Berapa lama kekebalan tubuh setelah vaksin

Berapa lama kekebalan tubuh setelah vaksin

Berapa lama kekebalan tubuh setelah vaksin
Lihat Foto

Unsplash

Ilustrasi vaksin

KOMPAS.com - Bersamaan dengan lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi di sejumlah daerah di Indonesia. Pemerintah saat ini masih terus menggalakkan program vaksinasi untuk masyarakat umum.

Kini, individu yang berusia 18 tahun ke atas telah diperkenankan untuk mendapatkan suntikan vaksin Covid-19.

Namun, para ahli selalu menegaskan, bahwa siapa saja yang sudah mendapatkan suntikan vaksin Covid-19 dosis pertama tidak langsung serta-merta tubuhnya kebal terhadap Covid-19.

Baca juga: Suntik Vaksin Covid-19, Seperti Ini Cara Kerja Vaksin Dalam Tubuh

Vaksinasi Covid-19 hanya berfungsi membentuk sistem kekebalan (imun) tubuh, untuk menekan angka kesakitan parah atau risiko kematian saat seseorang terinfeksi virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.

Serta perlu diingat, fungsi ini tidak bisa didapatkan hanya dalam sekali suntikan vaksinasi Covid-19, karena membutuhkan proses di dalam tubuh.

Berapa lama kekebalan tubuh setelah vaksin

Berapa lama kekebalan tubuh setelah vaksin
Lihat Foto

Goodhealth dan Greenvit International

Grafik antibodi setelah vaksin

Dalam pemberitaan Kompas.com sebelumnya, telah dijelaskan bahwa urutan terbentuknya imun tubuh setelah vaksinasi Covid-19 adalah sebagai berikut:

- Hari pertama penyuntikan vaksin dosis pertama

- Hari ke-7, imunitas tubuh mulai terbentuk tapi belum sempurna

- Hari ke-14, penyuntikan vaksin dosis kedua. Hari ke-28 penyuntikan dosis kedua untuk lansia.

- Hari ke-28, imun tubuh mulai bekerja melawan paparan Covid-19; dan hari ke-56 untuk lansia.

Demikian juga dalam grafik yang dibuat oleh Greenvit International dan Goodhealth Naturally New Zealand berdasarkan sumber vaccine-safety-training.org, digambarkan imun tubuh setelah divaksin Covid-19 mulai terbentuk pada hari ke-7 setelah mendapat vaksin dosis pertama. 

Pada hari pertama hingga ketujuh, imun berada di titik nol. Itu sebabnya, seseorang masih bisa terkena Covid-19 beberapa hari sebelum vaksin kedua.

Berkaitan dengan proses pembentukan antibodi setelah vaksin Covid-19, pakar biologi molekuler Indonesia Ahmad Utomo memastikan, bahwa keterangan dalam kedua gambaran di atas adalah benar.

Baca juga: Mengapa Anak-anak Perlu Mendapatkan Vaksin Covid-19? Ahli Jelaskan

Berapa lama kekebalan tubuh setelah vaksin

indonesiabaik.id - Usai vaksinasi COVID-19, efek samping dengan reaksi yang berbeda-beda biasanya akan timbul di setiap orang.

Vaksin Memicu Kekebalan Tubuh

Vaksinasi pada dasarnya memicu kekebalan tubuh dengan menyebabkan sistem kekebalan tubuh penerima bereaksi terhadap antigen yang terkandung dalam vaksin virus corona. Reaksi lokal dan sistemik seperti nyeri pada tempat suntikan atau demam dapat terjadi sebagai bagian dari respons imun. Jangan panik, reaksi semacam ini biasanya terjadi beberapa jam setelah vaksin disuntikkan.

Mudah Diatasi

Reaksi efek samping vaksin, khususnya vaksin COVID-19 akan segera hilang dalam waktu singkat dan tidak berbahaya, bahkan akan hilang sendirinya tanpa pengobatan. Reaksi ringan lokal berupa nyeri, kemerahan, bengkak pada tempat suntikan pun bisa dengan mudah diatasi.

Kompres air dingin jika nyeri, bengkak, dan kemerahan di area suntikan. Dan jika demam, maka bisa mengatasinya dengan mengompres atau mandir air hangat, beristirahat cukup serta minum air putih yang cukup. Yang terakhir, laporkan semua reaksi/keluhan yang dialami kepada petugas kesehatan.

Efek Samping Ringan

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menyatakan bahwa vaksin COVID-19 tidak menimbulkan efek samping serius. Dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal (Dirjen) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes No. HK. 02.02/4/1/2021 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona virus Disease 2019 (COVID-19), dijelaskan bahwa secara umum, vaksin COVID-19 tidak menimbulkan reaksi pada tubuh, atau apabila terjadi, hanya menimbulkan reaksi ringan.

Kemenkes selalu mengimbau kepada masyarakat bahwa kebermanfaatan vaksin jauh lebih besar dibanding risikonya. Vaksin COVID-19 yang kini dipakai dalam program vaksinasi nasional pun juga terjamin aman, punya reaksi lokal dan efek sistemik rendah dan imonugenitasnya tinggi yang didasarkan pada hasil uji oleh Badan POM.

Berapa lama kekebalan tubuh setelah vaksin

Ilustrasi foto (Pixabay)


Bagi individu yang berencana menerima vaksin booster, perlu juga untuk mengetahui beberapa hal yang tidak boleh dilakukan pasca mendapatkan suntikan vaksin booster, sehingga dapat memaksimalkan kerja vaksin dalam tubuh dan juga menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

Pakar Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) Uswatun Hasanah sekaligus dosen keperawatan menjelaskan salah satu upaya yang dilakukan untuk melindungi diri dari penularan Covid 19 yakni dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Kekebalan tubuh bisa didapatkan secara alami maupun disuntikkan dengan memasukkan virus yang sudah dilemahkan sehingga tubuh terstimulasi untuk memproduksi antibodi sehingga saat virus sebenarnya menyerang makan sistem imun tubuh akan mudah mengenali dan melawannya.

Uswatun menjabarkan beberapa hal yang tidak boleh dilakukan pasca mendapatkan suntikan vaksin booster diantaranya jangan langsung meninggalkan lokasi, tunggu 15-30 menit hal ini bertujuan untuk mengevaluasi reaksi dari suntikan yang didapatkan baik reakasi alergi maupun Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)

“Jangan menggosok, memijat atau menekan bagian tubuh yang disuntik, hindari merokok dan alkohol. Alkohol yang berlebihan didalam tubuh akan menurunkan respons imun terhadap vaksin sehingga menjadi tidak efektif dan dapat mempengaruhi sistem imun secara negatif,”papar Uswatun Jumat (25/2/22)

Ia juga menegaskan untuk menghindari fast food, makanan dan minuman manis berlebihan karena kandungan lemak trans tinggi dalam junk food atau fast food dapat mempengaruhi pembentukan dan kinerja sistem imun, begitu pula dengan makanan atau  minuman manis yang dikonsumsi secara berlebihan akan mempengaruhi kinerja sistem imun tubuh.

“Individu yang setelah menerima vaksin booster jangan melakukan aktivitas fisik yang berat, hindari aktivitas selama 2-3 hari setelah menerima booster agar tubuh tidak stres dan dapat pulih dengan baik dari efek samping vaksin,”katanya lagi.

Lebih lanjut lagi ia juga menambahkan untuk tidak melakukan piercing/tato karena dapat menjadi peluang untuk memicu respons imun. Selain itu penerima vaksin juga tidak dianjurkan untuk bergadang karena dapat mengakibatkan penurunan kekebalan tubuh, sehingga setelah menerima booster upayakan untuk tidur yang cukup selama 7-8 jam, karena selama tidur tubuh membangun sistem pertahanannya.

“Yang terpenting lagi jangan menerima vaksin lain, artinya tunda menerima vaksin lainnya pada saat bersamaan setelah menerima booster. Ilmuwan menyatakan bahwa tidak cukup informasi terkait bagaimana interaksi antar vaksin covid 19 dengan vaksin lainnya,”imbuhnya.

Di akhir keterangannya ia juga berpesan untuk tidak mengabaikan protokol kesehatan, sebab yang telah menerima vaksin booster tidak berarti kemudian tubuh kebal terhadap infeksi Covid 19, sehingga mengabaikan protokol kesehatan. Tubuh masih mungkin terinfeksi Covid 19 oleh sebab itu protokol kesehatan harus tetap dilakukan.

“Jangan ragu konsultasi ke dokter jika ada keluhan, baik dikarenakan efek samping vaksin maupun keluhan yang mengarah pada gejala Covid 19,”pungkasnya.

Usai vaksinasi, sistem kekebalan berkeliling mencari sel yang terinfeksi SARS-CoV-2.

ANTARA/Fakhri Hermansyah

Berapa lama antibodi dalam vaksin bertahan di tubuh? (ilustrasi).

Rep: Rahma Sulistya Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di seluruh dunia, ada tanda-tanda bahwa kekebalan terhadap virus corona tidak bertahan lama meski sudah divaksinasi. Israel sekarang mengalami salah satu lonjakan Covid-19 terburuk di dunia, sekitar lima bulan setelah memvaksinasi mayoritas penduduknya. 

Di Amerika Serikat (AS), pejabat kesehatan merekomendasikan suntikan booster setelah delapan bulan. Jadi, berapa lama kekebalan bertahan setelah dua dosis vaksin? Enam bulan atau lebih? Dan pada saat itu, berapa banyak perlindungan yang tersisa?

"Itu semua tergantung pada jenis kekebalan jenis vaksinnya," kata ahli imunologi di Universitas Washington di St Louis, Ali Ellebedy, dilansir di laman NPR, Kamis (2/9).

Enam bulan setelah vaksinasi, tubuh mungkin lebih siap untuk melawan virus corona. "Jika sudah divaksinasi enam bulan lalu, sistem kekebalan tubuh telah dilatih selama enam bulan, tubuh lebih siap untuk melawan infeksi Covid-19," kata Ellebedy.

Serangkaian penelitian baru, termasuk dua yang dipimpin oleh Ellebedy, menunjukkan bahwa vaksin mRNA seperti dari Pfizer-BioNTech dan Moderna memicu sistem kekebalan untuk membangun perlindungan jangka panjang terhadap Covid-19 yang parah.

Baca juga : Miqat Makani Mana yang Paling Jauh dari Makkah?

"Perlindungan dua vaksin ini kemungkinan akan bertahan beberapa tahun atau bahkan lebih lama," kata Ellebedy.

Misalnya seseorang sudah menerima vaksin Moderna atau Pfizer kedua enam bulan lalu. Segera, sistem kekebalan tubuh mulai bekerja dan mulai membuat antibodi.

Antibodi ini agak mirip pemanah di luar parit kastil. Mereka terpasang di lapisan hidung dan tenggorokan, siap untuk menembak jatuh (alias menetralisasi) partikel SARS-CoV-2 yang mencoba memasuki parit (alias jaringan hidung).

Ahli bioimunologi di University of Arizona, Deepta Bhattacharya, mengatakan antibodi ini bisa mencegah infeksi. "Mereka menghentikan virus, memasuki sel, dan mendirikan perlindungan. Mereka adalah pertahanan garis depan tubuh," kata dia.

Namun, kata Bhattacharya, segera setelah vaksinasi, putaran awal antibodi ini memiliki beberapa masalah. Antibodinya agak lemah. "Mereka tidak terlatih dengan baik untuk membunuh SARS-CoV-2, dan mereka tidak terlalu tahan lama," ujarnya.

Sekitar sebulan setelah suntikan mRNA kedua, jumlah antibodi dalam darah mencapai tingkat puncaknya dan kemudian mulai menurun. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature melaporkan pada Juni lalu, menyebut antibodi itu terdegradasi dan sel-sel membuatnya mati.

Ini terjadi pada setiap vaksin, baik itu untuk Covid-19, flu, atau campak. "Dalam setiap respons imun, ada peningkatan tajam dalam antibodi, periode penurunan tajam, dan kemudian mulai menetap ke titik nadir yang lebih stabil," ujar Bhattacharya.

Sebagian besar media berfokus pada penurunan antibodi ini sebagai penyebab kekebalan yang memudar. Penurunan antibodi ini dikombinasikan dengan potensi tingginya varian Delta yang mulai mendominasi banyak negara tahun ini, kemungkinan meningkatkan tingkat infeksinya pada orang yang divaksinasi lengkap.

Dia menyebut jika terinfeksi Delta jumlah besar, virus bisa menyelinap melewati dinding antibodi awal. Anda mungkin melihat beberapa tanda itu, tetapi tingkat infeksi mungkin tidak sedramatis yang diperkirakan.

Baca juga : Merck Mulai Uji Coba Tahap Akhir Obat Pencegah Covid-19

Mengapa? Alasannya, karena sebagian besar media mengabaikan beberapa fakta penting tentang antibodi yang ada delapan bulan setelah vaksinasi. "Antibodi itu lebih kuat, dipicu oleh vaksin," kata Bhattacharya.

Saat dosis pertama vaksin menjaga saluran pernapasan, sistem kekebalan tidak hanya duduk diam. Sebaliknya, sistem kekebalan sibuk melatih vaksin agar lebih baik.

Setelah dosis kedua vaksin, sistem kekebalan mendirikan pusat kekebalan di kelenjar getah bening untuk mengajarkan sel-sel khusus bagaimana membuat antibodi yang lebih kuat. Kualitas antibodi meningkat dari waktu ke waktu.

Dibutuhkan jauh lebih sedikit antibodi baru untuk melindungi tubuh. "Jadi menurut saya, mengkhawatirkan penurunan antibodi bukanlah sesuatu yang produktif," ujarnya.

Pada saat yang sama, sel-sel yang membuat antibodi yang disuplai ini akan menjadi tersuplai sendiri. Di pusat kekebalan, mereka belajar bagaimana membuat sejumlah besar antibodi yang sangat kuat.

Bhattacharya mengatakan, sel-sel ini luar biasa. Mereka diperkirakan mengeluarkan sekitar 10 ribu molekul antibodi per detik. 

"Jadi tubuh tidak memerlukan banyak sel untuk melindungi diri dari infeksi di masa depan," kata Bhattacharya.

Selain itu, sel-sel ini mempelajari sesuatu yang luar biasa di pusat kekebalan yaitu bagaimana cara bertahan. "Mereka pada dasarnya diberi karunia keabadian," kata ahli imunologi, Ellebedy.

Dia dan rekan-rekannya telah menemukan sekitar enam bulan setelah vaksinasi, sel-sel penghasil antibodi ini masuk ke sumsum tulang, di mana mereka bisa hidup selama beberapa dekade, bahkan mungkin seumur hidup. Penelitian juga menunjukkan itu akan terus memproduksi antibodi sepanjang waktu.

Selain melatih antibodi yang lebih baik dan pabrik untuk membuat sel plasma, sistem kekebalan juga berkeliling ke seluruh tubuh. Sistem kekebalan yang berkeliling itu disebut sel B memori dan sel T memori, dan mereka sebagian besar berfungsi sebagai sistem pengawasan, mencari sel lain yang terinfeksi SARS-CoV-2.

Baca juga : Turunkan Harga, Ini Tarif Tes Antigen di Indonesia

"Mereka berpatroli di mana-mana, memeriksa apakah sel lain terinfeksi SARS-CoV-2 yang bersembunyi di dalamnya. Ini hampir seperti melewati sebuah lingkungan, melihat rumah demi rumah, dan memastikan itu semua bersih," kata Ellebedy.

“Mereka ini tidak bisa mencegah infeksi dari awalnya terjadi, tetapi mereka bisa dengan cepat menghentikannya begitu terjadi,” kata ahli imunologi di University of Toronto, Jennifer Gommerman.

Sekarang, Anda memiliki semua informasi untuk memahami apa yang terjadi dengan vaksin Covid-19 dan daya tahan kekebalan. Sekitar enam bulan setelah vaksinasi, antibodi dalam darah telah turun.

Mereka juga sedikit kurang efektif terhadap varian Delta. Namun pada orang yang sudah divaksinasi, infeksi ini kemungkinan besar akan ringan atau sedang karena sistem kekebalan tidak dimulai dari awal melainkan telah melatih sel dan antibodi selama berbulan-bulan.

Berapa lama kekebalan tubuh setelah vaksin