Berapa lama vaksin pertama ke vaksin kedua

Menurut data dari World Health Organization (WHO), hingga saat ini sekitar 84 juta orang di Indonesia telah menerima vaksin COVID-19. Dari keseluruhan jumlah tersebut, sebanyak 23 juta orang telah menerima dosis vaksin penuh.

Berbagai jenis vaksin COVID-19 telah memiliki izin edar dan telah digunakan pada program vaksinasi di berbagai negara di dunia. Walaupun berbeda jenis atau merek, semua vaksin ini memiliki fungsi yang sama yaitu untuk membentuk sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi virus penyebab COVID-19 yaitu SARS-CoV-2.

Namun, WHO menjelaskan bahwa perlindungan terhadap infeksi SARS-CoV-2 mulai berkurang seiring dengan berjalannya waktu setelah vaksinasi. Berdasarkan data tersebut, WHO menyimpulkan bahwa suntikan booster vaksin COVID-19 akan diperlukan untuk dapat memaksimalkan perlindungan yang dapat diberikan oleh vaksin serta memperpanjang daya tahan sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi virus SARS-CoV-2.

Lalu, apa saja hal yang perlu diperhatikan mengenai vaksin dan booster vaksin? Bolehkah kita mendapatkan vaksin dengan merek yang berbeda? Mari simak ulasan berikut.

Apakah kamu harus mendapatkan dua dosis vaksin?

Saat ini, terdapat berbagai jenis vaksin yang sedang dikembangkan dan masing-masing vaksin memiliki jadwal dosis yang sedikit berbeda. Sebagian besar vaksin yang saat ini telah ada dan digunakan membutuhkan setidaknya dua dosis.

Jarak antara pemberian dosis pertama dan kedua dapat berbeda tergantung dari berbagai faktor. Beberapa jenis vaksin memiliki jarak sekitar tiga hingga empat minggu antara dosis pertama dan kedua. Namun, terdapat juga jenis vaksin dengan jarak yang lebih lama hingga 12 minggu seperti vaksin AstraZeneca.

Jika vaksin yang kamu terima merupakan vaksin dengan dua dosis, sangat penting agar kamu mendapatkan dua dosis sesuai dengan jadwal. Hal ini akan berperan penting agar vaksin dapat mendorong pembentukan sistem kekebalan tubuh dengan optimal.

Apakah vaksin dosis pertama dan kedua dapat berbeda merek?

Vaksin COVID-19 masih membutuhkan dan menjalani berbagai penelitian lebih lanjut. Saat ini sedang berlangsung uji klinis di beberapa negara yang bertujuan untuk melihat apakah kita dapat menerima merek yang berbeda antara vaksin pertama dan kedua.

Belum ada cukup data untuk merekomendasikan dosis yang berbeda antara dosis pertama dan kedua. Jadi untuk saat ini, kebijakan yang dikeluarkan oleh WHO adalah anjuran untuk mendapatkan vaksin dosis kedua yang sama dengan dosis pertama. Karena kita belum mengetahui bagaimana efektivitas dan efek sampingnya jika mendapatkan vaksin dari merek yang berbeda.

Apa itu vaksin booster?

Vaksin booster atau sering disebut sebagai vaksin dosis ketiga merupakan dosis vaksin tambahan yang pemberiannya bertujuan untuk memberikan perlindungan tambahan terhadap infeksi virus penyebab COVID-19.

Pemberian dosis tambahan ini dilatarbelakangi oleh beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa antibodi atau imunitas yang dibentuk oleh vaksin yang beredar dapat turun atau berkurang seiring berjalannya waktu.

Namun, di Indonesia, vaksin booster atau vaksin dosis ketiga masih diprioritaskan untuk diberikan kepada orang yang berisiko tinggi terinfeksi virus penyebab COVID-19 misalnya tenaga kesehatan. Berdasarkan rekomendasi Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI), vaksin booster dapat diberikan minimal 3 bulan setelah menerima vaksin dosis kedua.

Apakah vaksin booster dapat berbeda merek dari vaksin sebelumnya?

Sebagian besar masyarakat Indonesia mendapatkan vaksin Sinovac atau AstraZeneca pada vaksin dosis pertama dan kedua mereka. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyebutkan vaksin yang sedang dievaluasi untuk diberikan sebagai vaksin booster adalah vaksin jenis mRNA yaitu vaksin Pfizer dan vaksin Moderna. Sehingga, untuk saat ini, kamu dapat memperoleh vaksin dosis ketiga yang berbeda merek dari dosis pertama dan kedua.

Di Indonesia sendiri, PT Bio Farma (Persero) yang merupakan produsen dan distributor vaksin COVID-19 menyebutkan bahwa pemberian vaksin booster atau vaksin dosis ketiga dapat diberikan dengan vaksin dari merek yang berbeda.

CDC menyebutkan bahwa akan memulai program imunisasi booster untuk masyarakat Amerika. Program ini direncanakan akan dimulai pada bulan September ini. Vaksin dosis ketiga akan diberikan dengan jarak 8 bulan sejak menerima vaksin dosis kedua. Vaksin COVID-19 dosis ketiga diharapkan dapat membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh sehingga mengurangi resiko terjadinya infeksi COVID-19.

Jadi, bagaimana pendapatmu? Jika vaksin dosis ketiga sudah dapat diperoleh oleh masyarakat umum di Indonesia, apakah kamu juga mau ikut di vaksin?

ADA beragam alasan yang memungkinkan seseorang terlambat disuntik vaksin covid-19 dosis kedua. Sejauh mana efeknya terhadap tubuh?

Kementerian Kesehatan menyatakan keterlambatan penyuntikan vaksin dosis kedua selama masih dalam interval yang direkomendasikan para ahli, masih aman dan tidak akan mengurangi efektivitas vaksin pertama sehingga antibodi masih dapat terbentuk dengan optimal melawan virus SARS-CoV-2.

Diketahui, untuk vaksin Sinovac, jarak penyuntikan dosis pertama ke dosis kedua yakni 28 hari, sementara vaksin AstraZeneca 2 sampai 3 bulan. Bagaimana bila melewati interval?

Khusus untuk Sinovac, praktisi kesehatan sekaligus dokter relawan COVID-19 dari Universitas Gadjah Mada (UGM), dr. Muhamad Fajri Adda'i mengatakan, saat ini belum ada penelitian yang menunjukkan berapa lama waktu vaksin memberikan efektivitas yang optimal bila dosis duanya diberikan terlambat.

Walau begitu, kemungkinan perlu waktu lebih lama bagi vaksin yang memberikan efektivitasnya tetap ada.

"Pada prinsipnya vaksin Sinovac diberikan jaraknya 0-14 hari atau 28 hari, pada penelitiannya. Jadi kalau diberikan lebih dari itu, kita tidak tahu apakah lebih bagus atau lebih jelek pembentukan kadar antibodi yang dihasilkan," kata dia seperti dilansir dari Antara, Jumat (13/8).

Inilah yang menjadi alasan Anda sebaiknya tak terlambat mendapatkan dosis kedua vaksin. Kalaupun harus melewati interval misalnya tiga bulan sejak dosis pertama untuk Sinovac, maka segeralah mendapatkan suntikan kedua.

Fajri mengatakan, "Masih tetap lebih baik disuntikkan dalam rentang 3 bulan dibandingkan hanya dapat satu dosis saja atau tidak disuntikkan sama sekali untuk dosis kedua. Tetapi lebih bagus taat waktunya, 28 hari".

Dari sisi efektivitas, data dari Kementerian Kesehatan pada 128.290 tenaga kesehatan di DKI Jakarta pada 13 Januari-18 Maret 2021 memperlihatkan, dua dosis vaksin Sinovac dengan interval 2-4 minggu antara dosis pertama dan kedua efektif mencegah 94% covid-19 bergejala pada hari ke-7,14, 21, 28 hingga 63 hari setelah dosis kedua.

Pemberian vaksin yang dikembangkan China National Pharmaceutical Group itu juga efektif dalam mencegah 96% perawatan akibat covid-19 pada rentang hari yang sama usai dosis kedua diberikan. Sementara untuk mencegah kematian karena covid-19, vaksin ini diketahui efektif 98% setelah dosis kedua.

Saat dihubungi dalam kesempatan berbeda, ahli patologis klinis dari Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta, dr. Tonang Ari Dwi Ardyanto, Sp.PK., PhD berpendapat efek terlambat disuntik dosis kedua akan menyebabkan waktu yang lebih lama bagi vaksin memberikan efektivitas optimal.

"Semakin lama mundurnya, maka perlu waktu lebih lama lagi untuk memberikan efektivitas yang optimal. Maka sebaiknya kalaupun tidak benar-benar tepat sesuai jadwal, harus secepatnya diberikan," ujar dia.

Untuk vaksin Oxford-AstraZeneca, sebuah studi University of Oxford di Inggris menyatakan, vaksin masih tetap efektif bahkan bila terlambat hingga 45 minggu.

Para peneliti menemukan, penundaan yang lama berpeluang menghasilkan lebih banyak antibodi terhadap virus penyebab covid-19 dan respons imun seluler. Mereka mengatakan, tingkat antibodi tetap meningkat hingga 1 tahun bahkan setelah dosis tunggal.

"Tetapi kami tidak benar-benar tahu saat ini dengan satu dosis berapa lama Anda bisa aman dengan tingkat perlindungan yang masih baik. Tapi yang pasti, itu lebih dari 3 bulan," tutur peneliti Prof. Sir. Andrew Pollard seperti dikutip dari Medical News Today.

Untuk vaksin berbasis messenger RNA (RNA) seperti Pfizer-BioNTech, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), tak akan ada masalah selama Anda mendapatkan dosis kedua dalam waktu 42 hari sejak dosis pertama.

Tetapi bila sudah lebih dari 42 hari, misalnya 43 atau 45 hari mungkin tidak terlalu jauh berbeda dalam hal respon imun.

Idealnya, Anda harus menjadwalkan dosis Pfizer kedua pada tiga minggu setelah suntikan pertama. Tetapi para ahli mengatakan, bahkan jika terlambat lebih dari enam minggu, maka Anda masih bisa mendapatkan suntikan kedua.

Data menunjukkan, bagian lain dari sistem kekebalan seseorang yakni sel B memori dan sel T bertahan cukup lama untuk memasang respons antibodi, bahkan jika suntikan kedua terlambat dari yang biasanya disarankan, ungkap profesor kedokteran dari University of Alabama di Birmingham sekaligus Direktur Alabama Vaccine Research Center, Dr. Paul Goepfert seperti dikutip dari ABC News.

Bicara mengenai perlindungan, pakar penyakit menular di NYU Langone Health sekaligus peneliti vaksin, Dr. Adam Ratner mengatakan, belum ada penelitian yang secara khusus mengukur seberapa besar perlindungan yang diberikan dosis kedua vaksin bila lebih dari 42 hari.

Hal senada diungkapkan profesor kesehatan di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, Dr. Anna Durbin. Dia mengatakan, bila dosis kedua vasin baru didapatkan 8-12 minggu setelah dosis pertama, maka masih ada manfaatnya.

Sementara itu, menurut peneliti Thomas C. Kingsley dari Mayo Clinic di Rochester, Minnesota, keterlambatan mendapatkan dosis kedua masih bisa mencegah antara 26-47 kematian per 100.000 orang dibandingkan bila tak ada penundaan.

Vaksin Pfizer tercatat mencegah keparahan dalam 28 hari atau lebih usai vaksinasi sekitar 95% dan kematian atau masuk IGD akibat covid-19 sebesar 99%.

Vaksinasi menjadi upaya tambahan untuk melindungi Anda dan orang-orang di sekitar Anda dari potensi penularan COVID-19. Demi mendapatkan perlindungan yang optimal, maka protokol kesehatan harus tetap dilakukan.

Data dari Kementerian Kesehatan dan laman covid19.go.id menunjukkan, hingga 12 Agustus ini, sudah sebanyak 51. 894.566 orang mendapatkan suntikan vaksin pertama dan 25.744.850 untuk dosis kedua dari 208.265.720 orang target sasaran vaksinasi nasional.(H-2)