Apakah hal yang harus dilakukan orang tua berkaitan dengan penggunaan media sosial oleh anak-anak

Salah satu perkembangan teknologi yang marak digunakan zaman sekarang yaitu media sosial. Media sosial hadir dengan berbagai cara sehingga banyak orang sulit untuk melepaskan diri dari dunia medium ini. Cara penggunaan media sosial zaman sekarang tidak bisa dibedakan lagi antara orang tua dan anak-anak. Adanya kebebasan dalam mengakses internet memudahkan orang untuk mengakses media sosial, dan tentunya layanan tersebut mempermudah orang dalam mencari informasi apapun dan berinteraksi melalui dunia maya dengan siapapun. Dengan media sosial pula kita dapat bergabung dengan sebuah komunitas, menemukan teman lama, dan berkenalan dengan teman baru.

Sadar atau tidak, media sosial yang bisa memberi ke­nyamanan, kepuasaan, dan kemudahan akhirnya menggugah hati kaum remaja. Penelitian atau survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Inter­net Indonesia [APJII] pada tahun 2016 memper­lihatkan fakta yang lebih mencengangkan.

APJII membagi pengguna internet berdasarkan kelompok usia. Anak-anak dan remaja [10-14 tahun] yang telah menggunakan internet jumlahnya mende­kati 800 ribu[Alois Wisnuhardana, 2018:67]. Senada dengan itu, hasil survei yang dilakukan oleh Kemen­terian Komunikasi dan Informasi [Kominfo] sebagai­mana dikutip oleh Primada Qurrota Ayun, menunjukkan lima media sosial terpopuler di Indonesia, yaitu Facebook berjumlah 65 juta pengguna, Twitter 19,5 juta pengguna, Google+ 3,4 juta pengguna, LinkedIn  1 juta pengguna.

Dari begitu banyaknya pengguna media sosial tersebut tentu saja remaja sebagai manusia yang sedang dalam proses perkembangan juga turut serta ada di dalamnya. Bagi kaum remaja, media sosial seakan sudah menjadi candu, tiada hari yang dilalui tanpa membuka media sosial, bahkan hampir 24 jam mereka tidak lepas dari media sosial.

Remaja yang seringkali dijelaskan sebagai pribadi yang terus mencari jati diri. Dalam pencarian jati diri ini, kaum remaja berhadapan dengan media sosial yang menakjubkan dengan berbagai macam kemudahan. Akan tetapi, kemudahan itu pada akhirnya tetap membawa dampak[negatif] bagi remaja itu sendiri. Ada begitu banyak dampak [negatif] media sosial bagi kaum remaja, namun di sini penulis  menurunkan dua dampak [negatif] yang sangat lekat dalam kehidupan  remaja saat ini.

Baca Juga: Menumbuhkan Perilaku Positif Anak Sedini Mungkin

Pertama, pemborosan waktu. Perkembangan media sosial membuat kinerja lebih cepat, tepat, akurat sehingga dapat meningkatkan produktivitas yang dihasilkan. Adapun media sosial yang sering diguna­kan pada saat ini adalah Facebook, Instagram, Path, dan media sosial lainnya.

Seperti yang sudah diketahui, media sosial selalu menampilkan program-program terbaik dan sangat kontekstual dengan nilai rekreatif tinggi juga. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila seseorang bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk menikmati acara atau program yang ditampilkan oleh media sosial.

Salah satu pengguna media sosial sekarang adalah kaum remaja. Dengan menggunakan media sosial, kaum remaja dapat dengan mudah berkomunikasi jarak dekat maupun jarak jauh tanpa harus bertatap muka atau bertemu.

Media sosial bagi remaja merupakan hal yang pen­ting tidak hanya sebagai tempat memperoleh informasi yang menarik tetapi juga sudah menjadi gaya hidup.  Banyak kaum remaja yang tidak dianggap jaman dahulu [jadul] karena tidak memiliki akun media sosial. Disadari atau tidak, kaum remaja yang sering menggu­nakan media sosial tidak hanya dapat memboros uang tapi juga memboros waktu mereka untuk belajar atau sedang bersama keluarga di rumah.

Memang benar bahwa pengguna media sosial bisa menikmati layanan gratis, namun banyak kaum remaja yang kecanduan untuk terus bermain media sosial. Bahkan, tidak sedikit yang sampai lupa waktu. Kebiasaan tersebut dapat menguras kuota internet secara signifikan.

