Apa yang disebut dengan berkarya

Pengertian seniman sangatlah luas dan tak terbatas pada suatu standar tertentu. Tidak melulu juga berkaitan dengan seni. Setiap orang yang menghasilkan karya bisa saja disebut seniman. Mereka yang menciptakan parfum bisa disebut seniman wewangian. Mereka yang memanggang kue bisa disebut seniman kuliner. Apapun bentuk karyanya siapapun orangnya berapapun umurnya bisa disebut seniman.

Ketika seseorang berkarya dia pun menciptakan bahasa seni yang mana merupakan bahasa universal. Bahasa yang tidak punya tembok dengan definisi bahasa secara harfiah. Ketika berkarya kita bisa menyampaikan banyak hal dengan interpretasi dalam variabel yang berbeda-beda baik yang bisa disentuh maupun tidak. Di dalam bahasa universal ini pula kita secara tidak sadar menyemangatkan semangat nasionalisme akan dari mana kita berasal. Secara otomatis saat kita merepresentasikan negara berarti kita membahasakan bangsa. Kita tidak akan menyebut diri kita orang Indonesia sampai kita berada di luar negeri, bukan?

Menurut saya semua orang punya kesempatan yang sama untuk menunjukkan identitas dirinya lewat seni. Termasuk pada generasi muda. Inilah salah satu alasan saya memulai Atreyu Moniaga Project yang fokus pada seniman muda. Memang pasti ada tantangannya terlibat dengan para seniman muda. Kebanyakan dari mereka merasa bahwa mereka belum punya cukup bekal untuk bisa menunjukkan karya. Inilah yang menjadi tantangan tersendiri untuk meyakinkan mereka bahwa kemampuan mereka sebenarnya sudah cukup untuk terus maju. Seiring berjalannya waktu bekal tersebut juga akan dipupuk semakin banyaknya aktivitas berkesenian. Akan tetapi saya tidak menyerah untuk meyakinkan mereka akan kemampuan berkarya yang dimiliki.

Semua orang punya kesempatan yang sama untuk menunjukkan identitas dirinya lewat seni.

Menurut saya anak-anak mudah masih belum ada banyak pertimbangan seperti orang-orang seumur saya atau para seniman senior. Belum ada tanggung jawab pada gambaran diri mereka sehingga masih melakukan banyak eksplorasi dan bebas untuk berekspresi. Kadang kami yang berasal dari generasi sebelumnya cenderung lebih pasif menghadapi sesuatu karena sudah tahu untung rugi. Makanya mengurusi para seniman muda ini merupakan tujuan personal di mana saya merasa ikut merasakan semangat juang mereka yang masih berapi-api. Mereka tidak memiliki kekhawatiran untuk kalah sehingga lebih berani mencoba untuk menunjukkan diri. 

Mungkin sebagian dari kita menilai bahwa bergelut dengan anak muda akan menemukan kesulitan karena identitas mereka yang belum stabil. Tapi menurut saya identitas seseorang itu ibarat benda cair. Kita akan selalu berubah tergantung lingkungan, situasi, dan kondisi yang dilalui seiring berjalannya waktu. Nantinya kita mungkin saja akan punya persona yang baru. Perubahan ketertarikan, penambahan referensi akan sangat memengaruhi karakter dan kepribadian kita. Utamanya karya seni yang dihasilkan. Sehingga bukan berarti para seniman tidak lagi menjalani apa yang mereka percaya sekarang karena takut kurang otentik melainkan lebih terbuka pada sebuah perubahan.

Saya menanamkan pada mereka untuk selalu berporos pada kenyataan. Seringkali tim kami meminta mereka untuk membuat ekshibisi yang mungkin tidak akan ada pengunjungnya. Kemudian membiarkan mereka menganalisa mengapa tidak mendatangkan pengunjung. Maksud saya adalah agar mereka bisa tahu bagaimana mengalami kesuksesan dan mengalami kegagalan sehingga tidak melulu berharap berhasil. Dalam proses mereka memunculkan ide, kami pun sering melakukan dialog secara komunal. Tidak jarang saya memancing emosi mereka dengan satu isu yang dapat membuat mereka khawatir. Nantinya mereka akan lebih terdorong untuk menciptakan karya yang menarik dan unik. Selain itu penyediaan buku, diskusi hingga pribadi-pribadi berpengalaman yang bisa diajak bertukar pikiran kami hadirkan demi pembentukan inspirasi dan gagasan baru dalam berkarya.

Identitas seseorang itu ibarat benda cair. Kita akan selalu berubah tergantung lingkungan, situasi, dan kondisi yang dilalui seiring berjalannya waktu.

Memiliki mereka yang saya percaya dapat mewakili Indonesia untuk memperlihatkan talenta, kami pun sangat bersemangat menuju Unknown Asia, sebuah exhibisi seni di Jepang yang mengikutsertakan seniman-seniman muda Indonesia. Rasanya acara ini bisa membantu meningkatkan rasa percaya diri para generasi muda. Besar harapan saya kelak mereka bisa melihat bagaimana karya mereka dinikmati oleh mereka yang memiliki budaya serta perspektif seni yang berbeda. Mereka mungkin merasa karyanya sudah cukup bagus di negara kita tapi belum tentu di negara lain. Sehingga akan sangat menarik saat pulang mereka akan menciptakan sebuah diskusi demi melakukan revisi dan ulasan pada karya mereka. Tentu saja ini sangat berguna untuk pemetaan mereka akan karier sebagai seniman di masa depan. Lebih jauh lagi, saya berharap partisipasi mereka di ajang ini juga dapat menimbulkan respon yang baik bagi seniman muda lainnya. Anak-anak yang tergabung dalam Atreyu Moniaga Project bukan berasal dari latar belakang yang luar biasa. Jadi jika mereka yang “biasa-biasa” saja bisa terpilih untuk menampilkan karya mereka berarti siapapun bisa melampaui kemampuannya. Tidak perlu menjadi “siapa-siapa” untuk bisa diakui secara global. Semuanya bisa dimulai dari langkah sederhana.

