Apakah hotel mempengaruhi harga tour
A.C. Nielsen. (2005). Asia Pasific Retail and Shopper Trends 2005, from: http://www.acnielsen.de/pubs/documents/Retailand
Show Adams, C., Millard, P. & Avison, D.E (2003). Personal trust space in mobile. Paper accepted for the Sixth International Conference on Electronic Commerce Research (ICECR-6), INFORMAT, Dalia. Awad, E.M. (2006). Electronic commerce: from vision to fulfillment. New Jersey: Pearson/Prentice Hall. Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No.22/04/34/Th.XVII, 1April 2015 Caribbean Tourism Organisation, (2004). “eTourism Exploring the Online Travel & Tourism Sector”. 5th Tourism Educators’ Forum 2004. Carroll, W.J., dan Sileo, L. 2007. Chains gain ground online: Hotels have much to celebrate [Electronic Version]. Hospitality Upgrade, Spring 2007, 36-38. Gozzali, Sherly, dan Kristanti, Monika. (2013). Faktor-Faktor yang Mendorong Masyarakat Surabaya dalam Melakukan Reservasi Hotel Secara Online. Jurnal Hospitality dan Manajemen Jasa, Vol 1, Nomor 2, 2013. Hoffman D.L. and Novak, T.P. (1996). A New Marketing Paradigm for Electronic Commerce, The Information Society, special issue on electronic commerce, 13 (Januari-March), pp. 43-54. Janal, D.S. (2005). Online marketing handbook : how to sell, advertise, publicize, and promote your products and services on the internet and commercial online system. New York : Van Nostrand Reinhold. Japarianto, Edwin dan Sugiharto Sugiono. 2011. Pengaruh Shopping Lifestyle dan Fashion Involvement Terhadap Impulse Buying Behavoir Masyarakat High Income Surabaya. Jurnal Manajemen Pemasaran Vol. 6, No. 1, April 2011. pp 32-41. Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (2012, Mei 22). Sambutan menparekraf pada peluncuran situs Accor Hotel berbahasa Indonesia. from http://www.budpar.go.id/budpar/asp/detil.asp?c=125&id=1582 Prantner Kathrin, Siorpaes Katharina, Beachlechner Daniel. 2005. On Tour Semantic Web Search Assistant. Seminar on Semantic Web Technologies, Austria. Rayport, J.F. & Jaworski, B.J. (2000). E-Commerce. New York: McGraw-Hill. Shergill GS, Zhaobin Chen. (2005). Web-Based Shopping: Consumers’ Attitudes Towards Online Shopping in New Zealand. Journal of Electronic Commerce Researce, Volume 6(2). p 79-94 Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung, Alfabeta Sujarweni Wiratna, 2015. SPSS Untuk Penelitian.Yogyakarta: Pustaka Baru Press Sulastiyono, A. (2011). Seri Manajemen Usaha Jasa Sarana Pariwisata dan Akomodasi: Manajemen Penyelenggaraan Hotel. Bandung: Penerbit Alfabeta. Supraptini, Nunuk. 2013. Bauran pemasaran: Strategi Pemasaran Pariwisata di Kabupaten Semarang. Jurnal Ilmiah Inkoma. Vol 24. No 24. pp 83 – 91. Tjiptono, Fandy. (2005). Pemasaran Pariwisata Terpadu. Bangung: Angkasa Turban, E., King,D., Lee, J., Liang, T.P, Turban, D. (2012). Electronic Commerce 2012: A Managerial anda social networks perspective. UNCTAD, 2005., Information Economy : www.unctad.org/e-comerce Mata rantai industri pariwisata yang berupa hotel atau penginapan, restoran atau jasa boga, usaha wisata (obye wisata, souvenir dan hiburan), danusaha perjalanan wisata (travel agent atau pemandu wisata) Jumlah objek wisataIndonesia sebagai negara yang memiliki keindahan alam serta keanekaragaman budaya yang mempunyai kesempatan untuk menjual keindahan alam dan atraksi budaya kepada wisatawan mancanegara maupun nusantara yang akan menikmati keindahan alam dan budaya tersebut. Tentu saja kedatangan wisatawan tersebut akan mendatangkan penerimaan bagi daerah yang Begitu juga dengan masing-masing daerah memiliki potensi sebagai Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang cukup besar dan bisa diandalkan, khususnya wisata alam maupun budaya bahkan wisata buatan. Dengan demikian banyaknya jumlah objek wisata yang ada maka diharapkan dapat meningkatkan penerimaan dari sektor pariwisata Jumlah Kunjungan WisatawanSecara teoritis (apriori) menurut Pleanggra (2012), semakin lama wisatawan tinggal di suatu daerah tujuan wisata, maka semakin banyak pula uang yang dibelanjakan didaerah tujuan wisata tersebut paling sedikit untuk keperluan makan, minum, dan penginapan selama tinggal di daerah tersebut. Pendapatan PerkapitaPendapatan perkapita merupakan salah satu indikator yang penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu wilayah
dalam periode tertentu, yangditunjukkan dengan Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB) baik atas dasar harga berlaku maupun atas harga konstan. Pendapatan perkapita yang tinggi cenderung mendorong naiknya tingkat konsumsi perkapita yang selanjutnya PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit suatu wilayah atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi disuatu wilayah. Pada umumnya orang orang yang melakukan perjalanan wisata mempunyai tingkat sosial ekonomi yang tinggi. Mereka memiliki trend hidup dan waktu senggang serta pendapatan (income) yang relatif besar. Artinya kebutuhan hidup minimum mereka sudah terpebuhi. Mereka mempunyai cukup uang untuk membiaya perjalanan wisata. Semakin besar tingkat pendapatan perkapita masyarakat maka semakin besar pula kemampuan masyarakat untuk melakukan perjalanan wisata, yang pada akhirnya berpengaruh positif dalam meningkatkan penerimaan daerah sektor pariwisata Bài Viết Liên QuanCó thể bạn quan tâmXem NhiềuChúng tôiTrợ giúp |