Bagaimanakah langkah langkah dalam merancang kerajinan dengan inspirasi objek budaya lokal

Perencanaan Usaha Kerajinan dengan Inspirasi Objek Budaya Lokal Kegiatan wirausaha didukung oleh ketersediaan sumber daya manusia, material, peralatan, cara kerja, pasar, dan pendanaan. Sumber daya yang dikelola dalam sebuah wirausaha dikenal dengan sebutan 6M, yakni Man (manusia), Money (uang), Material (bahan), Machine (peralatan), Method (cara kerja), dan Market (pasar). Wirausaha kerajinan dengan inspirasi objek budaya lokal dapat dimulai dengan melihat potensi bahan baku (Material), keterampilan produksi (Man & Machine) dan budaya lokal yang ada di daerah setempat. Wirausaha kerajinan dengan inspirasi budaya akan menawarkan karya-karya kerajinan inovatif kepada pasaran. Pasar sasaran (Market) dari produk kerajinan ini adalah orang-orang yang menghargai dan mencintai kebudayaan tradisional. Kemampuan mengatur keuangan (Money) dalam kegiatan usaha akan menjamin keberlangsungan dan pengembangan usaha. erancangan dan Produksi Kerajinan dengan Inspirasi Objek Budaya Lokal Proses perancangan kerajinan diawali dengan pemilihan sumber inspirasi dan pencarian ide produk kerajinan, pembuatan sketsa ide, pembuatan studi model kerajinan, dilanjutkan dengan pembuatan petunjuk produksi. Ide kerajinan dengan inspirasi objek budaya lokal akan dikembangkan menjadi produk kerajinan yang akan diproduksi dan siap dijual. Dengan demikian, produk yang dihasilkan harus memiliki nilai estetik dan inovasi agar diminati pasar. Objek budaya lokal dapat objek 2 (dua) dimensi seperti relief dan motif, atau 3 (tiga) dimensi seperti bangunan, alat musik dan senjata. 1. Pencarian Ide Produk Untuk memudahkan pencarian ide atau gagasan untuk rancangan kerajinan objek budaya lokal, mulailah dengan memikirkan hal-hal di bawah ini. Objek budaya lokal apa yang akan menjadi inspirasi? Produk kerajinan apa yang akan dibuat? Siapa yang akan menggunakan produk kerajinan tersebut? Bahan/material apa yang apa saja yang akan dipakai? Warna dan/atau motif apa yang akan digunakan? Adakah teknik warna tertentu yang akan digunakan? Bagaimana proses pembuatan produk tersebut? Alat apa yang dibutuhkan?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat diungkapkan dan didiskusikan dalam kelompok dalam bentuk curah pendapat (brainstorming). Pada proses brainstorming ini setiap anggota kelompok harus membebaskan diri untuk menghasilkan ide-ide yang beragam dan sebanyak-banyaknya. 2. Membuat Gambar/Sketsa Ide-ide produk, rencana atau rancangan dari produk kerajinan digambarkan atau dibuatkan sketsanya agar ide yang abstrak menjadi berwujud. Ide-ide rancangan dapat digambarkan pada sebuah buku atau lembaran kertas, dengan menggunakan pensil, spidol atau bolpoin dan sebaiknya hindari penggunaan penghapus. 3. Pilih Ide Terbaik Setelah kamu menghasilkan banyak ide-ide dan menggambarkannya dengan sketsa, mulai pertimbangkan ide mana yang paling baik, menyenangkan dan memungkinkan untuk dibuat. 4. Prototyping atau Membuat Studi Model Sketsa ide yang dibuat pada tahap-tahap sebelumnya adalah format dua dimensi. Artinya hanya digambarkan pada bidang datar. Kerajinan yang akan dibuat berbentuk tiga dimensi. Maka, studi bentuk selanjutnya dilakukan dalam format tiga dimensi, yaitu dengan studi model. Studi model dapat dilakukan dengan material sebenarnya maupun bukan material sebenarnya. 5. Perencanaan Produksi Tahap selanjutnya adalah membuat perencanaan untuk proses produksi atau proses pembuatan kerajinan tersebut. Prosedur dan langkah-langkah kerja dituliskan secara jelas detail agar pelaksanaan produksi dapat dilakukan dengan mudah dan terencana. a. Produksi Kerajinan dengan Inspirasi Objek Benda Lokal Tahapan produksi secara umum terbagi atas pembahanan, pembentukan, perakitan, dan finishing. Tahap pembahanan adalah mempersiapkan bahan atau material agar siap dibentuk. Tahapan proses pembahanan dilanjutkan dengan proses pembentukan. Pembentukan bahan baku bergantung pada jenis material, bentuk dasar material dan bentuk produk yang akan dibuat. Material kertas dibentuk cara dipotong atau dipahat. Pemotongan bahan dibuat sesuai dengan bentuk yang direncanakan. Pemotongan dan pemahatan juga biasanya digunakan untuk membuat sambungan bahan, seperti menyambungkan bilah-bilah papan atau dua

