Apakah darah perawan itu banyak atau sedikit?

Hingga saat ini, miskonsepsi mengenai selaput dara masih sering terjadi dan diperdebatkan oleh pria dan wanita di seluruh dunia. Banyak orang menilai selaput dara sebagai simbol keperawanan, padahal itu tidak benar lho, Jovians. Oleh sebab itu, di artikel berikut ini Jovee akan membahas mitos dan fakta seputar selaput dara yang perlu kamu pahami. Yuk, simak penjelasan berikut ini!

Apa Itu Selaput Dara?

Melansir dari Healthline, selaput dara adalah jaringan selaput tipis yang mengelilingi lubang vagina. Sehingga sudah jelas bahwa selaput dara tidak menutupi vagina, tetapi hanya mengelilinginya. Setiap wanita memiliki bentuk selaput dara yang berbeda-beda pula. Bentuk paling umum yang dimiliki wanita adalah bentuk half-moon [bulan setengah]. Selaput dara juga memiliki lubang kecil, di mana darah menstruasi dapat keluar melalui lubang kecil itu.

Mitos Seputar Selaput Dara

1. Semua Wanita Memiliki Selaput Dara

Faktanya, tidak semua wanita memiliki selaput dara sejak lahir. Ada juga wanita yang memiliki selaput dara yang sangat tipis dan sedikit. Ini adalah hal yang normal dan tidak memerlukan penanganan medis.

Carol Roye, profesor keperawatan di Hunter College, dilansir dari Ourbodiesourselves, menjelaskan bahwa “Selaput dara tidak sepenuhnya menutupi vagina. Beberapa wanita bahkan dilahirkan tanpa selaput dara, sedangkan yang lain hanya memiliki sedikit jaringan selaput dara.”

2. Selaput Dara akan Robek saat Pertama Kali Berhubungan Seksual

Mitos mengenai selaput dara yang satu ini tentunya sudah tidak asing lagi di masyarakat. Bahkan, selaput dara dibuat menjadi simbol keperawanan, di mana jika seorang wanita tidak ‘berdarah’ pada saat berhubungan seksual, berarti wanita tersebut sudah tidak perawan sebelumnya.

Mitos seperti ini telah merugikan banyak wanita. Tak terhitung banyaknya wanita yang mendapat tekanan sosial sebagai akibat dari mitos yang satu ini. Pasalnya, selaput dara tidak selalu ‘robek’ saat berhubungan seksual. Selaput dara merupakan jaringan yang sangat elastis. Lonne-Hoffman, ginekolog dari Universitas Norwegia, menjelaskan “Ketika seorang gadis mencapai masa pubertas mereka, selaput dara mereka menjadi sangat elastis. Sehingga, bisa saja selaput dara tidak robek pada saat pertama kali berhubungan seksual.”

Ia juga menambahkan, “Wanita yang pertama kali melakukan hubungan seksual sering ditemukan tidak mengeluarkan darah, karena hampir tidak ada pembuluh darah di selaput dara. Namun, robekan dapat terjadi di tempat lain di vagina, terutama jika hubungan seksual yang dilakukan cukup kasar.”

Robekan pada selaput dara akan menyebabkan pendarahan kecil pada wanita. Lalu, berapa banyak pendarahan akibat selaput dara yang robek? Banyaknya pendarahan bervariasi di setiap wanita, tergantung pada ketebalan selaput dara. Namun jika darah yang keluar dirasa terlalu banyak, kamu dapat memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

3. Tes Keperawanan dapat Dilakukan dengan Pengecekan Selaput Dara

Masih utuh atau tidaknya selaput dara tidak dapat menjadi penentu apakah seorang wanita masih perawan atau tidak. WHO dan PBB juga telah mengeluarkan pernyataan pada tahun 2018, di mana mereka menulis bahwa tes keperawanan tidak dapat dibuktikan secara ilmiah dan tidak ada pemeriksaan yang dapat membuktikan bahwa seorang wanita telah melakukan hubungan seks vaginal.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, setiap selaput dara pada wanita memiliki bentuk dan ketebalan yang berbeda-beda, sehingga keperawanan tidak dapat diukur melalui pengecekan selaput dara.

