Apakah peran petani bagi kehidupan kita

Petani padi merupakan tugas mulia dan perannya sangat besar bagi kehidupan sehingga nasi yang kita makan adalah jasa petani yang bekerja keras. Hasil tanam padi selain mereka makan sendiri maupun untuk dijual. Dapat dibayangkan apabila orang tidak mau menanam padi. Belum lagi lahan persawahan terus berkurang karena desakan pembangunan.Tentu kita akan menghadapi krisis pangan atau setidaknya mengimpor beras dari negara lain.

Sebagai petani padi saat ini tidak jarang mereka hanya sebagai pekerja saja atau tidak memiliki tanah. Kehilangan tanah mereka disebabkan sulitnya kehidupan sehingga mereka terpaksa menjual lahannya.

Selain permasalahan itu, petani juga dihadapkan minimnya modal untuk menanam padi, berupa pembelian bibit, pupuk dan obat-obatan. Belum lagi gagal panen karena hama, bencana banjir atau kemarau. Kondisi itu membuat mereka menjadi sulit, sehingga mereka berutang ke tengkulak. Saat panen mereka membayar utang dan harga gabah ditentukan tengkulak.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Petaniadalah seseorang yang bergerak di bidang bisnis pertanian utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman (seperti padi, bunga, buah dan lain lain), dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain. Pada umumnya petani di Indonesia merupakan kelompok masyarakat mayoritas yang tertindas. Tertindas di sini dalam arti yang sangat luas. Petani-petani kita adalah orang-orang yang tidak memiliki kekuatan ataupun akses apapun untuk memberdayakan dirinya meskipun petani bisa melakukannya. Ketiadaan kekuatan untuk memberdayakan ini jelas terlihat dari berbagai kebijakan yang belum memihak kepada petani ditambah lagi dengan adanya pelaksanaan kebijakan yang banyak penyimpangannya.

Banyak macam bentuk-bentuk ketertindasan petani. Pertama, petani tidak memiliki daya tawar sedikitpun terhadap hasil pertaniannya. Setiap kali ada hasil panen, petani mengalami kerugian karena harga langsung anjlok. Seakan-akan mekanisme pasar betul-betul menghukum para petani. Hukum pasar yang berbunyi ”ketika jumlah barang meningkat maka harga akan turun” benar-benar merupakan contoh nyata betapa kejamnya kita, manusia yang tidak ”mengatasi” hukum itu. Tidak ada kebijakan untuk hal ini. Sekalipun ada semua adalah dalam nuansa eksploitasi kelemahan petani.

Kedua, petani tidak memiliki akses terhadap sumber-sumber produksi dan pasar secara bebas dan berkeadilan. Demikian halnya dengan pupuk. Pupuk, selain mahal juga sulit didapati. Banyak pupuk diproduksi tetapi tidak sampai ke tangan petani yang membutuhkannya. Justru pupuk subsidi masuk ke perusahaan pertanian raksasa yang juga telah meluluhlantakkan petani kecil.

Melihat kelemahan mendasar di atas, maka lahirlah upaya-upaya ”pemberdayaan” yang sebenarnya bermakna eksploitasi kelemahan petani untuk kepentingan golongan tertentu. Bagi pemerintah, kelemahan petani menjadi lahan untuk menumbuhkan program pemberdayaan petani melalui berbagai paket proyek. Di sini pemerintah tentu saja mengatasnamakan petani untuk mengupayakan perbaikan nasib petani mulai dari bimbingan teknis pertanian (padahal petani sudah pandai), introduksi sistem pertanian modern, penyediaan bibit unggul dan sebagainya. Celakanya, oknum jahat bergerak dengan nalar eksploitatif sehingga penyelewengan tak terhindarkan. Akhirnya petani bukan yang mendapat keuntungan, melainkan ketertindasan. Ketertindasan inilah juga yang menyebabkan petani menjadi miskin. Selain itu juga ada beberapa faktor yang membuat petani menjadi miskin.

Sebagai negara yang mempunyai potensi sumber daya alam yang sangat melimpah seharusnya Indonesia menjadi salah satu negara yang kaya karena sumber daya alam yang ada dapat di manfaatkan dan menghasilkan suatu komoditi alam yang sebenarnya lebih baik dari negara-negara yang biasanya kita ekspor. Sehingga dapat meningkatkan perekonomian negara. Namun apa faktanya Indonesia masih banyak melakukan impor. Berbagai bahan makanan pokok pun lebih sering impor dari pada kita mengekspor. Hal ini dapat di kaitkan dengan sebarapa besar kita menghargai peranan petani dan menghargai hasil-hasil pertanian para petani lokal. Tidak hanya itu kita juga harus menelaah tentang seberapa besar pemerintah dalam membangun pertanian di Indonesia dan seberapa besar pemerintah di dalam membantu sarana maupun prasarana para petani lokal terutama petani kecil.

B. Perumusan Masalah

  1. Bagaimana kehidupan petani sekarang ini?
  2. Bagaimana peranan pemerintah didalam membangun pertanian Indonesia?
  3. Bagaimana peranan petani di dalam perekonomian Indonesia?

C. Tujuan

  1. Mengetahui bagaimana kehidupan petani sekarang ini
  2. Mengetahui peranan pemerintah di dalam membangun pertanian Indonesia
  3. Mengetahui peranan petani di dalam perekonomian Indonesia
  4. Mengetahi sejauh mana peranan petani bagi perekonomian Indonesia.

D. Manfaat Penulisan

1.      Menberitahukan kepada pembaca tentang peranan petani di dalam perekonomian Indonesia.

2.      Memberitahukan kepada pembaca tentang kondisi kehidupan petani sekarang ini.

3.      Memberitahukan kepada pembaca peranan pemerintah dalam membangun pertanian indonesia.

4.       Memberitahukan kepada pembacan sejauh mana peranan petani bagi perekonomian Indonesia.

 

BAB II

KAJIAN TEORI

·         Menurut Barrington Moore

Petani adalah semua orang yang berdiam dipedesaan yang mengelola usaha pertanian serta yang membedakan dengan masyarakat adalah faktor pemilikan tanah atau lahan yang disandangnya.

·         Menurut Eric R. Wolf.

Petani adalah penduduk yang secara eksistensial terlibat dalam cocok tanam dan  membuat keputusan yang otonom tentang proses tanam.

·         Menurut Koentrjaraningrat

Petani atau peasant itu, rakyat pedesaan, yang hidup dari pertanian dengan teknologi lama, tetapi merasakan diri bagian bawah dari suatu kebudayaan yang lebih besar, dengan suatu bagian atas yang dianggap lebih halus dan beradab dalam masyarakat kota. Sistem ekonomi dalam masyarakat petani itu berdasarkan pertanian (bercocok tanam, peternakan, perikanan) yang menghasilkan pangan dengan teknologi yang sederhana dan dengan ketentuan ketentuan produksi yang tidak berspesialisasi.

·         Menurut Eric R. Wolf (1986)

Petani sebagai orang desa yang bercocok tanam, artinya mereka bercocok tanam di daerah pedesaan, tidak dalam ruangan tertutup di tengah kota.

·         Menurut Fadholi Hermanto

Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya dibidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usaha tani pertanian, peternakan, perikanan (termasuk penangkapan ikan), dan mengutamakan hasil laut.

BAB III

PEMBAHASAN

A.    Kondisi Kehidupan Petani

Negara Indonesia memang terkenal sebagai negara agraris. Dimana sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini dapat dibuktikan dengan sumber daya alam pertaniannya yang sangat melimpah. Namun, kehidupan para petani Indonesia kini ibarat berada di ujung tanduk. Jika mereka berhenti sebagai petani dan mencari pekerjaan lain yang tentu tidak mudah diperoleh, kehidupan keluarganya pasti terancam. Jika meneruskan pekerjaan sebagai petani, hasilnya tidak menguntungkan.

Fakta juga menunjukkan bahwa sebagian besar petani di Indonesia adalah petani penggarap. Sehingga makin sulit mengharapkan memperoleh penghasilan seperti yang diinginkan. Apalagi pada musim hujan seperti saat ini, ancaman banjir juga makin membuat para petani merugi. Hasil panen menyusut atau malah tidak ada sama sekali karena diterjang ganasnya air..

Dewan Pakar Wahana Masyarakat Tani dan Nelayan Indonesia (Wamti) Suprapto menyatakan para petani Indonesia jadi miskin terus. Ia menilai kondisi yang diderita oleh para petani kita sudah sangat memprihatinkan. Sebab penghasilan petani yang hanya Rp150.000 hingga Rp200.000/bulan tak bisa dibuat apa-apa sekarang ini. Karena itu, ia menyatakan jika pemerintah tak juga mengubah kebijakan, mereka berencana melakukan pemberontakan.

Sesungguhnya kekecewaan petani yang hidupnya makin senin-kemis didera kemiskinan wajar saja hingga akhirnya mereka melakukan pemberontakan. Belum lagi harga-harga kebutuhan pokok yang dari waktu ke waktu terus meningkat, ditambah lagi biaya pendidikan dan kesehatan juga terus melambung. Ini juga merupakan ancaman bagi para petani. Selain itu harga pupuk, bibit dan perlengkapan pertanian lainnya turut melambung tinggi sehingga lebih dapat menyusahkan petani. Hal ini masih ditambah dengan harga panen mereka yang terkadang menurun dan ditawar oleh tengkulak sehingga menambah penderitaan petani.

Sikap nekad untuk melakukan pemberontakan tentu sangat mengerikan jika benar-benar terjadi. Bisa dibayangkan apa jadinya jika di Indonesia terjadi pemberontakan. Tentu yang jadi korban adalah rakyat kecil yang notabene di antaranya adalah para petani juga.

Menghadapi kenyataan itu, pemerintah dapat dipastikan sudah mendengar keluh kesah para petani. Pemerintah juga dipastikan sudah berupaya untuk membantu para petani agar kehidupan mereka tidak menderita, tapi karena persoalan yang dialami oleh negara ini masih demikian rumit dan berat; maka uluran tangan bagi para petani itu belum bisa dirasakan ada hasilnya.

B.     Peranan Pemerintah di dalam Membangun Pertanian

1.      Peranan Pemerintah

Dari sudut pandang sosiologi, dunia sosial secara sederhana dapat dibagi menjadi tiga pilar utama, yaitu pemerintah, pasar dan komunitas. Masing-masing menurut Suswono memiliki pilar paradigma, ideologi, nilai, norma, rules of the game dan bentuk keorganisasian sendiri. Antara satu pilar dan lainnya sangat terkait erat. Dan pemerintah pada umumnya menjadi tumpuan sebagai fasilitator, dinamisator dan regulator berjalannya sistem dan tata hubungan antara tiga pilar utama tersebut.

Istilah “pembangunan pertanian” sendiri memiliki konotasi adanya kepentingan pemerintah atas majunya sektor pertanian yang seringkali berkilah “untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya”. Dalam hal pembangunan pertanian, bentuk dan legitimasi sebuah pemerintahan sangat mempengaruhi seberapa besar makna peran pemerintah dalam mendorong pembangunan pertanian. Sebagai ilustrasi, pada masa Nusantara menganut sistem kerajaan, petani wajib menyerahkan upeti karena seluruh lahan pertanian diakui sebagai milik kerajaan. Sementara, apabila sang raja cukup arif, maka petani memperoleh jasa keamanan, perlindungan, dalam batas-batas tertentu berupa fasilitas “publik” yang pada umumnya lebih banyak dibangun untuk kepentingan raja dan petinggi kerajaan. Kerajaan juga berperan sebagai lembaga arbitrase apabila terjadi konflik di masyarakat.

Sehingga pemerintah sebenarnya memiliki perananan yang cukup penting didalam pertanian. Dimana seharusnya pemerintah berperan aktif terutama dalam memajukan kesejahteraan petani. Walaupun tidak secara langsung setidaknya pemerintah dapat membantu petani dengan cara sebagai fasilitator di dalam membangun pertanian. Secara tidak langsung pemerintah seyogyanya berperan sebagai “pengayom” yang mampu mendistribusikan manfaat sumber daya alam secara adil dan merata sesuai dengan salah satu tujuan luhur kita mendirikan Negara Indonesia yang tergambar di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar kita. Namun, kenyataannya dengan adanya beberapa kebijakan pertanian yang dilaksanakan oleh pemerintah malah mencekik petani. Misalnya saja; harga pupuk dan bibit yang melambung sedangkan harga jual hasil panen mereka cenderung lebih murah.

Pertanian kita cukup tertinggal dari negara lain padahal sayogyanya kita sebagai negara agraris sektor pertaniannyalah yang menjadi sektor utama untuk meningkatkan perekonomian kita. Dibawah ini adalah beberapa indikator yang menyebabkan pertanian kita cukup tertinggal :

  1. Kalau kita mempelajari indikator makro, terlihat bahwa ekonomi Indonesia sebelum krisis multidimensi 1998 hampir selalu tumbuh di atas 7 persen dan pada saat ini pertumbuhan ekonomi kita telah menunjukkan tanda-tanda membaik menuju ke kondisi sebelum krisis. Namun demikian, apabila kita memperhatikan besaran lainnya seperti Nilai Tukar Petani (NTP), produktivitas, aspek lingkungan hidup, perkembangan usaha pertanian, daya saing, efisiensi dan berbagai variable Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index), kita dapat menyatakan bahwa masih banyak tantangan yang harus kita hadapi untuk memajukan pertanian kita, yang pada umumnya baru sampai pada tahap “bertahan hidup”.
  2. Kehidupan petani, khususnya petani pangan di Jawa, belum banyak berubah. Kalaupun ada, kemajuan itu terjadi pada segelintir elite desa. Sementara, jutaan petani lainnya, hanya dapat bertahan hidup di atas lahan pertanian yang semakin hari semakin menyempit. Sebaliknya, ada juga yang lahannya semakin melebar sebagai akibat belum optimalnya perangkat hukum di bidang pertanahan, serta hukum ekonomi pasar yang seringkali kurang berkeadilan. Jumlah petani gurem bukannya berkurang, tetapi semakin meningkat.
  3. Harga riil komoditas primer pertanian yang dihasilkan petani semakin hari semakin berkurang nilainya dibandingkan komoditas industri, biaya pendidikan dan kesehatan yang mereka butuhkan. Demikian pula biaya angkutan, harga sarana produksi yang selalu meningkat. Sebuah paradoks, upah buruh tani yang dirasakan oleh pemilik lahan dan penggarap semakin meningkat, bagi buruh tani masih belum cukup, sehingga banyak yang berangan-angan untuk ramai-ramai bekerja sebagai buruh kasar di negara lain.

2.      Masalah – masalah Pertanian di Indonesia

Pertanian di Indonesia sedang berada di pesimpangan jalan. Sebagai penunjang kehidupan berjuta-juta masyarakat Indonesia, sektor pertanian memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kukuh dan pesat. Sektor ini juga perlu menjadi salah satu komponen utama dalam program dan strategi pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan. Di masa lampau pertanian Indonesia telah mencapai hasil yang baik dan memberikan kontribusi penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia, termasuk menciptakan lapangan pekerjaan dan pengurangan kemiskinan secara drastis. Hal ini dicapai dengan memusatkan perhatian pada bahan-bahan pokok seperti beras, jagung, gula, dan kacang kedelai. Akan tetapi, dengan adanya penurunan tajam dalam hasil produktifitas panen dari hampir seluruh jenis bahan pokok, ditambah mayoritas petani yang bekerja di sawah kurang dari setengah hektar, aktifitas pertanian kehilangan potensi untuk menciptakan tambahan lapangan pekerjaan dan peningkatan penghasilan.

Walaupun telah ada pergeseran menuju bentuk pertanian dengan nilai tambah yang tinggi, pengaruh diversifikasi tetap terbatas hanya pada daerah dan komoditas tertentu di dalam setiap sub-sektor. Pengalaman negara tetangga menekankan pentingnya dukungan dalam proses pergeseran tersebut. Sebagai contoh, di pertengahan tahun 1980-an sewaktu Indonesia mencapai swasembada beras, 41% dari semua lahan pertanian ditanami padi, sementara saat ini hanya 38 %, suatu perubahan yang tidak cukup besar untuk jangka waktu 15 tahun. Sebaliknya, penanaman padi dari total panen di Malaysia berkurang setengahnya dari 25% di tahun 1972 menjadi 13 % di tahun 1998..

Tantangan baru yang sedang dihadapi pemerintah adalah untuk menggalangkan peningkatan produktifitas di antara penghasil di daerah rural, dan menyediakan fondasi jangka panjang dalam peningkatan produktifitas secara terus menerus. Dalam menjawab tantangan tersebut hal berikut cukup penting untuk dipahami :

  1. Fokus dalam pendapatan para petani: titik berat di padi tidak lagi menjamin segi pendapatan petani maupun program keamanan pangan
  2. Peningkatan produktifitas: kunci peningkatan pendapatan petani, sehingga pembangunan ulang riset dan sistem tambahan menjadi sangat menentukan
  3. Dana yang diperlukandan dapat diperoleh dari usaha sementara untuk memenuhi kebutuhan kredit para petani melalui skema kredit yang dibiayai oleh APBN
  4. Pertanian yang telah memiliki sistem irigasi sangat penting dan harus dipandang sebagai aktifitas antar sektor
  5. Fokus dari peran regulasi dari Departemen Pertanian perlu ditata ulang

Selain tantangan yang disebutkan diatas juga masih banyak permasalahan-permasalahan yang dialami para petani terutama petani kecil, seperti:

  1. Harga pupuk dan bibit yang cukup melambung
  2. Kurangnya lahan untuk mereka garap
  3. Harga panen mereka yang relative murah
  4. Sektor pasar, bahwa konsumen Indonesia lebih menghargai hasil produk luar di banding panen petani kita sendiri
  5. Sarana dan prasarana yang cukup sulit terutama didesa-desa yang kurang terjangkau oleh masyarakat

3.       Penanganan Masalah Pertanian

Dapartemen Pertanian jelas mempunyai peran yang sangat  penting dalam menjawab semua tantangan diatas. Program-program dari Departemen Pertanian harus dilengkapi dengan bermacam-macam inisiatif dari badan pemerintahan nasional lainnya, pemerintahan lokal yang akan berada di garis depan dalam pengimplementasikan program, organisasi produsen di pedesaan yang bergerak dibidang agribisnis, dan para petani yang harus menjadi partner penting demi mendukung proses penting perubahan ini.

Adapun beberapa hal yang sebaiknya dilakukan untuk menjawab tntangan diatas adalah :

  1. Peningkatan pendapatan petani melalui diversifikasi lebih lanjut
  2. Memperkuat kapasitas regulasi
  3. Meningkatkan pengeluaran untuk penelitian pertanian
  4. Mendukung cara-cara baru dalam penyuluhan pertanian
  5. Mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi
  6. Menjamin berlangsungnya irigasi

C.    Peranan Petani di dalam Perekonomian

Tak bisa dipungkiri lagi pertanian sedikit banyak telah membantu perekonomian di Indonesia. Banyak bukti yang memperkuat pernyataan diatas salah satunya adalah kita telah mencapai swasembada beras. Hal ini tidak luput dari poeran besar petani. Namun, terkadang kita menganggap remeh petani padahal apabila kita telaah lebih dalam lagi tanpa petani apa yang bisa kita lakukan. Tanpa adanya petani bisa saja kita merugikan perekonomian negara karena tanpa petani mungkin kita hanya dapat mengimpor semua bahan makanan pokok dan itu menandakan bahwa semakin banyak pengeluaran negara.

Melihat struktur pembentuk pertumbuhan ekonomi di tahun 2008, variabel investasi akan memegang peranan signifikan dibandingkan variabel-variabel lainnya. Terlihat bahwa target pertumbuhan ekonomi sebesar 6,8% terutama akan didukung oleh meningkatnya pertumbuhan investasi yang diperkirakan tumbuh sebesar 15 persen (lihat gambar).

Dewasa ini, terdapat 3 mazhab pilihan strategi industrilisasi yang berkembang di masyarakat Indonesia. Ketiga mazhab yang berkembang ini perlu diuji kemampuannya (paling sedikit pada tingkat teoritis) dalam memecahkan isu-isu pembangunan ekonomi nasional. Ketiga pilihan strategi itu adalah: strategi industrilisasi berspektrum luas, strategi industrilisasi dengan industry berteknologi tinggi, dan strategi industrilisasi pertanian dalam bentuk pembangunan agribisnis.

Pertanian dalam bentuk agribisnis juga sangat baik untuk membantu krisis ekonomi. Kenyataan juga menunjukkan bahwa selain industri migas, sektor agribisnis adalah penyumbang ekspor netto yang penting selama hampir 30 tahun Indonesia membangun. Pada masa krisis ekonomi saat ini, sektor ekonomi yang masih mampu bertahan adalah sektor agribisnis. Pengalaman ini seharusnya menyadarkan kita semua (termasuk pemerintah), bahwa kita harus meninggalkan strategi industrilisasi berspektrum luas dan canggih serta kembali ke strategi industrilisasi berbasis agribisnis.

Dengan memberi prioritas pada percepatan pembangunan sektor agribisnis, akan mampu memberikan solusi bagi pemulihan ekonomi nasional. Meningkatnya produksi produk-produk agribisnis akan meningkatkan ekspor tanpa harus mengimpor bahan baku.   Meningkatnya ekspor berarti meningkatkan penawaran volute asing (dollar) sehingga akan memperkuat (apresiasi) rupiah secara gradual. Selain produk agribisnis untuk ekspor, produk agribisnis bahan pangan juga meningkat, sehingga ketersediaan bahan pangan di dalam negeri juga meningkat. Mengingat harga-harga bahan pangan masih merupakan komponen terpenting dalam menentukan laju inflasi domestik, maka dengan peningkatan produksi pangan tersebut akan dapat menurunkan laju inflasi yang sudah sangat tinggi saat ini. Kemudian karena teknologi produksi agribisnis pada umumnya bersifat padat karya dengan kisaran kualitas tenaga kerja yang sangat luas, maka peningkatan produksi agribisnis dalam negri akan diikuti dengan penyerapan tenaga kerja. Hal ini dapat menurunkan pengangguran yang sangat tinggi saat ini. Turunnya inflasi dan pengangguran serta stabilitas kurs rupiah yang reasonable, merupakan kondisi pulihnya perekonomian nasional. Ini juga telah menunjukkan bahwa petani sangat berperan penting dalam perekonomian Indonesia karena dalam sektor agribisnis yang dapat memulihkan perekonomian nasional petani juga sangat penting, mereka menanam tanaman yang sangat dibutuhkan dalam agribisnis tersebut4.

Selain agribisnis masih banyak di dalam bidang pertanian yang berperan dalam perekonomian antara lain ketahanan pangan. Tujuan pembangunan ketahanan pangan disini adalah menjamin ketersediaan dan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang, baik pada tingkat nasional, daerah hingga rumah tangga. Ketahanan pangan harus diwujudkan secara merata diseluruh wilayah sepanjang waktu, dengan memanfaatkan  sumberdaya, kelembagaan dan budaya lokal. Mengingat pangan juga merupakan komoditas ekonomi, maka pembangunanya dikaitkan dengan peluang pasar dan peningkatkan daya saing, yang dibentuk dari keunggulan spesifik lokasi, keunggulan kualitas serta efisiensi dengan penerapan teknologi inovatif. Selanjutnya, karena produksi pangan nasional sebagian besar dilaksanakan petani dengan skala usaha kecil oleh masyarakat miskin di pedesaan, maka pembangunan ketahanan pangan sangat strategis untuk memperkuat ekonomi pedesaan dan mengentaskan masyarakat dari kemiskinan.

Peran Bulog, yang sedianya mengadang spekulan dengan menampung stok gabah petani, tidak berjalan dengan baik. Peran lain, yaitu menjadi penyangga ketika harga beras melonjak, pun tidak efektif. Artinya, sudah sulit dibedakan antara fungsi Bulog dan ulah spekulan.

Kedaulatan pangan (food sovereignty) harus menjadi komitmen negara untuk segera diwujudkan. Dengan demikian, Indonesia bisa mandiri. Jika konsep dan kebijakan kedaulatan pangan sudah tuntas, keberadaan Bulog dan kontroversi beras dapat dibenahi secara komprehensif. Sayang, kondisi internal elite Indonesia sulit menyiratkan sebuah kecerahan dalam mewujudkan kedaulatan pangan, apalagi ada tekanan neoliberalisme dengan mekanisme perdagangan bebas. Menteri Pertanian, Menteri Perdagangan, dan Direktur Bulog asyik dengan pemahaman masing-masing tentang kedaulatan pangan.
“Oleh karena itu, penting ada kemauan politik dari para pemimpin Indonesia untuk mewujudkan kedaulatan pangan. WTO harus mencabut agenda pertanian karena telah meliberalisasikan pertanian. Impor beras Indonesia adalah satu dari sekian dampak liberalisasi pertanian itu. Impor telah mengkhianati keberadaan petani kita,” ujar Henry Saragih, Koordinator Umum La Via Campesina di Bamako, Mali, Kamis (22/2). La Via Campesina adalah organisasi perjuangan petani internasional dengan jaringan tersebar di 40  negara.

Impor beras adalah strategi jangka pendek yang tentunya “terpaksa” dilakukan karena kondisi Indonesia sudah kritis akibat bencana alam dan berbagai faktor darurat lain. Untuk itu, Indonesia harus bersama negara berkembang lain, seperti G-33, mengubah kebijakan pertanian. Orientasi ekspor (usaha agribisnis skala besar) diubah dengan kebijakan yang berbasis pertanian keluarga.

Indonesia terjebak dalam kebijakan pangan yang monokultur, yang merupakan bagian dari upaya penyeragaman kebudayaan sejak Orde Baru. Indonesia menjadi sangat bergantung pada satu jenis tanaman pangan, yaitu padi yang menghasilkan beras sebagai bahan pokok pangan. Ribuan suku bangsa di Indonesia dapat menghasilkan sumber makanan yang beraneka ragam. Kearifan pangan lokal, seperti sagu, umbi-umbian, dan jagung mempunyai sumber energi karbohidrat yang berkualitas. Jika alam di wilayah tersebut tidak cocok untuk budidaya padi, yang terjadi adalah kelaparan seperti di Sikka (NTT) dan daerah lain di Indonesia. Selain itu, perlindungan kepada petani perlu ditingkatkan dengan kepastian harga dan memperkuat lembaga negara yang menjalankan perlindungan tersebut. Jaringan perdagangan milik petani dalam pasar lokal perlu dilibatkan. Yang paling penting adalah kedaulatan pangan akan tercapai jika Indonesia segera melaksanakan pembaruan agraria. Hal seperti itu untuk menjamin akses terhadap tanah bagi petani, buruh tani, dan kaum miskin lain.

 

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Kehidupan para petani sekarang sedang berada diujung tanduk. Banyak dari mereka yang masih hidup kekurangan. Jadi, wajar saja jika akhirnya mereka melakukan pemberontakan. Belum lagi harga-harga kebutuhan pokok yang dari waktu ke waktu terus meningkat, ditambah lagi biaya pendidikan dan kesehatan juga terus melambung. Ini juga merupakan ancaman bagi para petani. Selain itu harga pupuk, bibit dan perlengkapan pertanian lainnya  turut melambung tinggi sehingga lebih dapat menyusahkan petani. Hal ini masih ditambah dengan harga panen mereka yang terkadang menurun dan ditawar oleh tengkulak sehingga menambah penderitaan petani.

Seharusnya pemerintah berperan aktif terutama dalam memajukan kesejahteraan petani. Walaupun tidak secara langsung setidaknya pemerintah dapat membantu petani dengan cara sebagai fasilitator di dalam membangun pertanian. Secara tidak langsung pemerintah seyogyanya berperan sebagai “pengayom” yang mampu mendistribusikan manfaat sumber daya alam secara adil dan merata sesuai dengan salah satu tujuan luhur kita mendirikan Negara Indonesia yang tergambar di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar kita. Namun, kenyataannya dengan adanya beberapa kebijakan pertanian yang dilaksanakan oleh pemerintah malah mencekik petani. Misalnya saja; harga pupuk dan bibit yang melambung sedangkan harga jual hasil panen mereka cenderung lebih murah.

Peran pemerintah juga tak bisa dipungkiri lagi mempengaruhi peranan petani dalam memaksimalkan hasil panennya. Tak bisa dipungkiri lagi pertanian sedikit banyak telah membantu perekonomian di Indonesia. Banyak bukti yang memperkuat pernyataan diatas salah satunya adalah kita telah mencapai swasembada beras. Hal ini tidak luput dari poeran besar petani. Namun, terkadang kita menganggap remeh petani padahal apabila kita telaah lebih dalam lagi tanpa petani apa yang bisa kita lakukan. Tanpa adanya petani bisa saja kita merugukan perekonomian negara karena tanpa petani mungkin kita hanya dapat mengimpor semua bahan makanan pokok dan itu menandakan bahwa semakin banyak pengeluaran negara.

Saran

  1. Diperlukan adanya pendekatan antara pemerintah dan petani agar pemerintah juga mengetahui apa yang dibutuhkan petani sehingga tidak menjadi salah sangka.
  2. Perlu adanya peran pemerintah yang lebih aktif di dalam membangun pertanian.
  3. Sebaiknya terjalin kerjasama antara petani, pemerintah dan masyarakat untuk membangun pertanian yang lebih maju agar dapat memulihkan perekonomian nasional.
  4. Perlu adanya penyuluhan untuk para petani agar mereka mendapatkan berbagai informasi baru tentang inovasi dalam bidang pertanian.

 

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009, “Reformasi Agraria Untuk Mengatasi Pengangguran Dan Kemiskinan Di Pedesaan” dalam Jurnal Berdaya Vol 6, No. 1 (Januari 2009) : 28.

DKP. 2008. Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2006 -2009. Jakarta : Dewan Ketahanan Pangan.

Harian Umum Pelita edisi Kamis 07 Januari 2010.

Saragih, Bungaran 2001, Agribisnis Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian, Yayasan Mulia Persada : Bogor.

Sarosa, D.M. 2008, “Urgensi Pemberian Insentif Ekonomi dan Kemudahan PenanamanModal Didaerah” dalam Jurnal Triwulan Pembangunan Daerah Vol 4, No. 4 (Desember 2008) : 21.

Apa peran penting pertanian dalam kehidupan manusia?

Dia mengatakan sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam membangun perekonomian nasional termasuk perekonomian daerah, karena sektor pertanian berfungsi sebagai penyedia bahan pangan untuk ketahanan pangan masyarakat, sebagai instrumen pengentasan kemiskinan, penyedia lapangan kerja, serta sumber ...

Apa yang dimaksud dengan peran petani?

Petani yang berperan utama sebagai pemelihara tanaman dan hewan (ternak dan ikan) untuk memperoleh hasil yang dibutuhkan demi kelangsungan hidupnya.

Apa peran petani dalam kegiatan ekonomi?

Adapun peran sektor pertanian dalam perkembangan ekonomi di Indonesia yaitu: 1. Sebagai sektor penghasil bahan pangan 2. Sebagai sumber tenaga kerja bagi sektor ekonomi lain 3. Sebagai salah satu penghasil sumber devisa bagi negara 4.