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1 Media Berkarya Seni Rupa

2.1.1 Pengertian Media Berkarya Seni Rupa

Media berasal dari kata medium yang artinya tengah. Medium dalam konteks ilmu bahan berarti bahan pengikat, yaitu bahan yang berfungsi untuk mengikat bahan lain agar menjadi satu Rondhi 2002: 22. Menurut Haryanto 2007: 2 secara umum media terbagi menjadi media desain, yaitu pengetahuan tentang bahan, alat, dan proses dalam desain dan produk desain; media komunikasi yaitu mengenai bahan, alat, dan proses dalam komunikasi dan jenis produknya; dan media seni rupa yaitu tentang pengetahuan bahan, alat, dan proses atau teknik dalam seni rupa dan jenis produk seni rupa. Jadi, media dalam konteks berkarya seni rupa mencakup pengertian bahan, alat, dan teknik tertentu. Media yang digunakan untuk berkarya seni rupa bisa berupa media konvensional dan media nonkonvensional. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008:752 konvensional berarti “berdasarkan konvensi kesepakatan umum seperti adat, kebiasaan kelaziman”. Dalam pengertian ini, media berkarya seni rupa adalah media yang pada umumnya atau secara lazim digunakan dalam pembuatan karya seni rupa. Sedangkan media nonkonvensional merupakan media yang tidak biasanya digunakan untuk membuat suatu karya seni. Bahan adalah material yang diolah atau diubah sehingga menjadi barang yang kemudian disebut karya seni Rondhi 2002:25. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1995:50 7 bahan adalah barang yang hendak dijadikan barang lain yang baru. Jadi bahan dalam kaitannya dengan kegiatan berkarya seni adalah barang atau material yang diolah sehingga menghasilkan suatu barang barang baru yaitu karya seni. Berdasarkan dari beberapa pengertian media tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa media dalam berkarya seni rupa merupakan suatu bentuk perantara yang terdiri dari berbagai bahan, alat, dan teknik yang digunakan untuk menciptakan suatu karya seni rupa, dan digunakan untuk menyampaikan pesan, ekspresi, atau ungkapan gagasan yang ingin disampaikan kepada penikmat atau apresiator melalui karya tersebut.

2.1.2 Jenis Media Berkarya Seni Rupa

Karya seni adalah ciptaan artistik atau benda estetik. Meskipun demikian, karya seni mungkin juga digunakan untuk menyebut karya apa pun yang dianggap berseni dalam artian paling luasnya, sehingga karya seni juga melingkupi karya-karya sastra dan musik. Akan tetapi dalam hal ini, secara prinsipil istilah karya seni terpaut pada bentuk seni rupa yang memiliki wujud:

  • Karya seni murni seperti lukisan dan patung
  • Benda yang dirancang secara khusus untuk kepentingan estetika, seperti perhiasan
  • Benda yang dirancang baik untuk kepentingan estetika maupun kegunaannya, seperti desain interior dan banyak kesenian rakyat
  • Benda yang diciptakan utamanya atau sebagiannya untuk kebergunaan, keagamaan, atau alasan-alasan non-estetika lainnya yang kemudian dihargai sebagai karya seni [sering kali diperlakukan demikian pada masa selanjutnya, atau oleh orang-orang dari kebudayaan luar]
  • Karya fotografi, film atau pemrograman komputer visual yang lebih kekal, seperti permainan video dan animasi komputer
  • Karya seni instalasi dan desain bentang alam

Beberapa karya seni dari berbagai penjuru Indonesia: [1] Penangkapan Diponegoro oleh Raden Saleh, [2] Patung emas Majapahit, [3] Anting-anting dari Maluku Selatan, [4] Gambar oleh S.A. Buddingh, [5] Kerajinan suku Dayak , dan [6] Ukiran kayu suku Nias.

Penggunaan lebih luas, tetapi jarang digunakan dalam bidang:

  • Karya murni dari arsitektur dan desain bentang alam
  • Penyelenggaraan pertunjukan langsung, seperti teater, balet, opera, pertunjukan seni, konser musik dan bentuk-bentuk lain dari seni pertunjukan, serta karya-karya yang bertahan pada waktu yang pendek dan tidak berwujud.

Karya seni dalam artikel ini bertalian erat dengan seni rupa, meskipun bidang lain seperti musik dan sastra memiliki persoalan dan falsafah yang mirip. Sementara itu, istilah objet d'art tetap dipertahankan untuk menyatakan karya seni selain lukisan, cetakan, gambar, atau patung dan arsitektur [seperti benda-benda rumah tangga, figurin, dll. yang sebagian bernilai estetis, dan sebagian lain juga memiliki fungsi].

  • Mahakarya
  • Richard Wollheim, Art and Its Objects, 2nd ed., 1980, Cambridge University Press, ISBN 0-521-29706-0. The classic philosophical enquiry into what a work of art is.

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Karya_seni&oldid=18918613"

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề