Bagaimana seorang guru mengetahui kecocokan GAYA BELAJAR pada peserta didik

Kesal karena anak tidak bisa duduk diam dan belajar? Ini bukan berarti anak Anda malas lho. Bisa jadi, anak Anda punya gaya belajar yang berbeda. Tiap anak memiliki gaya belajarnya masing-masing. Jadi gaya belajar anak Anda belum tentu bisa disamakan dengan anak lainnya. 

Ada 3 tipe gaya belajar yaitu auditory, visual, dan kinestetik. Anak dengan gaya belajar auditory lebih suka belajar lewat audio seperti musik, membaca dengan keras, atau leat penjelasan langsung. Anak dengan gaya belajar visual akan lebih mudah memahami materi lewat gambar atau ilustrasi. Sementara anak dengan gaya belajar kinestetik belajar sambil bergerak, misalnya melakukan eksperimen.

Dengan mengetahui gaya belajar anak, Anda jadi bisa membantunya dalam proses belajar dan memaksimalkan potensinya. Selain itu, Anda juga jadi bisa memilih aktivitas yang tepat untuk anak. Berikut beberapa tips yang bisa Anda terapkan untuk mengetahui gaya belajar anak.

Perhatikan Bagaimana Anak Mengekspresikan Diri

Saat anak memiliki gaya belajar tertentu, dia biasanya juga akan mengekspresikan dirinya dengan cara yang sama. Misalnya, anak dengan gaya belajar auditory akan lebih cenderung membaca sesuatu dengan keras atau mengekspresikan dirinya lewat tulisan atau kata-kata.

Anak dengan gaya belajar visual akan lebih suka mengekspresikan diri mereka misalnya lewat mimik wajah dan gambar. Sementara anak dengan gaya belajar kinestetik akan lebih cenderung mengekspresikan diri mereka lewat gestur dan bahasa tubuh.

Perhatikan Minatnya

Gaya belajar anak juga biasanya terlihat dari hal-hal yang mereka minati. Misalnya anak dengan gaya belajar auditory biasanya suka mendengar musik dan mudah mengingat lagu, tapi sulit mengingat apa yang baru mereka baca. 

Anak dengan gaya belajar visual biasanya akan lebih suka membaca buku, menonton, atau tertarik pada fotografi. Sementara anak dengan gaya belajar kinestetik cenderung lebih tertarik pada hal-hal yang melibatkan aktivitas fisik seperti olahraga atau eksperimen ilmiah. Untuk membuat anak punya semangat belajar, ada baiknya baca juga 5 cara meningkatkan motivasi belajar anak.

Bagaimana seorang guru mengetahui kecocokan GAYA BELAJAR pada peserta didik

Loading Preview

Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.

MENGENALI GAYA BELAJAR SISWA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN        (Oleh : SUDARNO, M.Pd, Mahasiswa Program Doktoral (S3) Manajemen Pendidikan Universitas Pakuan Bogor

  1. Latar Belakang                                               Pernahkah kita bertanya pada diri sendiri mengapa kita dapat memahami lebih baik suatu informasi dibawah bimbingan salah satu instruktur/guru dibandingkan dengan instruktur/guru lain  dalam suatu pertemuan/mata pelaja-ran/mata kuliah? Kelebihan apakah yang dimiliki instruktur/guru tersebut sehingga kita lebih mudah memahami informasi yang disampaikannya? Jawabannya adalah hal itu terletak pada cara atau metode instruktur/ guru menyajikan informasi dan jenis gaya belajar yang melekat pada diri pembelajar. Setiap orang memiliki keunikan gaya belajar atau modalitas belajar tertentu dan memiliki potensi belajar dengan lebih baik melalui cara-cara tertentu yang berbeda-beda pula.                                  Memahami gaya  belajar siswa merupakan cara dan teknik terbaik untuk memaksimalkan potensi diri peserta didik dalam proses pembelajaran. Setelah menemukan gaya belajar siswa, maka kita dapat mengetahui dan menentukan metode terbaik untuk membelajarkan peserta didik tersebut. Kita akan terkejut bila mengetahui seorang siswa dapat berkembang dan berprestasi dengan pesat di dalam kelasnya pada mata pelajaran yang sebelumnya dianggap sulit dan tidak menyenangkan. Berarti ada sesuatu hal dalam diri siswa yang sebelumnya tidak disentuh atau dilupakan pendidik. Sesuatu yang unik tersebut yang dinamakan dengan gaya belajar atau modalitas belajar. Gaya belajar merupakan variasi cara yang dimiliki seseorang untuk mengakumulasi dan mengasimilasi suatu informasi. Pada dasarnya gaya belajar adalah metode terbaik yang memungkinkan seseorang dalam mengumpulkan dan menggunakan pengetahuan secara spesifik (khas). Gaya belajar atau modalitas belajar menggambarkan modus dominan seorang anak menerima, memproses dan mempertahankan informasi didalam otaknya. Pada umumnya, para ahli (psikolog anak) setuju bahwa ada tiga  macam dasar gaya belajar anak yaitu tipe visual, tipe auditori, dan tipe kinestetik. Setiap individu memungkinkan untuk memiliki satu macam gaya belajar atau dapat memiliki kombinasi dari gaya belajar yang berbeda. Penting untuk diingat bahwa setiap siswa adalah pembelajar yang unik. Tidak ada dua anak yang persis sama dan juga tidak ada dua orang yang bisa belajar dengan cara yang persis sama. Untuk diingat bahwa tidak ada cara yang benar atau cara yang salah dalam belajar, tetapi setiap individu adalah unik, dan setiap gaya belajar menawarkan keuntungan dan kekurangan masing-masing. Dengan mengenali dan memahami gaya belajar pada peserta didik maka kita dapat membantu dan memfasilitasi mereka untuk belajar efektif, produktif dan efisien seirama dengan cara kerja otak yang dimilikinya.
  2. Pentingnya Memahami Gaya Belajar Siswa Mari kita mengingat kembali nama-nama ilmuwan terkenal seperti Albert Einstein, Winston Churchill, dan Thomas A.Edison. Dimasa anak-anak, Albert Einstein dikenal suka melamun. Guru-gurunya di Jerman mengata-kan bahwa ia tidak akan berhasil di bidang apapun, sikap dan pernyataannya selalu merusak suasana kelas, dan lebih baik ia tidak bersekolah. Selanjutnya, Winston Churchill sangat lemah dalam pekerjaan sekolah, dalam berbicara ia gugup dan terbata-bata. Sementara itu, Thomas A. Edison pernah dipukuli guru dengan ikat pinggang karena dianggap mempermainkan guru dengan mengajukan banyak perta-nyaan, karena seringnya ia dihukum maka dikeluarkan dari sekolah tersebut oleh ibunya (setelah mengenyam pendi-dikan formal hanya selama 3 bulan).                                                   Einstein, Churchill, dan Edison ; ketiga tokoh tersebut memiliki gaya belajar yang khas yang tidak sesuai dengan gaya belajar disekolah mereka saat itu. Untunglah mereka memiliki pelatih yang memahami gaya belajar tersebut hingga akhirnya kesuksesan luar biasa mampu mereka capai. Einstein berhasil menjadi ilmuwan terbesar sepanjang sejarah, Churchill akhirnya menjadi salah satu pemimpin dan orator terbesar abad ke-20, dan Edison menjadi penemu sains paling produktif sepanjang zaman.                                                                   Sayangnya, jutaan anak lain di bumi pertiwi ini dengan kekhasan gaya belajar berbeda tersebut jarang sekali yang menyentuh dan memahaminya, sehingga potensi yang dimiliki anak-anak tersebut tidak maksimal untuk tumbuh dan berkembang. Bagi mereka yang berasal dari keluarga berekonomi mampu memungkinkan ada solusi yaitu dengan menghadirkan tenaga khusus (misalnya psikolog anak) seperti pada program home schooling atau private, tetapi bagaimana dengan nasib mereka yang berasal dari keluarga berekonomi menengah kebawah yang merupakan mayoritas peserta didik kita? Bagi mereka sekolah merupakan tumpuan dan harapan masa depan anak-anak mereka. Inilah salah satu penyebab kegagalan dunia pembelajaran dan pendidikan kita. Tentunya permasalahan tersebut harus kita selesaikan dengan serius dan profesional terutama para pendidik yang mayoritas dinegeri ini sudah menyandang gelar Guru Profesional (Guru Bersertifikat Pendidik). Tunjukkan jiwa profesionalisme keguruan kita seoptimal mungkin untuk melayani dan menghantarkan peserta didik dalam menggapai cita-cita masa depan mereka.            