Berikut ini yang termasuk alat cetak tanpa acuan cetak permanen (non impact printing adalah)

You're Reading a Free Preview
Pages 8 to 18 are not shown in this preview.

Non impact printing adalah sebuah teknik cetak modern dengan acuan cetak yang tidak tetap. Non impact printing tidak menggunakan plat atau blok sebagai acuan printing, contoh non impact printing yang paling sering kita jumpai adalah printer inkjet, printer yang biasa kita gunakan untuk mencetak dokumen di rumah ataupun di kantor. Sistem cetak non impact printing dikontrol oleh image processor, file cetak diubah menjadi data-data digital yang kemudian digunakan sebagai acuan cetak.

Non impact printing memiliki beberapa jenis teknologi :

Sebuah metode mencetak tanpa menggunakan plat. Teknologi ini adalah teknologi yang paling banyak digunakan hingga saat ini karena mampu mencetak informasi yang berbeda dengan satu perintah cetak multiwarna. contoh alat yang menggunakan teknologi ini adalah deskjet printer.

Teknologi ini juga dikenal dengan nama lain pemindah ion atau elektron. Ionografi mencetak gambar dengan menggunakan catridge elektron yang menghasilkan muatan negatif pada permukaan non-konduktif. Permukaan non-konduktif ini terdiri dari sebuah drum dengan dielektrik permukaan aluminium oksida yang berfungsi untuk menarik toner magnetik.

Magnetografi mirip dengan teknologi ionografi, hanya saja magnetografi menggunakan drum magnetik. Magnetografi banyak digunakan untuk mencetak tiket dan barcode.

Inkjet menggunakan sistem catridge yang menyemprotkan tinta padapermukaan yang akan dicetak berdasarkan data-data digital dari komputer.

Termography memanfaatkan panas untuk mentrasfer data digital menjadi warna.

Teknik ini digunakan pada cetak foto konvensional di ruang gelap menggunakan kertas khusus yang peka terhadap cahaya.

Sedangkan berdasarkan reproduksinya, non impact printing dibagi menjadi : cetak statis, informasi yang sama dapat dicetak dalam jumlah banyak dan berulang-ulang; dan cetak dinamis, yang mana informasi yang dicetak dapat bervariasi pada setiap lembarnya.

Non impact printing memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengna teknik cetak konvensional.

  • Non impact printing dapat mencetak dalam jumlah yang cukup besar maupun kecil, dan memiliki nilai ekonomis ketika digunakan untuk mencetak file satuan.
  • Bersifat unik, mampu mencetak hasil yang berbeda sesuai order.
  • Mampu mencetak sesuai kebutuhan kapanpun di manapun.
  • Data digitalnya dapat dicetak bersamaan di tempat yang berbeda.
  • Data yang dicetak dapat diubah sewaktu-waktu.

Pranala luar :

//www.denbagus.com/non-impact-printing-nip/

Beberapa tahun terakhir, perkembangan teknologi grafika dipengaruhi oleh kemajuan bidang teknologi informasi. Bermunculannya berbagai merek mesin cetak membuat kian maraknya bisnis di sektor ini.

Meski era digital terutama yang berkaitan dengan ebook, emagz, dan segala yang berbau elektronik sekarang mulai marak. Disinyalir teknologi cetak konvensional masih tetap bertahan.

Jika kita ingin mengetahui lebih lanjut tentang ilmu grafika itu sendiri, sebenarnya diambil dari bahasa Yunani ‘Graphos’ yang berarti huruf atau lambang. Difinisi lebih lanjut menurut bahasa, grafika adalah segala cara mengungkapkan [pikiran, gagasan, perasaan, pengalaman] dengan huruf, tanda, atau gambar yang diperbanyak dengan mencetak guna disampaikan ke khalayak umum sebagai media masa [Leksikon Grafika, Pusgrafin – Depdiknas 1080].

Secara garis besar teknologi cetak terbagi menjadi dua:

  1. Teknologi cetak dengan acuan cetak permanen [konvensional]
  2. Teknologi cetak tanpa acuan cetak permanen [non impact printing/NIP teknologi]

Yang masuk Teknologi cetak konvensional meliputi, Cetak Tinggi, Cetak Datar, Cetak Dalam, Cetak Saring.

Teknologi Cetak Konvensional

Kemajuan bidang teknologi informasi dan komunikasi berjalan begitu cepat. Dalam dunia grafika pun mengalami perkembangan yang cukup pesat, teknologi cetak konvensional dengan acuan cetak permanenpun kini sudah mencapai tahapan yang luar biasa. Sebagai pendampingnya, teknologi cetak Non Impact Printing [NIP] juga berkembang begitu cepat.

Tidak jadi masalah teknologi cetak mana yang akan kita pakai. Sebab keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan. Karakteristik, kebutuhan, dan praktis adalah hal pokok yang membedakan kedua teknologi cetak tersebut.

Sebelumnya sudah pernah sedikit saya singgung tentang teknologi cetak secara garis besar. Kali ini kita akan sedikit membahas lebih dalam masing-masing teknologi cetak konvensional tersebut. Sekedar merefresh artikel sebelumnya, teknologi cetak konvensional dibagi menjadi beberapa macam, yaitu Teknologi Cetak Tinggi [Letterpress/Flexography], Cetak Datar [Lithography], Cetak Dalam [Rotography], Cetak Saring [Screen Printing]. Sudah kita pelajari pula perbedaan paling mendasar dari masing-masing teknologi cetak tersebut yaitu pada acuan cetaknya.

Teknologi Cetak Tinggi [Letterpress/Flexography]

Teknologi cetak tinggi sebenarnya dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu Letter Press dan Flexography. Metode mencetaknya juga memiliki kemiripan. Pembeda yang paling jelas dari keduanya terletak pada bahan acuan cetaknya. Letter press acuan cetak terbuat dari bahan keras atau logam timah, sedangkan Flexography acuan cetak terbuat dari bahan lunak semacam karet/ plastik Photopolymer [ bahan peka cahaya dan lunak ].Pada teknologi cetak tinggi ada beberapa istilah yang dipakai :

  1. Platen Press/Degel Press, bertemunya dua bidang persegi panjang pada proses cetak.
  2. Cylinder Press, bertemunya bidang datar dan silinder cetak.
  3. Rotary Press, pertemuan dua buah Cylender/ lebih dalam pelaksanaan cetaknya.
  4. Rotary Web, sama dengan Rotary Press tetapi kertas cetaknya berupa rol/ gulungan.

Untuk lebih jelas perbedaannya, perhatikan gambar berikut.

[1] Plater Press, [2] Cylinder Press, [3] Rotary Press

Teknologi Cetak Datar [Lithography]

Dikatakan cetak datar karena acuan cetak  pada permukaan area gambar tidak terlihat/datar. Acuan cetak sama tinggi dengan bidang gambar. Istilah lain yang paling populer di masyarakat adalah Cetak Offset. Cetak offset bisa berupa lembaran [Sheet Fed] atau berupa gulungan [Web Fed]. Masing-masing memiliki kelebihan. Terutama untuk yang Web Fed mampu mencetak dalam kapasistas dengan jumlah lebih besar, biasanya untuk pembuatan surat kabar, majalah yang memiliki oplah besar. Untuk cetak sheet lebih banyak digunakan di perusahaan kecil menengah, kebanyakan untuk cetakan yang tidak terlalu besar, seperti brosur, poster, leaflet, dan lain-lain.

Teknologi Cetak Dalam [Rotography]

Disebut cetak dalam karena bagian yang mencetak letaknya lebih rendah dari acuan cetaknya. Biasa disebut juga dengan teknologi cetak rotography, intaglio, photogravure. Hasil cetakannya, biasanya dapat dirasakan menebal di permukaan. Kebalikan dari cetak letter press yang cenderung membentuk permukaan di bagian belakang cetakan.

Bagian pada skema cetak Rotography

Acuan Cetak Rotogravure

Kelebihan cetak rotogravure adalah kapasitas cetak yang sangat besar. Misal untuk produk kemasan fleksibel snack, shampoo.
Hasil cetakan juga bisa berupa lembaran [Sheet Fed] maupun Rol/gulungan [Web Fed].

Contoh Acuan Cetak dan Hasil Cetakan

Teknologi Cetak Saring [Screen Printing]

Disebut teknologi cetak saring, karena acuan cetaknya berupa saringan [screen]. Yang paling sederhana adalah cetak sablon. Kelebihan dari cetak saring bisa mencetak di segala bentuk media, datar, lengkung, atau bahkan tidak rata. Cetakan juga bisa berupa rol atau lembaran. Cara mencetaknya merupakan dorong langsung, artinya selama proses mencetak berlangsung tinta akan didorong langsung melalui pori – pori yang telah dibuat untuk melewatkan tinta cetak langsung ke media cetak yang dipergunakan.

Cetak Sablon [Screen Printing]

Non Impact Printing

Pada pembahasan kali ini akan lebih ditekankan pada teknologi cetak modern [Non Impact Printing] atau kata lainnya adalah teknologi cetak dengan acuan cetak tidak tetap. Contoh paling sederhana yang dapat kita jumpai dalam keseharian adalah printer inkjet yang kita gunakan. Dikatakan sebagai teknologi cetak dengan acuan tidak tetap, karena sistem cetaknya dikontrol langsung oleh image processor sebagai dasar order cetakan yang langsung dicetak secara menyeluruh dalam acuan cetak secara digital. Secara teoritis, teknologi NIP dibagi menjadi beberapa bagian.

  1. Electrophotography
    Metode mencetak tanpa menggunakan plate. Teknologi ini paling banyak digunakan sampai sekarang serta mampu mencetak informasi yang berbeda pada satu perintah cetak dengan multiwarna. Misalkan cetak booklet dengan berbagai variasi isi dapat diproduksi dalam jumlah terbatas. Misalkan menggunakan deskjet printer.
  2. Ionography
    Teknologi ini juga dikenal dengan pemindahan ion atau elektron. Proses ionigraphy adalah mencetak gambar dengan menggunakan cartridge elektron yang menghasilkan muatan negatif pada permukaan nonkonduktif. Permukaan nonkonduktif terdiri dari sebuah drum dengan dielektrik permukaan aluminium oksida yang menarik toner magnetik. Ionography menggunakan muatan listrik statis untuk menarik partikel toner dari drum ke substrat yang kemudian dicetakkan.
  3. Magnetography
    Magnetography mirip dengan teknologi ionography, bedanya drum yang digunakan adalah magnetik. Gambar elektronik dirubah menjadi muatan magnet pada drum. Kemudian menarik toner yang mengandung partikel besi.
    Cetakan ini cocok untuk mencetak warna-warna spot serta banyak digunakan untuk mencetak barcode dan tiket.
  4. Inkjet
    Sistem kerjanya adalah cartridge menyemprotkan tinta pada permukaan kertas yang akan dicetak berdasarkan informasi digital dari komputer.
  5. Thermography
    Mencetak dengan teknik pemanasan. Teknologi ini dibagi menjadi thermal transfer, thermal dye sublimasi, dan transfer lilin panas.
  6. Photography
    Digunakan pada cetak foto konvensional pada ruang gelap menggunakan kertas khusus yang peka cahaya.

Berdasarkan reproduksi informasinya, teknologi cetak NIP dibagi menjadi:

  1. Cetak Statis
    Sama dengan metode cetak konvensional, artinya informasi yang sama dapat dicetak dalam jumlah banyak atau berulang-ulang.
  2. Cetak Dinamis
    Dapat mencetak informasi yang berbeda-beda pada tiap lembarnya. Contoh cetak buku dengan isi yang berbeda tiap halaman.

Kelebihan menggunakan teknologi cetak NIP

  1. Short Run Printing
    Dapat mencetak dengan tiras atau jumlah di bawah 1000 exp, full color, bahkan mencetak 1, 10 maupun jumlah tertentu.
  2. Personalisasi
    Unik, mampu mencetak dengan hasil yang berbeda bergantung pemesan, meskipun dicetak secara bersamaan.
  3. Printing on Demand
    Mampu mencetak sesuai kebutuhan, dimana saja, kapan saja.
  4. Distribution Printing
    Data digital dapat dicetak bersamaan walaupun di tempat yang berbeda.
  5. Variable Data Printing
    Data yang akan dicetak dapat dirubah sewaktu-waktu, sehingga dapat disesuikan dengan keinginan.

Permalink 1 Komentar

Pengantar

Saat ini sudah banyak sekali studio foto menawarkan Paket Foto baik itu Foto Pernikahan atau Gambar Pernikahan yang menggunakan Foto Digital. Saat sekarang ini Foto Pernikahan Digital sangat digemari oleh banyak orang, selain hasil Gambar Pernikahan atau Foto Pernikahan sangat bagus, proses cetak Foto Pernikahan Digital juga bisa di kerjakan dengan cepat, sehingga Paket Foto banyak di gunakan oleh masyarakat

Dunia foto memang menarik. Jika peka, melalui Foto Digital kita bisa menceritakan banyak hal. Beberapa tips untuk para pemula.

Menurut DARWIS, seseorang yang ingin menggeluti dunia fotografi, terlebih dahulu harus mengeksplor apapun yang dilihatnya. Jika sebelumnya tidak terlalu mengamati dunia di sekitarnya, untuk menjadi fotografer harus mulai belajar untuk peka melihat segala hal. Karena itu, DARWIS mengatakan mata harus berkompromi untuk melihat apa yang ada di depan mata.

Soal teknik, kata DARWIS, tidak menjadi prioritas. Justru kepekaan rasalah yang harus dimunculkan baik bagi seorang fotografer. Kepekaan itulah yang harus diolah. Caranya, dengan berani mencoba. Bagi pemula, DARWIS menyarankan untuk berlatih menggunakan kamera SLR. Tapi, kamera pocket pun tidak masalah. “Foto itu kan sebenarnya hanya masalah angle dan warna,” kata DARWIS. Berbeda dengan video yang bisa menangkap gambar bergerak. Seseorang yang memegang kamera foto harus pintar memainkannya, diarahkan kemana sang objek bergerak.

Untuk objek diam, diakui DARWIS lebih mudah memotretnya. Sedangkan untuk objek bergerak, hanya perlu berpikir logika. “Kalau untuk objek bergerak, secara logika aja kalau menangkap benda bergerak berarti kecepatannya harus lebih,” tutur DARWIS.

Sepertinya tidak sulit untuk mempelajari fotografi. Asalkan, seperti yang dikatakan DARWIS, memberanikan diri untuk mencoba. Dengan banyak mencoba, kepekaan pun bisa terus diasah. Jadi, mau mencoba ?

Perkembangan Fotografi

SIAPA yang tidak mengenal kamera? Anak kecil zaman sekarang pun sudah terbiasa memegang dan bergaya di hadapan kamera. Yang perlu dilakukan hanyalah menekan satu tombol, momen yang ingin disimpan dapat tertangkap oleh kamera. Kawan Kampus dapat mencetaknya seperti biasa, atau menyimpannya dalam bentuk file. Karenanya terima kasih untuk kemajuan teknologi yang telah menciptakan fotografi digital, menjadikan semua terasa mudah.

Pada hakikatnya, teknik fotografi merupakan teknik untuk menghasilkan gambar yang tahan lama melalui suatu reaksi kimia yang terjadi, ketika cahaya menyentuh permukaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Jika ditilik sejarahnya, teknik fotografi pertama kali ditemukan pada tahun 1839 oleh Louis Daguerre, sebagai konsekuensi langsung perkembangan di bidang kimia dan optikal. Istilah fotografi pun berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yang berarti menulis dengan cahaya.

Kini, belajar fotografi telah menjadi bagian tak terelakkan dalam kehidupan manusia di seluruh dunia. Bahkan, orang awam dapat berhadapan dengan seribu hasil fotografi tiap harinya, baik dalam bentuk foto, iklan, dsb, di berbagai media massa sampai di pinggir jalan.

Fotografi baru masuk dan berkembang di Indonesia, kira-kira setelah berkembang selama hampir satu abad di Barat, tepatnya pada seperempat akhir abad ke-19 sebagai alat dokumentasi. Dalam perjalanan perkembangan fotografi Indonesia, kini ada gejala menarik yang diperlihatkan oleh anak-anak muda di negeri ini. Semakin banyak dari mereka yang tertarik pada bidang fotografi dan berusaha mendalaminya. Kemudian semakin banyak pula sekolah atau pelatihan fotografi/kursus fotografi yang mengajarkan para muridnya ttg belajar fotografi, teknik-teknik fotografi, seperti penguasaan kamera, penataan cahaya, dan proses cuci cetak foto.

Membaca perkembangan fotografi Indonesia dan juga memperhatikan betapa membuncahnya minat kaum muda terhadap fotografi, seorang fotografer, dan mantan pengajar di sekolah fotografi Inova, Adhya Ranadireksa, mengungkapkan pendapatnya.

Apa pun bidang yang kita bicarakan pasti memiliki aturan, langkah dan proses sendiri-sendiri yang harus dilalui. Ketika ada proses penting dilupakan, ada momentum yang hilang sehingga mental masing-masing fotografer akan berbeda, tutur lelaki yang mendapatkan gelar sarjananya di jurusan Fotografi Istituto Europeo Design, Italia. Untuk itulah sebaiknya anda mengikuti kursus fotografi sehingga anda tidak asal dalam belajar fotografi.

Soal bagus atau jelek pada hasil akhir, tentu hal itu relatif. Adhya pun tidak menjustifikasi fotografer yang tidak belajar kamera analog sebagai seorang fotografer yang bermental kurang baik. Hal ini tidak dapat dipandang benar atau salah, tapi memang kalau langsung meloncat ke digital, akan ada proses yang hilang, kata Adhya.

Belajar Fotografi

Pertama-tama sebelum memasuki pembicaraan tentang fotografi indonesia dan cara membuat foto dan teknik fotografi yang bagus, maka kita harus menyepakati arti kata bagus itu dulu. Pengertian bagus sangatlah subyektif dan relatif. Karena bagus bagi seseorang belum tentu bagus bagi yang lain. Meskipun demikian, ada benang merah yang bisa kita terapkan untuk mendasari kita menilai sebuah foto.

Jika kita melihat sebuah foto tidak fokus, maka foto tersebut tidak bisa kita sebut bagus. Jika pencahayaannya kurang [under exposure], maka secara teknik juga jauh dari bagus. Masalah fokus, pengukuran exposure, pemilihan lensa, kesalahan pemilihan resolusi image, ISO tidak tepat, white balanced menyimpang, dan persoalan lain seputar pengoperasian kamera, adalah ketrampilan penguasaan teknik. Dalam hal ini seorang fotografer harus menguasainya dan menjadi basic atas ketrampilan berikutnya.

Masih di wilayah teknik fotografi, adalah penguasaan ketrampilan menata lighting. Fotografi tanpa lighting bukanlah fotografi. Cahaya dibutuhkan fotografer seperti kebutuhan pelukis atas cat atau tinta. Menurut akar katanya, fotografi indonesia adalah melukis dengan cahaya. Tidak ada cahaya, fotografer tidak bisa memotret.

Belajarlah secara bertahap. Step by step. Jangan tergesa-gesa melangkah ke anak tangga berikutnya jika anak tangga terbawah belum dijejak. Bila memaksa diri maka kita akan menjadi frustrasi dan akan kehilangan kenikmatan melalui proses pembelajaran yang benar. Pelatihan fotografi/kursus fotografi membutuhkan proses. Belajar fotografi membutuhkan pemahaman teori dan pengendapan rasa. Meskipun tidak ada cara instan belajar fotografi, namun ada cara mudah mencapainya.

Cara termudah belajar fotografi adalah dengan dipandu fotografer senior yang menguasai cara mengajar dengan benar. Banyak fotografer hebat, namun belum tentu hebat ketika mengajarkan ilmunya.

Belajar fotografi / kursus fotografi bisa secara otodidak, namun akan membutuhkan waktu yang lebih lama dan tidak ada yang mengevaluasi atau membetulkan jika kita salah. Cara termudah adalah dengan bimbingan fotografer lain.

Fotografi

Fotografi [Photography, Inggris] berasal dari 2 kata yaitu Photo yang berarti cahaya dan Graph yang berarti tulisan / lukisan. Dalam seni rupa, belajar fotografi adalah proses melukis / menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, belajar fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera.sebaiknya anda mengikuti kursus fotografi / photography course

Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada cahaya, berarti tidak ada foto yang bisa dibuat

Prinsip teknik fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghailkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan [selanjutnya disebut lensa].

Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan merubah kombinasi ISO / ASA [ISO Speed], Diafragma [Aperture], dan Kecepatan Rana [Speed]. Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed selanjutnya disebut sebagai Eksposur [Exposure]

Di era sekarang, teknik fotografi digital dimana film tidak digunakan, maka kecepatan film yang semula digunakan berkembang menjadi Digital ISO

Fotografi merupakan seni yang tidak hanya sebagai seni biasa saja, karena kalau anda tidak mengikuti kursus fotografi/photography course anda tidak akan mengetahui apa itu fotografi, prinsip fotografi dan teknik – teknik fotografi.sebaikany juga anda mengikuti kursus privat fotografi untuk mengetahui lebih lagi mengenai fotografi.

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

Dalam bekerja desainer grafis harus mempertimbangkan berbagai prinsip demi mencapai hasil akhir yang baik. Prinsip-prinsip desain ini bukanlah sebuah nilai mati bahwa desain yang paling baik adalah seperti apa yang dikandung dalam prinsip tersebut. Sesungguhnya tidak ada penilaian bagus atau jelek atas sebuah desain. Semuanya itu tergantung selera desainer grafis, klien dan khalayak yang menjadi sasaran pesan.

Menurut, Danton Sihombing [majalah Cakram]: penilaian karya desain grafis sesungguhnya adalah menguji tingkat kelayakannya, dalam arti tidak ada karya desain grafis yang benar ataupun yang salah. Gray area ini dinilai efektivitasnya dalam memberikan solusi terhadap masalah desain yang dihadapinya.

Prinsip-prinsip desain membantu menentukan bagaimana menggunakan elemen desain. Ada enam prinsip desain: kederhanaan, keseimbangan, kesatuan, penekanan, irama, dan proporsi. Prinsip-prinsip desain membantu anda untuk menggabungkan berbagai elemen desain ke dalam tata letak yang baik.

Prinsip-prinsip tersebut antara lain, adalah:

Kesederhanaan [Simple]

Banyak pakar desain grafis menyarankan prinsip ini dalam pekerjaan desain. Hal ini sangat logis demi kepentingan kemudahan pembaca memahami isi pesan yang disampaikan. Dalam penggunaan huruf sebuah berita misalnya. Huruf judul [headline], subjudul dan tubuh berita [body text] sebaiknya jangan menggunakan jenis font yang ornamental, seperti huruf blackletter yang sulit dibaca. Desainer grafis lazim juga menyebut prinsip ini sebagai KISS [Keep It Simple Stupid]. Prinsip ini bisa diterapkan dengan penggunaan elemen ruang kosong [white space] dan tidak menggunakan terlalu banyak unsur-unsur aksesoris. Seperlunya saja.

Keseimbangan [Balance]

Keseimbangan setiap elemen pada susunan visual berat yang telah ditentukan oleh ukurannya, kegelapan atau keringanan, dan ketebalan dari baris. Ada dua pendekatan dasar untuk menyeimbangkan. Yang pertama adalah keseimbangan simetris yang merupakan susunan dari elemen agar merata ke kiri dan ke kanan dari pusat. Yang kedua adalah keseimbangan asimetris yang merupakan pengaturan yang berbeda dengan berat benda yang sama di setiap sisi halaman. Warna, nilai, ukuran, bentuk, dan tekstur dapat digunakan sebagai unsur balancing.

Keseimbangan adalah keadaan atau kesamaan antara kekuatan yang saling berhadapan dan menimbulkan adanya kesan seimbang secara visual. Prinsip keseimbangan ada dua, yaitu: keseimbangan formal [simetris] dan keseimbangan informal.

Keseimbangan formal memberikan kesan sempurna, resmi, kokoh, yakin dan bergengsi. Keseimbangan formal juga menyinggung mengenai konsistensi dalam penggunaan berbagai elemen desain. Semisal wana logo. Dalam desain kartu nama desain dibuat dengan full color [F/C]. Tetapi dengan pertimbangan agar desain lebih variatif dan tidak membosankan, maka pada media desain yang berbeda Anda membuat logo tersebut dengan warna duotone. Nah, pada kondisi ini, gagasan variasi desain sebaiknya tidak diperlukan. Apa jadinya kalau logo tersebut adalah logo sebuah produk barang. Konsistensi juga sangat diperlukan sebagai kesan identitas yang melekat pada sebuah merek produk. Kita tidak mau konsumen sampai lupa pada produk yang dijual. Sedangkan keseimbangan informal bermanfaat menghasilkan kesan visual yang dinamis, bebas, lepas, pop, meninggalkan sikap kaku, dan posmodernis.

Untuk menciptakan keseimbangan:

  1. Ulangi bentuk tertentu secara berkala, baik secara vertikal maupun horizontal.
  2. Pusat elemen pada halaman.
  3. Menempatkan beberapa visuals kecil di satu daerah untuk menyeimbangkan satu blok besar gambar atau teks.
  4. Gunakan satu atau dua bentuk aneh dan membuat bentuk biasa.
  5. Keringanan teks potong-berat dengan terang, berwarna-warni visual.
  6. Meninggalkan banyak spasi besar sekitar blok teks atau foto gelap.
  7. Offset besar, gelap foto atau ilustrasi dengan beberapa lembar teks kecil, masing-masing dikelilingi oleh banyak spasi.

Kesatuan [Unity]

Kesatuan adalah kohesi, konsistensi, ketunggalan atau keutuhan, yang merupakan isi pokok dari komposisi. Contohnya adalah ilustrasi, garis dan teks diberi raster sehingga memberikan kesan kesatuan terhadap pesan yang dimaksud.

Untuk membuat persatuan:

  1. Gunakan hanya satu atau dua typestyles dan berbeda ukuran atau berat untuk kontras seluruh publikasi, presentasi, atau situs web.
  2. Konsisten dengan jenis font, ukuran, dan gaya untuk judul, subheads, keterangan, headers, footers, dll di seluruh publikasi, presentasi, atau situs web.
  3. Menggunakan palet warna yang sama di seluruh.
  4. Mengulang warna, bentuk, atau tekstur yang berbeda di seluruh wilayah.
  5. Pilih visuals yang berbagi serupa warna, tema, atau bentuk.
  6. Memperderetkan foto dan teks yang sama dengan grid baris.

Penekanan [Accentuation]

Penekanan dimaksudkan untuk menarik perhatian pembaca, sehingga ia mau melihat dan membaca bagian desain yang dimaksud. Kalau dalam konteks desain surat kabar ini bisa dilakukan dengan memberikan kotak raster atas sebuah berita. Hal ini akan mengesankan pentingnya berita itu untuk dibaca oleh pembaca. Atau juga membesarkan ukuran huruf pada judul berita, sehingga terlihat jauh berbeda dengan berita lainnya. Penekanan juga dilakukan melalui perulangan ukuran, serta kontras antara tekstur, nada warna, garis, ruang, bentuk atau motif.

Untuk membuat penekanan:

  1. Gunakan rangkaian merata spaced, persegi di samping foto yang digariskan foto dengan bentuk yang tidak biasa.
  2. Letakkan bagian yang penting dari teks pada sudut melengkung atau sekaligus menjaga semua jenis yang lainnya di kolom lurus.
  3. Gunakan huruf tebal, hitam untuk judul dan jenis subheads ringan teks dan banyak lainnya untuk semua teks.
  4. Tempat yang besar di sebelah gambar kecil sedikit teks.
  5. Reverse [gunakan jenis putih] yang utama dari sebuah kotak hitam atau berwarna.
  6. Gunakan warna yang tidak biasa atau jenis font yang paling penting untuk informasi.
  7. Letakkan daftar yang ingin Anda sorot di sidebar dalam kotak berbayang.

Irama [Rhythm]

Irama / ritme merupakan pengulangan unsur-unsur pendukung karya seni. Irama merupakan selisih antara dua wujud yang terletak pada ruang, serupa dengan interval waktu antara dua nada musik beruntun yang sama. Desain grafis mementingkan interval ruang atau kekosongan atau jarak antar obyek. Misalnya jarak antarkolom. Jarak antar teks dengan tepi kertas, jarak antar 10 foto di dalam satu halaman dan lain sebagainya.

Untuk membuat irama:

  1. Ulangi sejumlah elemen berbentuk mirip, bahkan dengan spasi putih di antara masing-masing, untuk menciptakan sebuah ritme biasa.
  2. Ulangi rangkaian semakin besar elemen yang lebih besar dengan spasi putih di antara setiap ritme yang progresif.
  3. Alternatif gelap, huruf tebal dan ringan, tipis jenis.
  4. Alternatif gelap halaman [dengan banyak jenis grafik atau gelap] dengan cahaya halaman [dengan jenis lebih sedikit dan berwarna muda grafis].
  5. Mengulang bentuk yang sama di berbagai bidang sebuah layout.
  6. Ulangi elemen yang sama pada posisi yang sama pada setiap halaman yang dicetak penerbitan seperti newsletter.

