Berilah contoh perilaku santun dalam berkomunikasi dengan guru dan orangtua pada media sosial

MASIH hangat diperbincangkan sebuah video viral baru-baru ini mengenai pengeroyokan seorang guru di SMK NU 03 Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah. Siswa yang terlihat di sebuah video tampak sedang mengeroyok seorang guru yang sedang mengajar. Video yang sudah menyebar tersebut mendapat sorotan dari seluruh masyarakat yang menontonnya. Ketika menonton video viral pengeroyokan ada beberapa pertanyaan yang muncul, bagaimana bisa seorang siswa mengeroyok guru yang sedang mengajar? Apakah siswa tidak diajarkan sopan santun terhadap guru? Dianggap apa seorang guru oleh siswa jaman sekarang ini?

Padahal Indonesia telah dikenal luas di mata dunia sebagai negara yang menjunjung tinggi budaya, keramahan, dan sopan santun. Nilai kebudayaan Indonesia yang menjunjung sikap persaudaraan, saling menghormati, dan menghargai sangatlah kental. Namun dalam beberapa tahun terakhir ini budaya keramahan dan sopan santun di Indonesia semakin hilang. Hal ini dapat dilihat dari generasi muda atau siswa yang cenderung kehilangan etika atau sopan santun terhadap teman sebaya, orang yang lebih tua, guru, bahkan terhadap orang tua. Siswa tidak lagi menganggap guru sebagai panutan, seseorang yang memberikan ilmu pengetahuan yang patut dihormati dan disegani.

Joko Widodo, Presiden RI menyampaikan bahwa yang paling penting adalah menumbuhkan nilai kesantunan, tata krama, karena dalam sekian tahun kita kehilangan nilai-nilai itu. Mulai berkurangnya kebiasaan saling mengejek dan menghina. Karena nilai-nilai Indonesia adalah keramahan bukan nilai-nilai yang saling melotot dan mencemooh.

Dengan adanya perkembangan jaman saat ini banyak anak-anak yang kurang bahkan tidak sopan terhadap teman sebaya, orang yang lebih tua dan dihormati. Seperti kasus yang dicontohkan di atas tadi bahwa siswa yang mengeroyok atau melawan guru pada saat pembelajaran di kelas. Dalam hal tersebut maka banyak anak remaja khususnya siswa yang lebih dimanja sehingga anak-anak mudah melakukan pelanggaran tata tertib atau pelanggaran yang lainnya.

Secara tidak langsung kita sebagai bangsa Indonesia kita kurang sikap sopan santun dan bertatakrama maka jati diri kita sebagai bangsa Indonesia kian luntur bahkan hilang sikap sopan santun di Indonesia. Ini akan menjadi masalah besar yang timbul dari hal sepele, seharusnya sopan santun telah diajarkan sejak kecil oleh para orang tua namun justru remaja-remaja sekarang hilang akan sikap sopan santun.

Seharusnya kita harus sopan dimanapun dan kapanpun. Apalagi di Indonesia memang budayanya sangat terkenal ramah dan sopan. Sopan santun merupakan kepribadian dari masyarakat bangsa Indonesia. Walaupun kadar kesopanan itu tidak sama, menyesuaikan lingkungan tempat dimana kita berada namun sopan santun tidak boleh hilang. Harus tetap dilakukan karena sopan santun merupakan jati diri orang Indonesia itu sendiri.

Dalam kondisi sekarang ada faktor eksternal yang terealisasikan secara realita kebudayaan yang terus berubah-ubah karena banyaknya budaya barat yang masuk yang akan mempersulit mempertahankan sopan santun dimanapun dan kapanpun. Selain tidak sopan terhadap guru, bahwa remaja jaman sekarang juga ada yang tidak sopan dengan orang tuanya dengan cara ketika memanggil itu menyebut nama orang langsung. Ada lagi dari cara berpakaian anak-anak muda jaman sekarang yang kebarat-baratan dengan meniru budaya barat yang memang kurang cocok untuk di Indonesia yang lebih condong ke budaya timur.

Adapun faktor internal yang memperngaruhi hilangnya sopan santun siswa Indonesia itu pada diri siswa itu sendiri, keluarga, lingkungan, tempat nongkrong, lingkungan sekolah, ataupun media massa. Pengetahuan sopan santun yang memang kurang dari orang tua dan tidaknya mendengarkan pelajaran di kelas sehingga siswa minim sekali pengetahuan tentang sopan santun juga memicu hilangnya budaya sopan santun di Indonesia. Cara berpakaian yang sopan juga kurang diperhatikan oleh siswa atau remaja masa kini, seharusnya keadaan seperti ini jangan sampai terjadi.

Melihat kondisi demikian, lebih baik jika orang tua ikut berperan dalam pembentukan etika pada anak. Dan orang tua dituntut untuk mengajarkan nila-nilai tersebut. Membelajarkan anak tidak dapat dilakukan dalam satu hari, namun proses demi proses sehingga menghasilkan penerus bangsa yang paham akan budaya, tatakrama, dan sopan santun.

Pendidikan karakter di sekolah dapat dijadikan sebagai pendidikan sopan santun terhadap anak. Karena pendidikan karakter banyak dikaitkan dengan pendidikan budi pekerti, ahlak mulia, moral, bahkan dapat membantu norma kesopanan pada anak. Melalui Pendidikan karakter diharapkan anak dapat bersikap sopan dan santun terhadap orang yang lebih tua maupun teman sebaya.

Pendidikan Bahasa Jawa untuk remaja atau siswa daerah Jawa dapat diterapkan sebagai sarana membelajarkan anak untuk lebih mengerti sopan santun karena dalam pembelajaran Bahasa Jawa juga diajarkan bagaimana dalam bertutur yang sopan. Seharusnya dalam pelajaran Bahasa Jawa pengajaran tentang kebudayaan jawa yang berkaitan dengan budi pekerti dan kepribadian. Ada praktik dalam pembelajaran mengenai sopan santun yang harus diterapkan siswa setiap harinya sebagai solusi untuk tetap melestarikan budaya sopan santun di Indonesia. Misalnya unggah-ungguh dalam berbicara.

Penulis: Arditha Oky Rista P

(wdi)

tirto.id - Berperilaku santun adalah bentuk sikap yang mesti diajarkan kepada anak sejak usia dini. Sopan santun adalah salah satu kunci penting dalam kehidupan dan juga merupakan tanda kepekaan seseorang terhadap lingkungan sekitar. Tidak hanya itu, sopan santun juga dianggap sebagai bentuk kesadaran dan sensitivitas terhadap perasaan orang lain. Si kecil yang semakin aktif dalam berbicara dan bersikap perlu untuk dilatih agar memiliki sikap yang sopan dan santun. Terlebih kepada yang berusia lebih tua. Ia akan masuk ke sekolah, bertemu dengan lebih banyak orang dan berinteraksi. Sopan santun adalah modal sikap di mana ia menjadi pribadi yang menyenangkan.
Menurut laman Ibu dan Balita, ada baiknya untuk melatih anak mulai bersikap sopan dan santun dengan mengajarkan kata “minta tolong” dan “terima kasih”. Kedua kata tersebut harus menjadi bekal dan si kecil harus tahu kapan waktu menggunakannya. Ajarkan untuk meminta tolong dengan baik ketika ia membutuhkan bantuan dan berterima kasih setelahnya. Hal lainnya adalah ajari si kecil untuk sopan saat berbicara. Ia akan mulai berinteraksi dengan banyak orang dan saat itu lah ia harus tahu bagaimana untuk memanggil saudara-saudaranya dan teman-teman sebayanya.

Cara Melatih Anak Berperilaku Santun dan Sopan


Sage Child Care merekomendasikan tujuh cara untuk melatih sikap sopan dan santun kepada anak seperti sebagai berikut:

1. Memperkenalkan kata-kata yang sopan sejak dini Anak-anak semuda dua dapat belajar mengatakan "tolong" dan "terima kasih". Meskipun tidak sepenuhnya memahami implikasi dari penggunaan kata-kata ini, anak-anak dapat belajar sejak usia dini bahwa "tolong" harus terikat pada hal-hal yang diminta, dan "terima kasih" selalu datang di akhir transaksi atau interaksi. Seiring perkembangan anak, mereka akan memahami bahwa kata-kata ini membuat orang lain merasa senang membantu saat membantunya.

2. Rasa hormat dan sensitivitas

Perilaku yang baik akan timbul dari rasa hormat terhadap orang lain, dan jalan menuju rasa hormat pada dasarnya adalah kepekaan. Jika para orang tua dapat mengajari seorang anak nilai kepekaan, Anda memberi mereka hadiah yang luar biasa yaitu jalan mudah menuju sikap sopan santun. Seorang anak yang penuh hormat secara alami menjadi individu yang santun. Sikap yang baik menjadi logis bagi mereka dan bukan sesuatu yang harus mereka pelajari secara artifisial.

3. Kuasai lima kata ajaib

Bersamaan dengan "tolong" dan "terima kasih", pastikan bahwa anak-anak memahami bahwa "permisi", "Bolehkah saya ..." dan "tidak, terima kasih" juga diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dan harus dikuasai.

4. Beri contoh perilaku yang sopan

Anak akan selalu meniru apa yang dilakukan oeh para orang tuanya. Pastikan ibu atau ayah selalu menyertakan banyak "tolong" dan "terima kasih" dan kata ajaib lainnya saat berinteraksi dengan orang lain.

5. Mengakui anak di tempat umum

Ketika keluar dan sekitar, termasuk anak dalam kegiatan dan percakapan membantu mereka merasa diakui, dan mengurangi keinginan untuk cari perhatian. Mengakui dan berinteraksi dengan anak, terutama jika ada beberapa anak lain yang hadir, juga membuka peluang untuk mendidik mereka tentang perilaku sosial yang tepat. Pastikan bahwa pendidikan tentang tingkat kebisingan, bertemu orang baru, menghormati properti, privasi, dan ruang pribadi adalah bagian besar dari kegiatan yang menyenangkan bersama si kecil di depan umum.

6. Koreksi dengan tepat

Belajar dari kesalahan adalah hal yang baik. Jika si kecil melakukan kesalahan, koreksi mereka sehingga mereka bisa mendapatkan apresiasi yang lebih dalam tentang perilaku dan cara menerapkannya. Contoh adalah ketika Anda sedang melakukan percakapan dan si kecil menyela Anda, tunjukkan dengan lembut bahwa ini adalah perilaku yang tidak pantas.

7. Koreksi anak dengan sopan

Berhati-hatilah dengan cara mengoreksi anak karena mengoreksi anak secara agresif atau di depan orang lain. Hal ini secara tidak langsung dapat melukai hati si anak. Pertimbangkan situasi, dan jika perlu, pindahkan si kecil ke tempat yang lebih pribadi untuk menjelaskan koreksi Anda. Kiat untuk mengajarkan sopan santun kepada anak-anak adalah dengan tidak membiasakan diri berteriak kepada anak jika mereka melakukan sesuatu yang salah. Alih-alih, pastikan para orang tua dekat dengan anaknya dan saat mengkoreksi sebisa mungkin menyetarakan diri dengannya. Untuk melakukannya, para orang tua dapat menekuk atau jongkok ke posisi mereka untuk mendapatkan kontak mata, dan berbicara dengan suara rendah dan santai. Berkomunikasi dengan cara ini menunjukkan kepada anak bahwa Anda memperlakukannya dengan bermartabat, hormat, dan Anda benar-benar ingin mereka meningkat. Semoga anak akan melakukan perilaku ini dan tumbuh untuk melakukan hal yang sama kepada orang lain.