batang bambu. Pembentukan besi dan rotan, selain dengan pemotongan, dapat menggunakan teknik pembengkotan. Pembentukan besi juga dapat menggunakan teknik las. Logam lempengan dapat dibentuk dengan cara pengetokan. Tahap terakhir adalah finishing. Finishing dilakukan sebagai tahap terakhir sebelum produk tersebut dimasukkan ke dalam kemasan. Kelancaran produksi juga ditentukan oleh cara kerja yang memperhatikan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja). Upaya menjaga kesehatan dan keselamatan kerja bergantung pada bahan, alat dan proses produksi yang digunakan pada proses produksi. Proses pembahanan dan finishing, apabila menggunakan bahan kimia yang dapat berbahaya bagi kulit dan pernafasan, pekerja harus menggunakan sarung tangan dan masker dengan filter untuk bahan kimia. Selain alat keselamatan kerja, hal yang tak kalah penting adalah sikap kerja yang rapi, hati-hati, teliti dan penuh konsentrasi. Sikap tersebut akan mendukung kesehatan dan keselamatan kerja. b. Kemasan Kerajinan dengan Inspirasi Objek Budaya Lokal Kemasan untuk kerajinan berfungsi untuk melindungi produk dari kerusakan serta memberikan kemudahan membawa dari tempat produksi hingga sampai ke konsumen. Kemasan juga berfungsi untuk menambah daya tarik, dan sebagai identitas atau brand dari produk tersebut. Fungsi kemasan didukung oleh pemilihan material, bentuk, warna, teks dan grafis yang tepat. Material yang digunakan untuk membuat kemasan beragam bergantung pada produk yang akan dikemas. Daya tarik dan identitas, selain ditampilkan oleh material kemasan, juga dapat ditampilkan melalui bentuk, warna, teks dan grafis. Pengemasan dapat dilengkapi dengan label yang memberikan informasi teknis maupun memperkuat identitas atau brand. Kemasan dapat dibagi menjadi 3 (tiga), kemasan primer, kemasan sekunder dan kemasan tersier. Kemasan yang melekat pada produk disebut sebagai kemasan primer. Kemasan sekunder berisi beberapa kemasan primer yang berisi produk. Kemasan untuk distribusi disebut kemasan tersier. Kemasan primer produk melindungi produk serta memberikan kemudahan untuk distribusi dari tempat produksi ke tempat penjualan. Perlindungan bisa diperoleh dari kemasan tersier yang membuat kemasan beragam bergantung pada produk yang akan dikemas. Kemasan produk sebaiknya memberikan identitas atau brand dari produk tersebut atau dari produsennya.

A.Proses Produksi Budi Daya Tanaman Hias Sarana produksi yang diperlukan dalam budi daya tanaman hias hampir sama dengan tanaman pangan. Tanaman pangan umumnya di budidayakan dalam lahan yang terhampar, sedangkan tanaman hias dapat juga dibudidayakan dalam pot atau polibag di tempat terbuka atau ternaungi di pekarangan. Media tanam pot dapat berupa tanah yang dicampur dengan pupuk kandang atau berbagai media tanam,berikut adalah bahan untuk budi daya tanaman hias: Benih atau bibit Media tanam Pupuk Zat pengatur tumbuh Pestisida Mulsa plastik (plastik penutup media tanam) Sungkup (plastik penutup bunga / daun) Polybag atau pot Dan berikut ini adalah teknik budi daya untuk tanaman hias : 1.Persiapan Lahan / Media Tanam Persiapan ini dilakukan untuk menyediakan media tumbuh yang sesuai untuk setiap tanaman agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Kondisi tanah yang gembur sangat dibutuhkan untuk budi daya tanaman. Jika diperlukan,lahan tanam dapat diberi dengan tambahan pupuk kandang. 2.Pembibitan Perbanyakan bahan tanaman hias dapat dilakukan melalui perbanyakan sexual dengan menggunakan biji dan perbanyakan vegetatif dengan

menggunakan organ vegetatif. Perbanyakan sexual dilakukan melalui biji yang merupakan hasil pembuahan gamer betina oleh gamet jantan yang didahului oleh penyerbukan. Biji yang dijadikan benih sebaiknya dipanen dari induk yang sehat, sebelum ditanam, biji disemai terlebih dahulu. Penyemaian dilakukann di lahan yang berbentuk bedengan, lahan untuk persemaian juga harus gembur sehingga memudahkan perkecambahan benih. Persemaian benih dilakukan di tempat yang agak terlindung dari panas matahari atau dapat diberikan naungan paranet. Persemaian benih juga dilakukan di bak plastik, tray atau pot plastik. Media semai yang digunakan adalah tanah yang dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1 atau dua bagian tanah dan satu bagin pupuk kandang. Selama persemaian, media semai dijaga kelembabannya dengan melakukan penyiraman. Contoh tanaman hias yang diperbanyak dengan benih adalah Anthurium dan Adenium. 3.Penanaman Penanaman dilakukan jika lahan tanam sudah gembur. Jika terlalu kering, lahan dapat disiram terlebih dahulu. Penanaman sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari. 4.Pemupukan Pemupukan adalah penambahan unsur hara untuk mencukupi kebutuhan tanaman. Pupuk dapat diberikan ke media atau disemprot langsung ke tanaman, jenis pupuk yang digunakan bisa berupa pupuk organik atau anorganik 5.Pemeliharaan

Pemeliharaan meliputi: Penyulaman (menanam kembali tanaman yang mati, rusak, atau pertumbuhan tidak normal) Penyiraman (dilakukan pada pagi atau sore hari, jika cuaca panas penyiraman dilakukan setiap hari) Pembubuhan (untuk memperbaiki aerasi tanah, yaitu udara dalam tanah bergantian dengan udara di atmosfer. Serta menutup pangkal tanaman atau bagian tanaman yang berada di dalam tanah) Penyiangan (membersihkan gulma yang mengganggu pertumbuhan tanaman) 6.Pengendalian OPT Pengendalian OPT ini dilakukan untuk mencegah mengendalikan organisme yang mengganggu pertumbuhan, produksi, dan kualitas hasil tanaman. Pengendalian ini dapat dilkukan dengan menggunakan tanaman yang terserang serta memungut hama pengganggu tanaman. 7.Panen dan Pascapanen Panen dan Pascapanen harus dilakukan dengan hati - hati agar tidak kehilangan hasil dan penurunan kualitas hasil panen. Panen dilakukan pada pagi atau sore hari, pascapanen tanaman hias disesuaikan dengan produk budi dayanya (Tanaman hias daun,bungan potong,tanaman dalam pot) Kewirausahaan pengolahan makanan awetan hewani Proses pengawetan merupakan suatu cara untuk menjadikan hasil petrnakan dan pertanian manjadi produk makanan atau minuman (pangan ) yang lebih awet dengan tetap mempertahankan sifat fisik, tekstur, warna dan zat gizinya. hewani Perencanaan usaha pengolahan makanan awetan dari bahan

Mutu bahan pangan terbaik adalah sesaat setelah pemanenan atau pemotongan. Proses pengawetan adalah suatu cara untuk menjadikan hasil peternakan dan pertanian yang awalnya bersifat mudah rusak menjadi produk makanan atau minuman ( Pangan ) yang lebih awet dengan sebisa mungkin tetap mempertahankan sifat fisik ( Tekstur, warna ) dan zat gizinya. Makana awetan dari bahan hewani adalah makan yang dibuat dari SDA hewani, sudah melalui proses pengolahan yang tepat dan dikemas dengan baik, baik menggunakan pengawetan (sesuai kriteria BPOM) maupun tidak sehingga mempunyai umur simpan yang libih panjang. Sistem pengolahan makanan awetan dari bahan hewani Makanan berdasarkan kadar airnya dapat dibagi menjadi makanan kering dan makanan basah pengembangan makanan awetan dari makanan hewani dari makanan hewani terbagi pada dua bagian. Pengolahan Pengolahan dan pengawetan pangan merupakan dua proses yang sulit dipisahkan. Dalam praktik sehari-hari. Pengawetan dengan suhu rendah Umumnya yang dimaksud dengan suhu rendah ini berkisar antara -2 C sampai 8 C Cara pengawetan pangan dengan suhu rendah ada dua macam yaitu pendinginan (Cooling) dan pembekuan (freezing). Pembekuan cepat ( quick freezing) dilakukan pada suhu -24 samapi -40 C. Pengawetan dengan suhu tinggi Teknik pengawetan suhu tinggi dapat dilakukan dengan cara merebus atau menggoreng suatu bahan makanan. Pemanasan yang baik adalah secukupnya agar nilai gizi yang hilang tidak terlalu banyak 1. Jumlah panas yang diberikan harus cukup

2. Jumlah panas yang digunakan tidak boleh menyebabkan penurunan gizi dan cita rasa makanan Berdasarkan penggunaan suhu, waktu dan tujuan pemanasan 1. Sterilisasi Sterilisasi berarti membebaskan bahan dari semua mikroba 2. Pasteurisasi Pasteurisasi adalah suatu proses pemanasan yang relatif cukup rendah ( Umumnya dilakukan dibawah 100 C). Pengawetan dengan iradiasi Iradiasi bertujuan mengurangi kehilangan akibat kerusakan dan pembusukan, serta membasmi mikroba dan organisme lain yang menimbulkan penyakit yang terbawa makanan. Pengawetan dengan bahan kimia Penggunaan bahan kimia untuk pengawet harus digunakan dalam takaran yang tepat dan sesuai dengan ketentuan agar aman bagi manusia Pengemasan Fungsi pertama adalah fungsi perlindungan. Pada aspek ini kemasan berfungsi untuk menjadi produk tetap bersih, pelindung dari kotoran dan kontaminasi a. Kemasan primer Kemasan primer adalah kemasan yang berhubungan langsung dengan produk b. Kemasan sekunder Kemasan sekunder adalah kemasan kedua yang berisi sejumlah kemasan primer c. Kemasan tersier Kemasan tersier adalah kemasan yang banyak diperuntukan untuk distribusi.