Proporsi [Proportion]

Proporsi termasuk prinsip dasar tata rupa untuk memperoleh keserasian. Untuk memperoleh keserasian dalam sebuah karya diperlukan perbandingan – perbandingan yang tepat. Pada dasarnya proporsi adalah perbandingan matematis dalam sebuah bidang. Proporsi Agung [The Golden Mean] adalah proporsi yang paling populer dan dipakai hingga saat ini dalam karya seni rupa hingga karya arsitektur. Proporsi ini menggunakan deret bilangan Fibonacci yang mempunyai perbandingan 1:1,618, sering juga dipakai 8 : 13. Konon proporsi ini adalah perbandingan yang ditemukan di benda-benda alam termasuk struktur ukuran tubuh manusia sehingga dianggap proporsi yang diturunkan oleh Tuhan sendiri. Dalam bidang desain proporsi ini dapat kita lihat dalam perbandingan ukuran kertas dan layout halaman.

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

Desain grafis sebagai seni dekat dengan apa yang disebut sebagai keindahan [estetika]. Keindahan sebagai kebutuhan setiap orang, mengandung nilai-nilai subyektivisme. Oleh sebab itu kualitas rasa seni seseorang pasti berbeda pula.

Dalam menghasilkan karya visual desain grafis yang menarik dan bernilai seni, pemahaman terhadap elemen-elemen atau unsur-unsur desain grafis adalah wajib.

Elemen/Unsur  desain grafis antara lain, adalah:

Garis [Line]

Garis adalah elemen/unsur desain yang menghubungkan antara satu titik poin dengan titik poin yang lain sehingga bisa berbentuk gambar garis lengkung [curve] atau lurus [straight]. Garis adalah unsur dasar untuk membangun bentuk atau konstruksi desain. Di dalam dunia desain grafis seringkali kita menggunakan dotted line, solid line, dan garis putus-putus.

Dalam pekerjaan desain grafis, garis digunakan untuk :

  1. Memisahkan posisi antara elemen grafis lainnya di dalam halaman.
  2. Sebagai penunjuk bagian-bagian tertentu dengan tujuan sebagai penjelas kepada pembaca.
  3. Dalam konteks tabloid misalnya kita bisa menggunakan garis untuk memisahkan nama rubrik dengan berita.
  4. Dalam sebuah diagram, bisa memberikan garis yang menunjukkan arah bagaimana proses itu terjadi dan sebagai pedoman mengarahkan gerakan mata.

Bentuk  [Shape]

Bentuk adalah segala hal yang memiliki diameter tinggi dan lebar. Bentuk dasar yang dikenal orang adalah kotak [rectangle], lingkaran [circle], dan segitiga [triangle]. Pada desain grafis akan mempelajari betuk dasar dan bentuk turunan.

Bentuk dapat dikategorikan menurut sifatnya menjadi tiga, yaitu:

  1. Huruf [Character] : yang direpresentasikan dalam bentuk visual yang dapat digunakan untuk membentuk tulisan sebagai wakil dari bahasa verbal dengan bentuk visual langsung, seperti A, B, C, dsb.
  2. Simbol [Symbol] : yang direpresentasikan dalam bentuk visual yang mewakili bentuk benda secara sederhana dan dapat dipahami secara umum sebagai simbol atau lambang untuk menggambarkan suatu bentuk benda nyata, misalnya gambar orang, bintang, matahari dalam bentuk sederhana [simbol], bukan dalam bentuk nyata [dengan detail].
  3. Bentuk Nyata [Form] : bentuk ini betul-betul mencerminkan kondisi fisik dari suatu obyek. Seperti gambar manusia secara detil, hewan atau benda lainnya.

Tekstur [Texture]

Tekstur adalah tampilan permukaan [corak] dari suatu benda yang dapat dinilai dengan cara dilihat atau diraba. Yang pada prakteknya, tekstur sering dikategorikan sebagai corak dari suatu permukaan benda, misalnya permukaan karpet, baju, kulit kayu, cat dinding, cat canvas, dan lain sebagainya.

Ruang [Space]

Ruang merupakan jarak antara suatu bentuk dengan bentuk lainnya, pada praktek desain dapat dijadikan unsur untuk memberi efek estetika desain dan dinamika desain grafis. Sebagai contoh, tanpa ruang Anda tidak akan tahu mana kata dan mana kalimat atau paragraf. Tanpa ruang Anda tidak tahu mana yang harus dilihat terlebih dahulu, kapan harus membaca dan kapan harus berhenti sebentar.

Dalam bentuk fisiknya pengidentifikasian ruang digolongkan menjadi dua unsur, yaitu obyek [figure] dan latar belakang [background].

Ukuran [Size]

Ukuran adalah elemen/unsur lain dalam desain yang mendefinisikan besar kecilnya suatu obyek. Dengan menggunakan unsur ini Anda dapat menciptakan kontras dan penekanan [emphasis] pada obyek desain anda sehingga orang akan tahu mana yang akan dilihat atau dibaca terlebih dahulu.

Warna [Color]

Warna merupakan elemen/unsur penting dalam obyek desain. Karena dengan warna orang bisa menampilkan identitas, menyampaikan pesan atau membedakan sifat dari bentuk-bentuk bentuk visual secara jelas.

Dalam prakteknya warna dibedakan menjadi dua: yaitu warna yang ditimbulkan karena sinar [Additive color/RGB] yang biasanya digunakan pada warna lampu, monitor, TV dan sebagainya, dan warna yang dibuat dengan unsur-unsur tinta atau cat [Substractive color/CMYK] yang biasanya digunakan dalam proses pencetakan gambar ke permukaan benda padat seperti kertas, logam, kain atau plastik.

Menurut Sanyoto [2005 : 19], bahwa warna dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

[1]    Warna Primer

Disebut warna primer karena warna tersebut tidak dapat dibentuk dari warna lain. Disebut warna pokok karena warna tersebut dapat digunakan sebagai pokok percampuran untuk memperoleh warna – warna lain. [ Merah, Kuning dan Biru ]

[2]    Warna Sekunder

Yaitu warna-warna yang dihasilkan karena hasil pencampuran warna primer.

Sebagai contoh :

– Warna ungu, didapatkan dari hasil pencampuran warna merah dan biru.

– Warna orange, didapatkan dari hasil pencampuran warna merah dan kuning.

– Warna hijau, didapatkan dari hasil pencampuran warna kuning dan biru.

[3]    Warna Tersier

Sedangkan warna tersier merupakan warna yang didapat dari pencampuran antara warna primer dengan warna sekunder. Coklat Kuning, Coklat Merah.

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

Desain Grafis

Desain Grafis sebagai aplikasi seni dan berkemampuan komunikasi untuk kebutuhan bisnis dan industri [dulu disebut Seni Komersial]
Aplikasi desain grafis, meliputi:

  • Pemasaran dan penjualan produk / jasa
  • Menciptakan identitas visual
  • Gambar / pertanda lingkungan
  • Desain informasi

 Komunikasi Visual

Media komunikasi masa [cetak, film dan elektronik] adalah alat untuk menyampaikan pesan-pesan visual Membaca iklan, melihat logo, berarti menerima komunikasi akhir melalui desain

Sebuah desain bisa efektif mempengaruhi perilaku, seperti memilih suatu produk tertentu karena tertarik dengan desain kemasannya atau terhadap iklannya

Desainer Grafis

Menggunakan kata-kata, gambar dan elemen grafis yang lain untuk berkomunikasi [seni ekspresi Visual-Verbal]

Tujuan yang harus dicapai:

  • Mampu mengkomunikasikan suatu pesan kepada khalayak / publik
  • Menciptakan desain menarik yang akan meningkatkan tujuan dari pesan tersebut

Desain

Desain adalah pengaturan bagian-bagian menjadi satu bagian menyeluruh yang padu.

Desainer grafis mengambil bagian-bagian ; kata-kata, gambar, dan elemen grafis yang lain dan mengaturnya menjadi komunikasi yang menyatu didalam format desain [seperti iklan atau poster], oleh karena itu perlu memahami sepenuhnya elemen-elemen dan prinsip-prinsip desain

Elemen & Prinsip Desain

Elemen meliputi:

  • Garis
  • Bentuk
  • Volume
  • Tekstur
  • Warna
  • Format

Prinsip meliputi:

  • Keseimbangan
  • Penekanan
  • Ritme
  • Kesatuan
  • Ruang + / –
  • Ilusi ruang 3 dimensi

Belajar Desain

Cara terbaik belajar desain adalah belajar berfikir seperti seorang desainer

Bertanya: [mengapa dan bagaimana]

  • Mengapa desainer merancang suatu halaman spt itu ?
  • Mengapa desiner memilih warna tsb ?

Bereksperimen:

  • Belajar bereksperimen dengan proses kreatif
  • Belajar dengan melakukan

Prosedur Desain

  • Nyatakan kembali masalah melalui kata-kata [memahami tujuan]
  • Lakukan riset yang perlu dilakukan [dapatkan informasi, foto-foto dan bahan-bahan]
  • Berfikirlah dengan pensil atau mouse [buat sketsa singkat yang difikirkan secara visual]
  • Pilih tiga sketsa yang terbaik dan buat gambar kasar [buat gambar kasar yang menunjukkan elemen-elemen dasar desain]
  • Pilih gambar kasar dan ubah menjadi kompilasi / susunan [buatlah seperti hal yang nyata]

Kritik
Kritik adalah suatu penilaian / evaluasi proyek, yang akan memaksimalkan pembelajaran untuk:

  • Meneliti kembali hasil kerja
  • Mengevaluasi cara kerja
  • Memecahkan masalah
  • Menentukan penggunaan media desain
  • Melihat apakah sudah memenuhi sasaran

Banyak hal yang bisa dipelajari dengan mempelajari dari hasil pekerjaan orang lain

Kreatifitas dalam desain grafis / komunikasi visual, tidaklah diukur dengan istilah salah atau benar, tetapi lebih diukur melalui tingkat kesuksesan yang ditunjukkan didalam pemecahan masalah, menerapkan kemampuan visual, dan mengekspresikan interpretasi pribadi

Permalink 1 Komentar

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề