Bagaimana corak kehidupan masyarakat pada masa praaksara?

adjar.id Indonesia pada zaman dahulu pernah mengalami masa praaksara.

Masa dimana bumi dihuni oleh manusia purba yang menjalankan kegiatannya dengan alat-alat yang sederhana dan masih primitif.

Praaksara merupakan zaman manusia belum mengenal tulisan dan pada zaman itu pula manusia purba memanfaatkan benda-benda yang ada untuk kehidupannya.

Baca Juga: Faktor yang Melatarbelakangi Penjajahan Bangsa Barat di Indonesia

Masa praaksara disebut juga dengan masa nirleka, yaitu masa dimana belum adanya tulisan.

Awalnya, masyarakat masa praaksara hidup secara berpindah-pindah atau nomaden.

Masyarakat praaksara melakukan kegiatan berburu bahkan sampai bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Yuk, Adjarian kenali lebih jauh tentang corak kehidupan masyarakat masa praaksara!

Masa praaksara merupakan masa di mana bumi ditinggali oleh manusia purba dan belum mengenal adanya tulisan.

Pola Hunian

Tipe pola hunian masyarakat praaksara terbagi menjadi dua karakter yang khas, yaitu kedekatan dengan sumber air dan kehidupan di alam terbuka.

Situs purba yang menandakan masyarakat praaksara tinggal di dekat sumber air adalah dengan ditemukannya situs purba di sepanjang aliran sungai Bengawan Solo.

Situs purba yang ditemukan di sana, yaitu Sangiran, Trinil, Ngandong, Sambungmacan dan juga Ngawi.

Memilih lingkungan di pinggiran sungai sangat mudah dipahami karena air dapat memberikan banyak manfaat bagi kehidupan.

Baca Juga: Perubahan Masyarakat Indonesia pada Masa Penjajahan Bangsa Barat

Air menjadi kebutuhan pokok bagi manusia, hewan dan juga tumbuhan.

Air menjadi daya tarik bagi hewan untuk hidup disekitarnya, oleh sebab itu manusia purba akan mudah untuk mendapat makanan.

Adanya air ini juga dapat dimanfaatkan masyarakat masa praaksaran untuk sarana penghubung dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Sungai dapat mempermudahan mobilitas masyarakat untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.

Manusia purba masa praaksaran di Indonesia banyak tinggal di daerah pinggir sungai, tepatnya di pinggiran sungai Bengawan Solo.

Masa Berburu-Meramu sampai Bercocok Tanam

Manusia purba hidup dengan cara berburu dan meramu, dimana kehidupan mereka sangat bergantung kepada alam.

Mereka menerapkan pola hidup berpindah-pindah atau nomaden tergantung dari bahan makanan yang tersedia demi kelangsungan hidup.

Hal ini terjadi pada masa manusia Meganthropus dan Pithecanthropus.

Masa berburu dan meramu disebut juga sebagai masa food gathering, dimana mereka hanya mengumpulkan dan menyeleksi makanan.

Baca Juga: Latar Belakang Terjadinya Perjanjian Linggarjati, Isi dan Dampaknya

Lalu, perpindahan dari zaman Mesolitikum ke Neolitikum menjadi awalan adanya food producing yaitu mereka sudah mulai memproduksi makanan sendiri.

Setelah itu, manusia Homo Sapien yang melakukan kegiatan ini, dengan bercocok tanam setelah melihat biji-biji sisa makanan tumbuh di tanah setelah terkena air hujan.

Kegiatan bercocok tanam ini terus mengalami perkembangan dengan menggunakan peralatan pokok yaitu kapak persegi dan kapak lonjong.

Awalnya manusia purba masa praaksara melakukan food gathering sampai akhirnya mereka melakukan food producing.

Sistem Kepercayaan

Pada zaman praaksara terutama zaman Neolitikum, mereka sudah memahami adanya kehidupan setelah kematian.

Mereka sudah mengenal ritual upacaya penguburan karena mereka meyakini roh seseorang yang sudah meninggal akan hidup di alam lain.

Selain itu, mereka juga melakukan upacara pesta untuk mendirikan bangunan suci, seperti susunan batu-batu besar yang dikenal dengan sarkofagus atau peti batu.

Sistem kepercayaan serta tradisi batu besar mendorong adanya kepercayaan animisme dan dinamisme.

Baca Juga: Sejarah Kerajaan Majapahit, Kerajaan Terbesar di Indonesia Mulai dari Masa Kejayaan sampai Kehancuran

Adjarian, pasti pernah mendengar kepercayaan anisme dan dinamisme bukan?

Kepercayaan animisme adalah kepercayaan untuk memuja roh nenek moyang.

Sedangkan, dinamisme adalah kepercayaan bahwa benda-benda tertentu memiliki kekuatan gaib dan harus dikeramatkan.

Nah, itulah tadi corak kehidupan masyarakat masa praaksara di Indonesia, Adjarian, masih dapat menemukan beberapa yang masih ada sampai saat ini, lo.

Sekarang, coba jawab soal di bawah ini, yuk!

Pertanyaan:

Apa yang dimaksud dengan food gathering dan food producing?

Petunjuk: Cek halaman 3.