Setiap orang tentunya memiliki modalitas belajar yang berbeda-beda dan seharusnya memperoleh perlakuan seirama dengan modalitas yang dimilikinya. Namun kebanyakan sekolah diselenggarakan (dalam proses pembelajaran) umumnya berasumsi bahwa setiap peserta didik adalah identik sehingga diperlakukan sama dalam segala hal. Bila diperhatikan didalam kelas, kecenderungan pendidik yang hanya menggunakan satu cara saja dalam membelajarkan siswanya. Sebagai contoh, Guru mengajar dengan menggunakan media papan tulis (visual), mengajar dengan menggunakan buku (visual). Sementara itu siswa belajar dengan buku (visual), mencatat (visual), mengerjakan tugas secara tertulis (visual), dan mengerjakan test juga secara tertulis (visual). Karena hanya menggunakan satu gaya belajar, akhirnya timbullah beragam masalah pembelajaran sejak dari proses hingga ke evaluasi hasil belajar yang menyebab-kan kurangnya motivasi dan aktivitas belajar siswa.                 Bagi guru yang profesional, sangat penting untuk mengetahui apa yang berlangsung dalam kepala murid mereka. Perlu juga mengetahui perlakuan apa yang tepat dan diinginkan peserta didiknya. Pengetahuan guru tentang gaya belajar membantu para guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang multi-indrawi, yang melayani sebaik mungkin kebutuhan individual setiap siswa. Dengan memanfaatkan konsep keragaman peserta didik dan menerima gaya belajar mereka yang berbeda-beda. Para guru menjadi lebih efektif dalam menentukan strategi-strategi pembelajaran, dan murid akan belajar dengan lebih percaya diri dan lebih puas dengan kemajuan belajar mereka.                                                         Banyak keuntungan yang bisa kita peroleh dari mengenali dan memahami gaya belajar siswa, antara lain : 1) memaksimalkan potensi belajar siswa, 2) memahami cara belajar terbaik, 3) mengurangi frustrasi dan tingkat stres siswa, 4) mengembangkan strategi pembelajaran untuk efisien dan efektif, 5) meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri, 6) mempelajari cara terbaik menggunakan keunggulan otak, 7) mendapatkan wawasan kekuatan dan kelemahan diri, 8) mempelajari bagaimana menikmati belajar dengan lebih mendalam, 9) mengembangkan motivasi untuk terus belajar, 10) memaksimalkan kemampuan dan keterampilan diri, dan 11) meningkatkan produktifitas kerja otak.                          Kita telah memahami bahwa setiap peserta didik memiliki modalitas belajar atau gaya belajar yang berbeda-beda. Dalam praktik pembelajaran, kita tidak diperkenan-kan untuk menggunakan gaya belajar sebagaimana yang kita suka. Bila ini kita paksakan, maka siswa yang berbeda kecenderungannya dengan kita akan merasa dirugikan. Inilah yang disebut dengan “mall praktik mengajar” yang akan merusak jiwa (mental) anak dan berdampak pada menurunnya kualitas sumber daya generasi dimasa mendatang. Untuk itulah tenaga pendidik (terutama guru) harus berupaya mengenali gaya belajar peserta didiknya, dan akhirnya kita implementasikan dalam proses pembelajaran.
  3. Macam-Macam Gaya Belajar Siswa Bagaimana proses belajar pada peserta didik? Ada tiga tahap proses belajar yaitu menerima informasi, memahami dan mengerti informasi, serta tahap mengingat atau memproduksi informasi. Pada tahap menerima informasi ; informasi diterima melalui sumber belajar dan anak belajar menggunakan panca indera. Dalam menerima informasi, ada tiga kategori tipe anak yaitu anak visual, anak auditori, dan anak kinestetik, yang selanjutnya disebut dengan gaya belajar atau modalitas belajar. Mari kita kenali satu persatu ketiga tipe anak tersebut.                                                                                 Pertama, Visual Learners (Belajar Melalui Penglihatan) ; Pada tipe ini, pembelajar perlu melihat bahasa tubuh guru dan ekspresi wajah untuk bisa memahami isi pelajaran. Siswa cenderung lebih suka duduk di depan kelas untuk menghindari penghalang visual (misalnya kepala orang). Sebaiknya materi pembelajaran disampaikan melalui gambar-gambar dan media belajar melalui tampilan visual meliputi: diagram, ilustrasi buku teks, video, flipchart dan hand-out. Selama pembelajaran berlangsung, siswa visual biasanya lebih memilih untuk membuat catatan rinci untuk menyerap informasi. Peserta didik visual menerima, memproses dan mempertahankan informasi melalui penglihatan atau dengan membuat citra mental. Anak-anak ini berpikir melalui membaca dan menulis, atau gambar, grafik dan peta.  Pelajar visual sangat menyukai kerapian dan teratur. Mereka cenderung menyukai seperti permainan membaca, matematika, seni, televisi dan komputer. Mereka mudah melihat persamaan dan perbedaan, dan pandai menghafal kata-kata tertulis.                                                                     Didalam kelas pembelajaran, peserta didik visual memiliki ciri-ciri, sebagai berikut : 1) ketika belajar, pelajar visual memerlukan membuat catatan, menstabilo tulisan, atau membuat garis besar dan diagram, 2) mereka cenderung lebih mudah memahami tulisan dari pada instruksi lisan, 3) ketika mencoba untuk mencari tahu apakah jawaban benar, pelajar visual mungkin bertanya sendiri, “Apakah ini kelihatan benar?”, 4) hidupnya teratur, 5) memperhatikan segala sesuatu, menjaga penampilan, 6) mengingat dengan gambar, lebih suka membaca dari pada dibacakan, 7) membutuhkan gambaran, tujuan menyeluruh dan menangkap secara detail, 8) mengingat apa yang dilihat dan suka membuat coret-coretan, 9) dalam komunikasi sering menggunakan kata yang berhubungan dengan penglihatan, 10) berbicara dengan tempo cukup cepat.                                                               Kedua, Auditory Learners (Belajar Melalui Pendengaran) ; Model pembelajar auditori adalah model di mana seseorang lebih cepat menyerap informasi melalui apa yang ia dengarkan. Pada tipe ini, metode belajar mereka yang terbaik adalah melalui lisan dengan ceramah, diskusi, bicara hal-hal melalui dan mendengarkan apa yang orang lain katakan. Siswa auditori menafsirkan makna yang mendasari pidato dengan mendengarkan nada suara, pitch, kecepatan dan nuansa lainnya. Informasi tertulis mungkin hanya memiliki sedikit arti bagi mereka. Pembelajar ini lebih mendapatkan keuntungan dengan membaca teks dengan suara keras atau menggunakan tape recorder.                             Peserta didik auditori memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1) lebih cepat menyerap dengan mendengarkan, 2) menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca, 3) senang membaca dengan keras dan mendengarkan, 4) dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, irama, dan warna suara, 5) bagus dalam berbicara dan bercerita, 6) berbicara dengan irama yang terpola, 7) belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat, 8) suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar, 9) lebih pandai mengeja dengan keras dari pada menuliskannya, 10) suka musik dan bernyanyi, 11) tidak bisa diam dalam waktu lama, dan 12) suka mengerjakan tugas kelompok, 13) mengekspresikan emosi dengan mengubah nada suaranya, 14) menikmati hobi yang melibatkan pembicaraan atau suara, nada dan musik, 15) mengajukan pertanyaan-pertanyaan ketika menemukan sesuatu yang baru 16) berbicara bebas dalam kelompok, memecahkan masalah dan berkomunikasi melalui percakapan, 17) Perhatiannya mudah terpecah, 18) berbicara dengan pola berirama, 19) belajar dengan cara mendengarkan, dan 20) ketika membaca suka menggerakkan bibir/bersuara.                                                    Kenali mereka saat belajar, siswa auditori akan berbicara keras saat membaca, atau menulis jawaban sambil mengatakannya. Anak-anak ini mungkin juga perlu bersenandung atau bersiul untuk diri mereka sendiri dalam rangka untuk berkonsentrasi. Ketika mencoba untuk mencari tahu apakah jawaban benar, peserta didik auditori mungkin bertanya sendiri, “Apakah itu terdengar benar?”. Kelemahan peserta didik bertipe belajar model auditori yaitu siswa cenderung banyak bicara, tidak bisa belajar dalam suasana berisik atau ribut, lebih memperhatikan informasi yang didengarnya sehingga kurang tertarik untuk memperhatikan hal baru di sekitarnya.                                                                                          Ketiga, kinesthetic Learners (belajar dengan bergerak, melakukan dan menyentuh) ; Kinestetik adalah pembelajar melalui pendekatan fisik dan aktif menjelajahi dunia fisik di sekitar mereka. Mereka mungkin merasa sulit untuk duduk diam dalam jangka waktu yang lama dan mungkin menjadi terganggu dengan kebutuhan mereka akan aktivitas dan eksplorasi. Pembelajar kinestetik menerima, memproses dan mempertahankan informasi melalui gerakan atau sentuhan. Mereka berkembang dengan melakukan aktivitas fisik atau keterampilan tangan. Mereka lebih mudah mengingat informasi yang berhubungan dengan suatu kegiatan atau aktivitas fisik.                                          Model pembelajar kinestetik adalah pembelajar yang menyerap informasi melalui berbagai gerakan fisik. Ciri-ciri siswa kinestetik, di antaranya adalah : 1) selalu berorientasi fisik dan banyak bergerak, 2) berbicara dengan perlahan, 3) menanggapi perhatian fisik, 4) suka menggunakan berbagai peralatan dan media, 4) menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka, 5) berdiri dekat ketika berbicara dengan orang, 6) mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar, 7) belajar melalui praktek, 8) menghafal dengan cara berjalan dan melihat, 9) menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca, 10) banyak menggunakan isyarat tubuh, 11) tidak dapat duduk diam untuk waktu lama, 12) menyukai buku-buku yang berorientasi pada cerita, 13) kemungkinan tulisannya jelek, 14) ingin melakukan segala sesuatu, 15) menyukai permainan dan olah raga, 16) mengekspresikan emosi melalui bahasa tubuh, 17) menikmati hobi yang melibatkan sentuhan atau gerakan, 18) menggunakan indera peraba ketika menemukan sesuatu yang baru, dan 19) menggunakan gerak tubuh untuk berkomunikasi. Kelemahan peserta didik bertipe belajar kinestetik yaitu siswa sulit mempelajari hal yang abstrak seperti simbol matematika atau peta, tidak bisa belajar di sekolah yang konvensional di mana guru menjelaskan dan murid diam (model ceramah), dan kapasitas energinya cukup tinggi sehingga bila tidak disalurkan akan berpengaruh terhadap konsentrasi belajarnya.
  4. Mengetahui Cara Belajar Siswa                                 Dalam praktiknya juga tidak mudah mengetahui gaya belajar siswa. Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengetahui gaya belajar siswa, cara pertama : menggunakan observasi secara mendetail terhadap setiap siswa melalui penggunaan berbagai metode belajar mengajar di kelas. Gunakan metode ceramah secara umum, catatlah siswa-siswa yang mendengarkan dengan tekun hingga akhir. Perhatikan siswa-siswa yang “kuat” bertahan berapa lama dalam mendengar. Klasifikasikan mereka sementara dalam golongan orang-orang yang bukan tipe pembelajar yang cenderung mendengarkan. Dari sini kita bisa mengklasifikasikan secara sederhana tipe-tipe siswa dengan model-model pembelajar auditori yang lebih menonjol.                                                                                              Cara kedua : Dengan memutar film, menunjukkan gambar atau poster, dan juga menunjukkan peta ataupun diagram. Dengan proses belajar mengajar seperti ini, kita bisa melihat para siswa yang mempunyai kecenderungan belajar secara visual dan juga mempunyai kecerdasan visual-spasial akan lebih tertarik dan antusias.                          Cara ketiga : Dengan metode pembelajaran menggunakan praktik atau simulasi. Para pembelajar kinestetik tentu saja akan sangat antusias dengan model belajar mengajar semacam ini. Begitu seterusnya kita melihat bagaimana reaksi siswa terhadap setiap model pembelajaran sehingga lambat laun kita akan lebih mudah memahami dan mengetahui kecenderungan gaya belajar yang mereka miliki.                                                                      Cara keempat : Dengan memberikan tugas kepada siswa untuk melakukan pekerjaan yang membutuhkan proses penyatuan bagian-bagian yang terpisah, misalnya menyatukan model rumah yang bagian-bagiannya terpisahkan. Ada tiga pilihan cara yang bisa dilakukan dalam menyatukan model rumah ini, pertama adalah melakukan praktik langsung dengan mencoba menyatukan bagian-bagian rumah ini setelah melihat potongan-potongan yang ada; kedua adalah dengan melihat gambar desain rumah secara keseluruhan, baru mulai menyatukan; dan ketiga adalah petunjuk tertulis langkah-langkah yang diperlukan untuk membangun rumah tersebut dari awal hingga akhir. Pembelajar visual akan cenderung memulai dengan melihat gambar rumah secara utuh. Ia lebih cepat menyerap melalui gambar-gambar tersebut sebelum menyatukan bagian-bagian rumah secara keseluruhan. Pembelajar auditori cenderung membaca petunjuk tertulis mengenai langkah-langkah yang diperlukan untuk membangun rumah, dan tidak terlalu mempedulikan gambar yang ada. Sedangkan pembelajar kinestetik akan langsung mempraktikkan dengan mencoba-coba menyatukan satu bagian dengan bagian yang lain tanpa terlebih dahulu melihat gambar ataupun membaca petunjuk tulisan. Dari pengamatan terhadap cara kerja siswa dalam menyelesaikan tugas ini, kita akan lebih memahami gaya mengajar siswa secara lebih mendetail.                                                                          Cara Kelima : Dengan melakukan survey atau test gaya belajar. Namun demikian, alat survey ataupun test ini biasanya mengikat pada satu konsultan atau psikolog tertentu sehingga jika kita ingin melakukan test tersebut harus membayar dengan sejumlah biaya tertentu, yang terkadang dirasa cukup mahal. Namun demikian, karena menggunakan metodologi yang sudah cukup teruji, biasanya survey atau test psikologi semacam ini mempunyai akurasi yang tinggi sehingga memudahkan bagi guru untuk segera mengetahui gaya belajar siswa. Berikut ini diberikan contoh instrument test untuk mengetahui gaya belajar peserta didik.

Test Gaya Belajar Peserta Didik                            

Contoh Tes 1

Tandailah kotak yang sesuai untuk setiap pertanyaan dan jumlahkan nilainya                                                                

  1. ( … ) Saya perlu satu ilustrasi dari apa yang diajarkan supaya bisa memahaminya.
  2. ( … ) Saya tertarik pada obyek yang mencolok, berwarna, dan yang merangsang mata.
  3. ( …. ) Saya lebih menyukai buku-buku yang menyer-takan gambar atau ilustrasi.
  4. ( … ) Saya terkesan sedang “melamun”, saat memba-               yangkan apa yang sedang saya dengar.
  5. ( … ) Saya mudah mengingat apabila saya bisa melihat orang yang sedang berbicara.
  6. ( … ) Apa yang harus saya ingat harus saya ucapkan                 dulu.
  7.  ( … ) Saya harus membicarakan suatu masalah dengan suara keras untuk memecahkannya.
  8. ( … ) Saya akan mudah menghafal dengan mengucapkannya berkali-kali.
  9. ( … ) Saya mudah mengingat sesuatu apabila itu       didendangkan.
  10. ( … ) Saya lebih suka mendengarkan rekaman dari pada duduk dan membaca bukunya.
  11. ( … ) Saya tidak bisa duduk diam berlama-lama.
  12. (… ) Saya lebih mudah belajar apablla ada keterlibatan sejumlah anggota tubuh.
  13. ( … ) Saya hampir selalu melakukan gerakan tubuh.
  14. ( … ) Saya lebih suka membaca buku atau mendengarkan cerita-cerita action.

Bila lebih banyak memilih pernyataan :                                                  a. Nomor 1 s.d 5           : tipe Auditori                                                  b. Nomor 6 s.d 10         : tipe Visual                                                          c. Nomor 11 s.d 14       : tipe Kinetik                                                                    

Contoh Tes 2                                                                      

Berilah tanda V pada jawaban yang sesuai dan jumlahkan nilainya.

No Pertanyaan Jawaban
sering kadang-kadang jarang
A.1 Apakah anda rapi dan teratur ?
2 Apakah anda berbicara dengan cepat ?
3 Apakah anda perencana dan pengatur jangka panjang yang baik ?
4 Apakah anda pengeja yang baik dan dapatkah anda melihat kata-kata dalam pikiran anda?
5 Apakah anda lebih ingat apa yang dilihat daripada yang didengar?
6 Apakah anda menghafal hanya dengan melihat saja?
7 Apakah anda sulit mengi-ngat perintah lisan kecuali jika dituliskan, dan apakah anda sering menyuruh orang mengulang ucapannya ?
8 Apakah anda lebih suka membaca daripada dibacakan?
9 Apakah anda suka mencoret-coret saat menelpon/rapat ?
10 Apakah anda lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato ?
11 Apakah anda lebih suka seni rupa daripada musik
12 Apakah anda tahu apa yang harus dikatakan tetapi tidak terpikir kata yang tepat ?
Sub Total
  x 2 x 1 x 0
Total
B.1 Apakah anda berbicara pada diri sendiri saat bekerja ?
2 Apakah anda mudah terganggu keributan ?
3 Apakah anda menggerakkan bibir saat membaca ?
4 Apakah anda suka membaca keras-keras dan mendengarkan ?
5 Dapatkah anda mengulang dan menirukan nada, perubahan, dan warna suara ?
6 Apakah anda merasa menulis itu sulit, tetapi pandai bercerita ?
7 Apakah anda berbicara dengan pola berirama ?
8 Apakah menurut anda, anda adalah pembicara yang fasih ?
9 Apakah anda lebih menyuka musik daripada seni rupa ?
10 Apakah anda belajar melalui mendengar dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat ?
11 Apakah anda banyak bicara, suka berdiskusi dan menjelaskan panjang lebar ?
12 Apakah anda lebih baik mengeja keras-keras daripada menuliskannya ?
Sub Total
  x 2 x 1 x 0
Total
C.1 Apakah anda berbicara dengan lambat ?
2 Apakah anda menyentuh orang untuk mendapatkan perhatiannya ?
3 Apakah anda berdiri dekat-dekat saat berbicara dengan orang ?
4 Apakah sering melakukan kegiatan fisik / banyak bergerak ?
5 Apakah anda lebih bisa belajar dengan praktek ?
6 Apakah anda belajar dengan berjalan dan melihat ?
7 Apakah anda menggunakan jari untuk menunjuk saat membaca ?
8 Apakah anda banyak menggunakan isyarat tubuh ?
9 Apakah anda tak bisa duduk tenang untuk waktu yang lama ?
10 Apakah anda membuat keputusan berdasarkan perasaan ?
11 Apakah anda mengetuk-ngetuk pena, menggerakkkan jari atau kaki saat mendengarkan ?
12 Apakah anda meluangkan waktu untuk berolah raga dan kegiatan fisik lain   nya ?
Sub Total
  x 2 x 1 x 0
Total

Bila total nilai lebih banyak pada :

  1. Sering : Tipe Visual
  2. Kadang-kadang : Tipe Auditori
  3. Jarang : Tipe Kinestetik
  1. Mengajar dengan Gaya Belajar Siswa yang Berbeda Setelah mengetahui gaya belajar siswa dan kecenderungan kecerdasan yang paling menonjol dimilikinya, saatnya sebagai guru kita menyesuaikan dengan gaya belajar mereka. Bagaimana kita menyesuaikan diri dengan gaya belajar mereka masing-masing?                                         Untuk pembelajar visual, di mana lebih banyak menyerap informasi melalui mata, hal-hal yang bisa kita lakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar mereka adalah: 1) biarkan mereka duduk di bangku paling depan sehingga mereka bisa langsung melihat apa yang dituliskan atau digambarkan guru di papan tulis, 2) selain tulisan, buatlah lebih banyak bagan-bagan, diagram, flow-chart menjelaskan sesuatu, 3) putarkan film, 4) minta mereka untuk menuliskan poin-poin penting yang harus dihafalkan, 5) gunakan berbagai ilustrasi dan gambar, 6) tulis ulang apa yang ada di papan tulis, 7) gunakan warna-warni yang berbeda pada tulisan, 8) mendorong siswa untuk menggambarkan informasi, dengan menggunakan diagram dan warna, 9) beri kode warna untuk bahan pelajaran, dan sebaiknya dorong siswa untuk mencatat dengan aneka warna.    Kelemahan peserta didik bertipe belajar visual yaitu tidak suka berbicara di depan kelompok dan tidak suka mendengarkan orang lain, tahu apa yang harus dikatakan tetapi tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata, ditandai dengan sering terlambat menyalin pelajaran di papan tulis dan tulisan tangan berantakan, sering lupa jika harus menyampaikan pesan secara verbal kepada orang lain dan biasanya kurang mampu mengingat informasi yang diberikan secara lisan. Untuk itu pendidik tidak boleh memaksa mereka untuk berbicara keras atau disuruh mendengar dengan super serius.                                                                  Untuk pembelajar auditori, di mana mereka lebih banyak menyerap informasi melalui pendengaran, hal-hal yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar siswa adalah : 1) gunakan audio dalam pembelajaran (musik, radio, dll), 2) saat belajar, biarkan mereka membaca dengan nyaring dan suara keras, 3) seringlah memberi pertanyaan kepada mereka, 3) membuat diskusi kelas, 4) menggunakan rekaman, 5) biarkan mereka menjelaskan dengan kata-kata, 6) biarkan mereka menuliskan apa yang mereka pahami tentang satu mata pelajaran, 7) belajar berkelompok.                                                            Untuk menghadapi siswa dengan kecenderungan auditori, guru hendaknya melakukan hal-hal berikut: 1) gunakan variasi vokal (perubahan nada, kecepatan, dan volume) dalam presentasi kelas, 2) gunakan pengulangan, mintalah siswa menyebutkan kembali konsep pelajaran, 3) gunakan musik sebagai aba-aba untuk kegiatan rutin, 4) setiap segmen siswa diminta memberitahukan pada teman sebelahnya.                                                           Sedangkan untuk pembelajar kinestetik, di mana mereka lebih banyak menyerap informasi melalui gerakan fisik, hal-hal yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar siswa adalah : 1) perbanyak praktik lapangan (field trip), 2) melakukan demonstrasi atau pertunjukan langsung terhadap suatu proses, 3) membuat model atau contoh-contoh, 4) belajar tidak harus duduk secara formal, bisa dilakukan dengan duduk dalam posisi yang nyaman walaupun tidak biasa dilakukan oleh murid-murid yang lain, 5) perbanyak praktik dilaboratorium, 6) boleh menghafal sesuatu sambil bergerak, berjalan atau mondar-mandir, 7) perbanyak simulasi dan role playing, dan 8) biarkan murid berdiri saat menjelaskan sesuatu.                           Ketika belajar, pembelajar kinestetik perlu membangun model untuk meningkatkan pemahaman. Anak-anak ini mungkin akan lebih berkonsentrasi jika sambil berjingkrak-jingkrak atau memainkan bola sambil mendengarkan kuliah atau menyelesaikan tugas. Mereka dapat mengingat informasi lebih mudah sementara mondar-mandir menggiring bola, berayun atau melompat-lompat. Anak kinestetik cenderung memiliki masalah jika mengikuti kelas konvensional (metode ceramah). Metode pembelajaran terbaik untuk anak-anak ini jika melibatkan aktivitas eksperimen dan kegiatan membangun model.                          Dalam praktiknya, satu kelas biasanya terdiri dari tiga kelompok pembelajar semacam ini, oleh karena itu tidak bisa seorang guru hanya mempraktikkan satu metode belajar mengajar untuk diterapkan di seluruh kelas. Bayangkan jika guru mengajar hanya dengan metode ceramah mulai dari awal hingga akhir, sedangkan dalam satu kelas kecenderungannya lebih banyak pembelajar visual atau kinestetik, maka yang terjadi adalah suasana yang tidak menyenangkan. Siswa-siswa visual dan kinestetis akan mulai merasa bosan dengan apa yang diceramahkan, hingga yang terjadi mereka akan mulai mencari perhatian dengan berbagai hal yang mengganggu. Ada yang tidak mendengarkan, tidur di kelas, ataupun berlarian ke sana kemari karena tidak tahan untuk terus menerus mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru di dalam kelas. Dalam situasi semacam ini, guru-guru kreatif dan mempunyai inovasi yang tinggi akan segera mengganti proses belajar mengajar dengan mempertimbang-kan keragaman gaya belajar siswa. Tidak lagi kemudian menggunakan metode ceramah, tetapi menggunakan metode yang lain yang memungkinkan, misalnya diskusi kelompok ataupun mengajak mereka dalam suatu permainan agar tidak membosankan.                                                                 Namun demikian, yang masih sering terjadi adalah sebaliknya karena guru merasa tidak diperhatikan, kemudian menggunakan kekuasaannya dengan melakukan bentakan yang keras, biasanya disertai ancaman kalau tidak mendengarkan dan memberikan hukuman ke siswa. Pola belajar mengajar semacam ini tidak saja membuat proses belajar mengajar menjadi sesuatu yang mengerikan dan membuat trauma bagi anak didik, tetapi juga mengaduk-aduk dan menyita emosi guru secara terus menerus. Akibatnya, tekanan kerja yang semakin berat membuat proses belajar mengajar bagi guru menjadi beban yang tidak lagi menyenangkan. Situasi semacam ini melahirkan “kalah-kalah”, di mana guru kalah karena walaupun sudah bekerja keras tetapi tidak bisa menikmati pekerjaannya, sementara bagi siswa juga kalah karena proses belajar mengajar tidak lagi menjadi proses yang menyenangkan, tetapi membuat trauma dan kesedihan untuk belajar. Karena itulah, kreativitas dan kemampuan guru untuk memahami gaya belajar siswa sangat penting agar suasana di dalam kelas bisa dibangun dengan lebih kondusif dan menyenangkan untuk belajar. Dengan demikian, sekolah akan menjadi tempat yang menyenangkan, bagi guru, siswa, dan semua pihak yang terlibat di dalamnya.                                  Idealnya, dalam kelas pembelajaran peserta didik sudah terseleksi dari awal dan diketahui jenis gaya belajar dominan yang mereka miliki pada kelas tersebut. Maka terbentuklah kelas-kelas bertipe visual, kelas bertipe auditori, dan kelas bertipe kinestetik. Sehingga memudahkan pendidik dalam menerapkan strategi, metode pembelajaran dan perlakuan kepada mereka. Namun sayangnya sangat jarang sekolah yang mengelompokkan siswanya kedalam kelas-kelas berdasarkan karakteristik peserta didiknya. Jika demikian maka yang bisa dilakukan yaitu mengoptimalkan kompetensi dan peran pendidik dalam proses pembelajaran. Seorang pendidik harus mampu memerankan berbagai strategi dan metode pembelajaran dalam kelas yang beragam tersebut.
  1. Menjadi Pengajar yang Baik Pada akhir tulisan ini, penulis merumuskan poin-poin penting menjadi pengajar yang baik yaitu :
  2. Cintai mata pelajaran/bidang studi yang diampu, dan

tunjukkan pada siswa

  1. Niat yang ikhlas menjadi pendidik
  2. Kenali gaya belajar siswa dan implementasikan dalam

Pembelajaran

  1. Layani peserta didik sebaik mungkin
  2. Buat desain pembelajaran dan sajikan materi secara

menarik

  1. Ciptakan isu dan tema yang menarik siswa
  2. Ajukan pertanyaan dengan jawaban imajinatif,

analisis, dan evaluatif

  1. Jadilah pendengar yang baik
  2. Memiliki sense of humor
  3. Memberikan perhatian as ahuman being kepada siswa
  4. Mendorong berpikir rasional, kritis, dan kreatif
  5. Selalu siap membantu siswa
  6. Selalu memberikan penghargaan ke siswa
  7. Memberikan penilaian yang adil ke setiap siswa

Demikian paparan gagasan dari penulis, semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak dan menjadi sumbangsih bagi dunia pendidikan.

TERIMA KASIH

…pendidikan hari esok harus lebih baik dari hari ini…

***Insya Allah***

BIODATA PENULIS

  1. Nama Lengkap : SUDARNO, S.Pd, M.Pd
  2. NIP : 197509022008011004
  3. Pangkat/Golongan : Penata/III.c
  4. Tempat, tanggal Lahir : Karanganyar, 02 September 1975
  5. Jenis Kelamin : Laki-laki
  6. Pendidikan terakhir : S.2 UNPAK Adm. Pendidikan

Mahasiswa S.3 UNPAK Man.Pendidikan

  1. Pekerjaan/Jabatan : PNS / Guru
  2. Alamat Rumah : Kp.Cikoneng Rt.03/03 Ds.Gn.Menyan

Kec. Pamijahan Kab.Bogor

Prov.Jawa Barat Telp. 085692500383

  1. Email :
  2. Unit Kerja/Alamat : SMP Negeri 2 Cibungbulang                                  Desa Giri Mulya Cibungbulang

Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat