Bila sel telur dalam rahim bertemu dengan sel sperma maka wanita tersebut akan mengalami

Memiliki buah hati tentu merupakan salah satu hal yang didambakan oleh hampir semua pasangan yang telah menikah. Maka tak heran bila banyak pasangan suami istri yang akan mengusahakan segala cara agar mereka bisa mendapatkan keturunan. Meskipun begitu, tak bisa dipungkiri bahwa tidak sedikit pasangan yang telah lama menikah dan mencoba segala cara untuk mendapatkan keturunan, namun usahanya belum membuahkan hasil. Hal ini biasanya dikaitkan dengan masalah kesuburan atau fertilitas.

Bila dalam setahun belum terjadi kehamilan, padahal pasangan suami istri sudah rutin berhubungan seksual dan tidak menggunakan alat kontrasepsi, pasangan tersebut bisa dikatakan mengalami infertilitas atau kemandulan. Infertilitas dibagi menjadi 2 yaitu infertilitas primer dan infertilitas sekunder. Infertilitas primer adalah ketidakmampuan mendapatkan kehamilan setelah berhubungan 1 tahun tanpa kontrasepsi untuk wanita usia dibawah 35 tahun atau setelah 6 bulan pada wanita usia diatas 35 tahun. Infertilitas sekunder adalah ketidakmampuan mendapatkan kehamilan pada wanita yang sebelumnya pernah hamil.

Ada beberapa hal yang juga diyakini bisa menjadi faktor risiko terjadinya infertilitas pada laki-laki maupun perempuan. Gaya hidup sehat pun menjadi hal penting yang perlu dilakukan untuk meminimalkan risiko infertilitas. Yuk simak rangkuman informasi lengkap tentang penyebab infertilitas.

Infertilitas wanita bisa disebabkan oleh berbagai kondisi medis atau penyakit berikut ini:

1. Gangguan Ovulasi

Masa subur wanita ditentukan dari periode ovulasinya. Oleh karena itu, saat proses ovulasi terganggu, wanita akan sulit menentukan masa suburnya atau bahkan tidak dapat melepaskan sel telur yang siap dibuahi untuk menciptakan kehamilan. Gangguan ovulasi bisa terjadi karena beberapa penyebab, antara lain:

  1. Gangguan hormon tiroid, termasuk hipertiroid dan hipotiroid
  2. Sindrom ovarium polikistik (PCOS)
  3. Kegagalan ovarium prematur, yaitu ketika indung telur berhenti menghasilkan dan melepaskan sel telur sebelum wanita menginjak usia 40 tahun

2. Penyumbatan tuba falopi 

Tuba falopi yang tersumbat menyebabkan sperma tidak dapat bertemu dengan sel telur di dalam rahim, sehingga proses pembuahan tidak dapat terjadi. Hal ini juga menjadi penyebab infertilitas wanita. Kerusakan atau penyumbatan pada tuba falopi dapat disebabkan oleh beberapa kondisi, yaitu:

  1. Penyakit radang panggul
  2. Penyakit menular seksual
  3. Riwayat operasi pada organ di dalam rongga perut atau panggul, seperti tuba falopi dan rahim
  4. Kehamilan Etopik

3. Gangguan lendir serviks

Infertilitas wanita juga bisa disebabkan oleh gangguan lendir serviks. Ketika sedang memasuki masa subur atau ovulasi, lendir serviks bisa memudahkan sperma untuk mencapai sel telur di dalam rahim. Namun, jika ada gangguan pada lendir serviks, hal tersebut dapat mempersulit sperma untuk membuahi sel telur sehingga menghambat terjadinya kehamilan.

4. Kelainan bawaan

Penyakit bawaan pada organ reproduksi wanita disebabkan oleh kelainan genetik. Salah satu contoh kelainan bawaan lahir yang dapat membuat wanita menjadi tidak subur adalah septate uterus, yaitu kondisi ketika terbentuk sekat di dalam rongga rahim. Wanita yang mengalami kondisi ini akan mengalami keguguran berulang atau sulit untuk hamil. Namun, kondisi ini dapat ditangani oleh dokter melalui prosedur operasi.

5. Endometriosis

Endometriosis dapat menjadi penyebab terjadinya infertilitas wanita. Peradangan yang terjadi akibat endometriosis dapat merusak sel telur dan sperma. Kondisi ini tentunya mengganggu kesuburan dan dapat menghalangi terjadinya pembuahan.

Sementara itu, infertilitas pada laki-laki bisa disebabkan oleh beberapa hal juga. Penyebab infertilitas pada laki-laki yang paling umum adalah azoospermia alias tidak ada sel sperma yang diproduksi. Bisa juga karena oligospermia, yakni ketika hanya sedikit sel sperma yang diproduksi. Terkadang sel sperma juga cacat atau mati sehingga sulit untuk bisa mencapai sel telur. Dalam kasus yang jarang terjadi, infertilitas pada laki-laki pun bisa disebabkan oleh penyakit genetik seperti fibrosis kistik atau kelainan kromosom. Untuk mengetahui secara pasti apa yang menjadi penyebab infertilitas pada pasangan suami istri, diperlukan pemeriksaan menyeluruh oleh dokter.

Kapan sebaiknya mulai memeriksakan diri?

Kesuburan sangat dipengaruhi usia terutama usia wanita. Saat berusia 20-30 tahun, kesuburan wanita mencapai puncaknya yakni berkisar 70%-80% dan akan menurun menjadi hanya 30% pada usia 30-40 tahun. "Wanita menikah memiliki peluang 80% hamil dalam setahun, khususnya jika dia menikah di usia produktif di bawah 30 tahun. Jika tidak hamil dalam kurun waktu tersebut, dia wajib memeriksakan diri ke dokter kandungan. Untuk wanita di atas 30 tahun, rentang waktunya ialah 6 bulan. Jika tidak hamil di masa 6 bulan setelah menikah, dia pun harus konsultasi ke dokter kandungan.

Pemeriksaan infertilitas harus dilakukan suami istri mengingat infertilitas bisa terjadi karena faktor pria, wanita, atau keduanya. Untuk mendiagnosis infertilitas, awalnya dokter akan melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi tentang kondisi kesehatan umum suami dan istri. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan fisik untuk mencari tahu adanya kelainan fisik yang mungkin berkontribusi pada infertilitas. Jika tidak ada penyebab yang dapat ditentukan pada titik ini, tes yang lebih spesifik mungkin akan direkomendasikan. Untuk wanita, pemeriksaan ini termasuk tes hormon, analisis suhu tubuh dan ovulasi, rontgen tuba fallopi dan uterus, atau laparoskopi. Untuk laki-laki, tes awal fokus pada analisis sperma.

Bagaimana solusi jika pasangan mengalami infertilitas?

Setelah diketahui apa faktor yang menjadi penyebab terjadinya infertilitas pada pasangan suami istri, dokter akan segera memberikan rekomendasi perawatan dan pengobatan yang sesuai. Beberapa pengobatan infertilitas bisa berupa pemberian obat atau terapi hormon (terutama jika infertilitas disebabkan oleh ovulasi yang tidak teratur). Bisa juga dilakukan prosedur bedah seperti perawatan untuk endometriosis, perbaikan tuba falopi, atau pengobatan di dalam rahim.

Dengan teknologi kedokteran kandungan yang canggih, saat ini telah dapat dikembangan teknologi reproduksi berbantu berupa inseminasi dan program bayi tabung (in vitro fertilisation atau IVF). Untuk program inseminasi, sperma yang telah diproses dimasukkan ke rahim sehingga mendekatkan antara sperma dan sel telur untuk memfasilitasi terjadinya pembuahan. Jadi, pembuahan pada inseminasi ini tetap terjadi di dalam tubuh wanita.
Pada dasarnya, tindakan yang dilakukan akan disesuaikan dengan apa yang menjadi penyebab infertilitas. Segera cek ke dokter untuk memastikan hal tersebut ya. Sahabat Hermina tidak perlu ragu lagi untuk melakukan konsultasi dan pemeriksaan di RS Hermina Pandanaran seputar infertilitas.

Bila sel telur dalam rahim bertemu dengan sel sperma maka wanita tersebut akan mengalami
Ilustrasi sperma. ©2015 Merdeka.com/shutterstock/ktsdesign

TRENDING | 25 Januari 2022 12:25 Reporter : Billy Adytya

Merdeka.com - Proses pembuahan sebelum kehamilan perlu dipahami para perempuan. Masa ovulasi umumnya berlangsung pada hari ke sepuluh hingga ke lima belas dihitung sejak pada pertama perempuan sedang datang bulan atau haid.

Seorang perempuan mempunyai siklus menstruasi sebanyak 28 hari atau dua minggu sebelum haid berikutnya dimulai. Ini sebenarnya merupakan jumlah yang berbeda-beda pada setiap perempuan. Maka Anda harus benar memerhatikan siklus menstruasi dalam setiap bulan.

Berbicara tentang hal tersebut, berikut Merdeka.com rangkum dari berbagai sumber tentang 6 proses pembuahan sebelum terjadinya kehamilan yang perlu diperhatikan, khususnya bagi para perempuan.

(mdk/bil)

Baca juga:
Proses Fertilisasi atau Pembuahan pada Manusia, Kenali Tahapannya

2 dari 5 halaman

Proses pembuahan sebelum terjadi kehamilan yang pertama ialah ovulasi. Ovulasi ini bisa terjadi apabila sel telur atau ovum keluar dari sarang yang disebut ovarium atau indung telur.

Di dalam ovarium sendiri terdapat kantung atau folikel yang berisi cairan dan juga sel telur. Suatu saat ketika folikel ini menjadi matang kemudian pecah, maka keluarlah sel telur yang berada di dalamnya pula.

Ovulasi ini umumnya terjadi pada setiap bulan sesuai dengan siklus menstruasi. Rata-rata akan terjadi di sekitar dua minggu sebelum periode atau siklus menstruasi yang dialami oleh perempuan selanjutnya.

Baca juga:
10 Cara Menghilangkan Sakit Tenggorokan dengan Bahan Alami, Ampuh Jauhkan Panas Dalam
Kenali Berbagai Kelainan Sperma, Penting Bagi yang Belum Punya Keturunan

3 dari 5 halaman

Proses pembuahan berikutnya adalah ditandai dengan naiknya kadar hormon. Diketahui ini akan terjadi ketika telur meninggalkan folikel dan berkembang menjadi suatu yang disebut dengan korpus luteum.

Korpus luteum ini akan melepaskan hormon yang membantu untuk menebalkan lapisan rahim. Ini juga akan membantu dalam mempersiakan ketika proses kehamilan nantinya.

Ketika sudah dilepaskan, sel telur akan berjalan menuju ke tuba falopi. Sel telur akan mengendap dan tinggal di sana selama sekitar 24 jam untuk menunggu sel sperma membuahinya.

Semua ini bisa terjadi dan rata-rata sekitar dua minggu setelah hari pertama menstruasi terakhir atau biasa disebut dengan masa subur. Perlu Anda pahami jika sel telur hanya bertahan 12 sampai 24 jam saja, sementara sel sperma bisa bertahan hingga sekitar 72 jam pada saluran reproduksi perempuan.

Oleh karenanya, ini bisa disimpulkan jika masa subur perempuan tersebut lamanya sekitar 4 hari. Mulai dari hari ke dua belas sampai ke-enam belas dari hari pertama saat perempuan mengalami menstruasi.

4 dari 5 halaman

Nah, apabila sel telur ini tidak dibuahi karena tak ada sperma yang masuk, maka tidak akan terjadi proses pembuahan dan kehamilan. Sel telur akan bergerak menuju rahim atau uterus dan hancur.

Kadar hormon yang dihasilkan oleh korpus luteum kemudian kembali normal. Ini membuat lapisan rahim yang tadinya sempat menebal menjadi luruh, biasanya ini disebut dengan haid atau menstruasi.

Proses pembuahan akan terjadi ketika sel telur bertemu dengan sel sperma yang dimiliki oleh pria. Apabila salah satu sel sperma saja masuk ke tuba falopi dan bertemu dengan sel telur yang telah menanti, ini akan menyebabkan proses pembuahan atau fertilisai terjadi.

Dari situ pula proses kehamilan dimulai. Sel telur akan mengubah diri sehingga tak ada sperma lainnya untuk masuk dan membuahinya. Ketika pembuahan, gen bayi serta jenis kelaminnya akan ditetapkan pada saat itu juga.

Apabila yang membuahi sperma memiliki kromosom Y maka terbentuklah jenis kelamin bayi laki-laki. Sementara, bayi berjenis perempuan akan terjadi saat sperma membuahi sel telur berkromosom X.

Baca juga:
Mengenal Proses Perkembangan Janin, dari Pembuahan hingga Siap Dilahirkan

5 dari 5 halaman

Proses pembuahan berikutnya adalah implantasi. Seperti diketahui telur yang sudah dibuahi atau disebut zigot akan tetap berada dalam tuba falopi selama tiga sampai empat hari. Dalam kurun 24 jam setelah dilakukan pembuahan, zigot akan membelah diri menjadi embrio dengan cepat menjadi banyak sel.

Embrio terus membelah dan saat bergerak perlahan melalui tuba falopi menuju rahim. Apabila sudah sampai di rahim, embrio akan menempel serta tertanam dalam dinding rahim yang sudah menebal pula. Ini disebut dengan penanaman atau implantasi.

Beberapa perempuan akan mengalami kondisi spotting atau sedikit bercak pendarahan selama satu atau dua hari sekitar implantasi. Akan tetapi rahim semakin menebal dan leher rahim tengah disegel plug lendir sampai pada nanti bayi lahir.

Pada minggu pertama, hormon disebut dengan human chorionic gonadotropin atau hCG bisa ditemukan di dalam darah. Hormon tersebut terbuat dari sel-sel yang akhirnya menjadi plasenta dan hormon ini pula yang dideteksi pada test pack atau pun kehamilan.