Buku yang terdapat di perpustakaan baitul hikmah berjumlah kurang lebih ... buah

ist

Ilustrasi kota melingkar Baghdad di abad ke-10.

Rep: Mgrol97 Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, Di masa lalu, Bagdad adalah pusat rujukan ilmu pengetahuan dunia. Lembaga ilmu pengetahuan banyak berdiri di sana, salah satu yang paling terkenal adalah Baitul Hikmah. Tiga filsuf terkemuka pernah belajar di sana. Mereka adalah Al-Kindi, Al-Farabi, dan Al-Ghazali. Baitul Hikmah tidak hanya menyimpan kekayaan peradaban, tetapi juga menjadi saksi berupa tingginya semangat menimba ilmu di kalangan kaum muslimin pada masa lalu.Dikutip dari buku "Khazanah Peradaban Islam' karya Tata Septayuda Purnama, bahwa atmosfer haus ilmu ini muncul  berkat dorongan kalangan istana ketika kekuasaan Islam berada di tangan kekhalifahan Abbasiyah. Puncaknya adalah pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809 M). Dialah yang mengawali berdirinya Baitul Hikmah. Dalam kurun waktu dua abad, Baitul Hikmah berhasil melahirkan banyak pemikir dan intelektual Islam. Selain Al-Kindi, Al-Farabi, dan Al-Ghazali, ilmuwan muslim lain yang dilahirkan oleh Baitul Hikmah adalah Al-Khawarizmi dan Al-Battani.Tidak hanya naskah-naskah berbahasa Yunani yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, tetapi juga Persia, Syria (Suriah), dan India. Fungsi Baitul Hikmah kemudian diperluas lagi oleh penerus Harun Ar-Rasyid, yaiu Khalifah Al-Ma’mun (813-830 M). Khalifah yang baru ini menjadikan Mu’tazilah (mengedepankan akal dalam penafsiran) sebagai ideologi dan paham resmi negara. Selama 20 tahun memerintah, dia menjadikan Baitul Hikmah sebagai perguruan tinggi.Ia membangun perpustakaan besar dengan koleksi bacaan yang dilengkapi dengan ruang-ruang tempat para pakar berdiskusi. Bahkan, lembaga itu memiliki tempat khusus untuk mengobservasi bintang. Al-Ma’mun mengirim utusan kepada raja Roma, Leo Armenia, meminta karya-karya ilmiah Yunani kuno untuk diterjemahkan ke dalam bahas Arab. Di antara ilmu-ilmu yang mendapat perhatian besar adalah fisika, meteorologi, mineralogi, botani, astronomi, dan ilmu bumi.Karya pertama yang diterjemahkan adalah karya-karya kedokteran dan filsafat, sesudah itu matematika, astrologi, dan ilmu bumi. Prestasi lain yang menonjol dari Baitull Hikmah adalah keberhasilan lembaga ini menemukan susunan peta bumi. Banyak orang dari berbagai negeri datang ke Bagdad dan menuntut ilmu di Baitul Hikmah. Pakar dari berbagai kota memilih bermukim di sana untuk mengkaji dan mengembangkan ilmu kedokteran, matematika, kimia, fisika, astronomi, filsafat, sastra, musik, dan ilmu-ilmu agama."Keinginan Al-Ma’mun mengembangkan ilmu pengetahuan tak cukup sampai di situ. Ia menyediakan dana besar untuk ilmu pengetahuan, terutama gerakan menerjemahkan karya-karya kuno berbahasa Yunani dan Suriah ke dalam bahasa Arab," kata Tata dalam buku tersebut.Sebelumnya, terjemahan teks filsafat Yunani atau Syria (Suriah) muncul pertama kali pada abad ke-8. Sejumlah naskah tentang ilmu logika, seperti Dialogues Platonic, diterjemahkan oleh Yahya bin Al-Bitriq dan direvisi oleh Hunain bin Ishaq Al-Ibadi beserta para koleganya. Namun, proses penerjemahan ini masih dilakukan secara sembarangan. Baru setelah bertahtanya Dinasti Abbasiyah, terutama saat pemerintahan Al-Ma’mun sendiri memiliki keinginan belajar yang kuat pada hal-hal asing, terutama filsafat dan sains Yunani.Sejumlah nama ilmuwan yang ditugaskan sebagai penerjemah, diantaranya Yahya bin Abi Mansur, Qusta bin Luqa, Hunain bin Ishaq, dan Yahya bin Abi Mansur, dan Sabian Sabit bin Qurra. Selain penerjemahan ilmu-ilmu filsafat dan sains. Baitul Hikmah juga menerjemahkan buku-buku musik karangan para ilmuwan Yunani, kemudian muncullah sarjana muslim besar yaitu Al-Kindi.Namun, satu abad setelah masa gemilang Khalifah Al-Ma’mun, kekuasaan politik Dinasti Abbasiyah merosot.  Pamor kekhalifahan makin melorot dan fungsinya mulai berubah menjadi hanya simbol kesatuan umat.  Kekuasaan politik terbagi-bagi atas para kepala suku dan bangsawan. Pertentangan penganut aliran-aliran kian memperburuk keadaan. Untunglah di tengah carut marutnya kondisi politik saat itu, semangat berpikir dan mengembangkan ilmu pengetahuan tidak menyurut.Berbagai kegiatan intelektual masih sering dilaksanakan, tetapi tempatnya tidak lagi di Bagdad. Kalau dahulu, para khalifah yang mendorong dan melindungi kegiatan keilmuan, kini para bangsawan dan kepala sukulah yang berperan. Para kepala suku bersaing untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Pemikiran-pemikiran kritis yang dahulu hanya berkembang di Bagdad, menyebar hingga ke belahan bumi Islam sebelah barat, seperti Kordoba dan Granada, Spanyol.

  • kota bagdad
  • rujukan ilmu pengetahuan
  • dinasti abbasiyah

Buku yang terdapat di perpustakaan baitul hikmah berjumlah kurang lebih ... buah

Silakan akses epaper Republika di sini Epaper Republika ...

Rumah Kebijaksanaan atau Baitul Hikmah adalah perpustakaan, lembaga penerjemahan dan pusat penelitian yang didirikan pada masa kekhilafahan Abbasiyah di Baghdad, Irak. Baitul hikmah ini terletak di Baghdad, dan Baghdad ini dianggap sebagai pusat intelektual dan keilmuan pada masa Zaman keemasan Islam (The golden age of Islam). Karena sejak awal berdirinya kota ini sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam Islam. Rumah Kebijaksanaan ini merupakan salah satu institusi kunci dari gelombang masuknya literatur asing yang diterjemahkan kedalam bahasa Arab dan dianggap sebagai jembatan besar dalam transfer ilmu pengetahuan pada masa zaman keemasan Islam.

Perpustakaan ini didirikan oleh Khalifah Harun ar-Rasyid dan mencapai puncaknya dimasa kepemimpinan putranya, Khalifah Al-Ma'mun yang berkuasa pada 813-833 M yang mana perpustakaan ini di sematkan sebagai usahanya. Al-Ma'mun juga diakui usahanya dalam memunculkan banyak ilmuwan terkenal untuk saling berbagi informasi, pandangan dan budaya di Rumah Kebijaksanaan. Berpusat di Baghdad sepanjang abad ke-9 hingga ke-13, terdapat banyak ilmuwan disana termasuk diantaranya orang-orang dengan latar belakang Persia maupun Kristen yang ikut ambil bagian pada penelitian dan pendidikan di lembaga ini. Selain menerjemahkan buku-buku asing kedalam bahasa Arab, para ilmuwan yang memiliki hubungan dengan Rumah Kebijaksanaan juga banyak membuat kontribusi asli yang besar di berbagai bidang. Dibawah kepemimpinan Al-Ma'mun, observatorium didirikan, dan Rumah Kebijaksanaan telah menjadi pusat untuk studi humaniora dan ilmu pengetahuan yang terbaik pada abad pertengahan Islam, meliputi bidang matematika, astronomi, kedokteran, alkimia dan kimia, zoologi, geografi dan kartografi. Juga dengan mengambil literatur-literatur dari India, Yunani, dan Persia, para ilmuwan disana mampu mengumpulkan koleksi pengetahuan dunia secara masif, dan berdasarkan itu semua mereka membuat penemuan-penemuan mereka sendiri. Pada pertengahan abad ke-9 masehi Rumah Kebijaksanaan telah menjadi repositori terbesar dari buku-buku dunia.

Rumah Kebijaksanaan terus berkembang di bawah pengganti khalifah Al-Ma'mun yakni Al-Mu'tasim (berkuasa pada 833-842 M) lalu putranyaAl-Watsiq (berkuasa pada 842-847 M), tetapi mengalami titik balik di bawah pemerintahan Al-Mutawakkil (berkuasa pada 847-861 M). Khalifah Al-Ma'mun, al-Mu'tasim, dan Al-Watsiq dilatarbelakangi pemikiran sekte Mu'tazilah, yang mendukung kebebasan berpikir seluas-luasnya dan penelitian ilmiah, sementara khalifah Al-Mutawakkil mendukung interpretasi yang lebih literal berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits. Khalifah Al-Mutawakkil tidak tertarik pada ilmu pengetahuan asing dan mengubah haluan lembaga ini dari rasionalisme. Ia menganggap tersebarnya filsafat Yunani kedalam keyakinan umat Islam sebagai sesuatu yang tidak Islami karena berasal dari ajaran non-Islam (Yunani).

Sama seperti Perpustakaan Alexandria, Baitul Hikmah berakhir sama tragisnya. Dalam penyerangan Baghdad, invasi pasukan Hulagu Khan dari Mongol pada tahun 1258 M membumi-hanguskan Rumah Kebijaksanaan beserta seluruh literatur di dalamnya, bersama-sama dengan perpustakaan-perpustakaan lainnya di baghdad. Banyak naskah dan karya dari para cendekiawan yang hilang, kehancuran Baghdad dan Baitul Hikmah pun mengakhiri masa keemasan peradaban Islam.

Beberapa ilmuwan yang dikenal dan memiliki hubungan dengan Rumah Kebijaksanaan diantaranya:

  • Sahl bin Harun (w. 830), Kepala perpustakaan;
  • Hunain bin Ishaq (809-873), Ahli Fisika;
  • Muhammad bin Musa al-Khwarizmi (780–850), Ahli matematika;
  • Banu Musa bersaudara, Teknisi dan ahli matematika;
  • Sind bin Ali (w. 864), astronomer;
  • Abu Utsman al-Jahiz, dikenal sebagai Al-Jahiz (781-861), penulis dan ahli biologi;
  • Al-Jazari (1136-1206), Ahli fisika dan teknisi.
  • Sumbangsih dunia Islam terhadap Eropa zaman pertengahan
  • 1001 Inventions
Catatan kaki

Daftar pustaka
  • Al-Khalili, Jim (2011), The House of Wisdom: How Arabic Science Saved Ancient Knowledge and Gave Us the Renaissance, New York: Penguin Press, ISBN 9781594202797 
  • Lyons, Jonathan (2009), The House of Wisdom: How the Arabs Transformed Western Civilization, New York: Bloomsbury Press, ISBN 9781596914599 
  • Meri, Joseph; Bacharach, Jere (2006), Medieval Islamic Civilization: An Encyclopedia, Routledge, ISBN 0415966906 
  • Hockey, Thomas (2007), The Biographical Encyclopedia of Astronomers, New York: Springer, ISBN 9780387304007 
  • Koetsier, Teun (2001), "On the prehistory of programmable machines: musical automata, looms, calculators", Mechanism and Machine Theory, Elsevier, 36 (5): 589–603, doi:10.1016/S0094-114X(01)00005-2. 
  • Micheau, Francoise, "The Scientific Institutions in the Medieval Near East",   Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan) in (Morelon & Rashed 1996, hlm. 985–1007)
  • Moore, Wendy (February 28, 2011), "All the world's knowledge", BMJ, 342, doi:10.1136/bmj.d1272 
  • Morelon, Régis; Rashed, Roshdi (1996), Encyclopedia of the History of Arabic Science, 3, Routledge, ISBN 0415124107 
  • George Saliba, 'Islamic science and the making of the European Renaissance',
  • Zaimeche, Salah (2002), "A cursory review of Muslim observatories", (PDF), Foundation for Science, Technology and Civilisation, Manchester http://www.muslimheritage.com/uploads/ACF25AE.pdf  Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan)

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Rumah_Kebijaksanaan&oldid=21016467"