Bagaimana cara Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan dakwahnya kepada para sahabat dan umat manusia?

Ahmad, Mahdi Rizqullah. Bografi Rasulullah Sebuah Studi Analitis Berdasarkan Sumber-sumber yang Otentik. Translated by Yessi HM Basyaruddin. Jakarta: Qisthi Press, 2006.

Akbar, Husaini Usman dan Purnomo Setiady. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara, 2014.

Al-Mubarakfuri, Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah Sejarah Hidup Nabi Muhammad. Translated by Agus Suwandi. Jakarta: Robbani Press, 2008.

Al-Usairy, Ahmad. Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX. Jakarta: Akbar Media, 2003.

Arifin. Dakwah Kontempore: Sebuah Studi Komunikasi. 1st. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.

Aziz, Moh. Ali. Ilmu Dakwah. Revisi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009.

Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif . Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003.

—. Penelitian Kualitatif : Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. 2nd. Vol. 5. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.

Chalil, Moenawar. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad. Jakarta: Gema Insani Press, 2001.

Depdiknas, Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 3rd. Jakarta: Balai Pustaka, 2001.

Fathoni, Abdurrahmat. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta, 2006.

Gulo, W. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Gresindo, 2002.

Haekal, Muhammad Husein. Sejarah Hidup Muhammad. Bogor: Pustaka Litera Antarnusa, 2003.

Herdiansyah, Haris. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. 2nd. Jakarta: Salemba Humanika, 2011.

Hisyam, Ibnu Ishaq dan Ibnu. Sirah Nabawiyah Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah. Translated by Samson Rahman. Jakarta Timur: Akbar Media, 2016.

Huraerah, Abu. Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat: Model dan Strategi Pembangunan Berbasis Kerakyatan. Bandung: Humaniora, 2011.

Ismail, Faisal. Sejarah & Kebuadayaan Islam Periode Klasik Abad VII-XII M. Yogyakarta: Ircisod, 2017.

Jihan. Strategi Komunikasi Politik Rasulullah Saw Dalam Perjanjian HUdaibiyah Untuk Pengaruh Terhadap Dakwah Islam. S1 Skripsi, Banjarmasin: Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Antasari, 2016.

Kayo, Khatib Pahlawan. Manajemen Dakwah: Dari Dakwah Konvensional Menuju Dakwah Profesional. Jakarta: Amzah, 2007.

Ma'arif, Samsul. Mutiara-mutiara Dakwah K.H Hasyim Asy'ari. Bogor: Kanza Publishing, 2011.

Mubarak, Achmad. Psikologi Dakwah. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002.

Mubasyaroh. "Karakteristik Dan Strategi Dakwah Rasulullah Muhammad Pada Periode Mekkah." ATTABSYIR: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam 3 [Desember 2015]: 384.

Muchsin, Misri A. Dinamika Sejarah Politik Islam Periode Awal. 1st. Banda Aceh: Ar-Raniry Press, 2007.

Muhammad, Ahmad Abdul 'Adhim. Strategi Hijrah Prinsip-prinsip Ilmiah dan Ilham Tuhan. Translated by M. Mansur Hamzah. Solo: Tiga Serangkai, 2004.

Mukoyimah. Strategi Komunikasi Rasulullah Dalam Kitab Shahih Bukhari-Muslim [Bab Akhlak dan Ibadah]. S1 Skripsi, Semarang: Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo, 2015.

Murodi. Dakwah Islam dan Tantangan Masyarakat Quraisy. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013.

Pimay, Awaludin. Paradigma Dakwah Humanis: Strategi dan Metode Prof. KH. Saifuddin Zuhri. Semarang: Rasail, 2005.

Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2007.

Prastowo, Andi. Memahami Metode-Metode Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016.

Quthb, Sayyid. Tafsir Fi Zhilalil Qur'an. 1st. Translated by Abdul Aziz Salim Basyarahil dan Muchotob Hamzah Drs. As'ad Yasin. Depok: Gema Insani, 2013.

—. Tafsir Fi Zhilalil Qur'an. 2nd. Translated by Abdul Aziz Salim Basyarahil, Muchotob Hamzah Drs. As'ad Yasin. Depok: Gema Insani, 2013.

—. Tafsir Fi Zhilalil Qur'an. 12th. Translated by Abdul Aziz Salim Basyarahil, Muchotob Hamzah Drs. As'ad Yasin. Depok: Gema Insani, 2013.

—. Tafsir Fi Zhilalil Qur'an. 8th. Translated by Abdul Aziz Salim Basyarahil, Muchotob Hamzah Drs. As'ad Yasin. Depok: Gema Insani, 2013.

Rachmat. Manajemen Strategik. Bandung: CV Pustaka Setia, 2014.

Rasyidah. Strategi Pelaksanaan Dakwah di Aceh. Banda Aceh : Dakwah Ar-Raniry Press, 2013.

Rudito, Arif Budimanta dan Bambang. Metode dan Teknik Pengelolaan Community Development. 2nd. Jakarta: CSD, 2008.

Saebani, Beni Ahmad. Pedoman Aplikatif Metode Penelitian dalam Penyusunan Karya Ilmiah, Skripsi, Tesis dan Disertasi. Bandung: Pustaka Setia, 2017.

Saputra, Wahidin. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: RajaGrafindo Persada, n.d.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R dan D. Bandung: Alfabeta, 2015.

Suhandang, Kustadi. Strategi Dakwah Penerapan Strategi Komunikasi dalam Dakwah. Edited by Engkus Kuswandi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014.

Surjadi, A. Dakwah Islam Dengan Pembangunan Masyarakat Desa. Bandung: Mandar Maju, 2005.

Suwartono. Dasar-dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset, 2014.

Syukir, Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam . Surabaya: Al-Ikhlas, 1983.

Zain, Arifin. Sejarah Dakwah Klasik. n.d.

Zed, Mustika. Metode Penelitian Pustaka. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004.

Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Hisyam, Ibnu Ishaq dan Ibnu. Sirah Nabawiyah Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah. Translated by Samson Rahman. Jakarta Timur: Akbar Media, 2016.

Haekal, Muhammad Husein. Sejarah Hidup Muhammad. Bogor: Pustaka Litera Antarnusa, 2003.

Al-Usairy, Ahmad. Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX. Jakarta: Akbar Media, 2003.

Aziz, Moh. Ali. Ilmu Dakwah. Revisi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009.

Chalil, Moenawar. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad. Jakarta: Gema Insani Press, 2001.

Ismail, Faisal. Sejarah & Kebuadayaan Islam Periode Klasik Abad VII-XII M. Yogyakarta: Ircisod, 2017.

Jakarta -

Nabi Muhammad SAW menerima wahyu kerasulan pertama kali saat menjelang usia 40 tahun. Wahyu datang melalui Malaikat Jibril di Gua Hira pada suatu malam. Ada yang menyebut peristiwa itu terjadi pada 17 Ramadhan 13 tahun sebelum hijriyah.

Setelah peristiwa malam tersebu, Muhammad suami Khadijjah binti Khuwailid itu sempat mengalami pergulatan batin selama beberapa hari. Hingga kemudian setelah tenang, putra Abdullah bin Abdul Muthalib pergi ke Kakbah.

Dalam perjalanan ke Kakbah Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Waraqah bin Naufal, sepupu Siti Khadijjah. Kepada Waraqah, Muhammad menceritakan semua peristiwa yang dia alami di Gua Hira.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Waraqah sebelumnya juga mendengar cerita senada dari Khadijjah. Waraqah meyakinkan bahwa Muhammad adalah Nabi yang diutus Allah SWT untuk menyempurnakan akhlak umat.

Kepada Muhammad, Waraqah mengingatkan agar berhati-hati. Sebab saat menyampaikan wahyu Allah SWT, nantinya Muhammad bisa saja mendapat penolakan dari kaum kafir Quraisy. "Pastilah kau [Muhammad] akan didustakan orang, akan disiksa, akan diusir dan akan diperangi. Kalau sampai pada waktu itu aku masih hidup, pasti aku akan membela yang di pihak Allah dengan pembelaan yang sudah diketahui-Nya pula," kata Waraqah kepada Nabi Muhammad SAW seperti dikutip Tim Hikmah detikcom dari buku Sejarah Hidup Nabi Muhammad karya Muhammad Husain Haekal.

Nabi Muhammad SAW, sang Penghulu Rasul itu pun terbayang akan perjuangan menyampaikan wahyu Allah SWT kepada kaum Quraisy. Mengajak kaum kafir Quraisy beriman kepada Allah SWT ketika itu bukan hal yang mudah.

"Mereka kaum Quraisy sangat kuat mempertahankan kebatilan itu. Mereka bersedia berperang dan mati untuk itu," kata Muhammad Husain Haekal dalam bukunya.


Disebutkan dalam sejumlah Sirah Nabawiyah, di awal kenabian Nabi Muhammad SAW terpaksa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi selama 3 tahun. Sampai kemudian turun wahyu Allah SWT, Surat Asy-Syua'ra ayat 214 sampai 216.


وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ . وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ . فَإِنْ عَصَوْكَ فَقُلْ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ


Latin-Arab : Wa anżir 'asyīratakal-aqrabīn. Wakhfiḍ janāḥaka limanittaba'aka minal-mu`minīn. Fa in 'aṣauka fa qul innī barī`um mimmā ta'malụn


Artinya: "Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah: "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan" [QS. Asy-Syua'ra': 214-216]

Turun juga Al Quran Surat Al-Hijr ayat 94

فَٱصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ ٱلْمُشْرِكِينَ

Latin - Arab: Faṣda' bimā tu`maru wa a'riḍ 'anil-musyrikīn

Artinya: Maka sampaikanlah olehmu [Muhammad] secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan [kepadamu] dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.

Nabi Muhammad SAW kemudian memulai dakwah dengan terang-terangan dimulai dari keluarga terdekat yakni kalangan Bani Hasyim. Namun di antara kelarga Bani Hasyim hanya Ali bin Abu Thalib yang mau beriman kepada Allah SWT. Sementara Abu Thalib melindungi dakwah Muhammad namun belum mau mengucap syahadat.

Setelah itu, dakwah terang-terangan Nabi Muhammad selalu mendapat pertentangan dari kaum Quraisy. Bahkan, para pemuka Quraisy menuduh Nabi Muhammad gila dan sempat melemparkan kotoran ke tubuh Nabi. Termasuk yang menentang dakwah Nabi Muhammad SAW adalah sang paman, Abu Jahal dan Abu Lahab.

Bersama kaum kafir Quraiys Abu Jahal dan Abu Lahab menentang habis-habisan dakwah Rasulullah dan mengintimidasi pengikutnya. Mereka khawatir ajaran yang dibawa Muhammad bisa merusak agama nenek moyang kaum Quraisy yakni menyembah berhala.

Mereka pun melakukan segala cara untuk menolak dakwah Rasulullah dengan mencoba membunuhnya. Kaum Quraisy membujuk Abu Talib dengan memberikan sejumlah uang tebusan untuk membiarkan Nabi Muhammad dibunuh.

Rencana pembunuhan dilakukan dengan melibatkan orang di luar suku Quraisy sehingga tidak akan memecah perang saudara. Abu Talib yang mendengar hal itu pun melihat tanda keseriusan Quraisy dalam memerangi dakwah Nabi Muhammad.

Ia pun bergegas memanggil semua keluarga Bani Hasyim dan memberi tahu rencana suku Quraisy. Mereka pun berupaya melindungi Rasulullah dari segala teror yang direncanakan.

Kesulitan yang dihadapi oleh Rasulullah ternyata juga terjadi pada keluarga Bani Hasyim. Kaum Quraisy diketahui memboikot segala jual-beli, pernikahan dan hubungan sosial dengan Bani Hasyim sehingga mengakibatkan mereka kesulitan mendapatkan bahan pangan.

Kaum Quraisy berharap dengan adanya pemboikotan tersebut bisa membuat Bani Hasyim menyerahkan Rasulullah untuk dibunuh. Untuk itu, Abu Thalib memerintahkan seorang dari Bani Hasyim tidur di ranjang Rasulullah sehingga menyerupai Nabi Muhammad.

Setelah berbagai kesulitan yang dialami Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya di Makkah, turunlah perintah hijrah. Awalnya tujuan hijrah adalah ke negeri Habasyah atau Ethiophia. Namun turun perintah agar umat Islam hijrah ke Madinah.

[pay/erd]

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề