Berikut ini adalah salah satu definisi tentang Neraca Bahan makanan manakah yang paling tepat

Ditulis oleh : Administrator - Diterbitkan : Kamis, 5 Desember 2019 - Dibaca : 64936

Pakan merupakan unsur utama kebutuhan ternak.  Pakan bisa dikatakan faktor penentu keberhasilan usaha ternak.  Melalui pakan inilah, harapan terhadap produksi dapat ditambatkan.   Apabila pakan baik maka produksi akan baik begitu pula sebaliknya.  Mengapa demikian?  Karena dalam pakan tersebut mengandung nutrisi yang dibutuhkan ternak.  Beberapa nutrisi penting/umum terkandung dalam bahan pakan adalah sebagai berikut:

  1. Energi, diperlukan untuk memenuhui kebutuhna hidup pokok dan beraktifitas.  Energi biasa dinyatakan dalam NE, ME, GE, DE,
  2. Protein, diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, produksi, dan reproduksi,
  3. Mineral, diperlukan ternak untuk pertumbuhan tulang dan perbaikan jaringan, kofaktor enzim/hormon, menjaga keseimbangan pH/cairan tubuh, dan pembentukan mineral susu,
  4. Vitamin, sebagai katalisator dalam proses metablisme.

Ada beberapa pengertian yang harus kita pahami sebelum kita membicakan tentang formulasi ransum.  Di dalam Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia nomor 119/Permentan/OT.140/10/2014 disebutkan, bahwa pengertian bahan pakan adalah: bahan hasil pertanian, perikanan, peternakan, atau bahan lain yang layak dipergunakan sebagai bahan pakan, baik yang telah diolah maupun yang belum diolah
ransum, sedangkan pakan adalah: makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun tidak, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, berkembangbiak.  Selain itu kita juga harus memahami pengertian ransum, yaitu
: pakan yang diberikan kepada  ternak selama 24 jam, pemberiannya   dapat  satu kali atau  beberapa kali.  Ransum seimbang, yaitu :  ransum yang diberikan selama 24 jam yang mengandung   semua   zat   makanan  dalam kuantitas,   kualitas  serta   perbandingan yang   cukup   untuk  memenuhi  kebutuhan zat     makanan   yang   diperlukan    ternak sesuai  dengan tujuan pemeliharaan.

Formulasi ransum adalah susunan/formula bahan pakan yang akan diberikan kepada ternak selama 24 jam.  Dalam menyusun formulasi pakan haruslah seimbang antara semua unsur nutrisi di atas.  Seimbang di sini dalam pengertian sesuai dengan kebutuhan ternak.

Langkah dalam membuat formulasi ransum adalah:

  1. Mengetahui status fisiologis ternak.  Sebelum kita akan membuat formulasi ransum, kita harus mengetahui ternak yang akan kita buatkan ransumnya sedang dalam fase apa, sebagai contoh apabila untuk ternak ruminansia : pedet, pedet lepas sapih, dara, bunting, laktasi, produksi (susu/penggemukan). 
  2. Menentukan data kebutuhan nutrisi.  Kebutuhan nutrisi berkaitan erat dengan fase fisiologis ternak.  Setiap fase fisiologis berbeda kebutuhan nutrisi, oleh karena itu informasi status fisiologi ternak ini menjadi penting agar formulasi ransum yang kita buat menjadi tepat dan sesuai dengan kebutuhan.  Data kebutuhan nutrisi pada setiap fase dapat menggunakan standar yang sudah ada dan biasa digunakan, seperti NRC dan AEC.  Sebagai contoh dalam NRC disebutkan untuk sapi potong
  3. Menentukan bahan pakan dan kandungan nutrisinya.  Dalam menyusun ransum, kita harus menentukan bahan pakan apa saja yang akan digunakan dan apa saja kandungan nutrisi yang dimilikinya.  Sebuah ransum sederhana biasanya berpatokan pada energi dan protein kasar.  Pengetahuan bahan pakan sebagai sumber nutrisi tertentu, terutama pada bahan pakan lokal menjadi penting.  Karena dalam membuat formulasi ransum yang diinginkan adalah dengan harga yang murah namun memiliki kualitas yang baik.  Ransum yang seperti itu harus menggunakan bahan pakan lokal.  Hal penting lain dalam menentukan bahan pakan adalah informasi terkait dengan batasan penggunakan pakan tersebut dalam pakan/ransum, kandungan anti nutrisi, dan kualitas bahan pakan yang digunakan.
  4. Menentukan metode penyusunan ransum.  Ada beberapa metode penyusunan ransum, yaitu: pearson square, trial n error, yang paling paling praktis adalah menggunakan aplikasi.  Saat kita menyusun ransum bisa memilih salah satu metode tersebut sesuai dengan yang kita pahami dan butuhkan.
  5. Mulai membuat formulasi ransum sesuai dengan data yg sudah disiapkan
  6. Meneliti kembali formulasi yang telah dibuat

Dengan mahalnya harga pakan di pasaran, seharusnya pakan lokallah yang dapat menggantikan.  Sehingga dengan demikian peternak selalu mendapatkan pakan dengan harga murah dan berkualitas.  Penggalian sumber bahan pakan lokal perlu terus dilakukan dan dikembangkan sesuai dengan potensi daerah. Apabila menilik dari bahan pakan lokal yang sudah diketahui, ternyata banyak diantaranya yang memiliki kandungan nutrisi yang baik, baik itu sebagai sumber energi maupun sebagai sumber protein. 

Sumber bahan pakan lokal itu dapat berupa hijauan (rumput dan legum), limbah pertanian, dan pakan alternatif.  Beberapa contoh berupa hijauan seperti : anggrass, rumput rawa, legum pohon (daun kaliandra, daun bauhemia, daun lamtoro, daun turi, dll), kayambang, eceng gondok.  Beberapa contoh berupa limbah pertanian adalah: jerami jagung, jerami kacang tanah, jerami kedelai, pangkal umbi singkong, singkong bagian batang dan daun.  Beberapa contoh berupa pakan alternatif: kulit kopi (yang keras), kulit ari kopi, kulit pisang, ampas maizena, keong mas, kopra, kulit kakao, bungkil inti sawit, ampas kecap, kulit ari kedelai, kulit ari kacang hijau.

Dengan adanya informasi terkait dengan sumber bahan pakan lokal yang terus menerus di diseminasikan kepada para peternak, maka peternak yang melakukan self mixing (mencapur pakan sendiri) tidak perlu mendatangkan bahan baku pakan dari luar daerah.  Dengan demikian setiap daerah dapat membuat formula pakan atau formulasi ransum sesuai dengan potensi yang ada di wilayah tersebut, sehingga peternak mendapatkan pakan/ransum dengan harga yang murah dan berkualitas.

oleh : Ati Rohayati, SPt, MP.

disarikan dari berbagai sumber

Undang–undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan telah mengamanatkan bahwa Negara berkewajiban mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang, baik pada tingkat Nasional maupun Daerah hingga perseorangan secara merata di seluruh wilayah sepanjang waktu dengan memanfaatkan sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal. Oleh karena itu, ketahanan pangan mutlak harus dapat dicapai untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Salah satu metode untuk mengetahui ketersediaan pangan di suatu wilayah adalah dengan analisis Neraca Bahan Makanan. Neraca Bahan Makanan (NBM) merupakan penyajian data pangan yang dapat menggambarkan situasi dan kondisi ketersediaan sejumlah produksi pangan, perubahan dalam cadangan pangan, impor ekspor, dan distribusi pangan di suatu wilayah pada waktu tertentu (FAO, 1980).

Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Pandeglang bekerja sama dengan Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W)-LPPM Institut Pertanian Bogor untuk melakukan penelitian Neraca Bahan Makanan (NBM) dalam rangka Pengembangan Sumber Pangan Lokal sesuai dengan kondisi dan kebutuhan di lapangan. Analisis Neraca Bahan Makanan (NBM) adalah kegiatan dari Peningkatan Ketahanan Pangan yang dilaksanakan berdasarkan suatu program yang terencana. Kegiatan ini merupakan suatu upaya strategis untuk mendukung penyediaan pangan dalam menghadapi kekurangan ketersediaan pangan, kelebihan ketersediaan pangan, gejolak harga pangan, dan atau keadaan darurat lainya.

Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan Penelitian Neraca Bahan Makanan di Kabupaten Pandeglang ini adalah untuk menghimpun data pangan komoditas asal dan komoditas turunan yang tersedia untuk dikonsumsi penduduk Kabupaten Pandeglang; menghimpun data pangan berdasarkan kelompok bahan makanan; memastikan tersusunnya ketersediaan kalori, protein, dan lemak; memastikan tersusunnya tingkat ketersediaan pangan harapan Kabupaten Pandeglang; dan sebagai alat evaluasi ketahanan pangan Kabupaten Pandeglang.

labelbahan makanan, ketahanan pangan, neraca

1. Penduduk Miskin

Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Konsep ini mengacu pada Handbook on Poverty and Inequality yang diterbitkan oleh Worldbank. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Penduduk dikategorikan sebagai penduduk miskin jika memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.

2. Garis Kemiskinan (GK)

Garis Kemiskinan (GK) mencerminkan nilai rupiah pengeluaran minimum yang diperlukan seseorang untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya selama sebulan, baik kebutuhan makanan maupun non-makanan. GK terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM).


Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran minimum untuk kebutuhan makanan yang disetarakan dengan 2100 kilokalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll).


Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM) merupakan nilai pengeluaran minimum untuk kebutuhan non-makanan berupa perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan.

Rumus Penghitungan :

GK = GKM + GKNM


GK      = Garis Kemiskinan
GKM   = Garis Kemiskinan Makanan
GKNM = Garis Kemiskinan Non Makan

Teknik penghitungan GKM


  • Tahap pertama adalah menentukan kelompok referensi (reference population) yaitu 20% penduduk yang berada di atas Garis Kemiskinan Sementara (GKS). Kelompok referensi ini didefinisikan sebagai penduduk kelas marginal. GKS dihitung berdasarkan GK periode sebelumnya yang di-inflate dengan inflasi umum (IHK). Dari penduduk referensi ini, kemudian dihitung Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM).

  • Garis Kemiskinan Makanan (GKM) adalah jumlah nilai pengeluaran dari 52 komoditi dasar makanan yang riil dikonsumsi penduduk referensi, yang kemudian disetarakan dengan 2100 kilokalori per kapita per hari. Patokan ini mengacu pada hasil Widyakarya Pangan dan Gizi 1978. Penyetaraan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan dilakukan dengan menghitung harga rata-rata kalori dari 52 komoditi tersebut. Formula dasar dalam menghitung Garis Kemiskinan Makanan (GKM) adalah :

Berikut ini adalah salah satu definisi tentang Neraca Bahan makanan manakah yang paling tepat


Selanjutnya GKMj tersebut disetarakan dengan 2100 kilokalori dengan mengalikan 2100 terhadap harga implisit rata-rata kalori menurut daerah j dari penduduk referensi, sehingga :


Berikut ini adalah salah satu definisi tentang Neraca Bahan makanan manakah yang paling tepat


  • Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM) merupakan penjumlahan nilai kebutuhan minimum dari komoditi-komoditi non-makanan terpilih yang meliputi perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Pemilihan jenis barang dan jasa non-makanan mengalami perkembangan dan penyempurnaan dari tahun ke tahun disesuaikan dengan perubahan pola konsumsi penduduk. Pada periode sebelum tahun 1993, komoditi non-makanan terdiri dari 14 komoditi di perkotaan dan 12 komoditi di perdesaan. Kemudian sejak tahun 1998, terdiri dari 27 sub kelompok (51 jenis komoditi) di perkotaan dan 25 sub kelompok (47 jenis komoditi) di perdesaan. Nilai kebutuhan minimum per komoditi /sub-kelompok non-makanan dihitung dengan menggunakan suatu rasio pengeluaran komoditi/sub-kelompok tersebut terhadap total pengeluaran komoditi/sub-kelompok yang tercatat dalam data Susenas Modul Konsumsi. Rasio tersebut dihitung berdasarkan hasil Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar (SPKKD) 2004, yang dilakukan untuk mengumpulkan data pengeluaran konsumsi rumah tangga per komoditi non-makanan yang lebih rinci dibandingkan data Susenas Modul Konsumsi. Nilai kebutuhan minimum non-makanan secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut :

Berikut ini adalah salah satu definisi tentang Neraca Bahan makanan manakah yang paling tepat

3. Persentase Penduduk Miskin

Head Count Index (HCI-P0) adalah persentase penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan (GK).


Rumus Penghitungan :

Berikut ini adalah salah satu definisi tentang Neraca Bahan makanan manakah yang paling tepat

Dimana :
α  = 0
z  = garis kemiskinan.
yi = Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan (i=1, 2, 3, ...., q), yi < z
q  = Banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan.

n  = jumlah penduduk.

4. Indeks Kedalaman Kemiskinan

Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.

Rumus Penghitungan :

Berikut ini adalah salah satu definisi tentang Neraca Bahan makanan manakah yang paling tepat


Dimana :
α  = 1
z  = garis kemiskinan.
yi = Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan (i=1, 2, 3, ...., q), yi < z
q  = Banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan.

n  = jumlah penduduk.

5. Indeks Keparahan Kemiskinan

Indeks Keparahan Kemiskinan (Proverty Severity Index-P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin.


Rumus Penghitungan :

Berikut ini adalah salah satu definisi tentang Neraca Bahan makanan manakah yang paling tepat

Dimana :
α  = 2
z  = garis kemiskinan.
yi = Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan (i=1, 2, 3, ...., q), yi < z
q  = Banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan.

n  = jumlah penduduk.

6. Gini Ratio

Dalam mengukur tingkat ketimpangan di Indonesia, BPS menggunakan data pengeluaran sebagai proksi pendapatan yang bersumber dari Susenas. Gini ratio adalah salah satu ukuran ketimpangan pengeluaran yang digunakan. Nilai gini ratio berkisar antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai gini ratio yang semakin mendekati 1 mengindikasikan tingkat ketimpangan yang semakin tinggi.

7. Ukuran Bank Dunia

Ukuran Bank Dunia adalah salah satu ukuran ketimpangan yang mengacu pada persentase pengeluaran kelompok 40 persen penduduk terbawah. Adapun kriteria tingkat ketimpangan berdasarkan Ukuran Bank Dunia adalah sebagai berikut :

  • Bila persentase pengeluaran pada kelompok 40 persen penduduk terendah lebih kecil dari 12 persen, maka dikatakan terdapat ketimpangan tinggi.
  • Bila persentase pengeluaran pada kelompok 40 persen penduduk terendah antara 12 sampai dengan 17 persen, maka dikatakan terdapat ketimpangan moderat/sedang/menengah.
  • Bila persentase pengeluaran pada kelompok 40 persen penduduk terendah lebih besar dari 17 persen, maka dikatakan terdapat ketimpangan rendah.

Kemiskinan dihitung dengan menggunakan data yang bersumber dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Konsumsi dan Pengeluaran (Modul KP) periode Maret dan September.

1. Cakupan

Susenas Maret mencakup 300.000 rumah tangga, sedangkan Susenas September mencakup 75.000 rumah tangga. Level estimasi Susenas Maret sampai dengan kabupaten/kota, sedangkan level estimasi Susenas September sampai dengan provinsi. Sampel dipilih secara acak dan tersebar di 34 provinsi dan 514 kabupaten/kota di Indonesia.

2. Kerangka Sampel

Kerangka sampel induk kegiatan Susenas adalah sekitar 180.000 blok sensus (25% populasi) yang ditarik secara PPS dengan size rumah tangga SP2020 dari master frame blok sensus.

3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui metode wawancara terhadap rumah tangga yang terpilih sebagai sampel dengan menggunakan kuesioner Konsumsi dan Pengeluaran.
Periode referensi untuk konsumsi makanan adalah seminggu sebelum pencacahan. Sementara itu, periode referensi untuk konsumsi non-makanan adalah sebulan yang lalu, setahun yang lalu maupun keduanya.

4. Pengolahan Data

Pengolahan dokumen Susenas terdiri dari kegiatan receiving-batching, editing-coding, entry, kompilasi data, dan tabulasi. Kegiatan receiving-batching, editing-coding, dan entry dilakukan sepenuhnya di BPS Kabupaten/Kota. Selanjutnya, kegiatan kompilasi data dan tabulasi dilakukan di BPS Provinsi dan BPS Pusat.

Tabel Dinamis Subjek Kemiskinan dan Ketimpangan

Video panduan tabel dinamis, lihat disini.


1. Pilih Data

2. Pilih Judul Baris

Secara default seluruh judul baris akan terpilih

3. Pilih Tata Letak Tabel

Video Panduan Tabel Dinamis