Berdasarkan kutipan tanggapan tersebut manfaat dari membaca buku Indonesia mengajar adalah

Indonesia Mengajar sebagai sebuah gerakan tak berambisi hadir sebagai solusi yang menyelesaikan seluruh persoalan pendidikan di Indonesia. Namun begitu, kami meyakini bahwa keikutsertaan seluruh lapisan masyarakat Indonesia akan ikut mendorong peningkatan kualitas pendidikan kita. 

"Secara garis besar, Indonesia Mengajar bicara tentang dua hal: Pendidikan dan Pelibatan"

Terkait pendidikan, janji kemerdekaan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa menginspirasi program ini. Janji kita semua itu, yang hingga kini belum bisa kita wujudkan secara sempurna. Ada sebagian bangsa Indonesia yang terlunasi Janji Kemerdekaan-nya. Dengan pendidikan yang mereka raih, mereka dapat mencapai kehidupan yang lebih baik untuk diri dan keluarganya. Tetapi, tidak sedikit saudara kita yang masih menunggu lunasnya janji itu. Mereka belum mendapat pendidikan yang layak, mereka belum terangkat kehidupan ekonomi dan sosialnya.

Indonesia Mengajar percaya janji kemerdekaan adalah janji kita semua. Janji yang menjadi nafas perjuangan kami untuk melunasinya. Kita yakin pendidikan adalah satu gerakan bangsa dan bukan semata tugas pemerintah. Karenanya, daripada sekadar "mengutuk kegelapan", kami memutuskan untuk ikut bertindak, meski hanya bagaikan menyalakan lilin yang kecil. Indonesia Mengajar terdorong berbuat sesuatu--yang terbaik yang bisa dilakukan--demi kemajuan pendidikan di tanah air dan terlunasinya janji kemerdekaan itu.

Kami pun percaya bahwa pendidikan adalah urusan kita bersama. Gotong royong seluruh lapisan masyarakat akan menunjang kemajuan pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia Mengajar hadir sebagai jembatan antar elemen di lingkungan pendidikan.

"Alih-alih banyak memberikan ‘buku pengetahuan’, kami justru percaya bahwa masyarakat di daerah penempatan adalah ‘perpustakaan’ itu sendiri.

Indonesia Mengajar benar-benar yakin bahwa semua orang adalah guru dan semua tempat adalah sekolah. Pun begitu dengan masyarakat di penjuru republik. Kami tak hadir sebagai pahlawan dengan ribuan harapan. Pun juga tak hadir dengan jutaan kemampuan.

Sebaliknya, kami meyakini bahwa masyarakat di sudut-sudut negeri ini telah berdaya terhadap dirinya sendiri. Pengajar Muda hanya menjadi pemantik untuk aksi-aksi lokal. Interaksi antara Pengajar Muda dan masyarakat yang terjadi, selain sebagai pembelajaran bagi semua pihak, tentunya akan menjadi ruang interaksi positif untuk kemajuan pendidikan di Indonesia.

"Anak-anak Indonesia membutuhkan kompetensi kelas dunia serta pemahaman empatik yang mendalam laksana akar rumput meresapi tanah tempatnya hidup"

Di awal berdirinya Indonesia Mengajar, kami percaya bahwa di luar sana banyak sekali pemuda potensial yang memiliki kepedulian pada bangsanya. Hal itu hal mengantarkan kami untuk merekrut mereka, mengetuk pintu hatinya, dan mengajak mereka terlibat langsung untuk melunasi janji kemerdekaan. Kami menyebut mereka sebagai Pengajar Muda.

Indonesia Mengajar mengajak para pemuda tersebut untuk menyelami kehidupan di penjuru Indonesia: untuk tinggal, hidup dan belajar dari masyarakat setempat selama satu tahun. Mereka bekerja di sekolah dasar dan tinggal di rumah penduduk bersama keluarga baru mereka. Tantangan, hambatan dan segala pengalaman akan membentuk karakter kepemimpinan sekaligus merajut tenun kebangsaan yang lebih kokoh. Penugasan selama satu tahun akan menjadi sekolah kepemimpinan untuk memupuk kompetensi global dan pemahaman akar rumput. Dengan kompetensi global yang dimiliki pemudanya, Indonesia akan sanggup bersaing di tingkat dunia. Sementara itu, dengan pemahaman akar rumput, Indonesia akan sanggup berpijak dan mengabdi bagi kepentingan nasionalnya, demi memenuhi semua janji kemerdekaan bagi rakyatnya.

Indonesia Mengajar menempatkan sarjana-sarjana terbaik di pelosok negeri. Kehadiran mereka adalah untuk mengajar, mendidik, menginspirasi dan menjadi katalis bagi masyarakat desa-desa terpencil untuk mewujudkan kemajuan daerahnya masing-masing. Di pelosok negeri, para Pengajar Muda (guru-guru tersebut) akan memiliki kawan baru, rumah baru, dan keluarga baru. Kelak, desa-desa tersebut akan selalu menjadi bagian tak terpisahkan para calon pemimpin tersebut.

Begitu juga sebaliknya, para Pengajar Muda akan mmemantik kemandirian untuk berjuang memajukan daerahnya sendiri. Kami berharap kehadiran dan semangat para Pengajar Muda akan membekas di setiap anak-anak dan di setiap kemajuan di desa-desa tempat mereka pernah tinggal. Indonesia Mengajar yakin bahwa semua itu adalah rajutan erat yang akan menguatkan tenun kebangsaan kita.

“Berawal dari Pengajar Muda, Hingga Semuanya Ikut Bekerja.”

Seiring berjalannya waktu, Indonesia Mengajar menemukan potret-potret perjuangan di pelosok negeri yang digaungkan oleh aktor-aktor lokal. Orang-orang yang percaya bahwa tak ada perjuangan yang lebih heroik, dibanding tangan yang terus bergerak dan kaki yang senantiasa melangkah.

Semangat keterlibatan yang selalu disemarakkan nyatanya mendorong munculnya gerakan-gerakan lain yang memiliki semangat serupa, mendorong lebih banyak orang untuk mau ambil bagian dalam memajukan pendidikan di Indonesia. Hingga kini, Indonesia Mengajar tak hanya berdiri dengan Pengajar Muda-nya, beberapa inisiasi yang telah dan sedang dilakukan yaitu gerakan kerelawanan:  Kelas Inspirasi, Ruang Berbagi Ilmu, TembokpediaTaman Teman Bermain, Indonesia Mengajar Learning Institute (IMstitute), dan Lab Gerakan.

Dalam sebuah karya tulis yang dituangkan ke dalam sebuah buku, tentunya akan disertai dengan beragam komentar tentang isi yang disampaikan dari orang-orang tertentu sebelum dirilis secara resmi. Itulah yang dinamakan resensi, dimana komentar, tanggapan atau penilaian diberikan secara logis atas isi karya atau buku tersebut.

Tanggapan terhadap isi buku atau karya tulis tersebut dapat dilakukan dengan mengamati kelebihan dan kekurangan buku baik fiksi maupun non fiksi. Selain itu, bisa juga menyampaikan informasi lain yang diperoleh dari karya tulis atau buku.

Mengomentari Isi Buku Fiksi

Tanggapan terhadap isi buku fiksi dilakukan dengan mengomentari unsur-unsur dari buku fiksi tersebut. Adapun unsur-unsur buku fiksi yang dapat dikomentari antara lain sampul buku, rincian subbab buku, tokoh dan penokohan, tema cerita, bahasa yang digunakan, penyajian alur cerita, dan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita.

Dalam menyajikan tanggapan terhadap isi buku fiksi dapat dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan terhadap unsur-unsur buku tersebut dan jawaban dari pertanyaan tersebut dapat dibangun menjadi komentar terhadap isi buku. Adapun contoh pertanyaannya seperti :

(Baca juga: Memahami Unsur Kebahasaan Teks Tanggapan Kritis)

  • Bagaimana judul dan tema dikembangkan?Apakah ada keunikan dalam pengembangan judul dan tema?
  • Bagaimana pengarah mengembangkan latar cerita?
  • Bagaimana pengarang mengembangkan tokoh dan watak tokoh?
  • Bagaimana pilihan kata yang digunakan pengarang?
  • Apakah kalimat-kalimat yang digunakan pengarang memiliki keunikan dan kekuataan dalam membangun cerita?

Mengomentari Isi Buku Non fiksi

Tanggapan terhadap isi buku non fiksi dilakukan dengan mengomentari unsur-unsur buku non fiksi seperti sampul buku, rincian subbab buku, judul sub bab, isi buku, cara pengarang menyajikan cerita, bahasa yang digunakan, dan sistematika penulisannya.

Sama hal nya seperti komentar dalambuku fiksi, dalam mengomentari isi buku non fiksi juga dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan mengenai unsur-unsur buku tersebut, seperti :

  • Apa judul dan tema buku?
  • Bidang ilmu apa yang dibahas dalam buku?
  • Garis besar apa yang disampaikan dalam buku?Apa isi dari tiap babnya?
  • Apakah buku ditunjang dengan gambar atau foto, ilustrasi, table, dan grafik?dan apakah penunjang tersebut cukup mampu membantu pembaca lebih memahami isi teks?
  • Apakah sistematika penulisan mudah diikuti?
  • Apakah bahasa yang digunakan mudah dipahami?

Bandung, 11 September 2013

Berdasarkan kutipan tanggapan tersebut manfaat dari membaca buku Indonesia mengajar adalah

Cover Buku Indonesia Mengajar

Judul              : Indonesia Mengajar Penulis           : Pengajar Muda Penerbit         : Bentang Terbit             : November 2011 Halaman       : xviii + 322

Ukuran          : 13 x 20,5 cm

Awal mula saya ingin membaca buku ini, karena tertarik dengan program Indonesia Mengajar. Sebuah program yang mengirimkan pemuda-pemuda lulusan S1 dari universitas-universitas di Indonesia, untuk menjadi guru di sebuah sekolah dasar yang berada di daerah pelosok nusantara. Mereka harus mengajar di suatu sekolah selama satu tahun ajaran, dalam kesederhanaan dan keterasingan. Lokasi-lokasi terpencil yang jauh dari kemewahan fasilitas dan teknologi. Lokasi-lokasi yang tak jarang tanpa sinyal telepon dan memiliki keterbatasan energi listrik.

Buku ini mengumpulkan kisah-kisah pendek yang dialami masing-masing Pengajar Muda di tanah baktinya di penjuru negeri. Mulai dari kisah anak-anak didiknya yang tentunya unik dan berwarna. Pasti butuh perjuangan untuk mendekati anak-anak pelosok, yang kadang masih takut dengan orang-orang asing. Kemudian ada kisah prestasi-prestasi tak terduga dari mutiara-mutiara yang belum tergali itu.

Buku Indonesia mengajar sendiri kini sudah memiliki seri selanjutnya. Intinya, buku pertama ini menceritakan pengalaman Pengajar Muda generasi pertama yang melaksanakan tugasnya di tahun 2010/2011.

Kelebihan:

Buku ini begitu inspiratif. Para Pengajar Muda berhasil membawa kesederhaan dan keterasingan murid-muridnya, menjadi anak-anak yang memiliki mimpi dan harapan. Dan semua itu diceritakan dengan apa adanya.

Buku ini memberikan banyak warna dan wawasan. Dengan banyaknya jumlah Pengajar Muda yang turut bercerita, dengan banyaknya daerah yang diajar, tentu banyak cerita yang mempunyai warna berbeda. Bermacam pula karakter anak-anaknya.

Kelemahan:

Tak semua penyumbang tulisan dalam buku ini ialah seorang penulis. Jadi tekadang ada tulisan yang bisa mengalir enak. Tapi ada juga tulisan yang gaya bahasanya kurang mudah dibaca.

Nilai subjektif: 78                     (lihat daftar nilai)

Rekomendasi:

Untuk kalian yang ingin menjadi Pengajar Muda, sangat disarankan untuk membaca buku ini. Realitas kehidupan dipelosok sangatlah tak mudah, ini harus kaliah mengerti terlebih dahulu. Terserah, apakah nanti akan menjadi pelecut motivasi ataukah malah menjadi pengurung niat.

Untuk kalian pemuda yang punya sense mengajar, bagi kalian yang memiliki kepedulian tentang dunia pendidikan di Indonesia, silahkan baca. Di sini kita bisa hidup dalam fasilitas yang mewah, akan tetapi tanpa semangat menjalaninya. Tapi mereka yang hidup dalam kesederhanaan, justru memiliki semangat yang tak bertepi.

Terakhir, untuk mereka yang memiliki kuasa terhadap perubahan. Inilah kisah realitas bangsa ini. Mereka juga bagian dari Indonesia yang seharusnya memiliki hak atas pendidikan yang layak.

“Untuk Indonesia”

— Sebuah resensi dari All Chussna

oleh san