari keterangan dari informasi yang mendukung data tersebut. Setelah data terkumpul dianalisis serta dibahas dan diuraikan berbagai bagian, sehingga mendapat gambaran atau konsep yang jelas sebagai sumber acuan.
Tahap Improvisasi
implementasi dari konsep melalui pencarian bagian karya yang berawal dari gagasan atau tema serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan memahami makna keseluruhannya.
Tahap Pembentukan
Menentukan bentuk ciptaan, dengan menggabungkan konsep dengan menerapkan teori transformasi dan menjadi karya seni. Menurut I Made Bandem ada tiga kategori dalam tahap pembentukan :
  1. berkaitan dengan ketrampilan teknis
  2. kategori yang berbau gaib
  3. transformasi yang berkaitan dengan terminologi taksu, sejenis daya spiritual.
B. Klasifikasi Karya Seni Rupa Nusantara
Sebuah karya seni hakikatnya merupakan perwujudan gagasan perupa melalui media (bahan) dan teknik yang sesuai serta mengikuti sebuah prosedur dan keahlian berkarya tertentu. Pengertian ini tidaklah membatasi siapapun untuk berkreasi karena kebebasan berekspresi yang mengikuti norma yang berlaku merupakan salah satu ciri manusia berbudaya. Manusia memerlukan seni sebagai pelengkap kelebihan akal dan keimanannya. Dalam hal ini seseorang tidaklah harus menjadi seorang seniman (perupa, pelukis, pematung, pegrafis, keramikus, desainer, kriyawan) untuk dapat berkarya seni rupa namun bisa siapa saja asal memiliki faktor-faktor sebagaimana sudah dikemukakan di awal pembahasan.
1. Gagasan
Gagasan atau sering disebut pula ide atau inspirasi adalah hal yang melandasi atau mendorong seseorang untuk berkarya, baik berasal dari dalam (internal) atau luar dirinya (eksternal). Wujudnya bisa berupa perasaan, emosi, mimpi, khayalan, cita-cita, atau bahkan pengalaman. Adalah hal yang lumrah jika manusia sebagai makhluk sosial selalu ingin mengkomunikasikan gagasannya dengan berbagai cara kepada sesamanya. Gagasan pun dapat lahir dari mana saja termasuk dari tanggapan atau apresiasi terhadap keindahan alam ciptaan Tuhan, benda buatan manusia, atau karya seni yang dibuat orang lain.
Contoh ilustrasi orang yang sedang mengapresiasi karya seni
Seluruh gagasan bersifat abstrak bilamana belum diwujudkan ke dalam sebuah karya seni. Sebagai contoh, jika seorang pemuda sedang mengkhayalkan menjadi kekasih orang yang ditaksirnya lalu dalam pikirannya berencana menggambarkan kecantikan pujaannya tersebut ke dalam sebuah lukisan, maka sebenarnya ia belum berkarya. Tetapi jika mempergunakan media ekspresi seperti gambar artinya ia berekspresi melalui media seni rupa. Artinya pula, sebuah karya seni rupa harus memiliki wujud fisik yamg dapat dicerap deangan indera penglihatan.
Gagasan mula-mula lahir dari mengamati sesuatu lalu direnungkan dalam-dalam hingga dicapai sebuah perasaan simpati dan akhirnya lebur dengannya (empati). Untuk mendapatkan gagasan yang subur perlu didukung latihan dan proses belajar yang berkesinambungan. Berlatih artinya juga bekerja keras tiada kenal letih hingga tercapai apa yang dikehendaki. Bagi seorang perupa, gagasan biasanya dituangkan terlebih dahulu dalam bentuk sketsa untuk kemudian dikembangkan sampai tercapai bentuk yang matang dan siap menjadi sebuah karya.
Contoh sketsa dan karya akhirnya
Gagasan yang asli (orisinal) dan cemerlang merupakan keinginan semua perupa agar karya yang dibuatnya bernilai. Banyak cara dan langkah digunakan untuk mendapatkannya. Ada yang bermeditasi, mengamati karya perupa lain, tetapi ada juga yang menggali gagasan dengan langsung berkarya. Contoh perupa yang memiliki gagasan tanpa batas dengan terus berkarya dengan media serta gaya apapun adalah Pablo Picasso. Ibarat orang berbicara, ia fasih berbahasa apapun dan buktinya adalah amat produktif membuat lukisan, kolase, keramik, hingga patung. Berkenaan dengan gagasan yang orisinal, Picasso pernah menggabungkan sadel sepeda dengan stangnya hingga membentuk kepala seekor banteng. Hal tersebut menunjukkan, bahwa sesuatu yang biasa karena luput diamati memiliki peluang menjadi karya yang penting dan bernilai kreatif setelah didahului adanya gagasan yang cemerlang.
Contoh karya Picasso (Bulls Head)
a. Gagasan dalam Karya Seni Rupa Nusantara
Gagasan berkarya seni rupa dapat muncul dari mana dan kapan saja. Sumbernya dapat berasal sang perupa atau dari luar dirinya seperti dari alam atau buatan manusia.
1) Gagasan dari Alam
Pelukis yang menjadi perintis perkembangan seni rupa modern kita, Raden Saleh, dikenal sering menggali gagasan yang berasal dari kehidupan di alam. Lukisan kehidupan satwa di alam liar adalah contohnya. Demikian pula pada masa sesudahnya dengan hadirnya kecenderungan seni lukis yang berangkat dari keindahan alam Nusantara. Pemandangan gunung yang tinggi, lautan yang membiru, sawah yang menghampar, desa yang damai dan tentram, atau gadis-gadis cantik menjadi gagasan pokok lukisan yang coraknya Naturalisme. Kelompok pelukis yang aktif pada tahun awal Abad ke-20 ini dikenal dengan nama Mooi Indie atau Indonesia Jelita dan terdiri dari bangsa pribumi dan asing. Beberapa nama di antaranya adalah Abdullah Suryosubroto, Mas Pirngadi, Wakidi, W. G. Hofker, Ernest Dezentje, dan C. L. Dake Jr.
2) Gagasan dari Diri
Beragam pengalaman atau perasaan seorang pelukis mendorong terciptanya karya seni lukis yang menjadi ciri khasnya. Pelukis surealistis Indonesia Lucia Hartini dikenal banyak mengangkat pengalaman pribadinya sebagai seorang perempuan sekaligus ibu yang harus berjuang bagi diri serta anaknya. Gagasan berupa perasaan simpati atau bahkan empati dapat ditemui pada karya Affandi atau Sudjana Kerton yang kerap menghadirkan kaum miskin pada kanvas lukisannya.
Contoh lukisan Affandi atau Kerton yang menggambarkan kaum papa
2. Media dalam Karya Seni Rupa Nusantara
Media adalah bahan yang menjadi alat yang kongkret untuk menyatakan gagasan yang bersifat abstrak. Sebagai wahana untuk mengkomunikasikan sebuah gagasan, media harus dipilih secara tepat. Pemilihan media harus diikuti teknik, prosedur, dan keahlian berkarya agar karya yang dihasilkan memiliki nilai seni yang tinggi.
Media seni rupa secara umum terbagi atas dua dan tiga dimensi. Contohnya kertas atau kain tergolong pada kelompok pertama, sedangkan kayu dan batu masuk pada kelompok kedua.
Contoh perupa nasional yang terampil menguasai media kayu misalnya pematung G. Sidharta, Amrus Natalsya, dan Anusapati. Pematung Nyoman Nuarta, Rita Widagdo, dan Dolorosa Sinaga dikenal pandai menguasai media logam untuk karya patungnya. Dari kalangan keramikus F. Widayanto, Hendrawan Riyanto, dan Asmudjo mahir mengolah tanah liat untuk benda-benda kreasinya. Perupa Yusuf Affendi dan Biranul Anas terampil memanfaatkan media serat untuk karya seninya.
3. Teknik dalam Karya Seni Rupa Nusantara
Teknik adalah cara yang dipergunakan untuk berkarya sesuai dengan media yang dipilih. Ada beberapa media yang memerlukan teknik khusus seperti misalnya logam, keramik, atau batu. Untuk ini juga diperlukan peralatan yang tepat agar benda yang dibuat hasilnya sesuai keinginan.
Sebagai contoh penggunaan teknik yang tepat adalah dalam melukis. Jika menginginkan teknik sapuan yang halus dengan media cat minyak di atas kanvas kita harus memilih jenis dan ukuran kwas yang sesuai. Arah sapuan, tekanan, dan waktu pengeringan cat menjadi penentu keberhasilan teknik melukis yang diinginkan. Hal lain yang menuntut penguasaan teknik khusus dalam melukis adalah teknik impasto (cat tebal). Media pembuat tekstur dan pisau palet tepat digunakan untuk ini. Penumpukan cat dan efek yang ingin dihadirkan harus didukung keterampilan teknik yang memadai. Contoh lain adalah pelukis Affandi yang berhasil memunculkan karya seni lukis yang menjadi identitas pribadinya. Meski tidak menggunakan alat khusus, melainkan keterampilan tangannya melalui teknik pijitan langsung dari tube cat disertai sapuan tangannya diraihlah pencapaian artistik yang tiada duanya. Teknik tersebut dikuasai dalam waktu yang panjang disertai kerja keras terus menerus. Affandi melakukan dua hal penting sekaligus, yakni belajar sambil berkarya.
4. Prosedur dalam Karya Seni Rupa Nusantara
Prosedur adalah tatacara berkarya yang dimulai dari ide hingga terciptanya karya. Dalam seni rupa ada beberapa proses berkarya yang harus diikuti secara bertahap sesuai prosedur dan tidak dapat dilakukan sembarangan. Contohnya adalah proses pengglasiran keramik atau pengecoran logam. Pada keramik yang akan dilapisi glasir harus dipahami karakter kedua media tersebut. Teknik pelapisan hingga pembakarannya harus mengikuti prosedur yang tepat karena jika tidak, maka hasilnya tidak sesuia dengan yang diharapkan.
5. Keahlian Berkarya dalam Karya Seni Rupa Nusantara
Keahlian Berkarya berkenaan dengan kemampuan seseorang untuk berkreasi sesuai dengan gagasan, media, teknik, dan prosesnya. Keahlian ini dapat diturunkan sebagai bakat tetapi juga dapat diperoleh dengan belajar dan berlatih. Sebagai contoh adalah keahlian atau keterampilan menggambar. Seseorang yang memiliki bakat menggambar jika dilatih akan menjadi keahlian yang bermanfaat dan dapat menghasilkan karya yang berkualitas.
Di Bali karena faktor agama dan adat mengharuskan setiap orang hidup dengan seni. Setiap perempuan sejak kecil sudah dilatih menari dan menenun. Kaum pria diajari melukis, memahat, atau menabuh gamelan. Lingkungan dan pembiasaan besar pengaruhnya bagi manusia dalam memahami atau berkreasi seni.


TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA
pertanyaan lanjutan :
@nia_keke