Di sisi lain, tes keperawanan ini dianggap telah melanggar hak asasi manusia. Organisasi Kesehatan Dunia [WHO] menyatakan bahwa tes keperawanan merupakan pelanggaran terhadap hak asasi korban yang dikaitkan dengan konsekuensi langsung dan jangka panjang, yang merugikan kesejahteraan fisik, psikologis, dan sosial korban.

4. Selaput Dara pada Wanita bisa Tumbuh Kembali

Mungkin kamu berpikir, setelah waktu yang lama berlalu, selaput dara bisa tumbuh kembali. Sayangnya, selaput dara tidak dapat tumbuh. Selaput dara dapat merenggang, tetapi tidak dapat tumbuh kembali karena hanyalah jaringan tisu tipis.

Selain itu, selaput dara dapat robek karena banyak hal. Bahkan, banyak wanita dengan selaput dara yang tipis tidak menyadari selaput dara mereka telah robek. Robeknya selaput dara tidak selalu disebabkan oleh hubungan seksual. Bersepeda, memasukkan sesuatu ke dalam vagina [tampon, jari, atau sex toys], dan olahraga berat juga dapat menjadi penyebab robeknya selaput dara.

5. Miss V Lebih Sempit karena Selaput Dara Masih Utuh

Sempitnya vagina tidak disebabkan oleh selaput dara yang masih utuh melainkan akibat dari otot pelvis wanita yang berkontraksi. Semakin berkontraksi otot pelvis ini, maka vagina akan semakin sempit.

Perlu diketahui, ketika wanita merasa cemas saat berhubungan seksual, maka otot pelvis secara otomatis akan mengencang. Oleh sebab itu, banyak yang mengaitkan hal ini dengan ‘keperawanan’.

Nah, itulah 5 mitos dan fakta seputar selaput dara yang perlu kamu pahami. Ingin tahu mengenai informasi seputar kesehatan reproduksi lainnya? Simak selengkapnya di Jovee. Yuk, download aplikasi Jovee untuk dapatkan suplemen yang baik untuk jaga kesehatan dan kebugaran tubuhmu. Pusat vitamin & suplemen terlengkap, dapatkan berbagai macam suplemen mulai dari suplemen daya tahan tubuh hingga suplemen kehamilan hanya di Jovee.

Referensi

  • Tentang Kami
  • Tim Kami
  • Hubungi Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Syarat dan Ketentuan

Cobalah bicara dari hati ke hati dengan pasangan Anda.

Diskusikan mengenai seberapa lama pemanasan atau foreplay yang diinginkan, posisi bercinta yang disukai dan terasa nyaman, serta bagian tubuh mana yang ingin dan tidak ingin disentuh.

Dengan memahami kebutuhan dan keinginan satu sama lain, aktivitas di ranjang bisa lebih dinikmati dan terasa bergairah.

Semakin Anda dibuat nyaman oleh pasangan, maka risiko vagina berdarah bisa dicegah sedini mungkin.

5. Konsultasi ke dokter

Jika keluar darah setelah berhubungan seks kemungkinan disebabkan oleh penyakit tertentu, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter.

Dokter akan memastikan dulu penyebabnya, apakah karena infeksi, polip, fibroid, atau endometriosis yang umum dialami oleh wanita.

Bila ditemukan adanya infeksi pada vagina, dokter biasanya akan memberikan krim dan obat-obatan anti-inflamasi sebagai pengobatannya.

Namun, bila disebabkan oleh polip, fibroid, atau endometriosis, dokter biasanya akan menganjurkan prosedur operasi.

Hal ini bertujuan untuk mengangkat kelebihan jaringan atau kelainan yang menyebabkan vagina berdarah.

Kapan harus periksa ke dokter?

Pada dasarnya, perdarahan ringan dan berat yang bersifat tidak wajar harus segera diperiksakan ke dokter.

Hal tersebut bukan berarti pertanda bahwa ada masalah yang sangat serius pada tubuh Anda. Namun, untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, sebaiknya segera periksakan ke dokter.

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, jika setiap berhubungan keluar darah dari vagina yang diperkirakan karena penyakit, sebaiknya jangan tunda untuk memeriksakan diri ke dokter.

Selama pemeriksaan, dokter mungkin akan menanyakan riwayat kesehatan Anda serta beberapa hal, seperti:

  • Adannya perdarahan lainnya yang tidak wajar.
  • Menstruasi dengan perdarahan yang berat.
  • Siklus menstruasi yang tidak teratur.
  • Rasa sakit yang tidak biasa dan tak berkaitan dengan perdarahan.
  • Pergantian pasangan seksual.
  • Perubahan pada cairan vagina.
  • Terakhir kali Anda menjalani tes pap smear.

Selain itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mengecek adanya gejala-gejala infeksi.

Jika hasil pemeriksaan tidak menunjukkan adanya masalah tetapi darah masih keluar setelah berhubungan seks, dokter mungkin menganjurkan Anda melakukan pemeriksaan biopsi serviks.

Biopsi serviks bertujuan agar dokter dapat mengetahui adanya kondisi lain yang tidak terdeteksi oleh pemeriksaan fisik biasa dan pap smear.

Padahal, ada sejumlah faktor yang menyebabkan selaput dara tidak berdarah saat pertama kali berhubungan, antara lain sebagai berikut.

1. Anda sangat rileks saat melakukan seks

Setiap wanita mengalami pengalaman seks pertama yang berbeda-beda. Ada yang merasakan sakit dan perih ada pula yang tidak merasakan sakit sama sekali.

Sebenarnya, berdarah atau tidak berdarah saat berhubungan badan lebih berkaitan dengan kesiapan mental saat berhubungan.

Biasanya jika perempuan merasa tegang dan takut, vagina cenderung tidak siap akibatnya terjadi pendarahan saat berhubungan seks. Sementara jika Anda mampu menguasai emosi dan merasa rileks, bisa saja selaput dara Anda tidak berdarah.

2. Selaput dara cukup elastis

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, kondisi selaput dara setiap wanita berbeda beda, baik ketebalan maupun kelenturannya.

Pada saat berhubungan intim, selaput tersebut akan meregang sehingga lubangnya akan membesar. Tujuannya agar ia mudah dilalui oleh penis.

Ketika pertama kali, Anda mungkin masih belum beradaptasi dengan kehadiran penis sehingga ia sulit meregang dengan baik. Kondisi inilah yang menyebabkan perdarahan.

Namun, jika jaringan selaput dara cukup elastis dan tubuh Anda bisa beradaptasi dengan baik maka pendarahan mungkin saja tidak terjadi.

3. Vagina mengeluarkan cairan pelumas yang cukup

Jika sebelum penetrasi, Anda cukup terangsang, misalnya dengan melakukan pemanasan yang baik, vagina Anda akan mengeluarkan cairan.

Cairan ini dapat memudahkan penetrasi penis sehingga mencegah Anda dari cedera saat seks. Cedera inilah yang mengakibatkan rasa perih dan pendarahan.

Oleh karena itu, jika vagina tidak mengeluarkan berdarah saat malam pertama sebenarnya adalah pertanda baik karena Anda cukup terangsang dan menikmati proses seks tersebut.

4. Selaput dara pernah robek akibat kecelakaan atau aktivitas fisik

Penyebab selaput dara tidak berdarah yang paling umum terjadi adalah karena ia sudah robek. Namun, bukan berarti karena pernah berhubungan badan sebelumnya. Robeknya selaput dara juga bisa disebabkan karena faktor kecelakaan.

Kecelakaan seperti benturan, terjatuh, bersepeda ataupun saat berolahraga berisiko merusak selaput dara. Robeknya selaput tersebut juga bisa terjadi pada atlet senam dan penari, terutama saat melakukan gerakan merentangkan kaki terlalu lebar atau split.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề