Berapa banyak berita yang mengedukasi tentang mitigasi
Pengertian Mitigasi Bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana). ____________________________________________________________________________ Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana berdasarkan sumbernya dibagi menjadi tiga, yaitu:
Bencana alam juga dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Penyebab bencana alam di Indonesia:
____________________________________________________________________________ Mitigasi Bencana Tujuan mitigasi bencana
Beberapa kegiatan mitigasi bencana di antaranya:
Robot sebagai perangkat bantu manusia, dapat dikembangkan untuk turut melakukan mitigasi bencana. Robot mitigasi bencana bekerja untuk mengurangi resiko terjadinya bencana. Contoh robot mitigasi bencana diantaranya:
Berdasarkan siklus waktunya, kegiatan penanganan bencana dapat dibagi 4 kategori:
Contoh upaya dalam mitigasi bencana
Berikut adalah contoh video mengenai mitigasi tsunami mitigasi Tsunami
▫ Sebelum Gempa
▫ Ketika Gempa
▫ Setelah Gempa
▫ Sebelum Banjir
▫ Saat Banjir
▫ Setelah Banjir
____________________________________________________________________________ Contoh siklus manajemen bencana: Tahap prabencana dapat dibagi menjadi kegiatan mitigasi dan preparedness (kesiapsiagaan). Selanjutnya, pada tahap tanggap darurat adalah respon sesaat setelah terjadi bencana. Pada tahap pascabencana, manajemen yang digunakan adalah rehabilitasi dan rekonstruksi. Tahap prabencana meliputi mitigasi dan kesiapsiagaan. Upaya tersebut sangat penting bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana sebagai persiapan menghadapi bencana. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan. Tahap pascabencana meliputi usaha rehabilitasi dan rekonstruksi sebagai upaya mengembalikan keadaan masyarakat pada situasi yang kondusif, sehat, dan layak sehingga masyarakat dapat hidup seperti sedia kala sebelum bencana terjadi, baik secara fisik dan psikologis.
KLATEN – Masuknya Kabupaten Klaten dalam wilayah rawan gempa, membuat edukasi terkait bencana alam menjadi sangat penting. Sehingga diharapkan masyarakat menjadi lebih awas dan meningkatkan kesiapsiagaannya. Hal tersebut disampaikan geolog dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Didit Hadi Barianto, saat menjadi pembicara dalam Forum Sosialisasi Wilayah Rawan Gempa, yang digelar Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten, di Aula Kantor BPBD setempat, Kamis (24/3/2022). Menurutnya, masyarakat harus memahami bencana gempa bumi, mulai dari bagaimana bencana tersebut terjadi, hingga bagaimana hidup berdampingan dengan gempa. “Banyak negara yang merasakan dampak gempa lebih besar dari pada di Klaten. Namun bisa bersahabat dan berdamai dengan bencana gempa. Yang dilakukan justru memberikan edukasi sebanyak mungkin bagi masyarakat, sehingga masyarakat lebih memahami peristiwa gempa terjadi,” ungkapnya. Ia menjelaskan hingga saat ini belum ada sistem peringatan dini untuk bencana gempa, bahkan para ahli pun belum bisa memastikan siklus gempa dalam skala besar. Dengan demikian, pemahaman terhadap gempa menjadi sangat penting agar masyarakat lebih siap menghadapinya. “Bencana gempa sudah terjadi sejak dahulu, dan aktivitasnya akan selalu ada. Di era Mataram Kuno, bila terjadi gempa, masyarakat akan berpindah ke lokasi yang lebih aman, namun di era modern tentu tidak bisa dilakukan seperti itu. Yang dibutuhkan adalah masyarakat memahami bencana sehingga menjadi lebih siap menghadapinya,” paparnya. Didit menambahkan, saat ini masyarakat cenderung menganggap patahan atau sesar sebagai lokasi yang mesti dihindari. Padahal, sebenarnya, keberadaan patahan tidak langsung berkorelasi dengan kerusakan akibat gempa, lantaran dampak dari bencana gempa sangat bervariasi dan tidak dapat diperkirakan wilayah mana saja yang akan terdampak. “Gempa merupakan bencana bersifat areal dan berhubungan dengan aktivitas seismik, dan keberadaan patahan tidak langsung berkorelasi dengan kerusakan. Mungkin edukasi yang diberikan akan menjadikan sebagian pihak khawatir. Khawatir boleh, karena khawatir akan menjadikan kita lebih awas, tapi jangan sampai pesimistis,” katanya. Sementara itu, Sekretaris BPBD Kabupaten Klaten Nur Tjahyo mengatakan, edukasi mitigasi bencana terus digalakkan agar masyarakat dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lebih memahami wilayah rawan gempa bumi di Klaten. Dengan begitu, diharapkan ada langkah antisipatif bagi masyarakat yang tinggal di wilayah rawan gempa bumi. “Tujuannya agar semakin banyak pihak yang memahami tentang bencana gempa bumi, dan apa saja yang harus dilakukan jika tinggal di wilayah rawan, serta menentukan langkah antisipasi. Sehingga dampak dari bencana dapat diminimalisasi,” paparnya. Penulis: ang/Kominfo-klt |