Apakah perjuangan secara diplomasi Bermanfaat Bagi kemerdekaan Indonesia Jelaskan alasannya

Diplomasi merupakan suatu alat yang membawa kepentingan negara dalam level tertentu. Dari diplomasi tersebut, sebuah negara akan menghasilkan keputusan kerja sama antar negara untuk menyelesaikan konflik yang terjadi. Oleh sebab itu, perlu adanya penyelesaian agar negara-negara tersebut aman untuk ditinggali. Seperti yang dikatakan oleh Reza Bayu Oktavian Arief S. IP bahwa tujuan dari diplomasi ini adalah untuk menciptakan world peace, artinya dapat mencipatakan rasa aman dan sejahtera untuk masyarakat dunia. Untuk itu perlu adanya gerakan atau tempat yang bisa dijangkau oleh masyarakat luas untuk menyalurkan pendapatnya terkait dengan penyelesaian konflik di negara-negara yang berkonflik. “Melakukan sebuah diplomasi itu perlu adanya keterlibatan dari faktor lain misalnya government yang tentunya memiliki peran peting untuk melakukan diplomasi antar negara, “ terangnya saat menjadi pembicara dalam acara Workshop on Diplomacy and Model United Nations dengan tema “Promoting Diplomacy as a Tool Resolving Future Global Challenge” pada hari Senin [19/10] di AR. Facrudin B Lt.5 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta [UMY].

Menurut sejarah yang pernah ada, diplomasi pernah ditiadakan oleh suatau negara karena dianggap mementingkan negaranya sendiri bukan untuk kepentingan orang banyak. “Pada Perang Dunia I beberapa aktor yang terlibat gagal melakukan diplomasi sampai menimbulkan Perang Dunia II dan melibatkan banyak aktor yang lebih besar. Secara umum, diplomasi dapat dikatakan sebagai agency room, artinya sebagai mesin atau alat penggerak yang dapat menghubungkan dan mengkomunikasikan antar negara-negara secara global. Sampai akhirnya muncullah sebuah wadah yang berperan untuk melakukan diplomasi yaitu Perserikatan Bangsa-Bangsa [PBB] yang memiliki peran penting dalam melakukan sebuah diplomasi antar bangsa saat ini, “ jelas alumnus HI UGM ini lagi.

Reza menerangkan, bahwa, ada 9 Multytrack Diplomacy yang biasa dilakukan oleh beberapa negara dalam melakukan sebuah diplomasi. Pertama, Government memiliki peran penting untuk melakukan sebuah diplomasi antar negara karena Government memiliki kekuasana dalam suatu negara tersebut. Kedua, Non Government, karena terkadang keterlibatan mereka menjadikan sebuah kesepakatan yang lebih besar. Ketiga, Bussines, biasanya bisa dilakukan dengan membuat sebuah perjanjian perdagangan misalnya jual beli dan bisa dilakukan dengan cara bernogosiasi. Keempat, Private Citizen, meskipun mereka tidak ada di sebuah forum, mereka akan menggerakkan diri mereka sendiri untuk melakukan sebuah diplomasi.

Kelima, lanjutnya, Researcher, pusat studi ini juga memiliki peran untuk melakukan sebuah diplomasi. Misalnya mereka bertugas untuk memprediksi angka kemiskinan atau angka kecelakaan, tentu ini sangat diperlukan. Keenam, aktifis, saat ini sudah banyak sekali aktifis-aktifis yang muncul dan membuat gerakan-gerakan world peace. Ketujuh, Badan Amal atau Founding Rising, ini bisa menjadi sebuah alat untuk berdiplomasi karena sejatinya setiap negara akan butuh bantuan dari negara-negara lain sekalipun itu negara super power. “Kedelapan, Tokoh Agama, tokoh agama juga memiliki peran penting dalam hal berdiplomasi, karena ini bisa menjadi sebuah cara untuk menyelesaikan konflik agama. Dan terakhir yang kesembilan, communication & media, jangan pernah remehkan ini, mass media ini memiliki perang penting untuk membentuk opini publik. Karena tugas dari media sendiri yaitu untuk memberikan informasi kepada masyarakat, contoh organisasinya adalah International Monitoring Found [IMF], “ jelasnya.

Tentunya sebuah diplomasi ini ada hubungannya dengan International Assosiation, karena ini sebuah wadah untuk mempertemukan antar negara untuk berdiplomasi dan berkomunikasi. “Jika tidak ada International Assosiation, diplomasi tidak akan berjalan dengan lancar. Salah satu International Assosiation adalah PBB. Pembentukan yang pertama kali dibentuk oleh PBB adalah dewan keamanan PBB, karena ketika itu isu yang sering muncul karena masih banyaknya negara berkonflik. Setelah itu muncullah organisasi-organisasi lain yang ada di PBB guna menyelamatkan dunia. Jika ditarik kesimpulan, sudah terlihat jelas benang merahnya, bahwa ini menjadi sebuah alat bagi mahasiswa untuk menyalurkan pendapatnya terkait dengan isu global dalam forum internasional yang resmi. Semua orang bisa menyalurkan idenya untuk tujuan yang sama yaitu “World Peace,” tutupnya.

PORTAL PURWOKERTO – Apakah perjuangan secara diplomasi bermanfaat bagi kemerdekaan Indonesia? Berikut ini alasannya.

Adik-adik, pertanyaan tersebut adalah pembahasan materi kelas 6 tema 2.

Kunci jawaban ini adalah panduan untuk orangtua. Siswa bereksplorasi lebih lanjut dan mencari jawaban lainnya, sehingga jawaban ini tidak selamanya mutlak.

Baca Juga: Tulislah 5 Contoh Keberagaman Sifat Individu? Berikut Ini Penjelasan Lengkapnya​

Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya memiliki dua cara, yakni dengan cara konfrontasi dan diplomasi.

Perjuangan konfrontasi atau fisik diwujudkan dengan melakukan berbagai perlawanan di beberapa daerah di Indonesia.

Sedangkan perjuangan diplomasi diwujudkan dengan cara mengadakan perundingan-perundingan untuk mendapat pengakuan internasional atas merdekanya Indonesia.

Baca Juga: Dampak Positif dan Negatif Perundingan Linggarjati Terhadap Wilayah Indonesia, Simak Penjelasan Berikut

Indonesia dalam perjuangan diplomasinya telah melakukan berbagai perundingan, sebagai berikut:

Page 2

Perjanjian Linggarjati diselenggarakan pada tanggal 10 November 1946 di Linggarjati, Cirebon. Dalam perundingan, Sutan Syahrir menjadi ketua delegasi Indonesia, sedangkan Belanda diwakili oleh tim yang dinamakan Komisi Jendral dan dipimpin oleh Wim Schermerhorn dengan anggota H.J Van Mook, dan yang bertindak sebagai mediator dalam perundingan ini adalah Lord Killearn yang berasal dari Inggris.

Baca Juga: Apa Saja Keberagaman Sifat yang Dimiliki oleh Setiap Orang? Berikut Ini Penjelasannya

Perjanjian Renville adalah perjanjian antara Indonesia dan Belanda yang ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948 di atas geladak kapal perang AS sebagai tempat netral, USS Renville, yang berlabuh di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.

Perundingan dimulai pada tanggal 8 Desember 1947 dan ditengahi oleh Komisi Tiga Negara [KTN], Committee of Good Offices for Indonesia, yang terdiri dari AS, Australia, dan Belgia.

Indonesia diwakili oleh Amir Syarifudin Harahap dan Belanda diwakili oleh Kolonel KNIL yaitu Abdulkadir Widjajaatmodjo, sedangkan Amerika dalam delegasi diwakili oleh F.P Graham.

Baca Juga: 4 Manfaat Perjuangan Secara Diplomasi Bagi Kemerdekaan Indonesia? Simak Penjelasan Berikut Ini

Namanya diambil dari kedua pemimpin delegasi, Mohammad Roem [Indonesia] dan Herman van Royen [Belanda].

Perjanjian ini dimulai pada tanggal 14 April 1949 dan akhirnya ditandatangani pada tanggal 7 Mei 1949 di Hotel Des Indes, Jakarta.

Maksud pertemuan ini adalah untuk menyelesaikan beberapa masalah mengenai kemerdekaan Indonesia sebelum Konferensi Meja Bundar di Den Haag pada tahun yang sama.

Baca Juga: Perundingan Apakah yang Paling Merugikan Bagi Pihak Indonesia? Simak Alasannya Berikut Ini

Page 3

  1. Konferensi Inter-Indonesia

Dampak dari Konferensi Inter-Indonesia adalah adanya konsensus yang dibangun melalui Konferensi Inter-Indonesia yang menjadi modal berharga bagi pemerintah RI, terutama delegasi Indonesia yang ditunjuk untuk berunding dengan Belanda pada Konferensi Meja Bundar [KMB] di Den Haag.

Keberadaan BFO dan sikap tegas Gede Agung untuk menolak intervensi. Belanda membuat pemerintah Indonesia memiliki legitimasi yang makin kuat untuk berunding dengan Belanda di KMB.

Baca Juga: Jelaskan Hasil-hasil Perundingan Linggarjati! Berikut Penjelasan Lengkapnya

  1. Konferensi Meja Bundar [KMB]

Konferensi Meja Bundar [KMB] adalah sebuah pertemuan yang dilaksanakan di Den Haag, Belanda, dari 23 Agustus hingga 2 November 1949 antara perwakilan Republik Indonesia, Belanda, dan BFO [Bijeenkomst voor Federaal Overleg], yang mewakili berbagai negara yang diciptakan Belanda di kepulauan Indonesia.

Baca Juga: Buatlah Gambar Cerita Kegiatan Memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia di Masa Pandemi Covid-19!

Perjuangan secara diplomasi dinilai bermanfaat bagi kemerdekaan Indonesia, berikut ini alasannya.

  1. Tidak perlu ada pertumpahan darah
  2. Masalah Indonesia bisa diselesaikan secara Internasional
  3. Kedaulatan Indonesia dapat diakui secara De Jure oleh negara lain. hal ini merupakan salah satu syarat negara merdeka, yaitu pengakuan dari negara lain
  4. Menyelesaikan masalah secara damai.

Disclaimer: Kunci jawaban tersebut hanya merupakan panduan bagi orangtua. Siswa bisa bereksplorasi dengan jawaban lain.  Jawaban di atas hanyalah contoh dan tidak mutlak. Portal Purwokerto tidak bertanggungjawab atas kesalahan jawaban.***

Skip to content

Selepas Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia belum sepenuhnya diakui dunia. Jalur diplomasi menjadi jalan yang dipilih untuk menggalang pengakuan dunia di tengah ancaman militer Belanda yang berencana merebut kembali Indonesia dengan memanfaatkan Sekutu sebagai pemenang Perang Dunia II.

IPPHOS Konferensi Meja Bundar [KMB] tanggal 23 Agustus 1949 antara lain memutuskan, sebagai imbalan penyerahan kedaulatan kepada Indonesia, pihak Belanda mendapat bayaran sejumlah Rp 4,5 miliar gulden dari pihak Indonesia. Lewat tulisannya di de [...]

This entry was posted in Paparan Topik and tagged Agresi Militer Belanda, Agresi Militer I, agresi militer II, Ahmad Soebardjo, BFO, Den Haag, Hari Kemerdekaan, Kabinet Hatta, Kabinet Sjahrir, kementerian luar negeri, Kemerdekaan RI, KII, KMB, KNIP, Konferensi Inter Indonesia, Konferensi Meja Bundar, KTN, Linggarjati, mempertahankan kemerdekaan, Mohammad Hatta, Negara Kesatuan Republik Indonesia, NKRI, PBB, Perjanjian Renville, Persetujuan Linggarjati, Perundingan Linggarjati, Perundingan Renville, proklamasi, Republik Indonesia Serikat, Roem-Royen, Schermerhorn, Sejarah Diplomasi, sekutu, Sutan Sjahrir, Van Mook.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề