Berikut ini yang bukan merupakan ciri kehidupan zaman berburu dan meramu yaitu

Dhafi Quiz

Find Answers To Your Multiple Choice Questions [MCQ] Easily at cp.dhafi.link. with Accurate Answer. >>


Ini adalah Daftar Pilihan Jawaban yang Tersedia :

  1. hidup berpindah-pindah
  2. menggantungkan pada alam sekitarnya
  3. mengenal berladang dan bercocok tanam
  4. mencari dan mengumpulkan makanan dari hutan
Klik Untuk Melihat Jawaban

Apa itu cp.dhafi.link??

Kuis Dhafi Merupakan situs pendidikan pembelajaran online untuk memberikan bantuan dan wawasan kepada siswa yang sedang dalam tahap pembelajaran. mereka akan dapat dengan mudah menemukan jawaban atas pertanyaan di sekolah. Kami berusaha untuk menerbitkan kuis Ensiklopedia yang bermanfaat bagi siswa. Semua fasilitas di sini 100% Gratis untuk kamu. Semoga Situs Kami Bisa Bermanfaat Bagi kamu. Terima kasih telah berkunjung.

KOMPAS.com - Pada masa berburu tingkat lanjut atau Mesolitikum Akhir, corak hidup yang berasal dari periode sebelumnya masih berpengaruh.

Corak kehidupan pada Zaman Mesolitikum Akhir adalah mengumpulkan makanan dan menetap.

Hidup dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan masih dilanjutkan, hal ini terbukti dari bentuk alat-alat yang digunakan, yakni dari batu, tulang, dan kulit kerang.

Ciri utama kehidupan sosial manusia purba pada masa berburu dan mengumpulkan makanan adalah berpindah-pindah.

Namun berbeda dengan masa sebelumnya, pola hidup masyarakat berburu dan meramu tingkat lanjut mulai timbul usaha untuk menetap di gua-gua alam.

Akan tetapi, tempat tersebut suatu saat akan ditinggalkan apabila sekiranya tidak dapat mencukupi kehidupan sehari-harinya lagi.

Salah satu contoh kehidupan budaya masyarakat pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut yaitu gambar tangan pada dinding gua.

Berikut ini ciri-ciri kehidupan masa berburu dan meramu tingkat lanjut.

Kehidupan sosial-ekonomi

Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, masyarakatnya masih bergantung pada alam sekitar.

Cara memperoleh makanan masih bersifat food gathering, yakni dengan mengumpulkan umbi-umbian, buah-buahan, keladi, daun-daunan, siput, kerang, serta berburu binatang di dalam hutan dan menangkap ikan.

Selain itu, awal kegiatan pertanian diduga juga berlangsung pada periode ini. Akan tetapi kehidupan bercocok tanam masih dikerjakan dengan amat sederhana dan berpindah-pindah.

Baca juga: Apa itu Food Producing dan Food Gathering?

Masyarakatnya hanya bisa menanam umbi-umbian, karena belum mengenal cara menanam biji-bijian.

Manusia purba pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut telah menunjukkan keinginan untuk bertempat tinggal menetap di dalam gua-gua.

Mereka biasanya memilih gua yang tidak jauh dari sumber air, yakni di dekat sungai dan di pinggir pantai.

Contoh peninggalan yang khas dari masyarakat berburu dan meramu tingkat lanjut adalah abris sous roche, yaitu gua menyerupai ceruk batu karang yang digunakan sebagai tempat tinggal.

Selain itu, bukti bahwa masyarakatnya juga hidup di pinggir pantai dan sering mengonsumsi kerang dan siput adalah ditemukannya kjokkenmoddinger [sampah bukit kerang].

Di gua-gua tersebut, manusia purba hidup dalam kelompok kecil yang terdiri atas dua atau tiga keluarga.

Akan tetapi, situs-situs tersebut belum ditempati secara permanen. Pasalnya, manusia purba akan berpindah ke tempat lain apabila bahan makanan di wilayah tersebut sudah habis.

Baca juga: Kjokkenmoddinger: Pengertian, Fungsi, dan Lokasi Penemuan

Kehidupan sosial-budaya

Corak kehidupan manusia praaksara pada periode ini setingkat lebih tinggi daripada masyarakat berburu dan meramu tingkat awal.

Hal ini terlihat dari teknik pembuatan alat ataupun hasil kebudayaannya. Peralatan sehari-hari yang dihasilkan berupa alat-alat batu seperti kapak genggam dan kapak pendek, kemudian peralatan dari tulang, tanduk, dan kulit kerang.

Di samping itu, pada masa ini mungkin sekali dibuat peralatan berbahan bambu.

Diduga bambu memiliki peran penting, karena dapat dengan mudah diolah menjadi berbagai macam peralatan sehari-hari.

Misalnya, bambu dapat dijadikan sudip untuk mencungkil atau membersihkan umbi-umbian, dijadikan keranjang, dan bahan bakar.

Selama bertempat tinggal di gua, manusia purba tidak hanya membuat peralatan yang diperlukan, tetapi juga melukiskan sesuatu di dinding.

Lukisan itu dibuat dengan cara menggores pada dinding gua atau menggunakan cat dari bahan alami berwarna merah, hitam, atau putih.

Lukisan yang dibuat biasanya menggambarkan pengalaman sehari-hari, sebuah perjuangan, harapan, atau kepercayaan.

Contoh lukisan yang dibuat adalah berupa cap-cap tangan, orang naik perahu, dan lukisan binatang buruan.

Baca juga: Abris Sous Roche: Pengertian, Fungsi, dan Lokasi Penemuan

Kehidupan spiritual

Kehidupan spiritual masyarakat berburu dan meramu tingkat lanjut tergambar pada lukisan-lukisan yang ada di dinding gua.

Cap tangan mungkin mengandung arti kekuatan atau lambang kekuatan pelindung untuk mencegah roh jahat.

Di samping itu, lukisan juga bertalian dengan upacara-upacara penghormatan nenek moyang, upacara penguburan, dan keperluan meminta hujan atau kesuburan.

Selain lukisan pada dinding gua, kepercayaan masyarakat saat itu terlihat pada tradisi penguburan.

Hal ini terlihat pada masyarakat si Gua Lawa, Sampung, bukit kerang di Sumatera Utara, dan Gua Sodong, Jawa Timur, di mana mayatnya ditaburi dengan pewarna alami oker merah.

Diduga, pemberian oker merah dimaksudkan untuk memberikan kehidupan baru di alam baka.

Referensi:

  • Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto [Eds]. [2008]. Sejarah Nasional Indonesia I: Zaman Prasejarah di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

tirto.id - Kehidupan manusia pada masa berburu dan meramu termasuk bagian dari zaman pra-sejarah. Di masa itu, manusia belum mengenal tulisan. Mereka yang berada di zaman pra-aksara itu dikenal sebagai manusia purba.

Satu-satunya cara menengok kehidupan di masa itu adalah dengan melihat peninggalan mereka berupa fosil, alat-alat kehidupan, fosil tumbuhan maupun hewan, dan lainnya, seperti dikutip dari buku Rekam Jejak Peradaban Indonesia [2017] yang diterbitkan Kemendikbud.

Sistem sosial, budaya, dan ekonomi manusia pada masa berburu dan meramu amat sederhana, serta sesuai dengan kebutuhan mereka di masa itu yang belum kompleks.
Pada masa berburu dan meramu, manusia menggunakan tradisi lisan yang menjadi fondasi untuk kehidupan zaman sekarang. Keterampilan dan alat-alat yang digunakan pada masa itu juga masih dalam proses perkembangan dan penyempurnaan. Sebagai misal, awalnya mereka membuat kapak genggam, yang di masa berikutnya berkembang menjadi kapak lonjong yang lebih fleksibel dan efektif digunakan.

Ciri-ciri Kehidupan Masyarakat Berburu dan Meramu

Ciri-ciri kehidupan di masa berburu dan meramu atau mengumpulkan makanan ini terdiri dari ciri kepercayaan, ciri sosial, budaya, ekonomi, teknologi, dan sebagainya.

Penjelasan rincinya adalah sebagai berikut, sebagaimana dikutip dari buku Sejarah [2020] yang ditulis Irma Samrotul Fuadah.

A. Ciri Kepercayaan

Ciri utama kepercayaan manusia masa berburu dan meramu ada;ah masih meyakini kemampuan mistis dari benda-benda dan alam yang dianggap memiliki kekuatan supranatural. Kepercayaan yang dianut masyarakat berburu meramu terdiri dari keyakinan animisme, dinamisme, dan totemisme 1. Animisme Kepercayaan animisme adalah keyakinan bahwa benda-benda memiliki roh atau jiwa, seperti pohon, batu, gunung, dan lain sebagainya. 2. Dinamisme Kepercayaan dinamisme meyakini bahwa segala sesuatu memiliki kekuatan yang mempengaruhi berhasil atau gagalnya usaha manusia. Orang-orang di masa berburu dan meramu percaya bahwa kekuatan itu dapat menolong dan membantu mereka. Kekuatan itu bersemayam pada benda-benda magis seperti keris, jimat, pohon besar, dan lain sebagainya. Untuk meraih kekuatan dan pertolongan dari benda-benda itu, lumrahnya, mereka menghaturkan sesaji atau ritus tertentu pada benda-benda tersebut. 3. Totemisme Orang yang berpaham totemisme meyakini bahwa ada hewan tertentu yang dianggap sakral dan berkekuatan magis. Hewan yang dianggap suci itu misalnya adalah sapi, ular, dan lain sebagainya.

B. Ciri Sosial

Ciri utama kehidupan sosial masyarakat masa berburu dan meramu adalah dengan berkelompok dalam lingkup kecil sekitar 10-15 orang. Setiap kelompok kecil itu memiliki pemimpin yang ditaati oleh anggotanya. Hidup mereka masih nomaden, berpindah-pindah dari satu lokasi ke lokasi lain untuk memperoleh sumber daya, guna memenuhi kebutuhan akan makanan dan tempat tinggal. Adapu sejumlah ciri sosial lainnya dari masyarakat berburu meramu adalah sebagai berikut. 1. Tidak bisa bercocok tanam Manusia di masa berburu dan meramu belum bisa bercocok tanam, mereka hanya mengandalkan keterampilan berburu dan mengumpulkan makanan. 2. Hidup dengan cara nomaden dalam kelompok kecil Dengan cara nomaden, mereka mengumpulkan makanan dari sumber alam langsung, seperti buah-buah liar, ikan, kerang, dan sebagainya. Bila sumber makanan habis, mereka akan berpindah ke tempat baru yang menawarkan sumber alam lainnya. 3. Tidak ada pembagian kerja dan stratifikasi sosial Sistem sosial pada masa berburu dan meramu masih sangat sederhana. Tidak ada batasan antara pemimpin dan pekerja. Cara bersosialisasinya amat fleksibel, cair, dan tidak bersekat. Berbeda halnya ketika manusia sudah menetap, mereka hidup di pemukiman tertentu dan ada stratifikasi sosial antara kalangan atas dan kalangan bawah, kelompok pekerja, ahli tertentu, masyarakat awam, dan sebagainya. 4. Alat kerja sehari-hari adalah batu besar dan kasar Alat yang digunakan adalah batu besar dan kasar, seperti yang ditemukan dalam peninggalan manusia masa berburu dan meramu, yaitu kapak batu, kapak penetak, dan sebagainya. Salah satu alat di masa berburu dan meramu adalah kapak genggam. Bentuknya kasar dan primitif, serta cocok di tangan. Berbeda halnya dengan kapak lonjong dari zaman cocok tanam di masa Neolithikum yang lebih maju. Bentuk kapak lonjong lebih halus dan dapat diikat di batang kayu sehingga lebih efektif digunakan.

C. Ciri BudayaCiri budaya masyarakat berburu dan meramu bisa dilihat dari cara mereka memenuhi kebutuhan pokoknya untuk bertahan hidup dan menjalani kehidupan berkelompok. Berikut ciri-ciri budaya di masyarakat berburu dan meramu.

1. Peralatan sangat sederhana Peralatan yang digunakan manusia di masa berburu dan meramu sangat sederhana. Awalnya mereka membuat rakit, namun lambat-laun mereka membuat perahu. 2. Belum mengenal ragam teknik memasak Manusia di masa berburu dan meramu belum mengenal ragam teknik memasak. Masyarakat pada masa berburu dan meramu biasa mengonsumsi makanan secara mentah atau dibakar saja. 3. Perhiasan sangat primitif Manusia di masa berburu dan meramu sudah mengenal perhiasan, kendati sangat primitif, yaitu merangkai kulit-kulit kerang sebagai kalung. 4. Alat-alat langsung dari alam Untuk membantu penghidupan, mereka membuat alat-alat dari alam, seperti batu, tulang, kayu, dan sebagainya. Sebagai misal, peninggalan alat-alat dari masa berburu dan meramu ialah kapak perimbas, kapak penetak, kapak genggam, pahat genggam, alat serpih, dan alat-alat dari tulang. 5. Tinggal di gua-gua Masyarakat berburu dan meramu lebih memilih tinggal di gua-gua untuk berlindung dari hempasan alam. Mereka belum bisa membuat rumah. Selain itu, mereka sering kali tinggal berpidah-pindah dari satu wilayah ke wilayah lainnya.

D. Ciri Ekonomi

Manusia di masa berburu dan meramu menggunakan sistem ekonomi yang amat sederhana, yaitu dengan cara barter. Artinya, mereka melakukan tukar-menukar barang untuk memperoleh barang yang berbeda. Untuk memperoleh sumber daya tertentu, mereka akan saling bekerja sama memenuhi kebutuhan hidup dengan bergantung dari alam. Jika sumber daya di suatu wilayah habis, mereka pindah ke lokasi lain untuk memenuhi kebutuhan mereka.

E. Ciri Teknologi

Ciri teknologi manusia di masa berburu dan meramu sangatlah sederhana. Peninggalannya adalah batu-batu yang diruncingkan sebagai senjata berburu.

Selain itu, sebagian besar waktu mereka digunakan untuk mengembangkan teknologi baru dengan memakai teknik yang sangat rendah, seperti teknik tangan, teknik pukulan, teknik goresan, roda berputar, serta teknik tatap batu.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề