Cerita tentang kesehatan tulang dan otot manusia

Di balik pandemi Covid-19 yang melanda dunia tersimpan hikmah besar yang membuka mata dunia bahwa peran kesehatan tubuh menempati posisi vital dalam kehidupan manusia. Tidak hanya sektor aktivitas fisik yang terdampak bahkan sektor ekonomi mangalami dampak serius secara global akibat pandemi tersebut.

Salah satu bagian tubuh manusia yang sering luput dari pemeliharaan kesehatan adalah tulang padahal tulang merupakan bagian utama dari sistem rangka manusia. Seiring bertambahnya usia, kepadatan tulang dapat berkurang. Itulah sebabnya perlunya menjaga kesehatan tulang sejak dini, agar kepadatan tulang tetap terjaga dan risiko untuk terkena osteoporosis di usia lanjut akan berkurang.

Osteoporosis adalah tulang keropos yaitu suatu penyakit dimana kepadatan dan kualitas tulang berkurang.  Ketika tulang menjadi keropos dan rapuh, resiko patah tulang juga meningkat. Kerusakan tulang ini terjadi tidak kasat mata dan semakin seringkali tidak ada gejala sampai fraktur atau kerusakan tulang pertama terjadi. Hal seperti inilah yang menjadikan Osteoporosis di sebut sebagai Silent Epidenic.  Singkatnya, Osteoporosis terjadi secara bertahap dalam beberapa tahun tanpa gejala yang jelas. Biasanya baru terdeteksi setelah mengalami kerusakan tulang. Tidak terasa sakit, kecuali terjadi keretakan. Osteoporosis ini dapat terjadi pada siapa pun tetapi ada yang lebih berisiko dan lebih cepat mengalami kondisi ini dibandingkan yang lain.

Masa prima tulang adalah pada saat manusia memasuki usia dewasa. Dalam periode ini massa tulang sangat padat dan kuat. Kepadatan tulang terus berlanjut hingga usia akhir 20 tahun dan mengalami penurunan secara bertahap saat usia 35 tahun. Secara perlahan, tulang menjadi lebih rapuh dari sebelumnya. Semakin bertambah usia, kepadatan tulang semakin berkurang juga. Hal ini menyebabkan tulang jadi lemah, keropos dan rentan retak.

Lalu apa saja gejala-gejala Osteoporosis ini? Gejala Osteoporosis diantaranya adalah:

  1. Postur punggung bungkuk, seperti terlihat pada orang yang sudah lanjut usia.
  2. Kondisi tersebut adalah akibat dari pengeroposan tulang belakang yang membuat tulang punggung tidak mampu menahan bobot tubuh
  3. Menurunnya tinggi badan.
  4. Sering mengalami cedera atau keretakan tulang, biasanya terjadi pada tulang belakang, pergelangan tangan, lengan, juga tulang pada pangkal paha.Terkadang batuk atau bersin ringan pun bisa menyebabkan retak tulang rusuk atau retak pada bagian tulang belakang.
  5. Sakit punggung yang berkelanjutan dalam jangka panjang.

Terdapat tiga jenis Osteeoporosis yaitu :

1. Osteoporosis primer

Jenis ini terdiri dari osteoporosis pasca menopause yang sering terjadi pada wanita dan osteoporosis senilis yang terjadi pada pria, terutama pada usia lanjut.

a. Osteoporosis Pasca Menopause

Osteoporosis jenis ini disebabkan karena kekurangan hormon estrogen. Pada wanita hormon estrogen akan membantu proses pengangkutan kalsium ke dalam tulang. Biasanya gejala osteoporosis timbul pada wanita yang berusia di antara 51 sampai dengan 75 tahun. Akan tetapi, gejala tersebut dapat timbul lebih cepat ataupun lebih lambat.

Tidak semua wanita memiliki risiko yang sama untuk menderita osteoporosis pasca menopause. Wanita kulit putih dan Asia lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.

Ras juga membuat menentukan osteoporosis ini. Ras kulit putih atau keturunan Asia memiliki risiko terbesar. Penyebabnya secara umum adalah rendahnya jumlah konsumsi kalsium pada wanita Asia, yang bersumber dari susu. Salah satu alasannya adalah sekitar 90 persen wanita Asia mengalami intoleransi laktosa dan menghindari produk makanan yang berasal dari produk susu dan turunannya.

b. Osteoporosis Senilis

Osteoporosis jenis ini disebabkan oleh berkurangnya jumlah kalsium dalam tubuh yang terkait dengan bertambahnya usia serta ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya matriks tulang dengan pembentukan regenerasi sel tulang yang baru.

Kata senilis artinya  keadaan yang hanya terjadi pada usia lanjut. Sesuai dengan istilahnya osteoporosis jenis ini biasanya terjadi pada usia pria di atas 70 tahun.

Dalam banyak kasus penyebab osteoporosis pada pria belum diketahui secara pasti. Namun ini ada hubungannya dengan hormon testosteron yang turut andil dalam menjaga kesehatan tulang. Tubuh pria tetap memproduksi testosteron sampai usia lanjut. Akan tetapi risiko osteoporosis tetap ada jika kadar testosteronnya rendah.

Umumnya kadar testosteron rendah disebabkan karena beberapa hal, antara lain:

  1. Penggunaan obat-obatan tertentu seperti kortikosteroid
  2. Mengonsumsi minuman keras secara berlebihan
  3. Kondisi yang menyebabkan kadar testosteron lebih rendah dari kadar normal (hipogonadisme).

2. Osteoporosis Sekunder

Osteoporosis jenis ini dialami oleh kurang dari 5 persen penderita osteoporosis. Kondisi osteoporosis sekunder dapat disebabkan oleh keadaan medis lainnya ataupun obat-obatan, umumnya disebabkan karena adanya penyakit yang berhubungan dengan Hipertiroidisme, gagal ginjal bersifat kronis, kurang melakukan aktivitas fisik, kebiasaan konsumsi minuman beralkohol, pemakaian obat-obatan seperti kortikosteroid, konsumsi kafein yang berlebihan dan kebiasaan merokok.

3. Osteoporosis Juvenil Idiopatik

Osteoporosis ini juga merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini biasanya terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.

Untuk pencegahan osteoporosis guna mencapai kepadatan tulang yang optimal diantaranya yaitu :

1. Konsumsi Makanan Tinggi Kalsium

Hal ini karena 99% kalsium dalam tubuh kita ada pada tulang. Kalsium ada pada produk susu seperti yoghurt dan keju, kacang-kacangan, sayuran hijau serta makanan laut seperti ikan sarden, salmon, dan udang. Jika konsumsi kalsium kurang maka pembentukan tulang baru akan terhambat dan puncak kepadatan tulang tidak tercapai dengan sempurna

Pada orang dewasa berusia lebih dari 18 tahun disarankan untuk mengonsumsi 1000 miligram kalsium per hari. Sedangkan pada wanita berusia di atas 50 tahun dan lansia berusia 70 tahun lebih konsumsi kalsium yang dianjurkan adalah sebanyak 1200 miligram kalsium per hari.

2. Tingkatkan Konsumsi Kalium dan Protein

Protein bisa ditemukan pada daging tanpa lemak, telur, susu dan produk olahannya. Sedangkan kalium dapat ditemukan pada buah dan sayur, seperti pisang, kentang, tomat, kismis, labu, kacang dan bayam

3. Berjemur Sinar Matahari

Vitamin D bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan kalsium pada tulang, meningkatkan pertumbuhan sel tulang dan mengurangi peradangan. Untuk mendapatkan vitamin ini, kita perlu berjemur di matahari pagi selama 15-20 menit.

4. Melakukan Aktivitas Fisik secara Rutin

Semakin kita malas bergerak risiko untuk mengalami pengeroposan tulang akan semakin tinggi. Oleh karena itu lakukanlah aktivitas fisik secara rutin dan teratur. Faktanya, olahraga yang mengacu pada kekuatan otot dapat menjaga kekuatan tulang. Beberapa aktivitas sehari-hari yang bisa bantu memperkuat otot, misalnya mengangkat barang belanjaan, berolahraga menggunakan elastic band, push up, squat dan lain-lain.

Mencegah lebih baik daripada mengobati. Sebelum osteoporosis menyerang ada baiknya untuk memeriksa densitas tulang dengan melakukan DEXA test atau tes kepadatan tulang lainnya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejak dini bila pengeroposan nampak terjadi sehingga penanganan yang tepat bisa segera diberikan.


Selain dengan melakukan tes untuk deteksi dini, jangan lupa sejak usia 30an perbanyak olahraga dan seimbangkan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh terutama pada makanan dengan kalsium tinggi seperti susu, sayuran hijau dan daging merah. Bila perlu, penuhi kebutuhan harian dengan mengonsumsi suplemen yang sudah dilengkapi dengan kalsium, vitamin D dan berbagai vitamin pendukung lainnya supaya resiko osteoporosis bisa ditekan. (Penulis : Nurul Musobiqoh)