Berapa persen sampah plastik yang didaur ulang?

Indonesia diperkirakan menghasilkan 64 juta ton sampah setiap tahunnya. Namun, merujuk data Sustainable Waste Indonesia (SWI) tahun 2017, dari angka tersebut baru 7 persen yang didaur ulang, sementara 69 persen di antaranya menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA). Lebih parahnya lagi 24 persen sisanya dibuang sembarangan dan mencemari lingkungan sehingga dikategorikan sebagai illegal dumping.

Untuk meningkatkan daur ulang sampah, pemerintah pun mengeluarkan Kebijakan dan Strategi Nasional (JAKSTRANAS) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga pada 2017. Target pengelolaan sampah yang ingin dicapai dalam beleid tersebut adalah 100% sampah terkelola dengan baik  sehingga 'Indonesia Bersih Sampah 2025' pun terwujud. Jabaran dari target tersebut adalah 30 persen masuk ke target pengurangan (mencegah penumpukan sampah, daur ulang, pemanfaatan kembali), sementara 70 persen sampah pada 2025 masuk ke terget penanganan (pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, pemrosesan akhir).

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2017, jenis sampah organik mencapai 60 persen. Lalu, kedua terbesar adalah sampah plastik yang mencapai 16 persen.

Sampah plastik sebenarnya punya potensi besar untuk didaur ulang. Pemanfaatanya bisa sebagai campuran aspal, energi listrik, ataupun diolah kembali menjadi bahan baku plastik. Merujuk data dari Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas), dari 2,7 juta ton sampah plastik, baru sekitar 61,5 persen yang didaur ulang. Masih ada sekitar 1 juta ton sampah plastik yang dapat didaur ulang.

Berapa persen sampah plastik yang didaur ulang?

Kantong plastik menjadi isu pembicaraan penting akhir-akhir ini di dunia pengelolaan sampah. Harganya yang murah, gampang ditemukan, dan mudah digunakan membuat kantong plastik telah menjadi bagian dari hidup manusia. Hampir semua kemasan makanan dan pembungkus barang dan makanan menggunakan plastik dan kantong plastik. Belum lagi plastik untuk kebutuhan lain seperti peralatan dan perabotan rumah tangga, mainan anak-anak, alat olahraga, peralatan elektronik maupun medis, dan sebagainya.

Plastik baru secara luas dikembangkan dan digunakan sejak abad ke-20. Namun  penggunaannya berkembang secara luar biasa dari hanya beberapa ratus ton pada tahun 1930-an, menjadi 150 juta ton/tahun pada tahun 1990-an dan 220 juta ton/tahun pada tahun 2005. Plastik menjadi primadona karena beberapa sifatnya yang istimewa yakni, mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan; bobotnya ringan sehingga bisa menghemat biaya transportasi; tahan lama; aman dari kontaminasi kimia, air dan dampaknya; aman sebagai kemasan barang maupun makanan; dan tahan terhadap cuaca dan suhu yang berubah; dan yang lebih penting lagi adalah harganya murah.

Fenomena booming sampah plastik telah menjadi momok yang menakutkan di setiap belahan bumi. Tidak saja di negara-negara berkembang tetapi juga di negara-negara maju seperti Amerika, Inggris, dan Jepang. Saat ini penggunaan material plastik di negara-negara Eropa Barat mencapai 60kg/orang/tahun, di Amerika Serikat mencapai 80kg/orang/tahun, sementara di India hanya 2kg/orang/tahun.

Akibat sampah plastik yang memerlukan ratusan bahkan ribuan tahun untuk terurai kembali ke bumi, 57 persen sampah yang ditemukan di pantai berupa sampah plastik. Sebanyak 46 ribu sampah plastik mengapung di setiap mil persegi samudera bahkan kedalaman sampah plastik di samudera pasifik sudah mencapai hamper 100 meter. Bahkan menurut catatan lebih dari 1 juta burung dan 100 ribu binatang laut

Di Indonesia, menurut data statistik persampahan domestik Indonesia, jenis sampah plastik menduduki peringkat kedua sebesar 5.4 juta ton per tahun atau 14 persen dari total produksi sampah. Dengan demikian, plastik telah mampu menggeser sampah jenis kertas yang tadinya di peringkat kedua menjadi peringkat ketiga dengan jumlah 3.6 juta ton per tahun atau 9 persen dari jumlah total produksi sampah.

Menurut laporan Environmental Protection Agency (EPA) US, di Amerika saja, produksi sampah plastik meningkat dari kurang dari satu persen pada tahun 1960 menjadi 12 persen atau sekitar 30 juta ton pada 2008 dari jumlah total produksi sampah domestik negara ini. Kategori sampah plastik yang terbesar berasal dari kemasan dan wadah seperti; botol minuman, tutup botol, botol sampo dan lainnya. Jenis sampah plastik juga ditemukan pada jenis barang plastik yang penggunaanya bertahan lama seperti pada peralatan perlengkapan dan perabotan, dan barang plastik yang penggunaannya tidak bertahan lama seperti, diaper, kantong plastik, cangkir sekali pakai, perkakas, dan perlengkapan medis.

Sementara itu, Inggris memproduksi sedikitnya 3 juta ton sampah plastik setiap tahun. Sebanyak 56 persen dari jumlah tersebut berasal dari kemasan, dan 75 persen (dari persentase kemasan) berasal dari sampah rumah tangga. Sampah kantong plastik yang dihasilkan oleh Kota Jakarta saja dalam sehari mencapai 1.000 ton. Sampai saat ini belum ada pengelolaan khusus sampah plastik di tingkat kota. Namun pemulung memiliki peran yang sangat penting dalam mata rantai daur ulang sampah plastik yang dilakukan secara informal.

Berapa persen sampah plastik yang didaur ulang?

Namun seiring dengan produksi plastik yang meningkat tajam dari tahun ke tahun, kemampuan mendaur ulang Amerika juga menunjukkan kondisi yang sangat memuaskan. Saat ini, 80 persen masyarakat di sana telah memiliki akses pada kegiatan daur ulang plastik. Ini seiring pertumbuhan bisnis daur ulang yang meningkat, tercatat lebih 1.600 unit usaha terlibat  dalam daur ulang plastik sehingga berbagai jenis plastik bisa didaur ulang.

Selain memperkenalkan kegiatan daur ulang plastik, ilmuwan juga terus dipicu untuk bisa mencari alternatif lain bahan pengganti plastik konvensional.  Maka saat ini mulailah diperkenalkan plastik ramah lingkungan, degradable plastic, biodegradable plastic, atau bio plastik di tengah masyarakat. Di Jakarta, tiga produsen baru-baru ini memperkenalkan dirinya memproduksi plastik ramah lingkungan di Indonesia. Ketiganya memiliki produk yang berbeda tapi fokus produknya sama yakni, menyediakan alternatif kantong dan kemasan plastik yang ramah lingkungan.(InSWA)

Kesehatan lingkungan menjadi hal yang penting dari tahun ke tahun, apalagi kualitas hidup sangat bergantung dari seberapa bersihnya ekosistem kita. Namun sampah plastik yang menumpuk dari tahun ke tahun perlahan menjadi masalah yang harus dituntaskan dengan kolaborasi berbagai pihak.

Sampah plastik memang terkesan simpel, namun faktanya penyebaran sampah plastik yang tidak terorganisir dari tahun ke tahun mampu merusak banyak habitat, termasuk laut, tanah, hingga menjadi polutan udara.

Peran masyarakat dan pemerintah harus aktif dalam menangani isu satu ini, apalagi dengan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Salah satu regulasi dan peran pemerintah terbaru datang dari Anies Baswedan yang melarang penggunaan kantong plastik sekali pakai di daerah DKI Jakarta [1].

Masyarakat juga dituntut untuk terus berinovasi, salah satunya dengan menggunakan kantong belanja yang ramah lingkungan. 

Peredaran Sampah Plastik di Dunia

Kota-kota besar di dunia sendiri menghasilkan sampah plastik hingga 1,3 miliar ton setiap tahunnya. Data World Bank memperkirakan bahwa jumlah ini akan terus bertambah hingga 2,2 miliar ton pada tahun 2025 mendatang [2]. 

Sedangkan di angka rata-rata, masyarakat Eropa Barat dan Amerika Utara menggunakan sekitar 100 kilogram plastik di setiap tahunnya dan sebagian besar merupakan kemasan plastik sekali pakai. Sementara masyarakat Asia menggunakan hingga 20 kilogram per orang.

Sangat disayangkan, 22% hingga 43% plastik yang digunakan di seluruh dunia berakhir di tempat pembuangan sampah (TPS). Berarti biaya pembangunan TPS yang harusnya bisa dimanfaatkan untuk hal yang lebih bermanfaat namun harus habis untuk menumpuk sejumlah sampah plastik [2].

Kondisi sampah plastik di Indonesia sendiri tidak jauh berbeda. Dilansir dari Indonesia.go.id, Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun. Sebanyak 3,2 juta ton merupakan sampah plastik yang terbuang ke laut [2].

Di sisi lain, kantong plastik yang terbuang ke lingkungan sebanyak 10 miliar lembar per tahun atau sebanyak 85.000 ton kantong plastik. 

Jumlah ini menempatkan Indonesia di urutan kedua sebagai negara dengan jumlah pencemaran sampah plastik ke laut terbesar setelah Tiongkok [2]. Maka tidak heran sampah plastik di Indonesia kian penting mengingat Indonesia merupakan negara terpadat urutan ke-4 di dunia setelah Amerika Serikat, Tiongkok, dan India [3].

Tidak heran kondisi dan jumlah sampah plastik di Indonesia memiliki rentang yang cukup tinggi. Seberapa burukkah kondisi sampah plastik yang ada di Indonesia?

Meningkatnya Sampah Plastik di Indonesia

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun. Sebanyak 3,2 juta ton di antaranya merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut. 

Sementara itu, kantong plastik yang terbuang ke lingkungan sebanyak 10 miliar lembar per tahun atau sebanyak 85.000 ton kantong plastik [2]. 

Dilansir data dari Geotimes tahun 2016 menyebutkan bahwa sampah di Jakarta mencapai 6.500 ton per hari dan 13% dari sampah tersebut adalah sampah plastik [3]. 

Di pulau Bali, angkanya mencapai 10.725 ton per hari, sedangkan di Palembang, angkanya naik tajam dari 700 ton per hari menjadi 1.200 ton per hari.Jumlah ini menempatkan Indonesia di urutan kedua sebagai negara dengan jumlah pencemaran sampah plastik ke laut terbesar, setelah Tiongkok [2].

Angka ini diperparah dengan penambahan impor sampah plastik dari negara-negara lain yang pada tahun 2018 mencapai 320 ribu ton atau naik hingga 150% dari tahun sebelumnya [4]. 

Dampaknya yaitu polusi di Indonesia akan semakin meningkat dan kualitas lingkungan hidup menjadi terancam. Menurut Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), 100 gerai anggota Aprindo selama setahun menghasilkan 10,95 juta lembar sampah kantong plastik atau setara dengan 65,7 Ha kantong plastik [2].

Dilansir data dari Waste4Change, Indonesia menghasilkan sampah sebanyak 175.000 ton per harinya. Akan tetapi dari banyaknya sampah ini, hanya 7,5 persen saja yang mampu didaur ulang dan dijadikan kompos. Sisanya, sebanyak 10 persen sampah ditimbun, lima persen sampah dibakar, dan 8.5 persen tidak terkelola [3].

Maka perlu peran juga dari segala pihak, termasuk perusahaan. Kini banyak perusahaan melakukan kegiatan atau kampanye daur ulang dari hal-hal yang sudah diproduksi, seperti kemasan plastik yang digunakan.

Peran Perusahaan dalam Mengurangi Sampah Plastik

Masyarakat turut memberikan kontribusi dengan membentuk organisasi yang mendaur ulang sampah plastik hingga membentuk pupuk kompos. Dari pihak pemerintah juga sudah berjalan dengan beragam regulasi yang mendorong penggunaan ulang barang sekali pakai.

Perusahaan juga turut berkontribusi dalam memerangi sampah plastik yang merusak ekosistem, salah satunya dari AQUA yang memiliki kampanye #BijakBerplastik guna mengelola sampah plastik. 

Kampanye yang diluncurkan pada 5 Juni 2018 tersebut bertujuan untuk mengumpulkan sampah plastik dari lingkungan lebih banyak dari yang digunakan pada tahun 2025 [5].

Karena pada tahun 2025, AQUA berkomitmen untuk menggunakan 100% bahan daur ulang, bahan yang dipakai ulang dan atau bahan kemasan yang terurai dalam tanah.

Langkah bijak plastik melalui pengelolaan sampah botol plastik yang baik diwujudkan pula oleh AQUA dengan membangun Recycling Business Unit (RBU). RBU merupakan model bisnis sosial daur ulang untuk mengolah sampah botol plastik menjadi cacahan plastik yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku produk daur ulang [5].

Saat ini, AQUA sudah memiliki enam RBU yang tersebar di Bali, Lombok, Bandung, dan Tangerang Selatan. Di sini sampah botol plastik bekas jenis Polyethylene Terephthalate (PET) dikumpulkan, disortir, dicacah, dan dicuci menjadi flakes [5]. 

Berkat ini, AQUA mampu mengumpulkan 12.000 ton botol plastik bekas per tahun. Hal tersebut sangat mendukung pengurangan jumlah sampah plastik yang tidak dikelola dengan baik [5].

Saat ini kemasan botol AQUA sudah mengandung bahan daur ulang sampai dengan 25% dan mereka akan meningkatkannya menjadi rata-rata 50% pada 2025 [5].

Yuk ikut berkontribusi membentuk lingkungan yang sehat bersama AQUA, bersama jaga lingkungan dan jaga kesehatan tubuh!

Referensi:

1. http://indonesiabaik.id/infografis/indonesia-darurat-sampah-plastik
2. https://www.rumah.com/panduan-properti/sampah-plastik-masalah-yang-muncul-dan-solusinya-27262
3. https://www.merdeka.com/uang/fakta-terbaru-sampah-plastik-indonesia-meningkat-imbas-tren-belanja-selama-pandemi.html
4. https://www.liputan6.com/health/read/4490103/indonesia-hasilkan-175-ribu-ton-sampah-per-harinya-sedikit-yang-bisa-didaur-ulang
5. https://www.sehataqua.co.id/bijak-berplastik-aqua-kelola-sampah-botol-plastik-dengan-baik/