Berapa lama allah menciptakan langit dan bumi

Rusman H SiregarSenin, 21 Februari 2022 - 21:46 WIB
Al-Quran menjelaskan bahwa Allah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. Semua diciptakan-Nya dengan keseimbangan dan keharmonisan. Foto ilustrasi/dok SINDOnews

Jika kita mengetahui bagaimana penciptaan langit dan bumi pasti hati kita akan tunduk kepada-Nya. Allah mengabarkan bahwa langit dan bumi diciptakan dalam enam masa.

Meskipun sulit dicerna akal, tetapi Allah dengan kebesaran-Nya menjelaskan peristiwa penciptaan langit dan bumi ini agar manusia mengambil pelajaran. Tidaklah Allah menciptakan langit dan bumi kecuali dengan tujuan yang benar.

Berikut penjelasan Al-Qur'an tentang penciptaan langit dan bumi:

اِنَّ رَبَّكُمُ اللّٰهُ الَّذِىۡ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ فِىۡ سِتَّةِ اَيَّامٍ ثُمَّ اسۡتَوٰى عَلَى الۡعَرۡشِ يُغۡشِى الَّيۡلَ النَّهَارَ يَطۡلُبُهٗ حَثِيۡثًا ۙ وَّالشَّمۡسَ وَالۡقَمَرَ وَالنُّجُوۡمَ مُسَخَّرٰتٍۢ بِاَمۡرِهٖ ؕ اَلَا لَـهُ الۡخَـلۡقُ وَالۡاَمۡرُ‌ ؕ تَبٰرَكَ اللّٰهُ رَبُّ الۡعٰلَمِيۡنَ

Artinya: "Sungguh, Tuhanmu [adalah] Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat. [Dia ciptakan] matahari, bulan dan bintang-bintang tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah! Segala penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya. Mahasuci Allah, Tuhan seluruh alam." [QS. Al-A’raf Ayat 54]

Maksud "langit dan bumi" dalam ayat ini adalah semua yang ada di alam ini termasuk alam yang ada di antara langit dan bumi. Adapun makna enam masa dalam ayat ini bukanlah enam hari yang kita kenal saat ini, tetapi enam masa sebelum penciptaan langit dan bumi.Dalam tafsir Kementerian Agama menyebutkan bahwa sehari di sisi Allah sama dengan 1000 tahun sebagaimana firman-Nya: "Dan sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu." [Al-Hajj: 47]

Ada pula menyebutkan 50.000 tahun seperti dalam firman-Nya: "Para Malaikat dan Jibril naik [menghadap] kepada Tuhan, dalam sehari setara dengan lima puluh ribu tahun." [Al-Ma'arij: 4]

Tak bisa dibayangkan betapa lamanya waktu tersebut. Yang pasti, semua makhluk-Nya termasuk matahari, bulan dan bintang-bintang tunduk kepada perintah-Nya.Diterangkan, Allah menciptakan gunung-gunung yang kokoh di atas bumi. Dia memberkahi dan menentukan kadar makanan penghuninya dalam empat masa yang sama [cukup] sesuai bagi siapa yang memerlukannya. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan bumi itu masih merupakan asap, Allah berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka atau terpaksa. Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka." Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan kepada tiap-tiap langit urusannya. Dan kami hiasi langit yang terdekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui."

Penjelasan Sains


Berikut ini penjelasan penciptaan langit dan bumi dalam enam hari [masa] menurut ilmu Sains .Menurut Ilmuwan Marconi [2003] keenam masa itu sebagai berikut:
1. Masa PertamaYakni masa sejak 'Dentuman Besar [Big Bang] dari Singularity, sampai terpisahnya Gaya Gravitasi dari Gaya Tunggal [Superforce], ruang-waktu mulai memisah. Namun Kontinuum Ruang-Waktu yang lahir masih berujud samar-samar, dimana energi-materi dan ruang-waktu tidak jelas bedanya.

2. Masa Kedua

Terbentuknya inflasi Jagad Raya, namun Jagad Raya ini masih belum jelas bentuknya, dan disebut sebagai Cosmic Soup [Sup Kosmos]. Gaya Nuklir-Kuat memisahkan diri dari Gaya Elektro-Lemah, serta mulai terbentuknya materi-materi fundamental: quarks, antiquarks, dan sebagainya. Jagad Raya mulai mengembang.

3. Masa Ketiga

Mmasa terbentuknya inti-inti atom di Jagad Raya ini. Gaya Nuklir-Lemah mulai terpisah dengan Gaya Elektromagnetik. Inti-inti atom seperti proton, netron, dan meson tersusun dari quark-quark ini. Masa ini dikenal sebagai masa pembentukan inti-inti atom [Nucleosyntheses]. Ruang, waktu serta materi dan energi, mulai terlihat terpisah.

4. Masa Keempat

Elektron-elektron mulai terbentuk, namun masih dalam keadaan bebas, belum terikat oleh inti-atom untuk membentuk atom yang stabil.

5. Masa Kelima

Terbentuknya atom-atom yang stabil, memisahnya materi dan radiasi, dan Jagad Raya, terus mengembang dan mulai nampak transparan.

6. Masa Keenam

Jagad raya terus mengembang, atom-atom mulai membentuk aggregat menjadi molekul-molekul, makro-molekul, kemudian membentuk proto-galaksi, galaksi-galaksi, bintang-bintang, tata-surya tata surya, dan planet-planet.Dari ayat di atas dapat disimpulkan:1. Penciptaan bumi berasal dari gumpalan-gumpalan seperti asap adalah dua masa. Dan penciptaan tanah, bukit-bukit, gunung-gunung serta tumbuh-tumbuhan dan bintang dalam dua masa pula. Dengan demikian sempurnalah penciptaan bumi dan segala isinya dalam empat masa.

2. Penciptaan langit berasal dari gumpalan-gumpalan kabut itu dengan segala isinya dalam dua masa pula. Adapun bagaimana prosesnya, Al-Qur'an tidak menjelaskannya secara terperinci dan kewajiban para ahli untuk menyelidikinya.

Kemudian setelah selesai penciptaan langit dan bumi, Allah bersemayam di atas 'Arsy. Tentang bagaimana Allah bersemayam di atas 'Arsy-Nya tidaklah dapat disamakan atau digambarkan seperti bersemayamnya seorang raja di atas singgasananya, karena Allah tidak boleh disamakan dan dimisalkan dengan makhluk-Nya.Demikianlah proses penciptaan langit dan bumi yang patut kita ketahui. Allah menciptakannya dengan keseimbangan dan keserasian. Tidak ada benturan atau tabrakan satu dengan yang lainnya. Mahasuci Allah Tuhan semesta alam. Hanya Dia-lah yang patut disembah.

Baca Juga: Langit dan Bumi Dulunya Satu Sebelum Terpisah, Ini Penjelasan Al-Qur'an [2/Tamat]

Profetik UM Metro – Allah SWT berfirman: ” Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kalian dan Dia berkehendak [menciptakan] langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu [Al Baqarah ayat 29].

Setelah kita bahas bagaimana Allah SWT menghidupkan dan mematikan manusia, sebagai dalil bagaimana kuasa Allah SWT menciptakan manusia sebagai mikrokosmos di bumi. Sebagai makhluk yang memiliki keunggulan dibandingkan makhluk lainya, yang memiliki proses spesial dengan dua kematian dan dua kehidupannya.

Surat Al Baqarah ayat 29 ini menunjukkan bagaimana Allah SWT menciptakan makluk Makrokosmos, yaitu langit dan bumi. Ayat tersebut sangat jelas siapa pencipta alam semesta, bukan alam yang wujud dengan sendirinya apalagi kebetulan.

Penegasan akan siapa pencipta alam semesta ini akan menggetarkan hati dan fikiran orang-orang yang logika imaniyahnya aktif, bagi mereka yang logika imanya pasif mungkin mati, maka dia akan selalu membangun keraguan dengan dalih pengetahuan dirinya, dengan rasionalitas inderawi dan keterbatasan fikiranya. Sehingga melahirkan sebuah teori materialisme.

Materialisme merupakan salah satu aliran dalam ilmu filsafat yang dikembangkan oleh para filosof Yunani Kuno. Materialisme adalah aliran yang memandang bahwa segala sesuatu adalah realitas, dan realitas seluruhnya adalah materi belaka. Menurut teori ini, alam semesta sudah ada sejak waktu yang tak terbatas.

Menurut penganut paham materialisme, alam tidak memiliki awal maupun akhir.  Teori ini juga menyakini bahwa alam semesta tidak diciptakan, tetapi ada dengan sendirinya. Segala sesuatu dalam alam semesta hanyalah peristiwa kebetulan atau ketidaksengajaan dan bukan merupakan hasil dari sebuah rancangan atau visi yang disengaja.

Teori ini diagung-agungkan para materialis di abad ke-19, termasuk Ludwig Freuerbach [1804-1872]. Menurut pendapatnya, hanya alamlah yang ada, manusia juga termasuk alam. Dia menganggap bahwa jiwa ada setelah materi, jadi psikis manusia merupakan salah satu gejala dari materi yang ada.

Kaum materialis juga mengingkari adanya the ultimate nature of reality [realitas tertinggi atau Yang Mutlak]. Mereka menganggap bahwa doktrin alam semesta yang digambarkan oleh sains merupakan materialisme sederhana.

Teori alam semesta tercipta secara kebetulan ini terbantahkan oleh lahirnya teori ledakan besar atau big bang. Teori Ledakan Besar mengungkapkan bahwa alam semesta termasuk bumi dan isinya itu terbentuk dari sebuah ledakan besar. Teori ini menyatakan adanya “awal atau permulaan” pada alam semesta yang disebabkan oleh Big Bang. Kalau alam semesta itu memiliki permulaan, maka tentu saja ada yang menciptakannya yakni Tuhan, Sang Pencipta semesta alam.

Teori big bang hanyalah sebuah analisa ilmiah manusia yang mendasari logika fikirnya, akan impossibility alam semesta tanpa pencipta. Sehingga disimpulkan bahwa alam semesta ada yang menciptakan yaitu Tuhan. Sedangkan teori ini dicetuskan pada tahun 1929 oleh Edwin Hubble. Artinya dialektika alam semesta ini belum lama terkuak oleh IPTEKS. Akan hakikatnya Al Qur’an sudah menjawab berbagai keraguan Manusia, bahkan menjawab kegelisahan Nabi Ibrahim saat itu. Maka orang beriman adalah manusia yang cerdas, dia hanya akan berfikir sederhana, dan memiliki kebenaran mutlak. Meyakini apa kata Al Qur’an, kemudian menggali makna dan pengetahuannya.

Jawaban dialektika Makrokosmos tersebut salah satunya dalam surat Al Baqarah ayat 29, bahwa Allah menciptakan Bumi dan isinya, baru kemudian menciptakan langit dan menyempurnakan dengan tujuh lapis. Dan mengakhiri bahwa Allah memiliki kehendak tak terbatas.

Sehingga dapat diambil beberapa kesimpulan, bahwa:

Yang pertama, Allah Zat Yang Mampu Mencipta.

Kadang saya berfikir, begitu sulitnya manusia mengakui bahwa Allah SWT adalah pencipta langit dan bumi. Atau begitu sombongnya manusia yang kecil tak berkemampuan melawan Allah SWT yang menciptakan alam semesta? Manusia yang mungkin kemampuan maksimalnya hanya membeli pulau atau sebuah negara, misal orang terkaya di dunia mampu membeli sebuah negara, dan dia akan menguasainya. Tetapi sampai kapanpun dia tidak akan mampu menciptakan alam semesta. Apalagi kita yang hanya memiliki sebidang tanah, dan harta terbatas, berani dengan sombongnya melawan atau meniadakan Allah SWT.

Atau manusia yang paling cerdas, dengan kecerdasannya ribuan teori dia temukan, itupun tidak akan mampu menciptakan alam semesta, apalagi menguasainya.

Sebagaimana Stephen Hawking yang begitu bangganya dengan ilmu pengetahuan, mengatakan: Sebelum kita memahami ilmu pengetahuan, wajar saja untuk percaya Tuhan menciptakan alam semesta. Namun saat ini, ilmu pengetahuan menawarkan penjelasan yang lebih meyakinkan. Yang saya maksud soal ‘kita akan tahu isi pikiran Tuhan’ adalah kita bisa mengetahui semua yang Tuhan ketahui, apabila ada Tuhan. Yang sebenarnya [Tuhan] tidak ada. Saya adalah seorang ateis,.

Dia menganggap ilmu pengetahuan manusia bisa melampaui Tuhan, dan bagi ilmuwan adalah kebodohan jika percaya Tuhan. Tapi pagi ini tersenyum tipis, karena Hawking meninggal dunia, mengapa dia tidak menemukan sesuatu yang dirinya kekal, dan menguasai alam semesta.

Bagi insan profetis, tidak perlu berfikir serumit Hawking, berfikir saja berawal bahwa alam semesta diciptakan Allah, kemudian fikirkan detailnya alam semesta, sampai penjuru langit dan bumi tidak ada masalah, selama jangan menggugat Zat Allah.

Yang kedua, Bumi diciptkan lebih awal dari langit.

Di dalam ayat ini terkandung dalil yang menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala memulai ciptaan-Nya dengan menciptakan bumi, kemudian menciptakan tujuh lapis langit. Memang demikianlah cara membangun sesuatu, yaitu dimulai dari bagian bawah, setelah itu baru bagian atasnya.

Akan tetapi hakikatnya, ayat ini dalam prespektif fungsional bumi yang lebih mudah dimanfaatkan oleh manusia dibandingkan langit. Jika secara urutan maka langit akan lebih dahulu dibandingkan bumi, karena banyak ayat yang menyebutkan hal itu.

Sains modern menyatakan , Jika dibandingkan dengan umur bumi yang diperkirakan mencapai 4,5 miliar tahun, alam semesta jauh lebih tua dan diperkirakan mencapai usia 15 miliar tahun. Sementara keberadan manusia di bumi baru mencapai hitungan jutaan tahun seperti manusia purba di Sangiran dan Flores. Jadi keberadan manusia di bumi belum seberapa jika dibandingkan dengan umur bumi yang sudah begitu tua.

Sebagai mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW, Alquran telah menerangkan awal kejadian alam semesta, di mana dahulunya berupa gas dan seluruh benda langit di alam semesta dahulunya adalah satu.

ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ ائْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ

“Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”.” [QS Fusshilat: 11].

أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ

“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” [QS Al Anbiya: 30].

Alquran juga menerangkan kalau langit dan bumi diciptakan dalam enam periode.

وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ

“Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari,” [QS Hud: 7].

Dialektika permulaan penciptaan memang menarik, bahkan di dalam Al Qur’an sendiri seakan berbeda, itulah indahnya Al Qur’an, yang mengaktifkan nalar dialektika imaniah manusia, apakah kita akan tetap beriman tanpa ragu, kemudian mengkajinya, atau meragukanya?

Ada kesimpulan menarik Di dalam kitab Sahih Bukhari disebutkan bahwa Ibnu Abbas pernah ditanya mengenai masalah ini, lalu ia menjawab bahwa bumi diciptakan sebelum langit, dan sesungguhnya bumi baru dihamparkan hanya setelah penciptaan langit. Hal yang sama dikatakan pula bukan hanya oleh seorang ulama tafsir terdahulu dan sekarang.

Dalam tafsir surat An-Nazi’at yang garis besarnya menyatakan bahwa penghamparan bumi yang terdapat di dalam firman-Nya: Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya, Ia memancarkan darinya mata airnya, dan [menumbuhkan] tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh. [An-Nazi’at: 30-32] Artinya, semua yang terkandung di dalam bumi dikeluarkan secara paksa hingga menjadi kenyataan. Setelah Allah selesai dari penciptaan bumi dan langit, lalu Allah menghamparkan bumi dan mengeluarkan segala sesuatu yang tersimpan di dalamnya, yaitu air. Berkat air itu tumbuhlah berbagai macam tetumbuhan yang beraneka ragam jenis. bentuk. dan warnanya. Demikian pula tata surya, semuanya beredar, terdiri atas bintang-bintang yang tetap dan bintang-bintang yang beredar pada garis edarnya.

Ketiga, Langit disempurnakan dengan tujuh lapis.

Dalam ayat tersebut Allah setelah menciptakan bumi menuju penciptaan langit, dan menyempurnakannya dengan

Penciptaan tujuh langit ini diisyaratkan tersusun secara berlapis-lapis, sesuai dengan ungkapan pada ayat ini, yaitu bertingkat-tingkat. Ini menandakan bahwa tujuh langit yang dicipta tidak bertumpuk, tetapi terdapat jarak antara yang satu dengan lainnya.

Ilmu pengetahuan memahami tujuh langit berlapis-lapis hanya berhenti pada konsepsi langit atmosfir yang terdiri dari tujuh lapis. Di antaranya,  Troposfer, Stratosfer, Ozonosfer, Mesosfer, Termosfer, Ionosfer, dan Eksosfer.

Akan tetapi hakikatnya tujuh langit kita belum mengetahui. Karena dalam bahasa Arab angka tujuh adalah menunjukkan sesuatu yang banyak, sehingga para mufasir menjelaskan bahwa galaksi yang begitu banyak adalah maksud tujuh lapis, dan bintang-bintang yang banyak pun dimaksudkan tujuh lapis. Disinilah wilayah akal manusia untuk mempelajari dan meneliti agar mampu memahami ilmu Allah SWT yang sangat luas.

Keempat, unlimited power of Allah SWT.

Allah SWT adalah Zat Yang Maha Berkehendak, ‘ala kulli syai’in qadiir. Sifat Allah ini hakikatnya menjawab semua masalah, dialektika Makrokosmos dan mikrokosmos, dialektika tujuh langit tujuh bumi, apakah bumi atau langit dahulu yang diciptakan. Karena Allah SWT memiliki kehendak. Akan tetapi ada sunnatullah yang memang bersifat imutable dan konstan, yang dapat difahami, diteliti dan dikaji oleh manusia. Akan tetapi ini tidak menutup kehendak Allah yang kapanpun akan merubahnya.

Contoh api secara sunnatullah adalah panas, akan tetapi kejadian Nabi Ibrahim membuat api berenergi dingin. Matahari terbit dari timur, suatu saat akan berubah terbit dari barat. Disinilah letak sisi tauhid, ketika manusia yakin Allah berbuat sesuai kehendak Nya, tidak ada satu makhluk pun yang mengikat dan mempengaruhi ya.

Kehendak ini mutlak, sehingga kita sangat bangga ber Tuhan kepada Allah SWT, Tuhan yang tidak ada pengikatnya, tidak di atur makhluk Nya dan tidak memiliki kelemahan sedikitpun. Karena banyak manusia yang mengkonsepsikan Tuhan seperti manusia, bahkan benda mati. Sehingga terasa janggal dan tidak ada kebanggaan ber Tuhan denga Nya.

Pesan profetis yang dapat kita fahami adalah para-Nabi mengajar kan akan Allah SWT sejak zaman nabi Adam sampai Nabi Muhammad Saw, agar manusia memiliki keyakinan dan pengetahuan akan Allah SWT. Karena sifat manusia yang selalu ragu bahkan ingkar. Maka insan profetis akan selalu mengenalkan Allah kepada manusia.

Seri Bahagia dengan Al-Qur’an!
Penulis: Dr. M. Samson Fajar, M.Sos.I. [Dosen FAI UM Metro]

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề