Contoh bekerja sama dengan teman yang berbeda agama

Merasakan suasana harmoni antar pemeluk agama yang pada akhir-akhir ini agaknya terganggu, saya menjadi terdorong untuk mengungkapkan sedikit pengalaman tentang kerjasama dengan kawan-kawan yang berbeda agama. Kerjasama itu terjadi dalam waktu lama, terutama terkait dengan posisi saya sebagai pimpinan perguruan tinggi yang berbasis agama, yaitu ketika ikut memimpin Universitas Muhammadiyah Malang dan kemudian berlanjut memimpin Universitas Islam Negeri Malang.

Mengurus perguruan tinggi, sekalipun berbasis agama, agar menjadi maju, maka harus bersedia membuka diri. Mengungkung diri dengan cara terlalu selektif dalam berkomunikasi dan membangun pertemanan hanya akan menjadikan kampus sulit berkembang. Itulah sebabnya, mencari teman sebanyak dan seluas-luasnya menjadi kebutuhan yang tidak boleh diabaikan.

Kebetulan ketika ikut memimpin Universitas Muhammadiyah Malang, saya bertugas mengembangkan akademik, yakni sebagai Wakil Rektor I, selama 13 tahun. Sebagai penanggung jawab di bidang akademik, saya merasa harus berkomunikasi dengan siapapun, lebih-lebih pada waktu itu keadaan kampus masih terbatas. Jumlah dosen masih belum sebanyak seperti sekarang ini. Selain itu harus menjalin komunikasi dengan pihak pemerintah, yaitu Kopertis. Para pejabat di instansi itu tidak semua beragama Islam, yakni ada yang penganut HIndu, Kristen, Katholik dan lain-lain.

Menghadapi kenyataan tersebut, saya merasa harus realistis, meniru cara kerja pedagang. Para pedagang dalam mendapatkan dan menjual dagangannya tidak akan memperhatikan agama orang yang diajak berkomunikasi maupun bekerjasama. Jika pedagang hanya mau membeli barang miliki pemeluk agama yang sama dengan dirinya, maka usahanya tidak akan maju. Sebagai pedagang, yang terpenting adalah memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya. Demikian pula ketika mendapatkan dosen, penguji ujian negara, maupun kepentingan administrasi terkait pihak Kopertis, saya tidak pernah memperhatikan latar belakang agama yang bersangkutan. Siapa saja boleh mengajar asalkan berkeahlian, dan memenuhi syarat. Begitu pula agama apapun yang dipeluk oleh pejabat di Kopertis, tidak menjadi pertimbangan.

Mereka yang berbeda agama tersebut ternyata mau diajak bekerjasama untuk membesarkan Universitas Muhammadiyah Malang. Sebagai contoh, Sekretais Kopertis, ketika itu dijabat oleh IB. Alit, SH, pemeluk agama Hindu, terasa sangat besar bantuannya kepada perguruan tinggi yang berbasis Islam. Demikian pula, tidak sedikit dosen yang berlatar belakang Kristen, Katholik, dan lain-ain, mereka bersedia membantu dengan ikut mengajar dan juga bertindak sebagai penguji ujian negara. Perbedaan agama tidak menjadi penghalang untuk saling membantu dalam membesarkan kampus.

Demikian pula ketika mendapatkan amanah memimpin UIN Malang, kerjasama dengan berbagai pihak yang berlatar belakang berbeda agama juga saya lakukan. Mengawali memimpin UIN Malang, untuk menambah wawasan pengelolaan perguruan tinggi, para pimpinan kampus, saya tugasi melakukan studi banding ke berbagai perguruan tinggi yang berlatar belakang selain Islam. Ketika itu saya berpandangan, jika mereka saya beri arahan agar studi banding ke perguruan tinggi Islam, khawatir mereka hanya memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang sama dengan yang telah dimilikinya sendiri.

Para anggota pimpinan UIN Malang ketika itu saya anjurkan berstudi banding ke Universitas Kristen Petra Surabaya, Universitas Katholik Widya Mandala Surabaya, Universitas Sugiya Pranata Semarang, Universitas Santya Wacana Salatiga, Universitas Parahyangan Bandung, UKI Jakarta, dan lain-lain. Anjuran saya, agar berstudi banding ke mana saja, asalkan tidak ke perguruan tinggi Islam.Program tersebut ternyata membawa hasil yang luar biasa. Sepulang dari melakukan studi banding, selain memperoleh banyak informasi, mereka menjadi sadar bahwa selama ini, mereka sudah jauh tertinggal dan harus segera mengejar ketertinggalannya itu.

Selanjutnya, mendasarkan pada prinsip keterbukaan kampus, saya berusaha menjalin komunikasi dengan berbagai jenis perguruan tinggi. Tanpa memperhatikan latar belakang agamanya, siapa saja saya undang masuk kampus, baik untuk berdiskusi maupiun untuk bekerjasama. Hasilnya, UIN Malang menjadi semakin dikenal masyarakat luas. Bahkan ada hal aneh, seorang beragama Budha tertarik dengan kegiatan mahasiswa penghafal al Qur'an. Sebagai bukti bahwa ia benar-benar mengapresiasi para penghafal al Qur'an, yang bersangkutan memberi beasiswa kepada 15 mahasiswa tahfidz pada setiap tahunnya.

Selain itu, saya juga mengapresiasi prestasi kerja seorang gubernur yang beragama Kristen dengan menganugerahkan gelar Doktor Honoris Causa. Selaku Rektor UIN Malang, saya memberikan gelar akademik kepada Dr Sinyo Hari Sarundayang, Gubernur Sulawesi Utara. Hasilnya cukup positif, setelah yang bersangkutan memperoleh penghargaan dimaksud, beliau memberikan dukungan yang cukup besar kepada STAIN di Manado. Selain itu juga memberikan dukungan dana untuk kegiatan Majelis Ulama di provinsi itu dalam jumlah yang cukup besar.

Melalui keterbukaan itu pula, UIN Maupana Malik Ibrahim Malang diakui dan dipercaya oleh Perguruan Tinggi Agama Hindu Negeri dan Agama Budha Negeri di seluruh Indonesia bertindak sebagai penilai profesionalisme para dosennya. Mereka percaya bahwa perguruan tinggi Islam juga mampu bekerja obyektif, adil, jujur, dan profesional. Penilaian seperti itu tentu sangat penting untuk membangun kesan di mata agama lain bahwa Islam sebagai ajaran yang benar dan mulia. Selain itu yang tidak kurang pentingnya lagi adalah bahwa kerjasama antar umat beragama ternyata benar-benar dapat dilakukan. Wallahu a'lam

Sebagai makhluk sosial, manusia tentunya tidak dapat hidup seorang diri saja serta memerlukan bantuan dari orang lain. Untuk itulah , kerjasama pun menjadi hal yang lumrah terjadi di masyarakat. Kegiatan gotong royong seringkali dilaksanakan beramai-ramai meskipun memiliki latar belakang dan agama yang berbeda. Berikut adalah beberapa contoh kerjasama antar umat beragama yang perlu diketahui:

1. Membangun Tempat Ibadah

Diketahui, contoh kerjasama dalam umat beragama yang pertama adalah saling tolong menolong dalam membangun rumah ibadah. Pembangunan rumah ibadah ini tujuannya adalah sebagai tempat bagi agama tertentu untuk melaksanakan ibadahnya dengan nyaman.

Saat ada salah satu kelompok agama yang kekurangan tenaga maka tetangga yang lain dapat membantunya. Dengan demikian, pekerjaan pun akan cepat selesai dan tempat ibadah bisa segera digunakan.

2. Bersedekah

Lebih lanjut, kerjasama yang bisa dilakukan oleh orang yang berbeda agama adalah saling memberikan sedekah kepada tetangganya yang kekurangan. Adapun jenis sedekah tersebut tidak harus banyak dan mahal namun yang bermanfaat bagi penerimanya. Contohnya saja, memberikan makanan kepada tetangga yang kelaparan, memberikan pakaian baru kepada orang lain dan sebagainya.

3. Tidak Mengganggu Ibadah

Berikutnya, contoh kerjasama dalam umat beragama adalah tidak mengganggu ibadah masing-masing. Mengganggu ibadah kelompok tertentu hanya karena tidak memiliki keyakinan yang sama akan menimbulkan gesekan. Lama-kelamaan, hubungan antar umat pun menjadi renggang dan saling curiga.

Untuk itulah, umat beragama sebaiknya berfokus pada ibadah masing-masing dan tidak saling mencampuri. Dengan demikian, antar umat beragama pun menjadi lebih toleransi dan tidak memaksakan kehendak masing-masing.

4. Saling Menghormati

Kerjasama lainnya yang bisa dilakukan antara orang yang berbeda agama adalah saling menghormati. Misalnya saja saat ada yang sedang merayakan nyepi maka umat lain di daerah tersebut tidak diperkenankan untuk membuat keributan. Begitupun saat ada yang berpuasa, maka umat yang tidak berpuasa akan saling menghargai dan tidak memaksa yang sedang berpuasa untuk makan.

5. Mengamankan Perayaan Agama

Kemudian, di beberapa daerah tertentu, perayaan agama bisa saja dibarengi dengan aksi kejahatan. Hal ini dikarenakan saat merayakan perayaan tertentu, orang-orang akan lebih fokus ke acaranya dan kurang memperhatikan sekitarnya. Untuk itulah, umat beragama yang lain bisa membantu tetangganya untuk mengamankan perayaan tersebut.

Misalnya adalah dengan berjaga di gerbang desa saat umat lain pergi ke tempat ibadahnya. Bisa pula dengan menjaga di pos tertentu sehingga penjahat tidak memiliki kesempatan untuk melakukan perbuatannya.

6. Berbagi Daging Kurban

Bagi umat islam, mengorbankan hewan kurban seringkali dilaksanakan satu kali dalam setahun. Pada saat itu, berbagai macam hewan seperti kambing, sapi, kerbau dan lainnya akan dikurbankan. Nantinya, daging dari hewan-hewan kurban akan dibagikan kepada orang lain yang membutuhkannya.

Pada saat seperti ini, saling berbagi daging hewan kepada umat lain diperbolehkan asalkan orang tersebut juga memakan daging dan tidak melanggar agamanya sendiri. Dengan saling berbagi rezeki seperti itu, umat beragama akan menjadi lebih akrab dan saling tenggang rasa.

7. Membersihkan Lingkungan

Berikutnya, contoh kerjasama dalam umat beragama yang seringkali dilakukan adalah membersihkan lingkungan sekitar. Biasanya, di desa tertentu pada hari libur akan diadakan kerja bakti untuk membersihkan sekitar lingkungan tempat tinggal. Misalnya saja, membersihkan selokan, memotong rumput jalanan, mengecat pagar dan lainnya.

8. Saling Membantu

Selanjutnya, saling menolong dan membantu antar umat beragama juga diperbolehkan. Misalnya saja, saat ada tetangga yang meminta bantuan untuk mendirikan rumah maka tetangga lain akan membantunya.
Lalu, saat terjadi masalah penting seperti mengantarkan orang sakit, maka tetangga yang berlainan agama dapat pula saling menolong. Dengan begitu, kehidupan antar tetangga pun menjadi lebih rukun dan damai.

9. Saling Mengingatkan

Kemudian, kerjasama berikutnya yang dapat dilakukan oleh umat beragama adalah saling mengingatkan. Adapun mengingatkan disini tentunya dengan cara yang baik dan tidak kasar. Contohnya, saat teman lupa minum air saat berpuasa maka teman berbeda agama dapat mengingatkannya. Contoh lainnya yaitu saat tiba waktu ibadah maka yang lainnya juga bisa memberitahukan supaya tidak lupa.

10. Menjaga Keamanan Lingkungan

Di dalam lingkungan tempat tinggal tentunya terdapat jenis orang yang berbeda-beda. Contoh kerjasama dalam umat beragama selanjutnya yaitu saling menjaga keamanan di lingkungan tempat tinggalnya. Caranya adalah dengan membuat jadwal ronda sehingga lingkungan sekitar akan menjadi lebih aman dan nyaman.

Demikianlah contoh kerjasama antar umat beragama yang bisa dilaksanakan dengan mudah. Dengan saling bekerja sama, maka kehidupan pun akan menjadi lebih mudah. Selain itu, lingkungan akan menjadi lebih aman dan terhindar dari gesekan yang tidak diinginkan.