Bagaimana bayangan pada tongkat dapat menunjukkan bahwa Bumi berbentuk bulat

Nationalgeographic.co.id - Perdebatan mengenai bentuk bumi telah menghasilkan dua penganut: Bumi Bulat dan Bumi Datar. Masing-masing kubu berupaya memberikan analisisnya.

Dilansir dari Live Science, sebetulnya ada berbagai cara untuk membuktikan bentuk Bumi tanpa menggunakan satelit, mulai dari yang murah dan mudah hingga yang butuh dana lebih.

Pertama, melalui kapal yang berlayar di atas lautan. Cara ini sebetulnya telah diajarkan sejak sekolah menengah melalui pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Namun, mari kita bahas lebih jauh.

Saat kapal berlayar menjauh dari dermaga, lambung kapal akan menghilang ditelan cakrawala lebih dulu dibandingkan dengan tiang kapal. Hal sebaliknya berlaku saat kapal datang dari lautan, tiang kapal terlihat lebih dulu dibandingkan dengan lambung kapal.

Baca juga: ‘Yanny’ atau ‘Laurel’: Mengapa Kita Bisa Mendengar Kata yang Berbeda?

Pada 1881, sebuah teks pertama tentang bumi datar yang disebut “Astronomi Zetetik” berusaha menyanggah fenomena kapal di lautan. Alasannya, penghilangan kapal hanyalah akibat dari ilusi yang dibawa oleh perspektif mata.

Jika Anda ingin membuktikannya sendiri, bawalah teleskop atau teropong dan pergi ke pelabuhan. Dengan daya penglihatan yang lebih jelas, kapal masih akan menghilang di bawah kurva bumi.

Kedua, perhatikan bintang. Cara ini kali pertama ditemukan oleh filsuf Yunani Aristoteles pada 350 SM. Garis lintang yang berbeda akan menciptakan perbedaan konstelasi bintang, misalnya Bintang Biduk dan rasi bintang Crux.

Bintang Biduk akan selalu bisa dilihat pada garis lintang 41 derajat utara atau lebih tinggi. Tujuh bintang yang terlihat seperti sendok itu tak akan terlihat bila Anda berada di bawah 25 derajat selatan. Di bagian utara Australia yang merupakan utara dari lintang tersebut, Bintang Biduk hampir tak terlihat di atas cakrawala.

Baca juga: Benarkah Konser Musik Dapat Membuat Telinga Kita Mengalami Pendarahan?

Begitu juga dengan yang rasi bintang Crux yang berada di belahan bumi selatan. Rasi bintang tersebut tak akan terlihat bila Anda tidak cukup selatan hingga berada di Florida Keys.

Perbedaan ini hanya dapat dijelaskan karena bumi berbentuk bulat. Sebab, bila bumi berbentuk piringan, bintang biduk dan rasi bintang Crux akan bisa dilihat dari bagian bumi mana pun.


Page 2

Ketiga, perhatikan gerhana. Lagi-lagi kita akan menengok pada pembuktian Aristoteles. Murid Plato itu melakukan eksperimen pada gerhana bulan. Saat itu, bayangan bumi di wajah matahari melengkung. Fenomena gerhana matahari menandakan bahwa bulan, bintang, dan planet saling mengorbit.

Jika bumi datar, dan matahari dan bulan merupakan benda kecil yang melayang di atasnya, gerhana matahari total yang terjadi di Amerika Utara pada Agustus 2017 lalu menjadi sulit dipahami.

Baca juga: Astronom Temukan Lubang Hitam yang Tumbuh Paling Cepat di Alam Semesta

Keempat, panjatlah pohon. Cara ini sangatlah mudah dan setiap orang bisa melakukannya. Dengan naik ke tempat yang lebih tinggi, Anda bisa melihat lebih jauh dari sebelumnya.

Kelengkungan bumi hanya memberikan jarak pandang sejauh lima kilometer ke depan. Bila bumi datar, seharusnya jarak pandang yang bisa dilihat tetap sama berapapun ketinggian Anda.

Kelima, jika Anda cukup beruntung dengan punya banyak uang, naiklah penerbangan keliling dunia. Perusahaan penerbangan AirTreks telah menyediakan jasa seperti itu.

Berdasarkan studi yang dipublikasikan dalam jurnal Applied Opticstahun 2008, kurva Bumi agak terlihat pada ketinggian sekitar 10 kilometer, selama Anda punya sudut pandang 60 derajat.

Lengkungan ini semakin terlihat ketika Anda mencapai ketinggian 15 kilometer, sesuatu yang dulu mudah dicapai oleh para penumpang pesawat jet Concorde yang terbang pada ketinggian 18 kilometer.

Baca juga: 5 Jenis Makanan untuk Buka Puasa yang Cepat Pulihkan Energi Anda

Keenam, melalui balon cuaca. Hal ini pernah dilakukan oleh mahasiswa University of Leicester pada Januari 2017 yang mengikatkan kamera di balon cuara. Naik hingga naik 23,6 kilometer, rekaman menunjukkan adanya lengkungan cakrawala.

Terakhir, cara yang cukup murah dan sederhana: pembandingan bayangan. Cara ini pernah digunakan oleh matematikawan Yunani bernama Eratosthenes untuk memperkirakan keliling bumi.

Dia membandingkan bayangan titik balik matahari antara Aswan dan Alexandria yang lebih di utara. Tepat pada pukul 12 siang, matahari yang berada di atas kepala tak menghasilkan bayangan saat Eratosthenes berada di Aswan. Sebaliknya, bayangan muncul dari tongkat yang dipasang di Alexandria pada jam yang sama.

Baca juga: PBB: 68% Populasi Dunia Akan Tinggal di Area Perkotaan Pada 2050

Ketika mendapati hal ini, Eratosthenes pun menyadari bahwa dia bisa menghitung keliling bumi jika mengetahui sudut bayangan dan jarak antara kedua kota tersebut.

Mari bayangkan jika bumi datar. Perbedaan panjang bayangan tentunya tak akan terjadi karena posisi matahari relatif akan sama terhadap tanah. Namun, karena bumi berbentuk bulat, posisi matahari pun berbeda, walaupun kedua kota tersebut hanya berjarak beberapa ratus kilometer.

Artikel ini sudah pernah tayang sebelumnya di Kompas.com dengan judul Tak Perlu Kirim Satelit, Ada 7 Cara Buktikan Bumi Itu Bulat.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah survei nasional yang dilakukan pada 2018 oleh pemerintah Amerika Serikat mengungkap hal yang mengejutkan, khususnya bagi para ilmuwan.

Berdasarkan survei tersebut, hanya 66 persen warga berusia 18 hingga 24 tahun yang yakin bahwa Bumi itu bulat -- dengan kata lain sepertiga milenial mempertimbangkan soal Bumi datar.

Namun, penemuan tersebut tak semata-mata menunjukkan "epidemi" bumi datar atau Flat Earth. Pasalnya, hanya 4 persen dari keseluruhan yang percaya bahwa Bumi itu datar.

Selain itu, survei menguak sembilan persen dari mereka yang ragu-ragu harus memilih antara Bumi bulat atau Bumi datar. Sementara itu, 5 persen lainnya menegaskan mereka selalu percaya bahwa Bumi bulat, dan 16 persen sisanya mutlak tak yakin.

Teori Bumi Datar tercetus sekitar Abad ke-19. Akan tetapi, akhrin-akhir ini masih terus mendapat sorotan, terutama karena pengaruh media sosial.

Pada 2017, rapper B.o.B pernah melakukan urun dana atau umum dikenal sebagai crowdfund untuk meluncurkan satelit buatannya sendiri ke angkasa luar. B.o.B, yang merupakan 'kaum Bumi datar', ingin sesumbar kepada semua orang di dunia ini bahwa apa yang diyakininya adalah benar.

Dengan target dana terkumpul sebesar US$ 1 juta di GoFundMe untuk satu minggu, sayangnya musisi berbasis di Georgia itu gagal meraih apa yang dicita-citakannya. Baru lima hari, uang sumbangan yang diberikan hanya mencapai sekitar US$ 2.000 saja --jauh dari angka US$ 1.000 yang diprediksi B.o.B pribadi.

Untungnya, ada banyak cara yang lebih murah untuk membuktikan bahwa Bumi itu bulat, ketimbang meniru cara B.o.B. di atas. Berikut 4 di antaranya, berdasarkan penyelidikan ilmiah, mengutip Live Science, Minggu (3/11/2019). 

Liputan6.com, Jakarta - Seorang rapper B.o.B mengumpulkan dana gotong-royong (crowdfund) untuk membuat satelit sendiri.

Wahana antariksa itu akan diluncurkan ke angkasa, untuk menjawab teka-teki, apakah Bumi bulat atau datar.

Penggalangan dana dilakukan melalui laman GoFundMe dan hanya meraih US$ 2.000 dalam lima hari pertama. Dalam jumlah itu, sang rapper sendiri menyumbang US$ 1.000 pertama. Padahal, ia berharap bisa mengumpulkan hingga US$ 1 juta.

Musisi dari negara bagian Georgia, Amerika Serikat, itu adalah seorang pendukung teori konspirasi Bumi Datar.

Kita hargai upaya untuk membuktikan. Akan tetapi, seperti dikutip dari Live Science pada Jumat (29/9/2017), sebenarnya ada 7 cara yang lebih hemat biaya untuk membuktikan bulatan Bumi:

Bagaimana bayangan pada tongkat dapat menunjukkan bahwa Bumi berbentuk bulat

Ketika sebuah kapal berlayar ke arah cakrawala, benda itu bukan sekadar terlihat semakin kecil hingga tampak seperti sebuah titik.

Perhatikan, pertama-tama badan kapal tampak seperti 'tenggelam' di cakrawala, lalu tiang-tiangnya ikut 'tenggelam.'

Ketika sebuah kapal bergerak sebaliknya dari laut dan mendekati pantai, maka terlihat proses sebaliknya. Pertama tiang-tiang muncul dari cakrawala, lalu badan kapal ikut terlihat.

Pengamatan kapal-dan-cakrawala ini sudah cukup berdampak sehingga teks pertama terbitan tentang Bumi Datar berjudul "Zetetic Astronomy" memerlukan satu bab tersendiri untuk mencoba membantahnya.

Penjelasan yang diberikan menurut teks itu mengandalkan pada anggapan bahwa lenyapnya kapal menurut urutan tersebut di atas adalah ilusi yang disebabkan oleh perspektif.

Bantahan itu tidak masuk akal karena tidak ada perspektif gambar yang membuat bagian bawah benda duluan menghilang dari pandangan dibandingkan dengan bagian atasnya.

Jika ingin membuktikan bahwa perspektif bukan menjadi alasan bagi hilangnya badan kapal terlebih dahulu, bawalah teleskop atau binokuler ke pelabuhan. Dengan bantuan alat itu, terlihat bahwa kapal tampak 'tenggelam' akibat adanya lengkungan Bumi.

Bagaimana bayangan pada tongkat dapat menunjukkan bahwa Bumi berbentuk bulat

Filsuf Aristoteles dari Yunani telah mengerti tentang bulatan Bumi pada 350 SM dan tidak ada yang berubah hingga sekarang. Perhatikan, konstelasi-konstelasi bintang tampak berbeda ketika dipandang dari derajat lintang yang berbeda pula.

Contoh yang paling gamblang adalah konstelasi Big Dipper dan Southern Cross. Konstelasi Big Dipper terdiri dari 7 bintang yang terlihat seperti suatu sendok dan selalu terlihat dari 41 derajat LU (lintang utara) atau di atasnya (semakin ke utara).

Di bawah 25 derajat LS (lintang selatan), kita sama sekali tidak bisa melihat Big Dipper. Sehingga, di utara benua Australia yang sedikit berada di atas lintang tersebut, Big Dipper hanya terlihat ujungnya.

Sebaliknya, di belahan selatan Bumi terlihat konstelasi Southern Cross (Salib Selatan) yang terdiri dari susunan 4 bintang.

Konstelasi ini masih bisa terlihat hingga kita bepergian ke Florida Keys di belahan utara Bumi.

Pemandangan konstelasi yang berbeda itu hanya masuk nalar jika Bumi ini bulat, sehingga konstelasi bintang di belahan utara berbeda dengan konstelasi bintang di belahan selatan Bumi.

Bagaimana bayangan pada tongkat dapat menunjukkan bahwa Bumi berbentuk bulat

Aristoteles juga semakin yakin bahwa Bumi ini bulat melalui pengamatan saat gerhana bulan. Dalam kejadian itu, bayangan Bumi yang tampak di wajah bulan terlihat melengkung.

Bentuk lengkungan (kurva) itu terlihat dalam semua kejadian gerhana bulan, walaupun Bumi berputar. Aristoteles dengan tepat mengambil kesimpulan bahwa Bumi ini pastilah melengkung di semua arahnya – ya, sebuah bola.

Dari situlah, gerhana matahari juga cenderung mendukung perkiraan bahwa planet-planet, bulan-bulan, dan bintang-bintang adalah benda bulat yang saling mengorbit satu sama lain.

Banyak pendukung teori Bumi Datar berpendapat bahwa planet ini berbentuk seperti cakram dan bintang-bintang serta planet-planet lain adalah benda-benda yang melayang di atas permukaan datar Bumi.

Jika benar demikian, maka gerhana matahari total pada Agustus 2017 di atas Amerika Utara tentu sukar dijelaskan.

Bagaimana bayangan pada tongkat dapat menunjukkan bahwa Bumi berbentuk bulat

Ada lagi cara pembuktian yang mudah.

Kita bisa melihat lebih jauh ketika kita berada di tempat yang lebih tinggi. Jika Bumi ini datar, maka kita akan melihat jarak pandang yang sama dari ketinggian berapa pun.

Coba pikir, mata kita bisa mendeteksi cahaya di kejauhan, misalnya galaksi Andromeda yang berjarak 2,6 juta tahun cahaya.

Jadi, tentulah gampang bagi kita melihat cahaya di antara dua tempat berjauhan di muka Bumi, misalnya dari Miami dan New York yang berjarak 1.760 kilometer.

Ternyata tidak begitu.

Lengkungan Bumi membatasi pandangan kita hingga 5 kilometer antara 2 tempat di permukaan Bumi, kecuali kita memanjat pohon tinggi, berada di lantai atas gedung tinggi, atau gunung yang tinggi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Bagaimana bayangan pada tongkat dapat menunjukkan bahwa Bumi berbentuk bulat

Biaya penerbangan mengelilingi Bumi jelas tidak sampai US$ 1 juta, walaupun masih terbilang ribuan dolar.

Sekarang ini, lebih mudah bagi kita untuk melakukan penerbangan mengelilingi dunia. Bahkan ada perusahaan travel semisal AirTreks yang mengkhususkan diri dengan rute keliling dunia melewati beberapa kota perhentian.

Jika kita beruntung melihat pemandangan tak terhalang ke cakrawala dari penerbangan komersial yang terbang cukup tinggi, maka kita bahkan bisa melihat lengkungan Bumi secara langsung.

Menurut suatu makalah terbitan 2008 dalam jurnal Applied Optics, lengkungan Bumi mulai terlihat dari ketinggian 35 ribu kaki (10,7 kilometer), asalkan si pengamat memiliki bidang pandang lebih dari 60 derajat.

Benar, bidang pandang itu agak sukar diperoleh dalam penerbangan komersial karena keterbatasan ukuran jendela.

Lengkungan Bumi amat jelas terlihat mulai dari ketinggian 50 ribu kaki (15,2 kilometer).

Jadi, jangan heran kalau para penumpang pesawat Concorde di masa lalu bisa dengan mudah melihat lengkungan Bumi karena ketinggian terbang pesawat itu adalah 60 ribu kaki (18,3 kilometer).

Bagaimana bayangan pada tongkat dapat menunjukkan bahwa Bumi berbentuk bulat

Pada Januari 2017, pada mahasiswa University of Leicester, Inggris, mengikatkan beberapa kamera ke sebuah balon cuaca dan melepaskannya ke angkasa.

Balon tersebut membumbung hingga ketinggian 23,6 kilometer di atas permukaan Bumi, jauh di atas syarat ketinggian yang diperlukan untuk melihat lengkungan Bumi secara jelas.

Perangkat yang dipasangkan pada balon mengirimkan data kembali ke pengamat di Bumi dan jelas memperlihatkan lengkungan cakrawala.

Di Amerika Serikat (AS), asalkan beban balon kita kurang dari 1,8 kilogram, tidak ada larangan untuk meluncurkannya.

Cukup menghubungi administrasi penerbangan (Federal Aviation Administration, FAA) jauh sebelum jadwal peluncuran untuk memastikan balon kita tidak memasuki wilayah udara terlarang.

Bagaimana bayangan pada tongkat dapat menunjukkan bahwa Bumi berbentuk bulat

Orang pertama yang mengukur pekiraan lingkar Bumi adalah ahli matematika Yunani bernama Eratosthenes yang lahir pada 276 SM.

Ia melakukannya dengan membandingkan bayangan saat titik balik musim panas (summer solstice) di lokasi yang sekarang dikenal sebagai Aswan di Mesir, sedikit ke arah utara Alexandria.

Pada siang hari, ketika matahari tepat berada di atas Aswan, tidak terjadi bayangan. Di Alexandria, sebuah tongkat yang ditancap di tanah memberikan bayangan.

Eratosthenes menyadari bahwa jika ia mengetahui sudut bayangan dan jarak dua kota yang dimaksud, maka ia bisa menghitung ukuran lingkar Bumi.

Seandainya Bumi ini datar, maka sama sekali tidak ada perbedaan panjang bayangan pada jam yang sama tersebut karena, secara relatif, matahari berada pada posisi yang sama dari tanah.

Perbedaan posisi matahari dari dua kota berjarak ratusan kilometer di permukaan Bumi hanya bisa terjadi jika Bumi ini bulat.

Lanjutkan Membaca ↓

Bagaimana bayangan pada tongkat dapat menunjukkan bahwa Bumi berbentuk bulat