Apa yg diperkirakan pada kebutuhan energi listrik di Indonesia?

ESDM: Kebutuhan Listrik Nasional Naik 6,9 Persen Tiap Tahun

19_ekbis_tariflistrik

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral [ESDM] merilis Keputusan Menteri ESDM Nomor 143K/20/MEM/2019 tentang Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional Tahun 2019 sampai dengan Tahun 2038. Dalam keputusan itu, ESDM memproyeksikan rata-rata pertumbuhan kebutuhan energi listrik nasional sekitar 6,9 persen per tahun.

Proyeksi tersebut tercapai apabila rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional sekitar 6 persen, rata-rata inflasi sekitar 3,5 persen, rata-rata pertumbuhan penduduk sekitar 0,8 persen, target rasio elektrifikasi sekitar 99,9 persen pada 2019 dan 100 persen pada 2020. Selain itu juga mengakomodasi semua potensi demand untuk kawasan ekonomi khusus [KEK], kawasan industri, smelter, dan kendaraan listrik.

"Bahwa Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional sebagaimana ditetapkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 2682 K/21/MEM/2008 tanggal 13 November 2008 tanggal 13 November 2008 tidak sesuai lagi dengan perkembangan usaha ketenagalistrikan sehingga perlu diganti," tulis Menteri ESDM Ignasius Jonan dalam Kepmen tersebut seperti dilansir Bisnis.com, Selasa 1 Oktober 2019.

Selain memproyeksikan pertumbuhan kebutuhan listrik nasional, RKUN tersebut juga memperkirakan komposisi kebutuhan tenaga listrik Nasional tahun 2019-2035 akan didominasi oleh sektor industri, disusul kemudian sektor rumah tangga, bisnis, publik, dan transportasi.

Bahkan, mulai 2036 kebutuhan tenaga listrik sektor transportasi diperkirakan akan lebih besar daripada sektor publik. Prediksi yang tertuang dalam RKUN tersebut berbanding terbalik dengan realisasi penjualan saat ini.

Berdasarkan data yang diterima Bisnis, pertumbuhan konsumsi energi sektor rumah tangga masih menjadi yang tertinggi dibanding sektor lainnya selama semester I/2019, yakni sebesar 5,85 persen. Pertumbuhan penjualan kedua, yakni pada sektor bisnis sebesar 5,75 persen. Sementara itu, pertumbuhan industri menjadi yang paling rendah, yakni 1,28 persen.

Selain itu, pertumbuhan kebutuhan listrik nasional juga tidak sesuai dengan target. Mulanya, pada 2018 penjualan listrik ditargetkan tumbuh 6,5%, tetapi realisasinya hanya tumbuh 5,14 persen dibanding tahun lalu.

Selain soal pertumbuhan kebutuhan listrik dan konsumsi, RKUN terbaru juga memproyeksikan rata-rata kebutuhan tambahan kapasitas pembangkit listrik sekitar 8,5 gigawatt [GW] per tahun.

Total kebutuhan tambahan kapasitas pembangkit diperkirakan mencapai 170 GW yang terdiri dari PLTU/MT 51 GW, PLTP 9 GW, PLTA/M & PS 34 GW, PLTG/GU/MG 65 GW, Battery 0,3 GW, PLTD 0,1 GW, dan PLT EBT lainnya 10 GW yang terdiri dari variable renewable energy [VRE] sekitar 6 GW dan PLT bio sekitar 4 GW.

  • ESDM
  • Listrik
  • Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
  • Inflasi Indonesia



  • Penuhi Kebutuhan Listrik 2060 dan Capai NZE, Kementerian ESDM Optimalkan Pemanfaatan Energi Bersih

    Senin, 20 September 2021 | 17:05 WIB | Humas EBTKE

    KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

    REPUBLIK INDONESIA

    SIARAN PERS

    NOMOR: 334.Pers/04/SJI/2021

    Tanggal: 20 September 2021

    Penuhi Kebutuhan Listrik 2060 dan Capai NZE, Kementerian ESDM Optimalkan Pemanfaatan Energi Bersih

    Kebutuhan listrik Indonesia di tahun 2060 diproyeksikan sebesar 1.885 Terawatt Hour [TWh], di mana demand PLN sekitar 1.728 TWh, dan demand non-PLN sekitar 157 TWh. Sementara proyeksi konsumsi listrik perkapita akan mencapai lebih dari 5.000 KWh/kapita di tahun 2060. Hal tersebut diungkapkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral [ESDM] Arifin Tasrif pada Webinar The Fourth Indonesia Energy Transition Dialogue 2021 "Reaching Deep Decarbonization By 2050: Set The Target, Mobilize Action And Achieve Zero Emission".

    "Untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut, dan dalam mencapai NZE, maka dibuat peta langkah-langkah kebijakan yang perlu diterapkan, yaitu antara lain phasing out PLTU Batubara, pengembangan EBT secara masif, dan pengembangan interkoneksi supergrid Indonesia, serta pelaksanaan konservasi energi," ujar Arifin.

    Arifin mengungkapkan, 635 Gigawatt [GW] dari 1.885 TWh kebutuhan listrik di tahun 2060 sepenuhnya akan dipasok melalui pembangkit listrik EBT. Dalam 10 tahun mendatang, atau tahun 2031, akan dilakukan penambahan kapasitas Variable Renewable Energy [VRE] secara masif.

    "Pemenuhan kebutuhan listrik Indonesia sebesar 1.885 TWh akan dipasok sepenuhnya oleh PLT EBT sebesar 635 GW. Penambahan kapasitas VRE, seperti surya dan angin secara masif akan dilakukan mulai tahun 2031. Selain itu, pemanfaatan energi panas bumi dan hidro akan dioptimalkan agar mampu menjaga keseimbangan sistem. Untuk menjaga keandalan sistem, diperlukan teknologi yang andal, yang reliable, antara lain seperti storage maupun pengembangan PLTN," jelasnya.

    Energi listrik juga diproyeksikan akan mendominasi kebutuhan energi final tahun 2060 yang diperkirakan akan mencapai 365 MTOE. Kapasitas PLT EBT dapat optimal dalam memenuhi kebutuhan energi tersebut apabila didukung oleh interkoneksi supergrid, yang memungkinkan untuk adanya penyaluran tenaga listrik, menghubungkan demand dan resource EBT antarpulau besar.

    "Supergrid ini diharapkan mampu mengatasi ketidakseimbangan antara ketersediaan EBT setempat dan mengurangi intermitensi pembangkit VRE. Dukungan dari seluruh stakeholder dan swasta sangat diharapkan untuk berpartisipasi," harap Arifin.

    Selain itu, hasil proyeksi Kementerian ESDM mengungkapkan, dengan penerapan kebijakan utama menuju Net Zero Emission [NZE] di sektor energi akan berkontribusi mengurangi emisi sebesar 1.526 juta ton CO2-emission. [DKD]

    Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama

    Agung Pribadi [08112213555]

    Tweet

    Indonesia Butuh Lebih dari Sekadar Pemerataan Listrik

    Energi Terbarukan |29.07.2020

    Video yang berhubungan

    Bài mới nhất

    Chủ Đề