Bagaimana alur yang tergambar dalam novel pertemuan Dua Hati robo guru


Prabangkaranews.com – Buku fiksi berupa novel dengan tema pendidikan yang berjudul “Pertemuan Dua Hati” ini adalah karya dari Nurhayati Srihardini atau yang lebih dikenal sebagai Nh. Dini. Dalam novel ini memiliki dua tokoh penting yaitu Bu Suci (sebagai guru SD) dan Waskito (sebagai murid) serta memiliki tokoh pembantu yaitu suami Bu Suci, 3 anaknya, kepala sekolah, uwak, nenek Waskito dan budhe Waskito.

Novel ini memiliki alur maju juga dengan sudut pandang orang pertama sebagai tokoh utama (Bu Suci). Novel ini juga memiliki tiga latar tempat yaitu sekolah, rumah Bu Suci dan rumah nenek Waskito. Adanya penggambaran nilai-nilai budaya di Indonesia dengan latar belakang novel. Hal ini yang merupakan ciri khas angkatan 1950.

Pada hari-hari pertamanya Bu Suci tidak mengalami kendala dalam melakukan kegiatan sekolah maupun di rumah tangganya. Tapi, memasuki hari keempat Bu Suci mempunyai murid yang bernama Waskito yang dikenal sebagai “anak yang sukar” yang saat itu belum juga datang ke kelas.

Setelah satu bulan berlalu, akhirnya dengan keuletan dari Bu Suci dalam membimbing Waskito, kini Waskito tidak lagi menjadi “anak yang sukar”. Kini Waskito menjadi anak yang baik, nilai rapornya pun berisi angka-angka yang normal. Bahkan pada akhir tahun pelajaran, Waskito naik kelas.

Dari sinopsis diatas perlu kita petik beberapa amanat seperti jangan menilai orang hanya dari sisi buruknya saja dan jangan suka meremehkan orang lain. Penggambaran sosial budaya masyarakat Indonesia. Kelebihan buku

Nh. Dini menyajikan ceritanya sangat rapi dan terarah dengan alur yang jelas, bahasa yang mudah dipahami, dari sisi fisik bukunya, covernya terlihat menarik, dan novel ini juga memiliki beberapa pesan penting yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga karya sastra ini masuk ke angkatan 1950.

Penulis: Elzza

Publisher: Prabangkaranews Media Group


4.1.1 Tema

Tema merupakan dasar cerita, yaitu pokok permasalahan yang mendominasi suatu karya sastra. Pada hakikatnya, tema adalah permasalahan yang merupakan titik tolok pengarang dalam menyusun cerita atau karya sastra tersebut, sekaligus merupakan permasalahan yang ingin dipecahkan dengan karyanya itu Suharianto 2005:17. Tema adalah ide, gagasan, atau permasalahan yang menjadi dasar sebuah cerita dan merupakan titik tolok pengarang dalam cerita atau karya sastra. Tema dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini adalah tentang dunia pendidikan, novel ini menceritakan tentang dunia pendidikan dan dedikasi seorang guru SD terhadap pekerjaannya sebagai seorang pendidik dalam menghadapi muridnya yang sukar. Hal tersebut dijelaskan dalam cerita yang digambarkan oleh tokoh utamanya Bu Suci dan Waskito. Bu Suci sebagai guru SD berkewajiban bahwa sebagai seorang pendidik tidak hanya bertugas mengajar pelajaran saja, tetapi juga harus memperhatikan sisi tingkah laku dan kejiwaan atau psikologis murid-muridnya dengan baik, sehingga terjalin hubungan yang harmonis antara seorang guru dan muridnya. Bu Suci berusaha mendedikasikan dirinya untuk menjadi seorang pendidik yang sejati dengan berusaha menyelesaikan masalah muridnya yang sukar bernama Waskito. Hal ini dapat terlihat dalam kutipan di bawah ini. “Tidak ada anak-anak yang jahat,” cepat aku menyambung berusaha melembutkan kebenaran yang baru kuperlihatkan secara terang-terangan. “Kalian masih tergolong tingkatan umur yang dapat dididik. Memang kalian bukan kanak-kanak lagi Kalian sudah bisa diajar berpikir teratur, ditunjukkan mana yang baik dan mana yang buruk. Jadi, Bu Suci beritahu sejelas-jelasnya: tidak ada anak jahat. Kalaupun seandainya terjadi kenakalan yang keterlaluan, anak itu mempunyai kelainan. Tapi dia nakal. Bukan jahat” halaman 28. Menurut Bu Suci, tidak ada anak yang jahat, yang ada hanyalah anak yang nakal, kenakalan anak pun dapat disebabkan oleh pola pendidikan orang tuanya yang kurang baik. Bu Suci sebagai seorang guru SD, berpikir bahwa seorang pendidik itu tidak hanya bertugas mengajar saja tetapi juga harus memperhatikan sifat dan tingah laku anak didiknya, sehingga guru dapat menjadi orang tua siswa di sekolah terutama dapat mengatasi dan memahami muridnya yang termasuk sukar. Hal itu dapat dilihat pada kutipan berikut ini. Masing-masing guru sudah terlalu sibuk mengurusi diri dan keluarganya. Di samping mengajar di SD, kebanyakan mempunyai kerja sampingan lain yang memungkinkan mereka mendapat tambahan penghasilan. Buat apa repot-repot mengurus anak sukar yang bukan saudara dan bukan kawan Tugas pendidik memang bagus dan merupakan tujuan cita-cita. Namun zaman yang berubah cepat menuntut cara dan biaya hidup sedemikian menantang rakyat rendahan, termasuk pegawai negeri setingkat guru SD. halaman 30-31. Bu Suci sebagai seorang guru sekaligus sebagai seorang ibu, selain melakukan usaha pendekatan dan mencari informasi mengenai Waskito kepada teman-teman Waskito, Bu Suci juga mendiskusikannya dengan para guru dan Kepala Sekolah untuk mencari solusi terbaik untuk memecahkan masalah Waskito. Secara pribadi, Bu Suci juga mengirim surat pada nenek Waskito. Perbincangan dengan para guru menghasilkan dua keputusan. Dari pihak sekolah, akan dikirim surat menanyakan mengapa Waskito selama ini tidak masuk. Dari pihakku sendiri, akan kukirim surat kepada si nenek. Isinya sangat pribadi, mengatakan keinginanku berkenalan. Aku ingin menunjukkan turut berprihatin mengenai cucu sulungnya. Aku tidak yakin apakah ini berguna bagi perkembangan Waskito selanjutnya. Yang jelas, aku wajib mencoba melakukan pendekatan terhadap murid kelasku. Keseimbangan dan ketenangan kelas yang menjadi tanggung jawabku sangat mempengaruhi karirku. Bagaimanapun juga, aku tetap pada maksudku mengunjungi nenek Waskito. Apa pun yang akan terjadi, aku merasa harus mencoba mengerjakan sesuatu untuk menolong anak itu. halaman 33. Berdasarkan uraian mengenai tokoh utama dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini tersebut, yaitu dengan segala persoalan yang dihadapi oleh tokoh utama dan tindakan-tindakan yang tokoh utama lakukan, serta pada kutipan yang mendukung, maka dapat disimpulkan bahwa tema dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini tentang dunia pendidikan yaitu menceritakan tentang dedikasi seorang guru SD terhadap pekerjaannya sebagai seorang pendidik dalam menghadapi muridnya yang sukar.

4.1.2 Alur Plot

Bagaimana alur yang tergambar dalam novel pertemuan Dua Hati robo guru

ANALISIS NOVEL

PETMUAN DUA HATI

Disusun untuk memenuhi tugas  akhir mata kuliah

Apresiasi Prosa

Dosen Pengampu

Dra.Nas Haryati Setyaningsih,M.Pd.

Oleh:

Yuni Permata Sari

2101412022

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, penulis panjatkan  puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Apresiasi Prosa tentang Pertemuan Dua Hati .

Adapunn tujuan pembuatan makalah ini sebagai pelengkap tugas akhir semester. Makalah Apresiasi Prosa tentang Pertemuan Dua Hati ,berisi sinopsis beserta analisis unsur intrinsik dan ekstrinsik, dengan harapan agar saat membaca, maka pembaca dapat mengatahui secara jelas isi dari novel beserta analisisnya,

Namun tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka,bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik maka akan penulis terima dengan senang hati, sehingga penulis dapat memperbaiki makalah-makalah selanjutnya.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga dari makalah Pertemuan Dua Hati ini,dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca

Semarang,     Juni 2013

Penulis

ii

DAFTAR ISI

PRAKATA.............................................................................................................    ii

DAFTAR ISI........................................................................................... …      iii

BAB I    PENDAHULUAN...............................................................................         .           1    

                    1.1 Alasan Menganalisis Novel Ketika Cinta Bertasbih .......................            1

               1.2 Ulasan Novel Ketika Cinta Bertasbih ...................................       1

BAB III  ANALISIS NOVEL..............................................................

                3.1 Unsur Intrinsik................................................................             2

                3.3 Analisis Unsur Ekstrinsik..................................................    13

BAB IV  PENUTUP............................................................................    20

                4.1 Simpulan.........................................................................             20

4.2  Saran .............................................................................   20

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................          22

LAMPIRAN………..............................................................................           23

iii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1            Latar Belakang

Dalam membaca sestiap orang memiliki kemamapuan sendiri-sendiri untuk memahami setiap materi yang di pelajari, apalagi dalam membaca novel banyak orang yang membaca novel kemudian merasa bingung untuk menentukan dan menganalisis novel yang telah di baca, maka dari itu dengan adanya makalah ini maka di harapkan pembaca memilki gambaran bagaiman cara yang benar untuk memahami dan menganalisis novel. apalagi untuk menentukan unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam sebuah novel.

1.2            Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas adapun rumusan masalah makalah Apresiasi Prosa sebagai berikut :

1.      Apa saja unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Pertemuan Dua Hati ?

2.      Apa saja unsur ekstrinsik dalam novel Pertemuan Dua Hati ?

BAB II

PEMBAHASAN

2.1                         UNSUR INTRINSIK

1.      Sudut Pandang

Sudut pandang yang di pakai dalam novel  Pertemuan Dua Hati adalah sedut pandang pertama pelaku utama,

Tuhan memberikan percobaan dua sekaligus kepadaku.penyakit anakku dan murid sukar. Hal itu kurenungkan baik-baik. Beban berat yang bersamaan datangnya barangkali mengandung maksud tertentu. (pertemuan dua hati 2009: 74)

Kutipan diatas, menunujukan bahwa tokoh Aku , mengalami banyak masalah dan dalam setiap masalah itu ia harus membagi pikiran antara murid dan anaknya sendiri, tokoh Aku merasa bingung kemudian ia memutuskan untuk menyatukan dua pikiran yang terpisah menjadi satu.

2.      Alur

Alur yang terdapat dalam novel ‘pertemuan dua hati’ karya N.H Dini yakni alur maju

Karena dalam novel tersebut diceritakan tentang masalah yang selalu menghampiri hidup tokoh dan disni ia dituntut untuk mampu memecahkan dan menyelesaikan masalahnya hingga akhir.

a.       Perkenalan

Tahap pertama dari sebuah alur yaitu perkenalan.

Dalam novel ini,Bu suci memulai cerita dengan memilih prifesi sebagai guru, hal ini tedapat dalam kutipan sebagai berikut,

Bapak mengantarkan aku ke semarang untuk mendaftarkan diri ke sekolah pendidikan guru,lalu kesempatan liburan aku gunakan untuk menengok keluarga di purwodadi.

Sesudah bertahun-tahun mengajar aku tidak menyesal telah menuruti nasehat orang tuaku,aku merasa senang dengan pekerjaanku,  (pertemuan dua hati, 2009: 10)

Dari kutipan diatas, bu suci memulai hidupnya dengan mengabdi sebagai guru,ia belajar di kota Semarang dan sesekali ia pulang sebagai obat rindi kepada keluarga dan kampong halamn.

b.      Konflik

Adapun konflik dari cerita, di mulai saat tokoh Bu Suci yang telah mulai menjalani profesi sebagai guru, ia di hadapkan pada pilihan untuk hijrah dari desanya yaitu purwodadi menuju ke Semarang, hal ini dapat di pahami dari kutipan sebagai berikut.

Aku turtr gembira dengan kenaikan pangkat suamiku,aku dan anak-anakku harus meninggalkan purwodadi dan tempat kerjaku selama ini,

Kantor di kota memerlukan suamiku sebagai ahli mesin dan pengawas bengkel, dia harus mengawasi kelancara jalanya semua kendaraan angkutan yang keluar dari bengkel. ini sangat penting bagi dirinyal (pertemuan dua hati, 2009: 12)

Berdasarkan kutipan di atas, kerena suaminya pindah bekerja maka mereka semua memutuskan untuk pindah di tempat kerja baru suaminya yaitu Semarang

c.       Klimaks

Pada tahap ini bu suci di hadapkan pada sekolah baru, dimana ia masih belum mengenal secara detail kondisi para muridnya,namun disisi lain ia juga dihadapkan pada masalah keluarga dengan munculnya penyakit aneh yang barada pada tubuh anak keduanya. hal ini di buktikan pada kutipan sebagai berikut.

Hari ke empat pelajaran pertama , anak didikku yang bernama waksito belum juga masuk, ku Tanya pada seisi kelas, tak satupun menjawab se olah-olah ada sesuatau yang menggajal dalam hati mereka. Saat ku ulangi ucapanku semua anak baru mau berbicar, dan yang membuatku aneh tak ada satupun anak yang mau menengok, justru mereka lebih memilih waksito tidak masuk atwaksitau bahkan ia lebih baik pindah saja.

Sampai di rumah aku mencoba menghilangkan nama dan masalah tentang waksito.petang itu suamiku menyampaikan sampul perusahaan, isinya lembaran-lembaran kertas hasil pemeriksaan kesehatan kami sekeluarga,sepintas tak ada yang aneh dengan kesehatan kami, namun tercantum nama dokter lain, dengan tulisan ahli syaraf yang ditujukan pada anak kedua ku.(pertemuan dua hati, 2009 : 45)

Berdasarkan kutipan tersebut, bu suci merasa heran dengan semua sikap muridnya kepada waksito, ia terus memikirkan masalah ini hingga ia sampaii di rumah,

Se sampainya di rumah, ia dan suaminya terkejut melihat hasil kesehatan,, tertulis perintah dari dokter ahli syaraf untuk anak keduaku yang harus segera dibawa ke neurology secepat mungkin.

d.      Anti Klimaks

Dalam tahap anti klimaks, bu Suci menemui masalah terhadap muridnya yang selalu membuat ulah dan keributan di kelas, ditambah lagi ia harus menghadapi kenyataan bahwa anaknya terkena penyakit yang sangat kronis. Bukti kutipan sebagai berikut.

Meskipun dia yang berbuat kesalahan,tetapi ia masih terkekang oleh kebiasanya pemarah.dia tidak akan meminta maaf ,kalau betul itu salahnya salahnya.( pertemuan dua hati 2009 : 82)

Orang tua mana tidak terkejut mendengar anaknya mengidap penyakit yang bagai manapun juga bisa dikatakan jarang. anggapan sekeliling yang rebdah terhadap penderita beberapa jenis penyaki tsemakin membikin hati kami kecil hati. (pertemuan dua hati, 2009 :49 )

Dari pernyataan tersebut, tokoh mengalami kondisi yang sangat kacau, dimana tokoh bu suci menghadapi kenyataan tentang keluarganya, namun disisi lain ia juga masih memikirkan kondisi muridnya yaitu Waksito.

e.       Penyelesaian

Setelah berbulan-bulan ia mencoba meluluhkan hati waksito akhirnya sikap sang anak menjadi lebih baik, dan santun. Kemudian dengan pengawasan yang ekstra pada anak keduanya, akhirnya kondisi anak Bu Suci semakin membaik. Hal ini di tercantum dalam kutipan sebagai beriktu.

Rapot berikutnya, berisis angka-angka normal,ia kini meraih penghargaan sebagai murid biasa. Akhir tahun pelajaran . Bu De nya datang kesekolahdia berterima kasih kepada kepala sekolah,para guru dan kepadaku sendiri. Aku menjawab bahwa aku gembira dapat menolong waksito. (pertemuan dua hati, 2009 : 85)

Ketabahan itu berkat kelegaan pertama karena telah selesainya seruntutan test bagi anakku,kami tinggal menuruti nasehat dokter ahli syaraf sambil meneruskan perawatan melalui obat-obatan.tidak berhentinya aku bersyukur, ke hadirat illahi karena kemudahan-kemudahan yang kami terima selama itu.(pertemuaan dua hati,2009 : 58)

Dari kutipan diatas, maka kita ketahui bahwa bagaimana kuatnya hati bu Suci dalam menghadapi dan menyikapi  setiap masalah dalam hidupnya, dengan segala usahanya itu maka segala masalah akhirnya dapat terselesaikan satu persatu.

3.      Latar

Dalam latar novel pertemuan dua hati, terdapat tiga latar yaitu tempat, waktu dan suasana. adapun latar-latar tersebut akan di paparkan secara lebih jelas dalam bebrapa pembagian sebagai berikut.

a.       Latar Tempat

Novel pertemuan dua hati mempunyai dua latar tempat, yang pertama di tempat asal tokoh utama yaitu bu Suci, dan latar tempat yang kedua dimana latar ini menjadi tempat utama terjadinya berbagai permasalahan yang selalu membayangi hidup sang tokoh utama yaitu tokoh bu Suci. Adapun latar tempatnya adalah sebagai berikut.

1.      Purwodadi

Purwodadi merupakan tempat dimana bu Suci menjalani keseharian dan aktivasnya semasa ia masih kecil.hal ini di buktikan pada kutipan di bawah ini.

Lalu pada kesempatan liburan, aku pulang berlibur,melewati jalan atau

tempat tertentu, seringkali hatiku terasa terharu.kenangan terhadap kejaduan-

kejadian yang pernah ku alami di sana muncul di kepalaku.( pertemuan dua hati, 2009 :10)

Dari kutipan di atas, maka jelas tergambar bahwa saat ibu Suci datang ke Purwodadi,memori masa lalunya muncul kembali.

2.      Semarang

Dalam cerita ini , semarang merupakan tempat baru bu suci bersama keluarga dan menjalani aktivitasnya sebagai guru.

Aku berusaha sedapat mungkin memisahkan pekerjaan dari kehidupan keluarga. Aku mempunyai peraturan yang hampir selalu dapat ku patuhi, yaitu tidak membicarakan apa pun perihal murid dan pekerjaan yang sedang ku hadapi kepada keluargaku. (pertemuan dua hati,2009 :48)

Dari  kutipan tersebut, maka dapat kita ketahui bahwa kota semarang merupakan aktivitas keluarga bu suci pada masa itu.

b.      Latar Waktu

Latar waktu novel pertemuan dua hati.

Cerita pertemuan dua hati merupakan sebuah novel yang di terbitkan antara tahun 1980-an,maka   maka kejadian waktu yang di ceitakan berkisar antara tahun 1970-an. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut.

Sejak tahun 1975,ternyata pelaksanaan kurikulum baru dimulai pada tahun 1976. Kepala sekolah menunjukan  programnya kepadaku. (pertemuan dua hati,2099 :19)

Dari kutipan di atas, menunjukan rencana kepala sekolah tentang perubahan kurikulum yang seharusnya dilaksanakan pada tahun lalu, namun dilaksanakan baru tahun ini, tepatnya pada tahun 1976.

c.       Latar Suasana

Beberapa suasana yang terjadi dalam cerita ada banyak sekali,namun tempat yang paling mempengaruhi cerita ini terbagi menjadi beberapa suasana sadapun pembagian suasananya sebagai berikut.

1.      Menyedihkan

Bukti  kutipan                   

Dari pola EEG itulah dokter mengetahui dan memastikan bahwa anakku menderita penyakit sawann atau ayan.

Orang tua mana yang tak terkejut mendengar anaknya mengidap penyakit yang bagaimanapunjuga dapat di katakana jarang.(pertemuan dua hati, 2009 : 48)

Dari bukti kutipan tersebut, tokoh bu Suci sangat terpukul dan terkejut , mendengar bahwa anaknya harus menderita penyakit yang sangat tidak diharapkan. Maka dapat kita ketahui bahwa saat itu suasana hati bu Suci sangat sedih dan syok.

2.      Menegangkan

Bukti kutipan :

Aku berjalan menuju ke kelas,wahyudi mencegatku.

“Waksito bu”. Hanaya itulah pembeitahuanya.

Apalagi ini!, jantuungku berdebar keras,sambil mempercepat langkah aku bertanya :

“mengamuk lagi dia”.( pertemuan dua hati,2009:80)

Dari kutipan diatas, maka jelas terlihat bagaimana gambaran perasaan bu Suci saat mengetahui waksito berbuat ulah kembali.

4.      Tema

Tema dalam novel pertemuan dua hati, yaitu menceritakan tentang penyatuan hati dan  masalah yang sangat berlainan menjadi satu titik. Bukti kutipan,

tuhan memberikan dua percobaan sekaligus kepadaku, penyakit anakku dan murid sukar, beban berat yang bersamaan datangnya barangkali mengandung maksud tertentu.akhirnya aku mengambil kesimpulan bahwa mungkin keduanya ada hubungan.( pertemuan dua hati,2009:46)

Dari kutipan itu, maka dapat di simpulkan bahwa inti dari cerita yaitu tentang mempersatukan masalah dari segi yang berbeda, kemudian di kaitkan satu sama lain. Sehingga menyatukan masalah pada satu titik. 

5.      Tokoh dan Penokohan

a.       orang tua ibui Suci

baik

bukti kutipan                

ibu dan ayahku membujukku untuk memilih bersekolah sebagai guru,

kemudian ayahku mengantarkan ku  ke semarang untuk mendaftarkan diri di sekolah pendidikan guru.walaupunaku berke

beratan, tapi kini akau tidak menyesal mengambil karir sebagai guru.( pertemuan dua hati,2009 : 2)

Dari kutipan diatas tergambar bahwa orang tua selalu memilihkan yang terbaik untuk anaknya, dan Bu Suci pun ternyata mulai menerima keputusan orang tuanya.

b.      Ibu Suci

1.      Tidak mudah menyerah

Bukti kutipan :

Meskipun kemampuan otakku memadai, namun bapak tidak menyanggupi untuk membiayai, adiku tiga orang dan kuputuskan utntuk bekerja, guna menambah pemasukan uang.( pertemuan dua hati,2009: 2)

Dari kutipann tersebut maka dapat diketahui kondisi perekonomain keluarga bu suci, mengetahui masalah itu, ia kemidian memutuskan untuk bekerja. Agar bisa melajutkan bersekolah dan tidak menggaunkan hidupnya pda orang tua.

2.      Sabar

Bukti kutipan :

Beberapa kali ku tanaya pada muridku, namun tetap tidak ada jawaban

Aku berusaha bersikap sebiasa mungkin, tanpa mendesak, tanpa memperlihatkan keherananku,(pertemuan dua hati, 2009 :26)

Dari kutipan tersebut, maka bisa terlihat bahwa bu Syci tidak ingin mndesak para muridnya, untuk membirkan informasi, ia memlih untuk bersabar dan mengganti cara lain, agar semua pertanyaan di fikiranya data terjawab.

c.       Suami ibu Suci

Bertanggung jawab

Bukti kutipan

Ini sanagt penting bagi dirinya,  dia harus mengawasi kelancaran jalanya semua anggutan kendaraan yang keluar dari bengkel. (pertemuan dua hati, 2009: 12)

Dari kutipan tersebut tokoh dengan sigap menerima perpindahan tugas oleh atasanya.

d.      Anak kedua ibu Suci

Menurut kepada oran tua

Bukti kutipan:

Sejelas dan sesederhana mungkin, kuterangkan pada anakku untuk pap pemeriksaan itu di lakukan.Biasanya dia termasuk anak yang cukup mematuhi ajaran kami.(pertemuan dua hati , 2009 : 48)

Dari kutipan diatas maka kita ketahui nahwa anak bu suci, jarang membangkang, namun lebih sering mendengarkan dan menuruti ucapan orang tuanya.

e.       Dokter ahli saraf

Bijkasana

Bukti kutipan :

Doter ahli syaraf yang simpatik mau meluangkan waktu berbicara kepada kami berdua. Secara singkat ia menerangkan garis besar apa sesungguhnya penyakit itu. Barulah aku mengerti bahwa sesungguhnya yang diderita anakku bukanlah penyakit turunan.(pertemuan dua hati, 2009 : 49)

Berdasarkan kutipan tersebut,agar keluarga tidak salah paham ia  dengan senang hati ia menjelaskan kepada pihak keluarga.

f.       Marno

Jujur

Bukti kutipan :

Pertanyaan itupun tidak terjawab.seisi kelas menghindari pandanganku.

Marno?, ciba,tolonglah bu Suci! Beri tahu kenapa kamu tidak mau menengok waksito “

Lemudian terdengar jawaban marno, suaranya rendah tetapi jelas.

“takut bu’(pertemuan dua hati, 2009 : 27)

Dalam ketakutan , ia mencoba menjawab pertanyaan bu Suci sesuai dengan apa yang ia rasakan.

g.      Waksito

1.Jahil

Bukti kutipan:

Di tengah-tengah waktu pelajaran,terdengar suara benda kecil sebentuk kelereng jatuh. Itlah waksito mengganggu teman-temanya dengan melempari kapur. Setelah berkali-kali , seorang murid perempuan berani kmengatakan keluhan.

“ah, Waksito ! kenapa siah kamu! “ (pertemuan dua hati, 2009: 56)

Dari kutipaan tersebut , tokoh Waksito memang sangat senang mengganggu temanya,.

2.Mudah emosi

Bukti kutipan

Dalam Tanya jawab yang ku paksakan itu dia mengaku bahwa dia mrah Karena kawan-kawanya mengjek tanaman miliknya yang kurag subur, kalah dari tunas-tunas lain. (pertemuan dua hati, 2009: 83)

Bukti kutipan itu menjelaskan tentang salah satu sifat Waksito yaiutu mudah marah, karena setiap kali ada teman yang mengejeknya ia langsung melampiaskan kemarahan itu tanpa mengoreksi diri terlebih dahulu.

h.      Nenek Waksito

Baik

Bukti kkutipan:

Kala itu sang nenek tidak kuasa lagi menahan cucuran air matanya,seolah terdengar kata hatikuwanita tua itu bersuara lagi. (pertemuan dua hati,2009:43)

Dari penjelasan diatas sang nenek sedang merasa sangat ba dengan semua peristiwa yang dialami cucuknya, ia menangis seolah-olah merasakan dirinya diposisi sang cucu.

i.        Kakek Waksito

Ramah

Bukti kutipan:

Aku bertemu dengan sepasang suami-istri yang sebaya dengan orang tuaku, si suami hanya sebentar menyalamiku,

Meskipun hanya sebntar aku berbicara pada dokter berumur itu.aku segera mengetahui bahwa dia pendiam.meskipun ramah dan dermawan. (pertemuan dua hati, 2009 :36)

Dari kutipan tersebut terlihat watak kakek yang kurang banyak berbicara, hanya bersalaman dan berbicara sedikit sang kakek menghentikan pembicaraan.

j.        Ayah Waksito

Kurang perhatian terhadap anak

Bukti kutipan:

“Dia cerdeas, pandai tetapi kaku dan sukar bergaul, oleh karena itu setelah itu setelah kawin lalau memponyai anak, menjadi  bapak yang kaku pula”. Kata sang nenek (peretemuan dua hati, 2009: 38)

Watak ayah waksito memang kurang bergaul dengan anak, maka tumbuhlah sifat waksito yang menjadi bandel dan pembangkang, karena sang anak kurang bimbingan dan kasih saying.

k.      Ibu Waksito

kurang pengertian terhadap anak

bukti kutipan:

kalau anak rewel, dia mau menggendong mau member makan atau barang permaianan. Tetapi permaianan itu di berikan begitu saja!, tidak di tuujukan bagaimana caranya supaya benda itu menarik bagi si anak.(pertemuan dua hati, 2009 : 36)

dari bukti diatas, watak ibu Waksito memang kurang bijaksana dan kurang pintar dalam mendidik anak, [adahal peran sang ibulah sang seharusnya memberikan pengawasan dan bimbingan terhadap anak.

6.      Amanat

Amanat dalam novel pertemuan dua hati, yakni bahwa jika kita menghadapi masalah yang seberat apapun. Tetaplah bersabar dan terus semanagat untuk menuntaskan segala masalah yang harus di hadapi sampai akhir.

 Seperti yang terdapat dalam tokoh bu Suci yang selalu bersabar dan terus mencari solusi untuk mendapatkan jalan keluar agar setiap permasalah yang datang dalam hidupnya dapat dipecahkan.dengan tuntas, hingga akhirnya ia menemukan satu titik untuk menyelesaiakn jalan keluarnya.Dan ras bahagianya karena Allah telah memudahkan segala permasalahan dalam hidupnya.

2.2                         UNSUR EKSTRINSIK

Selain unsur intrinsik ada pula unsure ekstrinsik yang terdapat dalam novel pertemuan dua hati, adapun unsur ekstrinsiknya sebagai berikut.

1.      Nilai social

Bu Suci memang guru yang sangat mencintai perdamaian dan kerukuan, dalam mengajarpun ia mencoba mengatur muridnya untuk mau saling terbuka dengan teman 1 kelas, ia berusaha menyatukan murid seperti membuat tugas berkelompok,dan juga ia melakukan perpindahan tempat duduk para muridnya agar mereka bisa menjadi manusia yang berkepribadian. Bukti kutipan sebagai berikut.

Aku mempunyai cara supaya murid tidak saling menggantungkan diri pada tetangga sebelahnya,sekali-kali tanpa pemberitahuan aku menyuruh mereka mengganti bangku, kalau terlalu lama berdampingan anak itu akan menjadi bayangan teman sebangkunya. Aku ingin kelak mempunyai murid yang kelak menjadi manusia yang berdiri sendiri. (pertemuan dua hati, 2009 : 54)

2.      Nilai Psikologis

Psikoligis merupakan nilai yang berhubungan dengan jiwa atau hati seseorang, dalam cerita ini Waksito mempunyai psikolog yang sangat labil dan mudah beralih sikap dengan sangat drastic, sampai Bu Suci selalu merasa resah jika suatu saat nanti sikap waksito membuat dirinya merasa gagal dalm mendidik murid. Buktii kutipan.

Pandanganku terpancar ke pinu,tiba-tiba kulihat wksito masuk, menujunketempatku.tanpa berkata sesuatu apapundia meletakan timbunan buku tugas di depanku, aku terpesona, aku heran bercampur bingung.(pertemuan dua hati, 2009: 55)

Aku memutuskan seolah-olah berhadapan dengan remaja betul-betul. Murid seperti dia tidak suka di pandang sebagai anak kecil lagi. (pertemuan dua hati, 2009:56)

3.      Nilai Moral

Nilai social yang terdapat dapat kita jadikan pelajaran adalah jangan mudah marah dalam mengahadapi setiap masalah. Sikap ini terdapat dalam watak tokoh waksito yang selalu menganggap orang lain itu selalu membuatnya kesal dan hingga akhirnya ia menjadi anak yang suka melawan dan membangkan., untuk lebih jelasnya dapat kita lihat dalam kutipan berikut.

“Apakah kau menyadari telah melakukan pembunuhan?“ langsung aku menyerangnya.

Waksito membelalakan matanya. Wajahnya cemberut. Bibirnya hendak bergerak mengatakan sesuatu,tetapi tidak ada suara yang keluar. Pastilah dia ingin membantah.(pertemuan dua hati, 2009 :82 )

4.      Biografi Pengarang

Sejarah Hidup NH Dini

NH Dini dilahirkan dari pasangan Saljowidjojo dan Kusaminah. Ia anak bungsu dari lima bersaudara, ulang tahunnya dirayakan empat tahun sekali. Masa kecilnya penuh larangan. Konon ia masih berdarah Bugis, sehingga jika keras kepalanya muncul, ibunya acap berujar, “Nah, darah Bugisnya muncul".

NH Dini mengaku mulai tertarik menulis sejak kelas tiga SD. Buku-buku pelajarannya penuh dengan tulisan yang merupakan ungkapan pikiran dan perasaannya sendiri. Ia sendiri mengakui bahwa tulisan itu semacam pelampiasan hati. Ibu Dini adalah pembatik yang selalu bercerita padanya tentang apa yang diketahui dan dibacanya dari bacaan Panji Wulung, Penyebar Semangat, Tembang-tembang Jawa dengan Aksara Jawa dan sebagainya. Baginya, sang ibu mempunyai pengaruh yang besar dalam membentuk watak dan pemahamannya akan lingkungan.

Sekalipun sejak kecil kebiasaan bercerita sudah ditanamkan, sebagaimana yang dilakukan ibunya kepadanya, ternyata Dini tidak ingin jadi tukang cerita. la malah bercita-cita jadi sopir lokomotif atau masinis. Tapi ia tak kesampaian mewujudkan obsesinya itu hanya karena tidak menemukan sekolah bagi calon masinis kereta api.

Kalau pada akhirnya ia menjadi penulis, itu karena ia memang suka cerita, suka membaca dan kadang-kadang ingin tahu kemampuannya. Misalnya sehabis membaca sebuah karya, biasanya dia berpikir jika hanya begini saya pun mampu membuatnya. Dan dalam kenyataannya ia memang mampu dengan dukungan teknik menulis yang dikuasainya.

Dini ditinggal wafat ayahnya semasih duduk di bangku SMP, sedangkan ibunya hidup tanpa penghasilan tetap. Mungkin karena itu, ia jadi suka melamun. Bakatnya menulis fiksi semakin

terasah di sekolah menengah. Waktu itu, ia sudah mengisi majalah dinding sekolah dengan sajak dan cerita pendek. Dini menulis sajak dan prosa berirama dan membacakannya sendiri di RRI Semarang ketika usianya 15 tahun. Sejak itu ia rajin mengirim sajak-sajak ke siaran nasional di [[RRI]Semarang dalam acara Tunas Mekar.

Karier NH Dini

Peraih penghargaan SEA Write Award di bidang sastra dari Pemerintah Thailand ini sudah telanjur dicap sebagai sastrawan di Indonesia, padahal ia sendiri mengaku hanyalah seorang pengarang yang menuangkan realita kehidupan, pengalaman pribadi dan kepekaan terhadap lingkungan ke dalam setiap tulisannya. Ia digelari pengarang sastra feminis. Pendiri Pondok Baca NH Dini di Sekayu, Semarang ini sudah melahirkan puluhan karya.

Beberapa karya Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin yang dikenal dengan nama NH Dini, ini yang terkenal, di antaranya Pada Sebuah Kapal (1972), La Barka (1975) atau Namaku Hiroko (1977),Orang-orang Tran (1983), Pertemuan Dua Hati (1986), Hati yang Damai (1998), belum termasuk karya-karyanya dalam bentuk kumpulan cerpen, novelet, atau cerita kenangan. Budi Darma menyebutnya sebagai pengarang sastra feminis yang terus menyuarakan kemarahan kepada kaum laki-laki. Terlepas dari apa pendapat orang lain, ia mengatakan bahwa ia akan marah bila mendapati ketidakadilan khususnya ketidakadilan gender yang sering kali merugikan kaum perempuan. Dalam karyanya yang terbaru berjudul Dari Parangakik ke Kamboja (2003), ia mengangkat kisah tentang bagaimana perilaku seorang suami terhadap isterinya. Ia seorang pengarang yang menulis dengan telaten dan produktif, seperti komentar Putu Wijaya; 'kebawelan yang panjang.'

Hingga kini, ia telah menulis lebih dari 20 buku. Kebanyakan di antara novel-novelnya itu bercerita tentang wanita. Namun banyak orang berpendapat, wanita yang dilukiskan Dini terasa “aneh”. Ada pula yang berpendapat bahwa dia menceritakan dirinya sendiri. Itu penilaian sebagian orang dari karya-karyanya. Akan tetapi terlepas dari semua penilaian itu, karya NH Dini adalah karya yang dikagumi. Buku-bukunya banyak dibaca kalangan cendekiawan dan jadi bahan pembicaraan sebagai karya sastra.

Bukti keseriusannya dalam bidang yang ia geluti tampak dari pilihannya, masuk jurusan sastra ketika menginjak bangku SMA di Semarang. Ia mulai mengirimkan cerita-cerita pendeknya ke berbagai majalah. Ia bergabung dengan kakaknya, Teguh Asmar, dalam kelompok sandiwara radio bernama Kuncup Berseri. Sesekali ia menulis naskah sendiri. Dini benar-benar remaja yang sibuk. Selain menjadi redaksi budaya pada majalah remaja Gelora Muda, ia membentuk kelompok sandiwara di sekolah, yang diberi nama Pura Bhakti. Langkahnya semakin mantap ketika ia memenangi lomba penulisan naskah sandiwara radio se-Jawa Tengah. Setelah di SMA Semarang, ia pun menyelenggarakan sandiwara radio Kuncup Seri di Radio Republik Indonesia (RRI) Semarang. Bakatnya sebagai tukang cerita terus dipupuk.

Pada 1956, sambil bekerja di Garuda Indonesia Airways (GIA) di Bandara Kemayoran, Dini menerbitkan kumpulan cerita pendeknya, Dua Dunia. Sejumlah bukunya bahkan mengalami cetak ulang sampai beberapa kali - hal yang sulit dicapai oleh kebanyakan buku sastra. Buku lain yang tenar karya Dini adalah Namaku Hiroko dan Keberangkatan. la juga menerbitkan serial kenangan, sementara cerpen dan tulisan lain juga terus mengalir dari tangannya. Walau dalam keadaan sakit sekalipun, ia terus berkarya.

Dini dikenal memiliki teknik penulisan konvensional. Namun menurutnya teknik bukan tujuan melainkan sekedar alat. Tujuannya adalah tema dan ide. Tidak heran bila kemampuan teknik penulisannya disertai dengan kekayaan dukungan tema yang sarat ide cemerlang. Dia mengaku sudah berhasil mengungkapkan isi hatinya dengan teknik konvensional.

Ia mengakui bahwa produktivitasnya dalam menulis termasuk lambat. Ia mengambil contoh bukunya yang berjudul Pada Sebuah Kapal, prosesnya hampir sepuluh tahun sampai buku itu terbit padahal mengetiknya hanya sebulan. Baginya, yang paling mengasyikkan adalah mengumpulkan catatan serta penggalan termasuk adegan fisik, gagasan dan lain-lain. Ketika ia melihat melihat atau mendengar yang unik, sebelum tidur ia tulis tulis dulu di blocknote dengan tulis tangan.

Pengarang yang senang tanaman ini, biasanya menyiram tanaman sambil berpikir, mengolah dan menganalisa. la merangkai sebuah naskah yang sedang dikerjakannya. Pekerjaan berupa bibit-bibit tulisan itu disimpannya pada sejumlah map untuk kemudian ditulisnya bila sudah terangkai cerita.

Dini dipersunting Yves Coffin, Konsul Prancis di KobeJepang, pada 1960. Dari pernikahan itu ia dikaruniai dua anak, Marie-Claire Lintang (kini 42 tahun) dan Pierre Louis Padang (kini 36 tahun). Anak sulungnya kini menetap di Kanada, dan anak bungsunya menetap di Prancis.

Sebagai konsekuensi menikah dengan seorang diplomat, Dini harus mengikuti ke mana suaminya ditugaskan. Ia diboyong ke Jepang, dan tiga tahun kemudian pindah ke Pnom PenhKamboja. Kembali ke negara suaminya, Prancis, pada 1966, Dini melahirkan anak keduanya pada 1967. Selama ikut suaminya di Paris, ia tercatat sebagai anggota Les Amis dela Natura (Green Peace). Dia turut serta menyelamatkan burung belibis yang terkena polusi oleh tenggelamnya kapal tanker di pantai utara Perancis.

Setahun kemudian ia mengikuti suaminya yang ditempatkan di ManilaFilipina. Pada 1976, ia pindah ke Detroit, AS, mengikuti suaminya yang menjabat Konsul Jenderal Prancis. Dini berpisah dengan suaminya, Yves Coffin pada 1984, dan mendapatkan kembali kewarganegaraan RI pada 1985 melalui Pengadilan Negeri Jakarta.

Mantan suaminya masih sering berkunjung ke Indonesia. Dini sendiri pernah ke Kanada ketika akan mengawinkan Lintang, anaknya. Lintang sebenarnya sudah melihat mengapa ibunya berani mengambil keputusan cerai. Padahal waktu itu semua orang menyalahkannya karena dia meninggalkan konstitusi perkawinan dan anak-anak. Karena itulah ia tak memperoleh apa-apa dari mantan suaminya itu. Ia hanya memperoleh 10.000 dollar AS yang kemudian digunakannya untuk membuat pondok baca anak-anak di Sekayu, Semarang.

Dini yang pencinta lingkungan dan pernah ikut Menteri KLH Emil Salim menggiring Gajah Lebong Hitam, tampaknya memang ekstra hati-hati dalam memilih pasangan setelah pengalaman panjangnya bersama diplomat Perancis itu. la pernah jatuh bangun, tatkala terserang penyakit 1974, di saat ia dan suaminya sudah pisah tempat tidur. Kala itu, ada yang bilang ia terserang tumor, kanker. Namun sebenarnya kandungannya amoh sehingga blooding, karena itu ia banyak kekurangan darah. Secara patologi memang ada sel asing. Kepulangannya ke Indonesia dengan tekad untuk menjadi penulis dan hidup dari karya-karyanya, adalah suatu keberanian yang luar biasa. Dia sendiri mengaku belum melihat ladang lain, sekalipun dia mantan pramugrari GIA, mantan penyiar radio dan penari. Tekadnya hidup sebagai pengarang sudah tak terbantahkan lagi.

Mengisi kesendiriannya, ia bergiat menulis cerita pendek yang dimuat berbagai penerbitan. Di samping itu, ia pun aktif memelihara tanaman dan mengurus pondok bacanya di Sekayu. Sebagai pencinta lingkungan, Dini telah membuat tulisan bersambung di surat kabar Sinar Harapan yang sudah dicabut SIUPP-nya, dengan tema transmigrasi.

Menjadi pengarang selama hampir 60 tahun tidaklah mudah. Baru dua tahun terakhir ini, ia menerima royalti honorarium yang bisa menutupi biaya hidup sehari-hari. Tahun-tahun sebelumnya ia mengaku masih menjadi parasit. Ia banyak dibantu oleh teman-temannya untuk menutupi biaya makan dan pengobatan.

Tahun 1996-2000, ia sempat menjual-jual barang. Dulu, sewaktu masih di Prancis, ia sering dititipi tanaman, kucing, hamster, kalau pemiliknya pergi liburan. Ketika mereka pulang, ia mendapat jam tangan dan giwang emas sebagai upah menjaga hewan peliharaan mereka. Barang-barang inilah yang ia jual untuk hidup sampai tahun 2000.

Dini kemudian sakit keras, hepatitis-B, selama 14 hari. Biaya pengobatannya dibantu oleh Gubernur Jawa Tengah Mardiyanto. Karena ia sakit, ia juga menjalani USG, yang hasilnya menyatakan ada batu di empedunya. Biaya operasi sebesar tujuh juta rupiah serta biaya lain-lain memaksa ia harus membayar biaya total sebesar 11 juta. Dewan Kesenian Jawa Tengah, mengorganisasi dompet kesehatan Nh Dini. Hatinya semakin tersentuh ketika mengetahui ada guru-guru SD yang ikut menyumbang, baik sebesar 10 ribu, atau 25 ribu. Setelah ia sembuh, Dini, mengirimi mereka surat satu per satu. Ia sadar bahwa banyak orang yang peduli kepadanya.

 Sejak 16 Desember 2003, ia kemudian menetap di SlemanYogyakarta. Ia yang semula menetap di Semarang, kini tinggal di kompleks Graha Wredha Mulya, Sinduadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta. Kanjeng Ratu Hemas, istri Sultan Hamengku Buwono X yang mendengar kepindahannya, menyarankan Dini membawa serta perpustakaannya. Padahal empat ribu buku dari tujuh ribu buku perpustakaannya, sudah ia hibahkan ke Rotary Club Semarang.

Alhasil, Dini di Yogya tetap menekuni kegiatan yang sama ia tekuni di Semarang, membuka taman bacaan. Kepeduliannya, mengundang anak-anak di lingkungan untuk menyukai bacaan beragam bertema tanah air, dunia luar, dan fiksi. Ia ingin anak-anak di lingkungannya membaca sebanyak-banyaknya buku-buku dongeng, cerita rakyat, tokoh nasional, geografi atau lingkungan Indonesia, cerita rekaan dan petualangan, cerita tentang tokoh internasional, serta pengetahuan umum. Semua buku ia seleksi dengan hati-hati. Jadi, Pondok Baca Nh Dini yang lahir di Pondok Sekayu, Semarang pada 1986 itu, sekarang diteruskan di aula Graha Wredha Mulya. Ia senantiasa berpesan agar anak-anak muda sekarang banyak membaca dan tidak hanya keluyuran. Ia juga sangat senang kalau ada pemuda yang mau jadi pengarang, tidak hanya jadi dokter atau pedagang. Lebih baik lagi jika menjadi pengarang namun mempunyai pekerjaan lain.

Dalam kondisinya sekarang, ia tetap memegang teguh prinsip-prinsip hidupnya. Ia merasa beruntung karena dibesarkan oleh orang tua yang menanamkan prinsip-prinsip hidup yang senantiasa menjaga harga diri. Mungkin karena itu pulalah NH Dini tidak mudah menerima tawaran-tawaran yang mempunyai nilai manipulasi dan dapat mengorbankan harga diri.

Ia juga pernah ditawari bekerja tetap pada sebuah majalah dengan gaji perbulan. Akan tetapi dia memilih menjadi pengarang yang tidak terikat pada salah satu lembaga penerbitan. Bagi Dini, kesempatan untuk bekerja di media atau perusahaan penerbitan sebenarnya terbuka lebar. Namun seperti yang dikatakannya, ia takut kalau-kalau kreativitasnya malah berkurang. Untuk itulah ia berjuang sendiri dengan cara yang diyakininya; tetap mempertahankan kemampuan kreatifnya.

Menyinggung soal seks, khususnya adegan-adegan yang dimunculkan dalam karya-karyanya, ia menganggapnya wajar-wajar saja. Begitulah spontanitas penuturan pengarang yang pengikut kejawen ini. la tak sungkan-sungkan mengungkapkan segala persoalan dan kisah perjalanan hidupnya melalui karya-karya yang ditulisnya

NH Dini sekarang tinggal di Panti Wredha Langen Wedharsih, Ungaran

5.      Penilaian

Novel dua hati mempunyai pelajaran yang sangat berharga untuk kita,apalagi jika kita senang hidup bermasyarakat dan suka bersosialisasi, ternyata setiap perilaku seseorang baik maupun buruh pasti mereka mempunyai alasan tersendiri kenapa mereka bisa memiliki sikap seperti itu perilaku ini tergambar dalam tokoh-tokoh yang ada dalam novel ,dan masih banyak lagi pesan yang akan di dapatkan jka kita mampu untuk memahami isi novel ini.

6.      tanggapan

novel NH Dini yang berjudul pertemuan dua hati mempunyai karakter tokoh dan perwatakan yang menonjol serta mempunya peran fungsi yang saling mempengaruhi dan berkaitan antara tokoh, sehingga cerita ini mampu membuat para pembaca merasa bahwa para tokoh yang ada dalam novel ini sangat mempengerahui satu sana lain.

BAB III

PENUTUP

3.1 SIMPULAN

Dalam novel yang berjudul Pertemuan Dua Hati,  memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik yang sangat menarik dan membuat pembaca ingin segera membaca cerita sampai selesai, ditambah dengan hadirnya para tokoh yang mendampingi peran tokoh utama yang membuat cerita ini semakin rumit, dan bervariasi. Alur maju yang digunakan dalam cerita dimulai  dari awal cerita yang menampilkan gambaran para watak tokoh dan tingkah laku para tokoh kemudian berakhirlah semua masalah yang disebut ending.peran utama dari cerita adalah bu Suci yang berprifesi sebagai guru ia hidup bermigrasi karena suatu alasan, namun saat ia pindah kota justru disitulah ia menemui suatu masalah yang sangat menguras tenaga dan fikiranya. Dalam masalah itu di tempatkan untuk mampu memilih antara mengutamakan masalah keluarga yang runyam , ataukah ia harus mengutamakan pekerjaanya,dimana ia menghadapi seorang murid yang sangat labil dan sering membuat kegaduhan disekolah.

3.2 SARAN

Adapun saran yang hendak penulis sampaikan dalam novel pertemuan dua hati adalah sebagai berikut:

1.      Jika mempunyai sebuah masalah, jangan pernah kita mengeluh dan menyerah sebelum semuanya dapat terselesaikan.

2.      Dalam hidup bermasyarakat utamakanlah hidup saling toleransi dan saling pengertian karena lingkungan masyarakat sangat mempengaruhi perkembangan dan kepribadian seseorang

3.      Sebagai seorang guru kesabaran dan keuletan dalam menghadapi para siswa sanagat di perlukan. Apalagi guru juga dianggap sebagai orang yang mampu mendidik dan membentuk peilaku seseorang.

4.      Jangan pernh melupakan Allah dalam hidup kita, karena dengan kuasa-NYAlah semua masalah yang rumit menjadi mudah , dan jalan keluar untuk solusi seriap masalah pasti itu ada jalan keluarnya.

 DAFTAR PUSTAKA

2009. Pertemuan Dua Hati.jakarta: PT Gramidia Pustaka Utama

 http://www.goodreads.com/book/show/3044755-pertemuan-dua-hati

LAMPIRAN

PER5TEMUAN DUA HATI

Bu Suci beserta keluarga pindah ke rumah kontrakan di Semarang. Ukuran rumah itu tidak terlalu besar.Tugas suami beliau dipindahkan ke kota Semarang, itulah penyebab mereka ikut serta. Sebelumnya, mereka tinggal di Purwodadi. Cita-cita Bu Suci menjadi seorang guru, dan itu sudah terwujud, sebelumnya Bu Suci mengajar SD di Purwodadi.

Di Semarang, mereka tinggal di daerah pinggiran kota. Untuk meneruskan cita-citanya, Bu Suci mencoba melamar menjadi guru di sekolah anaknya. Dia memiliki tiga orang anak. Dua anak Bu Suci menuntut ilmu di sekolah dasar. Yang sulung perempuan, sedangkan dua lainnya laki-laki. Uwak dari Bu Suci turut tinggal bersama keluarganya sejak tiga tahun belakang. Anak bungsunya yang masih kecil diasuh oleh Uwak.

Karena penduduk baru, Bu Suci memperkenalkan diri ke Rukun Tetangga dan bertemu dengan istri RT. Suami dari istri RT tersebut ialah pensiunan kantor pos.

Sedikit demi sedikit, dia mengerti tentang masyarakat di lingkungan kediamannya,yaitu termasuk golongan campuran. Sekolah dan pasar adalah tempat paling penting yang harus Bu Suci kenali di lingkungan.sekitar

.Kepala Sekolah meminta Bu Suci untuk datang ke sekolah. Seusai menerima keterangan, akhirnya Bu Suci diterima mengajar di sekolah barunya yang juga sekolah anaknya. Ia akan mengajar dua kelas tiga yang dihubungkan sebuah pintu samping.Anak tengahnya mengeluh sakit. Perilakunya juga membuat orang lain  khawatir. Untuk sementara, Uwak yang merawatnya setelah akhirnya diperiksa di rumah sakit oleh dokter.Bu Suci mulai mengajar di kelasnya. Setelah beberapa hari, seorang muridnya yang bernama Waskito belum juga nampak. Hampir seluruh penghuni kelas mengaku bahwa Waskito mempunyai sifat yang jahat dan nakal, karena sering menyakiti teman lain.

Keterangan yang Ia dengar dari guru dan Kepala Sekolah, membuatnya iba. Sebab, Waskito kurang perhatian dari orang tuanya yang cukup kaya, apalagi perhatian dari ayahnya. Segera Bu Suci mengirim surat kepada nenek Waskito untuk mencoba mencari tahu siapa Waskito sebenarnya.Ketika berkunjung ke rumah nenek Waskito.

Bu Suci memahami bagaimana kehidupan anak didiknya itu yang memprihatinkan. Padahal kakek-neneknya sangat mencintai cucunya, dan sementara Waskito tinggal di rumah Bu De bersama saudara sepupu yang lain

Dokter menyatakan bila anak kedua Bu Suci mengalami sakit epilepsi. Pekerjaan dia menjadi rangkap dua di sekolah, bolak-balik ke rumah sakit dan sekolah.

Menyikapi tentang sifat Waskito yang nakal, Bu Suci tetap menyuruh muridnya untuk memaafkan kesalahan Waskito. Sehari-hari, tugas yang diberikan juga tidak stabil dikerjakan. Tapi, Bu Suci memberi pekerjaan ringan kepadanya agar belajar menjadi murid yang lebih baik.

Perbincangan tentang perkembangan murid, Bu Suci membicarakannya dengan seorang rekan Guru Agama. Dari dia, banyak informasi yang didapat perihal Waskito

Bu Suci memberikan tugas untuk membuat semacam alat pembuat makanan, pekerjaan dilakukan bersama kelompok. Hasil karya yang paling besar dan benar ialah milik kelompok Waskito. Peralatan pembuat alat tersebut kepunyaan Waskito. Oleh Kepala Sekolah, alat tersebut dibanggakan dan disimpan dengan baik.Suatu hari sifat nakal Waskito kambuh. Untungnya peristiwa itu cepat mereda. Kepala Sekolah dan guru-guru lain merundingkan tentang kenakalan Waskito yang telah terlampaui. Banyak dari mereka yang mendukung pengeluaran murid nakal di kelas Bu Suci tersebut. Namun, Bu Suci tetap bersikeras untuk mempertahankan Waskito, dan dia meminta waktu agar bisa merubah perilaku Waskito yang membahayakan. Bu Suci bertahan karena memikirkan masa depan Waskito kelak, bila keluar dari sekolah.

Sekembalinya Bu Suci ke kelas, dia menyuruh Waskito pindah di bangku barisan muka, agar Bu Suci bisa mengawasi gerak-gerik Waskito. Tapi dia yang disuruh geser di depan, malah tanpa tanggapan yang berarti. Waskito hanya menunduk menatap buku di depannya.

Melihat Waskito bereaksi seperti itu, Bu Suci menjadi gelisah.Keesokan harinya, Waskito telah berpindah tempat di bangku barisan depan. Lalu Waskito mengerjakan apa yang Bu Suci perintah. Bu Suci bersyukur kepada Tuhan.

Bu Suci sering meminta bantuan Waskito dan murid lain. Pekerjaan Bu Suci menjadi lebih sibuk. Dia sengaja mengikutsertakan Waskito agar belajar bekerjasama dan bertanggung jawab.Masalah antara Waskito dan anaknya terkadang tidak dapat dipisahkan oleh pikiran Bu Suci. Keadaan sudah membaik antara murid kelas dan Waskito.

Contohnya saja, Waskito menyumbangkan sekotak peralatan pertukangan untuk upaya menghias diding.Sesekali, Bu Suci menanyakan keadaan keluarga dan kehidupan di rumah Bu De-nya. Cerita Waskito tentang kehidupan di rumah Bu De-nya, mengalir dengan tulus dari hati dan Bu Suci sabar mendengarkannya.Waskito mengaku bahwa ia pernah membolos dan memancing bersama anak-anak kampung. Ini menunjukkan bahwa Ia memang tidak diberi kebebasan oleh orang tuanya, sehingga Waskito melakukan perbuatan nekat.

 Bu Suci memberikan janji jika Waskito naik kelas nanti, Bu Suci akan mengajaknya berlibur memancing di Purwodadi. Tanggapan Waskito menjadi senang  dan tersenyum.Sepulang sekolah hari itu, Waskito tinggal hingga sore di rumah Bu Suci. Perilaku yang kesehariannya jahil, berubah saat ia dengan lembut membelai seekor kucing. Bu Suci mengucap syukur kepada Tuhan, telah dipertemukan oleh hati Waskito. Hubungan antara Waskito dan suami Bu Suci pun, juga hangat. Terlihat mereka santai bersama.

Kepala Sekolah mengetahui kemajuan yang diraih oleh Waskito. Kenyataan yang menunjukkan bahwa Waskito memang berubah.Tapi, peristiwa yang mencengangkan terjadi.

Secara tak diharapkan, Waskito mengamuk lagi. Ia membanting dan menginjak pot-pot berisi tanaman hias, lalu segera pergi keluar kelas.Keadaan kelas yang masih berantakan oleh pot-pot tersebut, Bu Suci membiarkan dan meneruskan pelajaran. Hingga istirahat Waskito belum kembali. Bu Suci mencari perginya Waskito.

Nampak Waskito duduk di pinggir selokan.Langkah awal menyikapi murid yang sedang emosi, haruslah perlahan. Bu Suci bertanya apa sebab Waskito melakukan perbuatan itu. Alasan Waskito membantingi kaleng-kaleng itu, sebab dia diejek oleh teman-temannya. Ejekan kawan-kawan tertuju pada tanaman Waskito yang kurang subur, lamban pertumbuhannya dibanding tunas lain. Waskito mengakui jika tanaman yang dirawatnya memang kurang subur. Bu Suci kemudian memberi semangat kepada Waskito untuk melakukan apa yang di bisa.Sejak hari itu, hubungan Bu Suci dan Waskito menjadi lebih dekat.Tak terasa waktu berjalan, penerimaan rapor. Nilai yang tercantum dalam rapornya juga normal. Bu Suci menepati janji, Ia mengajak Waskito berlibur ke Purwodadi. Di sana, Waskito memancing sepuasnya.

Akhirnya, Waskito naik kelas. Bu De sebagai wali murid hadir di sekolah untuk mengucapkan terima kasih kepada Kepala Sekolah, guru, dan Bu Suci pribadi atas kebaikan mereka sehingga Waskito berubah menjadi anak yang lebih baik.


 

Bagaimana alur yang tergambar dalam novel pertemuan Dua Hati robo guru

ANALISIS NOVEL

PETMUAN DUA HATI

Disusun untuk memenuhi tugas  akhir mata kuliah

Apresiasi Prosa

Dosen Pengampu

Dra.Nas Haryati Setyaningsih,M.Pd.

Oleh:

Yuni Permata Sari

2101412022

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, penulis panjatkan  puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Apresiasi Prosa tentang Pertemuan Dua Hati .

Adapunn tujuan pembuatan makalah ini sebagai pelengkap tugas akhir semester. Makalah Apresiasi Prosa tentang Pertemuan Dua Hati ,berisi sinopsis beserta analisis unsur intrinsik dan ekstrinsik, dengan harapan agar saat membaca, maka pembaca dapat mengatahui secara jelas isi dari novel beserta analisisnya,

Namun tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka,bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik maka akan penulis terima dengan senang hati, sehingga penulis dapat memperbaiki makalah-makalah selanjutnya.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga dari makalah Pertemuan Dua Hati ini,dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca

Semarang,     Juni 2013

Penulis

ii

DAFTAR ISI

PRAKATA.............................................................................................................    ii

DAFTAR ISI........................................................................................... …      iii

BAB I    PENDAHULUAN...............................................................................         .           1    

                    1.1 Alasan Menganalisis Novel Ketika Cinta Bertasbih .......................            1

               1.2 Ulasan Novel Ketika Cinta Bertasbih ...................................       1

BAB III  ANALISIS NOVEL..............................................................

                3.1 Unsur Intrinsik................................................................             2

                3.3 Analisis Unsur Ekstrinsik..................................................    13

BAB IV  PENUTUP............................................................................    20

                4.1 Simpulan.........................................................................             20

4.2  Saran .............................................................................   20

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................          22

LAMPIRAN………..............................................................................           23

iii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1            Latar Belakang

Dalam membaca sestiap orang memiliki kemamapuan sendiri-sendiri untuk memahami setiap materi yang di pelajari, apalagi dalam membaca novel banyak orang yang membaca novel kemudian merasa bingung untuk menentukan dan menganalisis novel yang telah di baca, maka dari itu dengan adanya makalah ini maka di harapkan pembaca memilki gambaran bagaiman cara yang benar untuk memahami dan menganalisis novel. apalagi untuk menentukan unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam sebuah novel.

1.2            Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas adapun rumusan masalah makalah Apresiasi Prosa sebagai berikut :

1.      Apa saja unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Pertemuan Dua Hati ?

2.      Apa saja unsur ekstrinsik dalam novel Pertemuan Dua Hati ?

BAB II

PEMBAHASAN

2.1                         UNSUR INTRINSIK

1.      Sudut Pandang

Sudut pandang yang di pakai dalam novel  Pertemuan Dua Hati adalah sedut pandang pertama pelaku utama,

Tuhan memberikan percobaan dua sekaligus kepadaku.penyakit anakku dan murid sukar. Hal itu kurenungkan baik-baik. Beban berat yang bersamaan datangnya barangkali mengandung maksud tertentu. (pertemuan dua hati 2009: 74)

Kutipan diatas, menunujukan bahwa tokoh Aku , mengalami banyak masalah dan dalam setiap masalah itu ia harus membagi pikiran antara murid dan anaknya sendiri, tokoh Aku merasa bingung kemudian ia memutuskan untuk menyatukan dua pikiran yang terpisah menjadi satu.

2.      Alur

Alur yang terdapat dalam novel ‘pertemuan dua hati’ karya N.H Dini yakni alur maju

Karena dalam novel tersebut diceritakan tentang masalah yang selalu menghampiri hidup tokoh dan disni ia dituntut untuk mampu memecahkan dan menyelesaikan masalahnya hingga akhir.

a.       Perkenalan

Tahap pertama dari sebuah alur yaitu perkenalan.

Dalam novel ini,Bu suci memulai cerita dengan memilih prifesi sebagai guru, hal ini tedapat dalam kutipan sebagai berikut,

Bapak mengantarkan aku ke semarang untuk mendaftarkan diri ke sekolah pendidikan guru,lalu kesempatan liburan aku gunakan untuk menengok keluarga di purwodadi.

Sesudah bertahun-tahun mengajar aku tidak menyesal telah menuruti nasehat orang tuaku,aku merasa senang dengan pekerjaanku,  (pertemuan dua hati, 2009: 10)

Dari kutipan diatas, bu suci memulai hidupnya dengan mengabdi sebagai guru,ia belajar di kota Semarang dan sesekali ia pulang sebagai obat rindi kepada keluarga dan kampong halamn.

b.      Konflik

Adapun konflik dari cerita, di mulai saat tokoh Bu Suci yang telah mulai menjalani profesi sebagai guru, ia di hadapkan pada pilihan untuk hijrah dari desanya yaitu purwodadi menuju ke Semarang, hal ini dapat di pahami dari kutipan sebagai berikut.

Aku turtr gembira dengan kenaikan pangkat suamiku,aku dan anak-anakku harus meninggalkan purwodadi dan tempat kerjaku selama ini,

Kantor di kota memerlukan suamiku sebagai ahli mesin dan pengawas bengkel, dia harus mengawasi kelancara jalanya semua kendaraan angkutan yang keluar dari bengkel. ini sangat penting bagi dirinyal (pertemuan dua hati, 2009: 12)

Berdasarkan kutipan di atas, kerena suaminya pindah bekerja maka mereka semua memutuskan untuk pindah di tempat kerja baru suaminya yaitu Semarang

c.       Klimaks

Pada tahap ini bu suci di hadapkan pada sekolah baru, dimana ia masih belum mengenal secara detail kondisi para muridnya,namun disisi lain ia juga dihadapkan pada masalah keluarga dengan munculnya penyakit aneh yang barada pada tubuh anak keduanya. hal ini di buktikan pada kutipan sebagai berikut.

Hari ke empat pelajaran pertama , anak didikku yang bernama waksito belum juga masuk, ku Tanya pada seisi kelas, tak satupun menjawab se olah-olah ada sesuatau yang menggajal dalam hati mereka. Saat ku ulangi ucapanku semua anak baru mau berbicar, dan yang membuatku aneh tak ada satupun anak yang mau menengok, justru mereka lebih memilih waksito tidak masuk atwaksitau bahkan ia lebih baik pindah saja.

Sampai di rumah aku mencoba menghilangkan nama dan masalah tentang waksito.petang itu suamiku menyampaikan sampul perusahaan, isinya lembaran-lembaran kertas hasil pemeriksaan kesehatan kami sekeluarga,sepintas tak ada yang aneh dengan kesehatan kami, namun tercantum nama dokter lain, dengan tulisan ahli syaraf yang ditujukan pada anak kedua ku.(pertemuan dua hati, 2009 : 45)

Berdasarkan kutipan tersebut, bu suci merasa heran dengan semua sikap muridnya kepada waksito, ia terus memikirkan masalah ini hingga ia sampaii di rumah,

Se sampainya di rumah, ia dan suaminya terkejut melihat hasil kesehatan,, tertulis perintah dari dokter ahli syaraf untuk anak keduaku yang harus segera dibawa ke neurology secepat mungkin.

d.      Anti Klimaks

Dalam tahap anti klimaks, bu Suci menemui masalah terhadap muridnya yang selalu membuat ulah dan keributan di kelas, ditambah lagi ia harus menghadapi kenyataan bahwa anaknya terkena penyakit yang sangat kronis. Bukti kutipan sebagai berikut.

Meskipun dia yang berbuat kesalahan,tetapi ia masih terkekang oleh kebiasanya pemarah.dia tidak akan meminta maaf ,kalau betul itu salahnya salahnya.( pertemuan dua hati 2009 : 82)

Orang tua mana tidak terkejut mendengar anaknya mengidap penyakit yang bagai manapun juga bisa dikatakan jarang. anggapan sekeliling yang rebdah terhadap penderita beberapa jenis penyaki tsemakin membikin hati kami kecil hati. (pertemuan dua hati, 2009 :49 )

Dari pernyataan tersebut, tokoh mengalami kondisi yang sangat kacau, dimana tokoh bu suci menghadapi kenyataan tentang keluarganya, namun disisi lain ia juga masih memikirkan kondisi muridnya yaitu Waksito.

e.       Penyelesaian

Setelah berbulan-bulan ia mencoba meluluhkan hati waksito akhirnya sikap sang anak menjadi lebih baik, dan santun. Kemudian dengan pengawasan yang ekstra pada anak keduanya, akhirnya kondisi anak Bu Suci semakin membaik. Hal ini di tercantum dalam kutipan sebagai beriktu.

Rapot berikutnya, berisis angka-angka normal,ia kini meraih penghargaan sebagai murid biasa. Akhir tahun pelajaran . Bu De nya datang kesekolahdia berterima kasih kepada kepala sekolah,para guru dan kepadaku sendiri. Aku menjawab bahwa aku gembira dapat menolong waksito. (pertemuan dua hati, 2009 : 85)

Ketabahan itu berkat kelegaan pertama karena telah selesainya seruntutan test bagi anakku,kami tinggal menuruti nasehat dokter ahli syaraf sambil meneruskan perawatan melalui obat-obatan.tidak berhentinya aku bersyukur, ke hadirat illahi karena kemudahan-kemudahan yang kami terima selama itu.(pertemuaan dua hati,2009 : 58)

Dari kutipan diatas, maka kita ketahui bahwa bagaimana kuatnya hati bu Suci dalam menghadapi dan menyikapi  setiap masalah dalam hidupnya, dengan segala usahanya itu maka segala masalah akhirnya dapat terselesaikan satu persatu.

3.      Latar

Dalam latar novel pertemuan dua hati, terdapat tiga latar yaitu tempat, waktu dan suasana. adapun latar-latar tersebut akan di paparkan secara lebih jelas dalam bebrapa pembagian sebagai berikut.

a.       Latar Tempat

Novel pertemuan dua hati mempunyai dua latar tempat, yang pertama di tempat asal tokoh utama yaitu bu Suci, dan latar tempat yang kedua dimana latar ini menjadi tempat utama terjadinya berbagai permasalahan yang selalu membayangi hidup sang tokoh utama yaitu tokoh bu Suci. Adapun latar tempatnya adalah sebagai berikut.

1.      Purwodadi

Purwodadi merupakan tempat dimana bu Suci menjalani keseharian dan aktivasnya semasa ia masih kecil.hal ini di buktikan pada kutipan di bawah ini.

Lalu pada kesempatan liburan, aku pulang berlibur,melewati jalan atau

tempat tertentu, seringkali hatiku terasa terharu.kenangan terhadap kejaduan-

kejadian yang pernah ku alami di sana muncul di kepalaku.( pertemuan dua hati, 2009 :10)

Dari kutipan di atas, maka jelas tergambar bahwa saat ibu Suci datang ke Purwodadi,memori masa lalunya muncul kembali.

2.      Semarang

Dalam cerita ini , semarang merupakan tempat baru bu suci bersama keluarga dan menjalani aktivitasnya sebagai guru.

Aku berusaha sedapat mungkin memisahkan pekerjaan dari kehidupan keluarga. Aku mempunyai peraturan yang hampir selalu dapat ku patuhi, yaitu tidak membicarakan apa pun perihal murid dan pekerjaan yang sedang ku hadapi kepada keluargaku. (pertemuan dua hati,2009 :48)

Dari  kutipan tersebut, maka dapat kita ketahui bahwa kota semarang merupakan aktivitas keluarga bu suci pada masa itu.

b.      Latar Waktu

Latar waktu novel pertemuan dua hati.

Cerita pertemuan dua hati merupakan sebuah novel yang di terbitkan antara tahun 1980-an,maka   maka kejadian waktu yang di ceitakan berkisar antara tahun 1970-an. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut.

Sejak tahun 1975,ternyata pelaksanaan kurikulum baru dimulai pada tahun 1976. Kepala sekolah menunjukan  programnya kepadaku. (pertemuan dua hati,2099 :19)

Dari kutipan di atas, menunjukan rencana kepala sekolah tentang perubahan kurikulum yang seharusnya dilaksanakan pada tahun lalu, namun dilaksanakan baru tahun ini, tepatnya pada tahun 1976.

c.       Latar Suasana

Beberapa suasana yang terjadi dalam cerita ada banyak sekali,namun tempat yang paling mempengaruhi cerita ini terbagi menjadi beberapa suasana sadapun pembagian suasananya sebagai berikut.

1.      Menyedihkan

Bukti  kutipan                   

Dari pola EEG itulah dokter mengetahui dan memastikan bahwa anakku menderita penyakit sawann atau ayan.

Orang tua mana yang tak terkejut mendengar anaknya mengidap penyakit yang bagaimanapunjuga dapat di katakana jarang.(pertemuan dua hati, 2009 : 48)

Dari bukti kutipan tersebut, tokoh bu Suci sangat terpukul dan terkejut , mendengar bahwa anaknya harus menderita penyakit yang sangat tidak diharapkan. Maka dapat kita ketahui bahwa saat itu suasana hati bu Suci sangat sedih dan syok.

2.      Menegangkan

Bukti kutipan :

Aku berjalan menuju ke kelas,wahyudi mencegatku.

“Waksito bu”. Hanaya itulah pembeitahuanya.

Apalagi ini!, jantuungku berdebar keras,sambil mempercepat langkah aku bertanya :

“mengamuk lagi dia”.( pertemuan dua hati,2009:80)

Dari kutipan diatas, maka jelas terlihat bagaimana gambaran perasaan bu Suci saat mengetahui waksito berbuat ulah kembali.

4.      Tema

Tema dalam novel pertemuan dua hati, yaitu menceritakan tentang penyatuan hati dan  masalah yang sangat berlainan menjadi satu titik. Bukti kutipan,

tuhan memberikan dua percobaan sekaligus kepadaku, penyakit anakku dan murid sukar, beban berat yang bersamaan datangnya barangkali mengandung maksud tertentu.akhirnya aku mengambil kesimpulan bahwa mungkin keduanya ada hubungan.( pertemuan dua hati,2009:46)

Dari kutipan itu, maka dapat di simpulkan bahwa inti dari cerita yaitu tentang mempersatukan masalah dari segi yang berbeda, kemudian di kaitkan satu sama lain. Sehingga menyatukan masalah pada satu titik. 

5.      Tokoh dan Penokohan

a.       orang tua ibui Suci

baik

bukti kutipan                

ibu dan ayahku membujukku untuk memilih bersekolah sebagai guru,

kemudian ayahku mengantarkan ku  ke semarang untuk mendaftarkan diri di sekolah pendidikan guru.walaupunaku berke

beratan, tapi kini akau tidak menyesal mengambil karir sebagai guru.( pertemuan dua hati,2009 : 2)

Dari kutipan diatas tergambar bahwa orang tua selalu memilihkan yang terbaik untuk anaknya, dan Bu Suci pun ternyata mulai menerima keputusan orang tuanya.

b.      Ibu Suci

1.      Tidak mudah menyerah

Bukti kutipan :

Meskipun kemampuan otakku memadai, namun bapak tidak menyanggupi untuk membiayai, adiku tiga orang dan kuputuskan utntuk bekerja, guna menambah pemasukan uang.( pertemuan dua hati,2009: 2)

Dari kutipann tersebut maka dapat diketahui kondisi perekonomain keluarga bu suci, mengetahui masalah itu, ia kemidian memutuskan untuk bekerja. Agar bisa melajutkan bersekolah dan tidak menggaunkan hidupnya pda orang tua.

2.      Sabar

Bukti kutipan :

Beberapa kali ku tanaya pada muridku, namun tetap tidak ada jawaban

Aku berusaha bersikap sebiasa mungkin, tanpa mendesak, tanpa memperlihatkan keherananku,(pertemuan dua hati, 2009 :26)

Dari kutipan tersebut, maka bisa terlihat bahwa bu Syci tidak ingin mndesak para muridnya, untuk membirkan informasi, ia memlih untuk bersabar dan mengganti cara lain, agar semua pertanyaan di fikiranya data terjawab.

c.       Suami ibu Suci

Bertanggung jawab

Bukti kutipan

Ini sanagt penting bagi dirinya,  dia harus mengawasi kelancaran jalanya semua anggutan kendaraan yang keluar dari bengkel. (pertemuan dua hati, 2009: 12)

Dari kutipan tersebut tokoh dengan sigap menerima perpindahan tugas oleh atasanya.

d.      Anak kedua ibu Suci

Menurut kepada oran tua

Bukti kutipan:

Sejelas dan sesederhana mungkin, kuterangkan pada anakku untuk pap pemeriksaan itu di lakukan.Biasanya dia termasuk anak yang cukup mematuhi ajaran kami.(pertemuan dua hati , 2009 : 48)

Dari kutipan diatas maka kita ketahui nahwa anak bu suci, jarang membangkang, namun lebih sering mendengarkan dan menuruti ucapan orang tuanya.

e.       Dokter ahli saraf

Bijkasana

Bukti kutipan :

Doter ahli syaraf yang simpatik mau meluangkan waktu berbicara kepada kami berdua. Secara singkat ia menerangkan garis besar apa sesungguhnya penyakit itu. Barulah aku mengerti bahwa sesungguhnya yang diderita anakku bukanlah penyakit turunan.(pertemuan dua hati, 2009 : 49)

Berdasarkan kutipan tersebut,agar keluarga tidak salah paham ia  dengan senang hati ia menjelaskan kepada pihak keluarga.

f.       Marno

Jujur

Bukti kutipan :

Pertanyaan itupun tidak terjawab.seisi kelas menghindari pandanganku.

Marno?, ciba,tolonglah bu Suci! Beri tahu kenapa kamu tidak mau menengok waksito “

Lemudian terdengar jawaban marno, suaranya rendah tetapi jelas.

“takut bu’(pertemuan dua hati, 2009 : 27)

Dalam ketakutan , ia mencoba menjawab pertanyaan bu Suci sesuai dengan apa yang ia rasakan.

g.      Waksito

1.Jahil

Bukti kutipan:

Di tengah-tengah waktu pelajaran,terdengar suara benda kecil sebentuk kelereng jatuh. Itlah waksito mengganggu teman-temanya dengan melempari kapur. Setelah berkali-kali , seorang murid perempuan berani kmengatakan keluhan.

“ah, Waksito ! kenapa siah kamu! “ (pertemuan dua hati, 2009: 56)

Dari kutipaan tersebut , tokoh Waksito memang sangat senang mengganggu temanya,.

2.Mudah emosi

Bukti kutipan

Dalam Tanya jawab yang ku paksakan itu dia mengaku bahwa dia mrah Karena kawan-kawanya mengjek tanaman miliknya yang kurag subur, kalah dari tunas-tunas lain. (pertemuan dua hati, 2009: 83)

Bukti kutipan itu menjelaskan tentang salah satu sifat Waksito yaiutu mudah marah, karena setiap kali ada teman yang mengejeknya ia langsung melampiaskan kemarahan itu tanpa mengoreksi diri terlebih dahulu.

h.      Nenek Waksito

Baik

Bukti kkutipan:

Kala itu sang nenek tidak kuasa lagi menahan cucuran air matanya,seolah terdengar kata hatikuwanita tua itu bersuara lagi. (pertemuan dua hati,2009:43)

Dari penjelasan diatas sang nenek sedang merasa sangat ba dengan semua peristiwa yang dialami cucuknya, ia menangis seolah-olah merasakan dirinya diposisi sang cucu.

i.        Kakek Waksito

Ramah

Bukti kutipan:

Aku bertemu dengan sepasang suami-istri yang sebaya dengan orang tuaku, si suami hanya sebentar menyalamiku,

Meskipun hanya sebntar aku berbicara pada dokter berumur itu.aku segera mengetahui bahwa dia pendiam.meskipun ramah dan dermawan. (pertemuan dua hati, 2009 :36)

Dari kutipan tersebut terlihat watak kakek yang kurang banyak berbicara, hanya bersalaman dan berbicara sedikit sang kakek menghentikan pembicaraan.

j.        Ayah Waksito

Kurang perhatian terhadap anak

Bukti kutipan:

“Dia cerdeas, pandai tetapi kaku dan sukar bergaul, oleh karena itu setelah itu setelah kawin lalau memponyai anak, menjadi  bapak yang kaku pula”. Kata sang nenek (peretemuan dua hati, 2009: 38)

Watak ayah waksito memang kurang bergaul dengan anak, maka tumbuhlah sifat waksito yang menjadi bandel dan pembangkang, karena sang anak kurang bimbingan dan kasih saying.

k.      Ibu Waksito

kurang pengertian terhadap anak

bukti kutipan:

kalau anak rewel, dia mau menggendong mau member makan atau barang permaianan. Tetapi permaianan itu di berikan begitu saja!, tidak di tuujukan bagaimana caranya supaya benda itu menarik bagi si anak.(pertemuan dua hati, 2009 : 36)

dari bukti diatas, watak ibu Waksito memang kurang bijaksana dan kurang pintar dalam mendidik anak, [adahal peran sang ibulah sang seharusnya memberikan pengawasan dan bimbingan terhadap anak.

6.      Amanat

Amanat dalam novel pertemuan dua hati, yakni bahwa jika kita menghadapi masalah yang seberat apapun. Tetaplah bersabar dan terus semanagat untuk menuntaskan segala masalah yang harus di hadapi sampai akhir.

 Seperti yang terdapat dalam tokoh bu Suci yang selalu bersabar dan terus mencari solusi untuk mendapatkan jalan keluar agar setiap permasalah yang datang dalam hidupnya dapat dipecahkan.dengan tuntas, hingga akhirnya ia menemukan satu titik untuk menyelesaiakn jalan keluarnya.Dan ras bahagianya karena Allah telah memudahkan segala permasalahan dalam hidupnya.

2.2                         UNSUR EKSTRINSIK

Selain unsur intrinsik ada pula unsure ekstrinsik yang terdapat dalam novel pertemuan dua hati, adapun unsur ekstrinsiknya sebagai berikut.

1.      Nilai social

Bu Suci memang guru yang sangat mencintai perdamaian dan kerukuan, dalam mengajarpun ia mencoba mengatur muridnya untuk mau saling terbuka dengan teman 1 kelas, ia berusaha menyatukan murid seperti membuat tugas berkelompok,dan juga ia melakukan perpindahan tempat duduk para muridnya agar mereka bisa menjadi manusia yang berkepribadian. Bukti kutipan sebagai berikut.

Aku mempunyai cara supaya murid tidak saling menggantungkan diri pada tetangga sebelahnya,sekali-kali tanpa pemberitahuan aku menyuruh mereka mengganti bangku, kalau terlalu lama berdampingan anak itu akan menjadi bayangan teman sebangkunya. Aku ingin kelak mempunyai murid yang kelak menjadi manusia yang berdiri sendiri. (pertemuan dua hati, 2009 : 54)

2.      Nilai Psikologis

Psikoligis merupakan nilai yang berhubungan dengan jiwa atau hati seseorang, dalam cerita ini Waksito mempunyai psikolog yang sangat labil dan mudah beralih sikap dengan sangat drastic, sampai Bu Suci selalu merasa resah jika suatu saat nanti sikap waksito membuat dirinya merasa gagal dalm mendidik murid. Buktii kutipan.

Pandanganku terpancar ke pinu,tiba-tiba kulihat wksito masuk, menujunketempatku.tanpa berkata sesuatu apapundia meletakan timbunan buku tugas di depanku, aku terpesona, aku heran bercampur bingung.(pertemuan dua hati, 2009: 55)

Aku memutuskan seolah-olah berhadapan dengan remaja betul-betul. Murid seperti dia tidak suka di pandang sebagai anak kecil lagi. (pertemuan dua hati, 2009:56)

3.      Nilai Moral

Nilai social yang terdapat dapat kita jadikan pelajaran adalah jangan mudah marah dalam mengahadapi setiap masalah. Sikap ini terdapat dalam watak tokoh waksito yang selalu menganggap orang lain itu selalu membuatnya kesal dan hingga akhirnya ia menjadi anak yang suka melawan dan membangkan., untuk lebih jelasnya dapat kita lihat dalam kutipan berikut.

“Apakah kau menyadari telah melakukan pembunuhan?“ langsung aku menyerangnya.

Waksito membelalakan matanya. Wajahnya cemberut. Bibirnya hendak bergerak mengatakan sesuatu,tetapi tidak ada suara yang keluar. Pastilah dia ingin membantah.(pertemuan dua hati, 2009 :82 )

4.      Biografi Pengarang

Sejarah Hidup NH Dini

NH Dini dilahirkan dari pasangan Saljowidjojo dan Kusaminah. Ia anak bungsu dari lima bersaudara, ulang tahunnya dirayakan empat tahun sekali. Masa kecilnya penuh larangan. Konon ia masih berdarah Bugis, sehingga jika keras kepalanya muncul, ibunya acap berujar, “Nah, darah Bugisnya muncul".

NH Dini mengaku mulai tertarik menulis sejak kelas tiga SD. Buku-buku pelajarannya penuh dengan tulisan yang merupakan ungkapan pikiran dan perasaannya sendiri. Ia sendiri mengakui bahwa tulisan itu semacam pelampiasan hati. Ibu Dini adalah pembatik yang selalu bercerita padanya tentang apa yang diketahui dan dibacanya dari bacaan Panji Wulung, Penyebar Semangat, Tembang-tembang Jawa dengan Aksara Jawa dan sebagainya. Baginya, sang ibu mempunyai pengaruh yang besar dalam membentuk watak dan pemahamannya akan lingkungan.

Sekalipun sejak kecil kebiasaan bercerita sudah ditanamkan, sebagaimana yang dilakukan ibunya kepadanya, ternyata Dini tidak ingin jadi tukang cerita. la malah bercita-cita jadi sopir lokomotif atau masinis. Tapi ia tak kesampaian mewujudkan obsesinya itu hanya karena tidak menemukan sekolah bagi calon masinis kereta api.

Kalau pada akhirnya ia menjadi penulis, itu karena ia memang suka cerita, suka membaca dan kadang-kadang ingin tahu kemampuannya. Misalnya sehabis membaca sebuah karya, biasanya dia berpikir jika hanya begini saya pun mampu membuatnya. Dan dalam kenyataannya ia memang mampu dengan dukungan teknik menulis yang dikuasainya.

Dini ditinggal wafat ayahnya semasih duduk di bangku SMP, sedangkan ibunya hidup tanpa penghasilan tetap. Mungkin karena itu, ia jadi suka melamun. Bakatnya menulis fiksi semakin

terasah di sekolah menengah. Waktu itu, ia sudah mengisi majalah dinding sekolah dengan sajak dan cerita pendek. Dini menulis sajak dan prosa berirama dan membacakannya sendiri di RRI Semarang ketika usianya 15 tahun. Sejak itu ia rajin mengirim sajak-sajak ke siaran nasional di [[RRI]Semarang dalam acara Tunas Mekar.

Karier NH Dini

Peraih penghargaan SEA Write Award di bidang sastra dari Pemerintah Thailand ini sudah telanjur dicap sebagai sastrawan di Indonesia, padahal ia sendiri mengaku hanyalah seorang pengarang yang menuangkan realita kehidupan, pengalaman pribadi dan kepekaan terhadap lingkungan ke dalam setiap tulisannya. Ia digelari pengarang sastra feminis. Pendiri Pondok Baca NH Dini di Sekayu, Semarang ini sudah melahirkan puluhan karya.

Beberapa karya Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin yang dikenal dengan nama NH Dini, ini yang terkenal, di antaranya Pada Sebuah Kapal (1972), La Barka (1975) atau Namaku Hiroko (1977),Orang-orang Tran (1983), Pertemuan Dua Hati (1986), Hati yang Damai (1998), belum termasuk karya-karyanya dalam bentuk kumpulan cerpen, novelet, atau cerita kenangan. Budi Darma menyebutnya sebagai pengarang sastra feminis yang terus menyuarakan kemarahan kepada kaum laki-laki. Terlepas dari apa pendapat orang lain, ia mengatakan bahwa ia akan marah bila mendapati ketidakadilan khususnya ketidakadilan gender yang sering kali merugikan kaum perempuan. Dalam karyanya yang terbaru berjudul Dari Parangakik ke Kamboja (2003), ia mengangkat kisah tentang bagaimana perilaku seorang suami terhadap isterinya. Ia seorang pengarang yang menulis dengan telaten dan produktif, seperti komentar Putu Wijaya; 'kebawelan yang panjang.'

Hingga kini, ia telah menulis lebih dari 20 buku. Kebanyakan di antara novel-novelnya itu bercerita tentang wanita. Namun banyak orang berpendapat, wanita yang dilukiskan Dini terasa “aneh”. Ada pula yang berpendapat bahwa dia menceritakan dirinya sendiri. Itu penilaian sebagian orang dari karya-karyanya. Akan tetapi terlepas dari semua penilaian itu, karya NH Dini adalah karya yang dikagumi. Buku-bukunya banyak dibaca kalangan cendekiawan dan jadi bahan pembicaraan sebagai karya sastra.

Bukti keseriusannya dalam bidang yang ia geluti tampak dari pilihannya, masuk jurusan sastra ketika menginjak bangku SMA di Semarang. Ia mulai mengirimkan cerita-cerita pendeknya ke berbagai majalah. Ia bergabung dengan kakaknya, Teguh Asmar, dalam kelompok sandiwara radio bernama Kuncup Berseri. Sesekali ia menulis naskah sendiri. Dini benar-benar remaja yang sibuk. Selain menjadi redaksi budaya pada majalah remaja Gelora Muda, ia membentuk kelompok sandiwara di sekolah, yang diberi nama Pura Bhakti. Langkahnya semakin mantap ketika ia memenangi lomba penulisan naskah sandiwara radio se-Jawa Tengah. Setelah di SMA Semarang, ia pun menyelenggarakan sandiwara radio Kuncup Seri di Radio Republik Indonesia (RRI) Semarang. Bakatnya sebagai tukang cerita terus dipupuk.

Pada 1956, sambil bekerja di Garuda Indonesia Airways (GIA) di Bandara Kemayoran, Dini menerbitkan kumpulan cerita pendeknya, Dua Dunia. Sejumlah bukunya bahkan mengalami cetak ulang sampai beberapa kali - hal yang sulit dicapai oleh kebanyakan buku sastra. Buku lain yang tenar karya Dini adalah Namaku Hiroko dan Keberangkatan. la juga menerbitkan serial kenangan, sementara cerpen dan tulisan lain juga terus mengalir dari tangannya. Walau dalam keadaan sakit sekalipun, ia terus berkarya.

Dini dikenal memiliki teknik penulisan konvensional. Namun menurutnya teknik bukan tujuan melainkan sekedar alat. Tujuannya adalah tema dan ide. Tidak heran bila kemampuan teknik penulisannya disertai dengan kekayaan dukungan tema yang sarat ide cemerlang. Dia mengaku sudah berhasil mengungkapkan isi hatinya dengan teknik konvensional.

Ia mengakui bahwa produktivitasnya dalam menulis termasuk lambat. Ia mengambil contoh bukunya yang berjudul Pada Sebuah Kapal, prosesnya hampir sepuluh tahun sampai buku itu terbit padahal mengetiknya hanya sebulan. Baginya, yang paling mengasyikkan adalah mengumpulkan catatan serta penggalan termasuk adegan fisik, gagasan dan lain-lain. Ketika ia melihat melihat atau mendengar yang unik, sebelum tidur ia tulis tulis dulu di blocknote dengan tulis tangan.

Pengarang yang senang tanaman ini, biasanya menyiram tanaman sambil berpikir, mengolah dan menganalisa. la merangkai sebuah naskah yang sedang dikerjakannya. Pekerjaan berupa bibit-bibit tulisan itu disimpannya pada sejumlah map untuk kemudian ditulisnya bila sudah terangkai cerita.

Dini dipersunting Yves Coffin, Konsul Prancis di KobeJepang, pada 1960. Dari pernikahan itu ia dikaruniai dua anak, Marie-Claire Lintang (kini 42 tahun) dan Pierre Louis Padang (kini 36 tahun). Anak sulungnya kini menetap di Kanada, dan anak bungsunya menetap di Prancis.

Sebagai konsekuensi menikah dengan seorang diplomat, Dini harus mengikuti ke mana suaminya ditugaskan. Ia diboyong ke Jepang, dan tiga tahun kemudian pindah ke Pnom PenhKamboja. Kembali ke negara suaminya, Prancis, pada 1966, Dini melahirkan anak keduanya pada 1967. Selama ikut suaminya di Paris, ia tercatat sebagai anggota Les Amis dela Natura (Green Peace). Dia turut serta menyelamatkan burung belibis yang terkena polusi oleh tenggelamnya kapal tanker di pantai utara Perancis.

Setahun kemudian ia mengikuti suaminya yang ditempatkan di ManilaFilipina. Pada 1976, ia pindah ke Detroit, AS, mengikuti suaminya yang menjabat Konsul Jenderal Prancis. Dini berpisah dengan suaminya, Yves Coffin pada 1984, dan mendapatkan kembali kewarganegaraan RI pada 1985 melalui Pengadilan Negeri Jakarta.

Mantan suaminya masih sering berkunjung ke Indonesia. Dini sendiri pernah ke Kanada ketika akan mengawinkan Lintang, anaknya. Lintang sebenarnya sudah melihat mengapa ibunya berani mengambil keputusan cerai. Padahal waktu itu semua orang menyalahkannya karena dia meninggalkan konstitusi perkawinan dan anak-anak. Karena itulah ia tak memperoleh apa-apa dari mantan suaminya itu. Ia hanya memperoleh 10.000 dollar AS yang kemudian digunakannya untuk membuat pondok baca anak-anak di Sekayu, Semarang.

Dini yang pencinta lingkungan dan pernah ikut Menteri KLH Emil Salim menggiring Gajah Lebong Hitam, tampaknya memang ekstra hati-hati dalam memilih pasangan setelah pengalaman panjangnya bersama diplomat Perancis itu. la pernah jatuh bangun, tatkala terserang penyakit 1974, di saat ia dan suaminya sudah pisah tempat tidur. Kala itu, ada yang bilang ia terserang tumor, kanker. Namun sebenarnya kandungannya amoh sehingga blooding, karena itu ia banyak kekurangan darah. Secara patologi memang ada sel asing. Kepulangannya ke Indonesia dengan tekad untuk menjadi penulis dan hidup dari karya-karyanya, adalah suatu keberanian yang luar biasa. Dia sendiri mengaku belum melihat ladang lain, sekalipun dia mantan pramugrari GIA, mantan penyiar radio dan penari. Tekadnya hidup sebagai pengarang sudah tak terbantahkan lagi.

Mengisi kesendiriannya, ia bergiat menulis cerita pendek yang dimuat berbagai penerbitan. Di samping itu, ia pun aktif memelihara tanaman dan mengurus pondok bacanya di Sekayu. Sebagai pencinta lingkungan, Dini telah membuat tulisan bersambung di surat kabar Sinar Harapan yang sudah dicabut SIUPP-nya, dengan tema transmigrasi.

Menjadi pengarang selama hampir 60 tahun tidaklah mudah. Baru dua tahun terakhir ini, ia menerima royalti honorarium yang bisa menutupi biaya hidup sehari-hari. Tahun-tahun sebelumnya ia mengaku masih menjadi parasit. Ia banyak dibantu oleh teman-temannya untuk menutupi biaya makan dan pengobatan.

Tahun 1996-2000, ia sempat menjual-jual barang. Dulu, sewaktu masih di Prancis, ia sering dititipi tanaman, kucing, hamster, kalau pemiliknya pergi liburan. Ketika mereka pulang, ia mendapat jam tangan dan giwang emas sebagai upah menjaga hewan peliharaan mereka. Barang-barang inilah yang ia jual untuk hidup sampai tahun 2000.

Dini kemudian sakit keras, hepatitis-B, selama 14 hari. Biaya pengobatannya dibantu oleh Gubernur Jawa Tengah Mardiyanto. Karena ia sakit, ia juga menjalani USG, yang hasilnya menyatakan ada batu di empedunya. Biaya operasi sebesar tujuh juta rupiah serta biaya lain-lain memaksa ia harus membayar biaya total sebesar 11 juta. Dewan Kesenian Jawa Tengah, mengorganisasi dompet kesehatan Nh Dini. Hatinya semakin tersentuh ketika mengetahui ada guru-guru SD yang ikut menyumbang, baik sebesar 10 ribu, atau 25 ribu. Setelah ia sembuh, Dini, mengirimi mereka surat satu per satu. Ia sadar bahwa banyak orang yang peduli kepadanya.

 Sejak 16 Desember 2003, ia kemudian menetap di SlemanYogyakarta. Ia yang semula menetap di Semarang, kini tinggal di kompleks Graha Wredha Mulya, Sinduadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta. Kanjeng Ratu Hemas, istri Sultan Hamengku Buwono X yang mendengar kepindahannya, menyarankan Dini membawa serta perpustakaannya. Padahal empat ribu buku dari tujuh ribu buku perpustakaannya, sudah ia hibahkan ke Rotary Club Semarang.

Alhasil, Dini di Yogya tetap menekuni kegiatan yang sama ia tekuni di Semarang, membuka taman bacaan. Kepeduliannya, mengundang anak-anak di lingkungan untuk menyukai bacaan beragam bertema tanah air, dunia luar, dan fiksi. Ia ingin anak-anak di lingkungannya membaca sebanyak-banyaknya buku-buku dongeng, cerita rakyat, tokoh nasional, geografi atau lingkungan Indonesia, cerita rekaan dan petualangan, cerita tentang tokoh internasional, serta pengetahuan umum. Semua buku ia seleksi dengan hati-hati. Jadi, Pondok Baca Nh Dini yang lahir di Pondok Sekayu, Semarang pada 1986 itu, sekarang diteruskan di aula Graha Wredha Mulya. Ia senantiasa berpesan agar anak-anak muda sekarang banyak membaca dan tidak hanya keluyuran. Ia juga sangat senang kalau ada pemuda yang mau jadi pengarang, tidak hanya jadi dokter atau pedagang. Lebih baik lagi jika menjadi pengarang namun mempunyai pekerjaan lain.

Dalam kondisinya sekarang, ia tetap memegang teguh prinsip-prinsip hidupnya. Ia merasa beruntung karena dibesarkan oleh orang tua yang menanamkan prinsip-prinsip hidup yang senantiasa menjaga harga diri. Mungkin karena itu pulalah NH Dini tidak mudah menerima tawaran-tawaran yang mempunyai nilai manipulasi dan dapat mengorbankan harga diri.

Ia juga pernah ditawari bekerja tetap pada sebuah majalah dengan gaji perbulan. Akan tetapi dia memilih menjadi pengarang yang tidak terikat pada salah satu lembaga penerbitan. Bagi Dini, kesempatan untuk bekerja di media atau perusahaan penerbitan sebenarnya terbuka lebar. Namun seperti yang dikatakannya, ia takut kalau-kalau kreativitasnya malah berkurang. Untuk itulah ia berjuang sendiri dengan cara yang diyakininya; tetap mempertahankan kemampuan kreatifnya.

Menyinggung soal seks, khususnya adegan-adegan yang dimunculkan dalam karya-karyanya, ia menganggapnya wajar-wajar saja. Begitulah spontanitas penuturan pengarang yang pengikut kejawen ini. la tak sungkan-sungkan mengungkapkan segala persoalan dan kisah perjalanan hidupnya melalui karya-karya yang ditulisnya

NH Dini sekarang tinggal di Panti Wredha Langen Wedharsih, Ungaran

5.      Penilaian

Novel dua hati mempunyai pelajaran yang sangat berharga untuk kita,apalagi jika kita senang hidup bermasyarakat dan suka bersosialisasi, ternyata setiap perilaku seseorang baik maupun buruh pasti mereka mempunyai alasan tersendiri kenapa mereka bisa memiliki sikap seperti itu perilaku ini tergambar dalam tokoh-tokoh yang ada dalam novel ,dan masih banyak lagi pesan yang akan di dapatkan jka kita mampu untuk memahami isi novel ini.

6.      tanggapan

novel NH Dini yang berjudul pertemuan dua hati mempunyai karakter tokoh dan perwatakan yang menonjol serta mempunya peran fungsi yang saling mempengaruhi dan berkaitan antara tokoh, sehingga cerita ini mampu membuat para pembaca merasa bahwa para tokoh yang ada dalam novel ini sangat mempengerahui satu sana lain.

BAB III

PENUTUP

3.1 SIMPULAN

Dalam novel yang berjudul Pertemuan Dua Hati,  memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik yang sangat menarik dan membuat pembaca ingin segera membaca cerita sampai selesai, ditambah dengan hadirnya para tokoh yang mendampingi peran tokoh utama yang membuat cerita ini semakin rumit, dan bervariasi. Alur maju yang digunakan dalam cerita dimulai  dari awal cerita yang menampilkan gambaran para watak tokoh dan tingkah laku para tokoh kemudian berakhirlah semua masalah yang disebut ending.peran utama dari cerita adalah bu Suci yang berprifesi sebagai guru ia hidup bermigrasi karena suatu alasan, namun saat ia pindah kota justru disitulah ia menemui suatu masalah yang sangat menguras tenaga dan fikiranya. Dalam masalah itu di tempatkan untuk mampu memilih antara mengutamakan masalah keluarga yang runyam , ataukah ia harus mengutamakan pekerjaanya,dimana ia menghadapi seorang murid yang sangat labil dan sering membuat kegaduhan disekolah.

3.2 SARAN

Adapun saran yang hendak penulis sampaikan dalam novel pertemuan dua hati adalah sebagai berikut:

1.      Jika mempunyai sebuah masalah, jangan pernah kita mengeluh dan menyerah sebelum semuanya dapat terselesaikan.

2.      Dalam hidup bermasyarakat utamakanlah hidup saling toleransi dan saling pengertian karena lingkungan masyarakat sangat mempengaruhi perkembangan dan kepribadian seseorang

3.      Sebagai seorang guru kesabaran dan keuletan dalam menghadapi para siswa sanagat di perlukan. Apalagi guru juga dianggap sebagai orang yang mampu mendidik dan membentuk peilaku seseorang.

4.      Jangan pernh melupakan Allah dalam hidup kita, karena dengan kuasa-NYAlah semua masalah yang rumit menjadi mudah , dan jalan keluar untuk solusi seriap masalah pasti itu ada jalan keluarnya.

 DAFTAR PUSTAKA

2009. Pertemuan Dua Hati.jakarta: PT Gramidia Pustaka Utama

 http://www.goodreads.com/book/show/3044755-pertemuan-dua-hati

LAMPIRAN

PER5TEMUAN DUA HATI

Bu Suci beserta keluarga pindah ke rumah kontrakan di Semarang. Ukuran rumah itu tidak terlalu besar.Tugas suami beliau dipindahkan ke kota Semarang, itulah penyebab mereka ikut serta. Sebelumnya, mereka tinggal di Purwodadi. Cita-cita Bu Suci menjadi seorang guru, dan itu sudah terwujud, sebelumnya Bu Suci mengajar SD di Purwodadi.

Di Semarang, mereka tinggal di daerah pinggiran kota. Untuk meneruskan cita-citanya, Bu Suci mencoba melamar menjadi guru di sekolah anaknya. Dia memiliki tiga orang anak. Dua anak Bu Suci menuntut ilmu di sekolah dasar. Yang sulung perempuan, sedangkan dua lainnya laki-laki. Uwak dari Bu Suci turut tinggal bersama keluarganya sejak tiga tahun belakang. Anak bungsunya yang masih kecil diasuh oleh Uwak.

Karena penduduk baru, Bu Suci memperkenalkan diri ke Rukun Tetangga dan bertemu dengan istri RT. Suami dari istri RT tersebut ialah pensiunan kantor pos.

Sedikit demi sedikit, dia mengerti tentang masyarakat di lingkungan kediamannya,yaitu termasuk golongan campuran. Sekolah dan pasar adalah tempat paling penting yang harus Bu Suci kenali di lingkungan.sekitar

.Kepala Sekolah meminta Bu Suci untuk datang ke sekolah. Seusai menerima keterangan, akhirnya Bu Suci diterima mengajar di sekolah barunya yang juga sekolah anaknya. Ia akan mengajar dua kelas tiga yang dihubungkan sebuah pintu samping.Anak tengahnya mengeluh sakit. Perilakunya juga membuat orang lain  khawatir. Untuk sementara, Uwak yang merawatnya setelah akhirnya diperiksa di rumah sakit oleh dokter.Bu Suci mulai mengajar di kelasnya. Setelah beberapa hari, seorang muridnya yang bernama Waskito belum juga nampak. Hampir seluruh penghuni kelas mengaku bahwa Waskito mempunyai sifat yang jahat dan nakal, karena sering menyakiti teman lain.

Keterangan yang Ia dengar dari guru dan Kepala Sekolah, membuatnya iba. Sebab, Waskito kurang perhatian dari orang tuanya yang cukup kaya, apalagi perhatian dari ayahnya. Segera Bu Suci mengirim surat kepada nenek Waskito untuk mencoba mencari tahu siapa Waskito sebenarnya.Ketika berkunjung ke rumah nenek Waskito.

Bu Suci memahami bagaimana kehidupan anak didiknya itu yang memprihatinkan. Padahal kakek-neneknya sangat mencintai cucunya, dan sementara Waskito tinggal di rumah Bu De bersama saudara sepupu yang lain

Dokter menyatakan bila anak kedua Bu Suci mengalami sakit epilepsi. Pekerjaan dia menjadi rangkap dua di sekolah, bolak-balik ke rumah sakit dan sekolah.

Menyikapi tentang sifat Waskito yang nakal, Bu Suci tetap menyuruh muridnya untuk memaafkan kesalahan Waskito. Sehari-hari, tugas yang diberikan juga tidak stabil dikerjakan. Tapi, Bu Suci memberi pekerjaan ringan kepadanya agar belajar menjadi murid yang lebih baik.

Perbincangan tentang perkembangan murid, Bu Suci membicarakannya dengan seorang rekan Guru Agama. Dari dia, banyak informasi yang didapat perihal Waskito

Bu Suci memberikan tugas untuk membuat semacam alat pembuat makanan, pekerjaan dilakukan bersama kelompok. Hasil karya yang paling besar dan benar ialah milik kelompok Waskito. Peralatan pembuat alat tersebut kepunyaan Waskito. Oleh Kepala Sekolah, alat tersebut dibanggakan dan disimpan dengan baik.Suatu hari sifat nakal Waskito kambuh. Untungnya peristiwa itu cepat mereda. Kepala Sekolah dan guru-guru lain merundingkan tentang kenakalan Waskito yang telah terlampaui. Banyak dari mereka yang mendukung pengeluaran murid nakal di kelas Bu Suci tersebut. Namun, Bu Suci tetap bersikeras untuk mempertahankan Waskito, dan dia meminta waktu agar bisa merubah perilaku Waskito yang membahayakan. Bu Suci bertahan karena memikirkan masa depan Waskito kelak, bila keluar dari sekolah.

Sekembalinya Bu Suci ke kelas, dia menyuruh Waskito pindah di bangku barisan muka, agar Bu Suci bisa mengawasi gerak-gerik Waskito. Tapi dia yang disuruh geser di depan, malah tanpa tanggapan yang berarti. Waskito hanya menunduk menatap buku di depannya.

Melihat Waskito bereaksi seperti itu, Bu Suci menjadi gelisah.Keesokan harinya, Waskito telah berpindah tempat di bangku barisan depan. Lalu Waskito mengerjakan apa yang Bu Suci perintah. Bu Suci bersyukur kepada Tuhan.

Bu Suci sering meminta bantuan Waskito dan murid lain. Pekerjaan Bu Suci menjadi lebih sibuk. Dia sengaja mengikutsertakan Waskito agar belajar bekerjasama dan bertanggung jawab.Masalah antara Waskito dan anaknya terkadang tidak dapat dipisahkan oleh pikiran Bu Suci. Keadaan sudah membaik antara murid kelas dan Waskito.

Contohnya saja, Waskito menyumbangkan sekotak peralatan pertukangan untuk upaya menghias diding.Sesekali, Bu Suci menanyakan keadaan keluarga dan kehidupan di rumah Bu De-nya. Cerita Waskito tentang kehidupan di rumah Bu De-nya, mengalir dengan tulus dari hati dan Bu Suci sabar mendengarkannya.Waskito mengaku bahwa ia pernah membolos dan memancing bersama anak-anak kampung. Ini menunjukkan bahwa Ia memang tidak diberi kebebasan oleh orang tuanya, sehingga Waskito melakukan perbuatan nekat.

 Bu Suci memberikan janji jika Waskito naik kelas nanti, Bu Suci akan mengajaknya berlibur memancing di Purwodadi. Tanggapan Waskito menjadi senang  dan tersenyum.Sepulang sekolah hari itu, Waskito tinggal hingga sore di rumah Bu Suci. Perilaku yang kesehariannya jahil, berubah saat ia dengan lembut membelai seekor kucing. Bu Suci mengucap syukur kepada Tuhan, telah dipertemukan oleh hati Waskito. Hubungan antara Waskito dan suami Bu Suci pun, juga hangat. Terlihat mereka santai bersama.

Kepala Sekolah mengetahui kemajuan yang diraih oleh Waskito. Kenyataan yang menunjukkan bahwa Waskito memang berubah.Tapi, peristiwa yang mencengangkan terjadi.

Secara tak diharapkan, Waskito mengamuk lagi. Ia membanting dan menginjak pot-pot berisi tanaman hias, lalu segera ggggkeluar kelas.Keadaan kelas yang masih berantakan oleh pot-pot tersebut, Bu Suci membiarkan dan meneruskan pelajaran. Hingga istirahat Waskito belum kembali. Bu Suci mencari perginya Waskito.

Nampak Waskito duduk di pinggir selokan.Langkah awal menyikapi murid yang sedang emosi, haruslah perlahan. Bu Suci bertanya apa sebab Waskito melakukan perbuatan itu. Alasan Waskito membantingi kaleng-kaleng itu, sebab dia diejek oleh teman-temannya. Ejekan kawan-kawan tertuju pada tanaman Waskito yang kurang subur, lamban pertumbuhannya dibanding tunas lain. Waskito mengakui jika tanaman yang dirawatnya memang kurang subur. Bu Suci kemudian memberi semangat kepada Waskito untuk melakukan apa yang di bisa.Sejak hari itu, hubungan Bu Suci dan Waskito menjadi lebih dekat.Tak terasa waktu berjalan, penerimaan rapor. Nilai yang tercantum dalam rapornya juga normal. Bu Suci menepati janji, Ia mengajak Waskito berlibur ke Purwodadi. Di sana, Waskito memancing sepuasnya.

Akhirnya, Waskito naik kelas. Bu De sebagai wali murid hadir di sekolah untuk mengucapkan terima kasih kepada Kepala Sekolah, guru, dan Bu Suci pribadi atas kebaikan mereka sehingga Waskito berubah menjadi anak yang lebih baik.


Page 2