Ditambah lagi, makin hari konten video yang berukuran besar makin mendominasi media sosial. Meski saja banyak di rumah kaum remaja, orangtua mereka bisa menggunakan wifi gratisan, tetap saja ada kaum remaja yang tidak puas dan harus beli kuota internet. Hal ini dapat mengantisipasi kaum remaja apabila mereka berada di luar rumah, konten-konten dalam media sosial masih dinikmati. Berbagai macam hal ini, kaum remaja sampai melupakan untuk menikmati waktu atau kesempatan untuk membaca buku atau mengerjakan hal-hal yang penting. Kehadiran media sosial mestinya harus ditanggapi dengan kritis khususnya oleh kaum remaja sendiri agar dengan bijak dan dapat membawa manfaat untuk bagi perkembangan dan pertumbuhan dalam hidup.

Kedua, menimbulkan kenakalan. Terlalu berlebihan juga apabila mengklaim bahwa media sosial menjadi biang kerok penyebab berbagai kenakalan yang timbul akhir-akhir ini.

Perihal kenakalan, sejarah telah mencatat bahwa kenakalan telah tumbuh sekian jauh sebelum munculnya berbagaia media komunikasi modern seperti yang dikenal sekarang ini. Namun, melihat perkembangan dari media komunikasi seperti media sosial yang begitu pesat dewasa ini,  dan juga kemungkinan yang disiapkan oleh media sosial dapat diakui juga bahwa media sosial pun memberi dampak instan  timbulnya berbagai kenakalan di tengah masyarakat khususnya kaum remaja. Kaum remaja begitu rutin menonton segala video ataupun membaca kasus-kasus di media sosial membuat mereka juga ikut terpengaruh.

Mereka dapat dengan mudah meniru berbagai tawuran kenakalan yang senantiasa dilihat atau didengar dari media sosial. Tak jarang media sosial pun sering menu­runkan berbagai informasi seputar tawuran kaum remaja. Seperti yang diunggah oleh media online TEMPO.CO pada 21 Juli 2020 tentang Tawuran di Depok, Seorang Pelajar Kritis Terkena Luka Bacok. Kasus ini berawal dari aksi saling tantang di media sosial. Salah seorang pelajar SMK Yadika 12 Depok diajak oleh teman satu sekolahnya untuk ikut dalam aksi tawuran tersebut. Akibat saling tawur ini seorang pelajar menjadi korban dan sebagianya telah diaman di kantor polisi. Sungguh kehadiran media sosial bisa merubah pola tatanan dalam kehidupan kaum remaja saat ini. Media sosial hadir dengan berbagai situs membuat kaum remeja tenggelam dalam medium ini.

Maraknya pengaruh [negatif] media sosial bagi kaum remaja, menjadi perhatian khusus dari orang tua sendiri. Orang tua sebagai figur, monitor, dan pengendali dalam penggunaan media sosial secara bijak dan bertanggung­jawab, akan menjadi contoh baik bagi kaum remaja itu sendiri. Orang tua harus memberikan penjelasan sejak dini perihal menggunakan media sosial secara bertanggung jawab. Orang tua dengan tegas melarang kaum remaja untuk tidak menggunakan media sosial saat makan bersama, belajar, menginstal aplikasi-aplikasi berbau negatif, dan kesempatan bersama lainnya. Orang tua bukan saja hanya melarang tapi juga kontrol aktivitas kaum remaja agar mereka tidak terbelenggu sehingga masa depan remaja menjadi cerah dan berguna bagi keluarga.

Peran orang tua amat signifikan dalam mengarahkan kaum remaja untuk bersikap selektif dan kritis terhadap setiap pemberitaan di media sosial. Orang tua tetap menjadi guru yang pertama dan utama bagi penanaman nilai-nilai moral spiritual bagi kaum remajanya. Peran penting ini tidak dapat dijadikan sebagai pengasuh elektronis bagi kaum remaja. Tentang hal ini, Familiaris Consoratio, amanat apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II, yang dikutip oleh  Charles Emanuel DM dalam majalah VOX Ledalero, tentang peran keluarga kristen dalam dunia modern. Sri Paus Yohanes Paulus II menggariskan, “orang tua sebagai penerima [pembaca, pendengar, pemirsa] hendak secara aktif menjaga, supaya media digunakan secara terkendali, kritis, waspada dan bijaksana, dengan menyelidiki akibat-akibatnya pada anak-anak mereka, dan dengan mengawasi penggunaan media sedemikian rupa [Charles Emanuel DM, “Keluarga Katolik Di Atas Areopagus Dunia Modern”, dalam SERI VOX, 54:02, Tahun 2010, hlm.100].

Selain itu, peran orang tua ,asih tetap signifikan ketika berhadapan dengan kecenderungan ideologiasi dan hiper-realitas media. Produk yang ditampilkan media menuntut ketegasan sikap dari setiap orang tua sehingga realitas semu yang ditampilkan tidak sampai menggoncangkan tatanan dan keutuhan keluarga [Ibid.,]. Apabila orang tua dapat menjalankan fungsi dengan baik, maka dimungkinkan tumbuh generasi [kaum remaja] yang berkualitas dan dapat diandalkan akan menjadi pilar-pilar kemajuan bagi kaum remaja itu sendiri dan keluarga. Penulis: Riko Raden
Tinggal di unit St. Rafael Ledalero, Maumere.

tirto.id - Perilaku anak dan remaja yang mengakses media sosial tanpa pendampingan dapat berdampak buruk terhadap kondisi psikologis mereka, termasuk kepada keluarganya.

Menurut jurnal Children and Adolescents and Digital Media yang dipublikasikan oleh Pedriatics, penelitian di media tradisional, seperti televisi, telah mengidentifikasi masalah kesehatan dan hasil negatif yang berkorelasi dengan durasi dan konten menonton.

Selama dekade terakhir, penggunaan media digital, termasuk media interaktif dan sosial, telah berkembang, dan bukti penelitian menunjukkan bahwa media baru ini menawarkan manfaat dan risiko bagi kesehatan anak-anak dan remaja.

Risiko dari media tersebut termasuk efek kesehatan negatif pada tidur, perhatian, dan pembelajaran; insiden obesitas dan depresi yang lebih tinggi; paparan konten dan kontak yang tidak akurat, tidak pantas, atau tidak aman; serta privasi dan kerahasiaan yang dikompromikan.

Meskipun anak-anak di bawah 13 tahun secara teknis tidak diizinkan untuk menggunakan situs media sosial seperti Instagram, tetapi banyak anak di sekolah dasar yang telah menggunakannya, demikian seperti diwartakan Parents.

Faktanya, jumlah anak yang menggunakan ulang tahun palsu dan alamat email orang tua untuk membuat akun di situs media sosial populer [apakah mereka memiliki izin atau tidak] agak mengejutkan.

Banyak orangtua yang merasa khawatir saat anak-anaknya yang sering menggunakan perangkat dapat menjadi kecanduan. Memberikan fleksibilitas bagi anak-anak untuk menggunakan perangkat sehari-hari juga bukan hal yang bijaksana.

Oleh karena itu, kata dosen dari Departemen Keluarga dan Ilmu Konsumen [IKK], Fakultas Ekologi Manusia [Fema], Universitas IPB Yulina Eva Riany, diperlukan strategi positif yang dapat diterapkan orang tua dalam membantu anak-anak menggunakan perangkat digital secara bijak di rumah.

Baca juga: 4 Cara Menjaga Anak Tetap Aman Gunakan Gadget Selama Pandemi Corona

Tips Mendampingi Anak dan Remaja saat Bermediasosial:

Berikut adalah beberapa tips ketika mengajarkan anak dan remaja kebiasaan media sosial yang baik sejak dini menurut Yulina:

1. Dorong anak-anak untuk berinteraksi.

Interaksi positif adalah kunci awal yang harus dilakukan oleh orang tua. Orang tua harus dapat meluangkan waktu untuk berinteraksi dengan anak secara langsung.

Misalnya, mengajak anak untuk mendiskusikan sesuatu yang viral di media sosial, karakter yang menjadi idola, atau aplikasi yang sedang digunakan oleh milenium.

Dengan demikian, ruang untuk komunikasi langsung antara anak-anak dan orang tua menjadi terbuka dan hangat sebagai dasar untuk komunikasi lebih lanjut.

2. Orang tua harus memperbarui pengetahuan tentang digitalisasi saat ini.

Orang tua tidak perlu malu untuk ikut belajar tentang perangkat teknologi terbaru yang biasa digunakan. Bahkan jika memungkinkan, belajarlah dari anak-anak secara langsung.

Selain mendapat informasi tentang teknologi terbaru, anak-anak dan orang tua dapat meningkatkan interaksi positif bersama.

Kemudian, lakukan pembaruan terkait dengan apa yang saat ini dicintai oleh anak-anak. Ini penting untuk memantau aktivitas anak-anak di dunia maya.

Baca juga:

  • Kecemasan pada Anak: Gejala dan Cara Mengatasinya

3. Tegakkan aturan permainan dalam mengakses perangkat elektronik.

Orang tua dan anak-anak harus membuat perjanjian dalam menegakkan aturan penggunaan perangkat. Misalnya, berapa lama waktu menggunakan perangkat di luar aktivitas pembelajaran online.

Selain itu, harus ada aturan yang harus ditegakkan mengenai kegiatan siaran yang mungkin dan mungkin tidak diakses sehingga anak-anak memiliki arah yang jelas dalam mengambil sikap.

4. Orang tua juga dapat mengatur jadwal kegiatan harian yang jelas.

Membuat jadwal kegiatan sehari-hari yang jelas dapat mengarahkan anak-anak untuk mencari tahu kegiatan apa yang harus mereka lakukan setiap hari, sehingga anak-anak tidak memiliki kesempatan berlebihan untuk menikmati terlalu banyak waktu santai di luar kegiatan pembelajaran online.

Anak-anak yang sibuk dengan berbagai kegiatan bermanfaat tidak akan mudah merasa bosan di rumah sehingga mencari hiburan melalui akses ke perangkat digital.

5. Kendalikan kegiatan anak-anak di dunia maya.

Kontrol orangtua sangat penting untuk melindungi anak-anak agar tidak terpapar ke berbagai situs atau aplikasi yang tidak pantas. Kontrol orang tua dapat diimplementasikan menggunakan berbagai metode, misalnya dengan memberlakukan fitur "kontrol orang tua".

Selain itu, kontrol orang tua dapat dilakukan dengan menerapkan kata sandi untuk mengunduh aplikasi tertentu. Sehingga anak-anak memiliki keterbatasan dalam mengakses aplikasi tanpa sepengetahuan orang tua.

Baca juga: Cara Cegah Depresi: Olahraga Rutin hingga Membatasi Media Sosial

6. Berinteraksi dengan anak-anak di media sosial.

Interaksi orangtua dengan anak juga harus dilakukan. Orang tua harus memiliki akun yang memungkinkan mereka berinteraksi dengan anak-anak.

Tujuan dari interaksi ini adalah untuk mengontrol aktivitas anak saat berada di dunia maya. Berinteraksi dengan bijak dan tetap memperhatikan privasi anak-anak.

7. Menemani anak-anak dalam menggunakan media digital.

Bantuan dalam menggunakan media digital adalah strategi yang sangat penting yang dilakukan oleh orang tua.

Selain mengendalikan aktivitas anak-anak dalam menggunakan perangkat digital, orang tua dapat memberikan ruang untuk belajar bersama dengan anak-anak dalam melakukan banyak hal baru di dunia maya.

Jadi, orang tua harus bisa meluangkan waktu untuk menemani anak-anak ketika mereka menggunakan media digital.

Baca juga:

  • 4 Cara Menjaga Anak Tetap Aman Gunakan Gadget Selama Pandemi Corona
  • Mengenal Google Family Link, Aplikasi Pengawas Anak Bermain Gadget

8. Berikan penghargaan untuk hal-hal yang disukai.

Menghargai berbagai hal yang dilakukan oleh anak-anak adalah strategi untuk mengarahkan anak-anak untuk menggunakan media digital secara bijak.

Ini dapat dilakukan oleh orang tua misalnya ketika anak menyimpan jadwal waktu untuk menggunakan perangkat media digital atau menghindari mengakses konten yang tidak sesuai usia.

Apresiasi yang tulus dari orang tua dapat memberikan panduan tidak tertulis bagi anak-anak tentang hal-hal baik apa yang harus mereka lakukan untuk mendapatkan perhatian dan penghargaan orang tua

9. Orang tua harus menjadi panutan dalam menggunakan perangkat digital.

Orang tua harus menjadi model untuk cara menggunakan perangkat digital setiap hari. Misalnya, jangan menggunakan perangkat digital setiap saat, jangan mengabaikan percakapan karena sedang mengakses media digital.

Letakkanlah ponsel pada saat mengemudi dan makan. Ini adalah dasar bagi anak-anak untuk mengikuti contoh menggunakan media digital secara bijak.

Dengan menerapkan berbagai strategi ini, diharapkan anak-anak dapat belajar menggunakan media digital secara bijak dan menghindari kecanduan penggunaan media digital, terutama untuk hal-hal yang tidak sesuai.

Baca juga:

  • Media Sosial Membuat Penggunanya Susah Move On
  • 4 Alasan Membatasi Diri dari Kecanduan Media Sosial

Baca juga artikel terkait ANAK BERMAIN GADGET atau tulisan menarik lainnya Dewi Adhitya S. Koesno
[tirto.id - tha/agu]


Penulis: Dewi Adhitya S. Koesno
Editor: Agung DH

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề