Berikut ini yang merupakan generasi sporofit pada pteridophyta yang menghasilkan spora adalah
Sporofit adalah suatu fase pada makhluk hidup, di mana pada fase ini terjadi pembentukan spora. Fase ini dalam siklus hidup tumbuhan adalah aseksual, generasi dikenakan spora tumbuhan, menampilkan sel diploid. Ini berarti sel-sel tumbuhan dalam generasi ini atau fase memiliki dua set kromosom dalam sel mereka. Zigot atau sel yang dibuahi adalah apa yang membantu untuk membentuk sporofit.
Dengan proses meiosis (pembelahan reduksi), sporofit menghasilkan spora haploid ini. Karena spora terbentuk dalam generasi ini, nama yang diberikan untuk tahap ini adalah sporofit. Spora haploid dihasilkan kemudian akan membentuk generasi gametofit berikutnya dengan tumbuh menjadi multiseluler, individu haploid disebut gametofit.
Seperti yang kita pelajari di atas bahwa sel zigot atau yang dibuahi adalah diploid, tetapi, spora dibentuk oleh mereka adalah haploid. Hal ini terjadi karena pembelahan reduksi atau meiosis yang terjadi. Meiosis adalah proses di mana jumlah kromosom dalam setiap sel akan ditebang setengah dan sel-sel berikut yang terbentuk akan memiliki setengah jumlah kromosom sel induknya.
Artikel bertopik biologi ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya. Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sporofit&oldid=15298882"
Diperbarui tanggal 13/01/2022 kategori Flora dan Fauna / tanggal diterbitkan 13 Januari 2022 / dikunjungi: 1.39rb kali
Tumbuhan paku (Pteridophyta) merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokok, yaitu akar, batang dan daun. Dari segi cara hidupnya, ada jenis-jenis paku yang hidup secara terestrial (paku tanah), ada paku epifit, dan ada paku air (Tjitrosoepomo, 2014: 206-207). Struktur tumbuhan paku (Jones, 1987: 4)Perkembangbiakan Tumbuhan Paku (Pteridophyta)Menurut Tjitrosoepomo (2014: 207) pada Pteridophyta terdapat daur kehidupan yang menunjukkan adanya dua keturunan yang bergiliran. Gametofit pada tumbuhan paku dinamakan protalium, dan protalium ini hanya berumur beberapa minggu saja. Umumnya protalium itu berbentuk jantung, berwarna hijau dan melekat pada substratnya dengan rizoid-rizoid. Tumbuhan paku berkembangbiak secara aseksual dan seksual. Reproduksi tumbuhan paku menunjukkan adanya pergiliran keturunan antara generasi gametofit dan generasi sporofit (metagenesis). Pada tumbuhan paku, generasi sporofit merupakan generasi yang dominan dalam daur hidupnya. Generasi sporofit dihasilkan oleh reproduksi seksual dengan spora. Spora dihasilkan oleh pembelahan sel induk spora yang terjadi di dalam sporangium. Sporangium terdapat pada sporofit (sporogonium) yang terletak pada daun atau pada batang. Spora haploid (n) yaitu protalium, sedangkan sporofitnya adalah generasi diploid yaitu tumbuhan paku (Prawirohartono, 2004: 171). Metagenesis tumbuhan paku, (a) Homospora, (b) Heterospora (Jones, 1987: 41) Spora Tumbuhan Paku (Pteridophyta)Tjitrosoepomo (2014: 209-210) dalam bukunya menyatakan sporangium dan spora tumbuhan paku terbentuk pada daun, kadang-kadang dalam ketiak daun. Daun-daun yang mempunyai sporangium dinamakan sporofil. Kadang-kadang daun paku yang fertil itu mempunyai bentuk yang berlainan dengan daun-daun yang steril yang melulu untuk asimilasi. Daun-daun steril ini dinamakan tropofil. Pada beberapa jenis paku yang hidup di tanah, batang tumbuhan paku sejajar dengan tanah. Karena tubuhnya menyerupai akar maka batang tersebut dinamakan rizoma. Batang ini sering tertutup oleh rambut atau sisik berfungsi sebagai pelindungnya. Dari rizoma ini pula tumbuh akar – akar yang lembut. Daun paku ada yang berbentuk tunggal, majemuk atau pun menyirip ganda. Helaian daun secara menyeluruh disebut ental, terkadang tumbuh dua macam ental, yaitu yang subur dan mandul. Pada ental yang subur tumbuh sporangia pada permukaan daun bagian bawah. Kumpulan dari sporangia disebut sorus sedangkan sekumpulan sorus itu sendiri disebut dengan sori. Spora terletak pada kotak spora (sporangium) dan tidak jarang sorus tersebut dilindungi oleh suatu lapisan penutup yang disebut indusium yang umumnya berbentuk ginjal (Sastrapradja, dkk. 1978: 8). Contoh tumbuhan paku, sorus dan spora pada spesies Pyrrosia lanceolata dapat dilihat pada Gambar berikut. Tumbuhan paku, sorus dan sporanya, (a) tumbuhan paku (b) sorus (c) spora Ukuran dan Bentuk Spora Tumbuhan PakuSpora tumbuhan paku mempunyai dua bentuk dasar monolet atau trilet. Spora monolet kira-kira berbentuk biji kacang dan miring di satu sisi di mana mereka telah ditekan bersama di tetrad. Spora trilete memiliki tiga wajah atau bagian dan berbentuk segitiga penampang. Beberapa spora memiliki permukaan polos dan di lain permukaan terlihat dipahat menonjol atau benjolan bulat. beberapa memiliki penutup eksternal dikenal sebagai perispore dan ini mungkin berduri atau dilipat ke bagian datar atau sayap (Jones, 1987: 37). Menurut Harris (Wijarprasidya, dkk, 2014: 743) beberapa karakter spora tumbuhan paku yang umum digunakan dalam deskripsi yaitu aggregation atau conglobation, simetri, apertures, ukuran, bentuk, dan karakter dinding. Secara umum bentuk spora dapat dibedakan atas spora monolet yaitu spora yang hanya mempunyai satu garis pembuka atau pembagi, dan spora trilet yang mempunyai 3 garis pembuka atau pembagi. Bentuk spora tumbuhan paku monolet dan trilet (APSA, 2007). Klasifikasi PteridophytaMenurut Tjitrosoepomo (2014: 213) dalam taksonomi, Pteridophyta termasuk juga yang telah punah dibedakan dalam beberapa kelas yaitu:
Kelas Psilophytinae (Paku Purba)Paku purba meliputi jenis-jenis tumbuhan paku yang sebagian besar telah punah. Warga paku purba merupakan paku telanjang (tidak berdaun) atau mempunyai daun-daun kecil (mikrofil) yang belum terdiferensiasi. Ada diantaranya yang belum mempunyai akar. Paku purba bersifat homospor (Tjitrosoepomo, 2014: 213).
Kelas Lycopodiinae (Paku Kawat/ Paku Rambat)Menurut Tjitrosoepomo (2014: 219) pada kelas Lycopodiinae batang dan akar-akarnya bercabang-cabang menggarpu. Daun-daun kecil (mikrofil), tidak bertangkai, selalu bertulang satu saja. Pada beberapa bangsa daun-daun itu mempunyai lidah-lidah (ligula). Daun- daun yang amat banyak itu tersusun rapat menurut garis spiral. Sporofil hanya sedikit berbeda dari trofofil, dan biasanya sporofil itu terkumpul merupakan suatu rangkaian sporofil berbentuk bulir pada ujung batang. Tiap-tiap sporofil mempunyai satu sporangium yang besar pada bagian bawah sisi atas daun.
Kelas Equisetinae (Paku Ekor Kuda)Warga kelas ini yang sekarang masih hidup umumnya berupa terna yang menyukai tempat-tempat yang lembab, kadang- kadang dalam jumlah yang sangat besar dan bersifat dominan dalam komunitas tertentu. Batangnya kebanyakan bercabang-cabang berkarang dan jelas kelihatan berbuku-buku dan beruas-beruas. Daun-daun kecil seperti selaput dan tersusun berkarang, sporofil selalu berbeda dari daun biasa (Tjitrosoepomo, 2014: 236).
|