Apakah yang akan terjadi jika kalian sering bersumpah

Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, Bersumpah bagi seorang Muslim adalah perkara yang vital. Dalam beberapa kesempatan, acapkali justru kita mengumbar sumpah atas nama Rasulullah SAW, Alquran, dan lainnya. Bolehkah sumpah mengatasnamakan makhluk-makhluk Allah?

Baca Juga

Memang seorang Muslim dilarang dan haram untuk bersumpah dengan menyebut selain nama Allah SWT karena bersumpah dengan sesuatu itu menunjukkan keagungan sesuatu itu. Padahal, keagungan itu hanyalah milik Allah SWT. Dalam hadis Nabi SAW, “Janganlah kalian bersumpah dengan nama ayah-ayah kalian, barang siapa ingin bersumpah maka bersumpahlah dengan menyebut nama Allah SWT.” [HR Bukhari].

Dalam riwayat lain disebutkan, Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa ingin bersumpah maka janganlah bersumpah kecuali dengan menyebut nama Allah.” Dan, kaum Quraisy biasa bersumpah dengan menyebut nama ayah-ayah mereka maka Nabi SAW bersabda, “Janganlah kalian bersumpah dengan menyebut nama ayah-ayah kalian.” [HR Bukhari dan Muslim].

Sedangkan, mengenai Allah SWT bersumpah dengan nama-nama makhluk-Nya, perlu kita ketahui dan kita yakini bahwa Allah SWT Mahakuasa melakukan apa pun yang Dia kehendaki. Sebagai hamba kita tidak sepatutnya mempertanyakan mengapa Allah SWT melakukan sesuatu karena kewajiban kita sebagai hamba Allah adalah taat melakukan apa yang diperintahkan-Nya.

Dalam Syarah Shahih Muslim, Imam Nawawi menjelaskan, jika dikatakan bahwa Allah SWT telah bersumpah dengan menyebut nama-nama makhluk, seperti “demi [rombongan] yang bersaf-saf”, “demi [angin] yang menerbangkan”, “demi bukit”, “demi bintang”, jawabnya adalah Allah dapat bersumpah dengan menyebut nama apa pun dari makhluk-Nya untuk menunjukkan kemuliaan makhluk tersebut.

Dalam tafsirnya, Imam Qurthubi juga menjelaskan bahwa Allah SWT dapat bersumpah dengan menyebut apapun dari makhluk-Nya, baik hewan maupun benda mati, meskipun tidak diketahui hikmah dari hal itu. Dan, makhluk-makhluk yang dengannya Allah bersumpah itu merupakan di antara tanda-tanda keesaan dan bukti nyata kekuasaan-Nya. 

Allah SWT bersumpah dengan menyebut nama-nama makhluk itu agar para hamba-Nya mau melihat dan memikirkan kemuliaan makhluknya tersebut yang pada akhirnya menyadarkan dia pada keagungan Allah yang bersumpah dengan makhluk tersebut.

Dalam kitab Majmu’ al-Fatawa, Ibnu Taimiyyah menjelaskan bahwa Allah SWT bersumpah dengan menyebut nama-nama makhluk-Nya karena makhluk-makhluk itu adalah tanda-tanda kewujudan-Nya. Makhluk-makhluk itu adalah tanda dan bukti rububiyyah Allah, uluhiyyah-Nya, keesaan-Nya, ilmu-Nya, kekuasaan-Nya, kehendak-Nya, rahmat-Nya, kebijaksanaan-Nya, keagungan dan keperkasaan-Nya.

Allah SWT bersumpah dengan makhluk itu karena itu merupakan pengagungan untuk Allah yang menciptakan makhluk tersebut. Dan, kita sebagai makhluk tidak boleh bersumpah dengan menyebut makhluk berdasarkan dalil dari nas dan ijmak.

  • sumpah
  • sumpah rasulullah
  • sumpah alquran
  • rasulullah saw

sumber : Harian Republika

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Bagaimana sebenarnya menggunakan kalimat sumpah atas nama Allah?

Selasa , 15 Dec 2020, 14:07 WIB

ANTARA

Allah [ilustrasi]

Rep: Andrian Saputra Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, Seringkali kita mendengar seseorang mengucapkan pernyataan atau kesaksian pada sebuah kejadian dengan dikuatkan menggunakan kalimat sumpah. Bahkan tak tanggung-tanggung, seseorang dengan mudah mengucapkan kalimat sumpah bukan lagi atas nama dirinya melainkan dengan menyebut nama Allah seperti demi Allah. Bagaimana sebenarnya menggunakan kalimat sumpah atas nama Allah? Pengasuh Pondok Pesantren Pasca Tahfidz Bayt Al Quran yang juga dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ustaz Syahrullah Iskandar menjelaskan dalam Alquran terdapat beberapa ayat yang menekankan sakralnya sumpah. Salah satunya yakni terdapat pada surat al Maidah ayat 89. لَا يُؤَاخِذُكُمُ اللَّهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ وَلَٰكِنْ يُؤَاخِذُكُمْ بِمَا عَقَّدْتُمُ الْأَيْمَانَ ۖ فَكَفَّارَتُهُ إِطْعَامُ عَشَرَةِ مَسَاكِينَ مِنْ أَوْسَطِ مَا تُطْعِمُونَ أَهْلِيكُمْ أَوْ كِسْوَتُهُمْ أَوْ تَحْرِيرُ رَقَبَةٍ ۖ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ ۚ ذَٰلِكَ كَفَّارَةُ أَيْمَانِكُمْ إِذَا حَلَفْتُمْ ۚ وَاحْفَظُوا أَيْمَانَكُمْ ۚ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَArtinya: Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud [untuk bersumpah], tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kaffarat [melanggar] sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah [dan kamu langgar]. Dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur [kepada-Nya].Ustaz Syahrullah menjelaskan kata وَاحْفَظُوا أَيْمَانَكُمْ  dalam ayat itu dijelaskan Ibnu Ajibah al Hasani dalam Al Bahr al Madid pada Juz II halaman 210 sebagai perintah untuk menjaga lidah dari banyak bersumpah. Ustaz Syahrullah mengatakan kalimat sumpah semacam jadi pembatas bagi penuturnya untuk tidak melanggarnya. Sebab itu sumpah tidak sembarangan diucapkan melainkan hanya saat diperlukan seperti persaksian ataupun situasi penting lainnya.

Begitu pun dalam penyampaian redaksi sebuah berita atau kabar informasi. Pada umumnya itu dapat dilakukan normal tanpa memerlukan kalimat sumpah sebagai penguat atau pengukuhan. Namun terkadang seseorang juga kerap membubuhi berita atau kabar yang disampaikan dengan kalimat pengukuhan [kalimat taukid]. Bahkan ada yang menempelkan kalimat sumpah atas nama Allah.

Kondisi ini kemungkinan dapat terjadi manakala penyampai berita atau informasi merasa sangat perlu menggunakan kalimat sumpah karena mendapati orang yang mendengar ucapannya tidak percaya dengan kabar yang dibawanya. Namun bisa jadi seseorang yang sering kali menggunakan kalimat sumpah dalam kabar berita yang disampaikannya menjadi penanda sudah hilangnya kepercayaan orang lain pada dirinya.Lebih lanjut, ustaz Syahrullah menjelskan Al-Raghib al-Ashfahani dalam karyanya Muhadharat al-Udaba wa Muhawarat al-Syu’ara wa al-Bulagha pada juz II, halaman 133 melansir beberapa ungkapan terkait sumpah ini. Ia mencantumkan salah satu ungkapan yang dinisbahkan kepada al-Muhasibi: علامة الكاذب جوده بيمينه من غير مستحلف فيه [Indikasi seorang yang berbohong adalah murah bersumpah meski tidak dimintai sumpah]. Salman al-Farisi meriwayatkan bahwa ada tiga golongan yang tidak diajak bicara oleh Allah, tidak disucikan, bahkan memperoleh siksa yang pedih di hari kemudian. Salah satunya adalah رجل جعل الله بضاعته atau yang berarti orang yang menjadilan Allah sebagai barang dagangannya. Keterangan ini dapat ditemukan redaksi lengkapnya pada hadits riwayat Al Thabarani."Orang yang menjadikan sumpah atas nama Allah SWT sebagai komoditi kepentingan duniawinya dapat saja tergolong kelompok ini," jelas ustaz Syahrullah. Selain itu ustaz Syahrullah mengatakan aada sebuah bait syair dari al Mutanabbi yang patut menjadi bahan renungan tentang akibat dari mudahnya bersumpah. Dalam syairnya Al Mutanabbi mengatakan :عقبى اليمين على عقبى الوغى ندمArtinya: Akhir dari sumpah ataupun penghujung dari peperangan [tiada lain] adalah penyesalan."Penyair kenamaan ini mendudukkan sumpah dan peperangan dalam garis yang sama. Ada benarnya juga, dalam peperangan memang berlaku prinsip menang jadi arang, kalah jadi abu, sama-sama merugikan. Bersumpah sembarangan berbuntut buruk bagi pelakunya. Waspadalah menjadikan sumpah sebagai hiasan tuturmu. Jangan paksa orang percaya dengan sumpahmu. Kita harus hati-hati bersumpah atas nama Allah SWT," jelas ustaz Syahrullah.

  • sumpah
  • sumpah demi allah
  • kalimat sumpah
  • allah swt

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Perseteruan Eyang Subur versus Adi Bing Slamet-Arya Wiguna membuat heboh jagat hiburan tanah air. Tayangan infotainment secara massif berhasil menyihir masyarakat. Banyak orang meniru dan mengabadikan aksi maki dan umbar aib dalam video-video parodi yang diungguh di dunia maya. Dari  Salah satu yang menarik dan banyak ditiru adalah kesaksian Arya Wiguna dan sumpah “Demi Tuhaan”-nya dengan menggebrak meja.

Banyak orang meniru aksi sumpah “Demi Tuhaan” Arya Wiguna sehingga manjadi mainan dan materi guyonan. Padahal sumpah merupakan sesuatu yang agung; khususnya jika disebut nama Allah di dalamnya. Karenanya dalam tulisan berikut kami ingin ingatkan saudara seiman agar tidak memainkan sumpah dengan nama Allah dan menggampangkannya.

Sesungguhnya terlalu gampang dan sering bersumpah dengan nama Allah menunjukkan tidak ada [kurang]-nya pengagungan terhadap Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Padahal mengagungkan nama Allah merupakan tanda sempurnanya tauhid. Jika ia terlalu sering bersumpah maka orang akan mengganggap remeh sumpahnya tersebut. Akibatnya, sumpah dengan nama Allah dianggap remeh atau enteng.

Allah telah mencela orang yang terlalu banyak atau gampang bersumpah.

وَلاَ تُطِعْ كُلَّ حَلاَّفٍ مَّهِينٍ

“Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina.” [QS. Al-Qalam: 10]

Allah sudah memerintahkan agar tidak mudah dan sering bersumpah dalam firman-Nya,  

وَاحْفَظُوا أَيْمَانَكُم

“Dan jagalah sumpahmu.” [QS. Al-Maidah: 79]

Ada beberapa makna dan maksud yang disebutkan para ulama tentang maksud dari perintah menjaga sumpah:  

Pertama, menjaga sumpah dengan nama Allah dari bersumpah dusta. Ia berusaha jujur dalam sumpahnya. Kemudian jika ada orang yang bersumpah dengan nama Allah ia menerimanya selama tidak ada indikasi kuat bahwa ia berbohong dan bersumpah terhadap sesuatu yang batil.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

مَنْ حَلَفَ بِاللَّهِ فَلْيَصْدُقْ وَمَنْ حُلِفَ لَهُ بِاللَّهِ فَلْيَرْضَ وَمَنْ لَمْ يَرْضَ بِاللَّهِ فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ

“Barangsiapa yang bersumpah dengan nama Allah, maka hendaknya ia jujur. Dan Barangsiapa yang diberi sumpah dengan nama Allah maka hendaklah ia rela [menerimanya], barangsiapa yang tidak rela menerima sumpah tersebut maka lepaslah ia dari Allah.” [HR. Ibnu Majah]

Dalam hadits lain,

وَلاَ تَحْلِفُوْا بِاللهِ إِلاَّ وَأَنْتُمْ صَادِقُوْنَ

“Dan janganlah kamu bersumpah atas nama Allah kecuali kamu dalam kondisi benar [sungguh-sungguh].”[HR. Abu Dawud dan al-Nasa’i]

Kedua, menjaga sumpah dengan tidak membatalkan atau menghianati sumpahnya apabila telah bersumpah. Kecuali membatalkannya untuk kebaikan; seperti bersumpah untuk tidak berbicara kepasa saudaranya. Dan jika membatalkan sumpahnya maka ia membayar kafarah sumpahnya.

Ketiga, menjaga sumpah dari banyak [sering] bersumpah. Ia tidak buru-buru bersumpah kecuali karena sesuatu yang mendesak dan sangat membutuhkan sumpah tersebut.  

Larangan terlalu gampang dan sering bersumpah dikuatkan dalam beberapa hadits yang membahas larangan bersumpah dengan nama Allah untuk melariskan dagangan, walaupun ia jujur dalam sumpahnya.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

الْحَلِفُ مُنَفِّقَةٌ لِلسِّلْعَةِ مُمْحِقَةٌ لِلْبَرَكَةِ

“Sumpah bisa melariskan dagangan dan menghancurkan keberkahan.” [HR. Bukhari dan Muslim]

Dari Salman Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

ثَلاثَةٌ لا يُكَلِّمُهُمُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، وَلاَ يُزَكِّيهِمْ ، وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ : أُشَيْمِطٌ زَانٍ ، وَعَائِلٌ مُسْتَكْبِرٌ ، وَرَجُلٌ جَعَلَ اللهُ لَهُ بِضَاعَةً فَلا يَبِيعُ إِلَّابِيَمِينِهِ وَلاَ يَشْتَرِي إِلَّابِيَمِينِهِ

"Tiga orang yang mereka itu tidak diajak bicara dan tidak disucikan oleh Allah pada hari kiamat, serta bagi mereka siksa yang pedih: Orang tua beruban yang berzina, orang melarat yang congkak, dan orang yang menjadikan Allah sebagai barang dagangannya; ia tidak membeli dan tidak pula menjual kecuali dengan bersumpah." [HR. Al-Thabrani dengan sanad shahih. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih al-Jami': 3072]

. . . terlalu gampang dan sering bersumpah dengan nama Allah menunjukkan tidak ada [kurang]-nya pengagungan terhadap Allah Subhanahu Wa Ta'ala. . .

Hikmah Tidak Banyak Bersumpah

  1. Orang yang terlalu sering bersumpah dengan nama Allah, maka sumpah itu akan mengalir dari lisan dalam perkara yang besar dan kecil. Sehingga sumpah tersebut tidak membekas dalam hatinya. Ia tak akan aman dari bersumpah palsu sehingga ia merusak tujuan pokok dari disyariatkannya bersumpah.
  2. Saat seseorang sempurna mengagungkan Allah maka ia akan lebih sempurna dalam ubudiyah. Di antara tanda sempurnanya pengagungan terhadap Allah ia jadikan zikrullah sebagai sesuatu yang paling agung dan tinggi di sisinya daripada menampakkannya untuk kepentingan dunia.
  3. Orang yang banyak bersumpah maka ia merendahkan kejujuran dirinya dan kepercayaan orang lain kepadanya. Seolah-olah ia tidak jujur sehingga ia harus bersumpah agar orang percaya, karenanya Allah menyifati orang yang banyak sumpah sebagai orang hina.

Penutup

Menguatkan bahasan di atas, kita lihat kehidupan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dalam masa dakwah beliau selama 23 tahun hanya terekam sumpah beliau sekitar 80-an kali. Padahal beliau membutuhkan untuk meyakinkan manusia terhadap apa yang beliau dakwahkan. Karenanya bagi orang tua yang agar mendidik anak-anaknya agar mengagungkan Allah; Nama dan syariat-Nya. Di antaranya dengan melarang mereka dari bersumpah dalam urusan kecil. Bagi dai agar memperingatkan umat supaya lebih mengagungkan nama Allah dan sumpah dengan menyebut nama-Nya; di antaranya tidak mudah bersumpah kecuali karena sesuatu yang benar-benar mendesak. Wallahu Ta’ala A’lam. [PurWD/voa-islam.com]


Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề