Contoh konflik dalam kehidupan sehari hari dan penyelesaiannya

Mediakasasi.com-- Konflik sosial merupakan fenomena di masyarakat yang biasa muncul saat perbedaan antarindividu ataupun kelompok tidak dapat didamaikan. Meskipun penyebab utama konflik sosial adalah perbedaan di tengah masyarakat, banyak faktor yang bisa terkait dengannya.

Sebagai gejala sosial, konflik sebenarnya hal yang wajar terjadi dalam setiap masyarakat. Sebab, setiap individu atau kelompok punya keinginan meningkatkan kesejahteraan, kekuasaan, prestise, dukungan sosial, hingga mengakses berbagai sumber daya.

Saat individu atau kelompok punya keinginan yang sama dengan individu atau kelompok lainnya, sementara keinginan tersebut terkait dengan sumber daya yang langka, lahirlah kompetisi.

Adapun proses kompetisi yang berlebihan bisa berujung pada konflik. Sama halnya ketika individu atau kelompok punya keinginan berbeda dengan individu kelompok lain, perselisihan akan lahir.

Perselisihan tersebut bisa berujung pada konflik jika tak terdamaikan.

Sementara dalam ilmu sosiologi, konflik sosial dipahami sebagai bentuk salah satu dampak proses interaksi sosial.

Interaksi sosial dianggap bisa membawa efek asosiatif atau mempererat hubungan antarindividu di masyarakat, dan juga bisa memunculkan dampak disosiatif, merenggangkan hubungan.

Contoh bentuk asosiatif adalah kerja sama. Adapun contoh bentuk disosiatif yaitu konflik, demikian seperti dikutip dari Rumah Belajar Kemdikbud.

Ada banyak cara pandang terhadap konflik sosial di sosiologi. Maka itu, konflik sosial juga tidak selalu dinilai sebagai hal yang negatif.

Dalam kehidupan masyarakat, konflik juga dapat berupa proses instrumental yang mengarah pada pembentukan, penyatuan dan pemeliharaan struktur sosial serta dapat menetapkan dan menjaga garis batas antara dua atau lebih kelompok.

Bahkan dengan konflik, kelompok dapat memperkuat kembali identitas dan solidaritas di antara anggotanya.

Di sisi lain, ada banyak macam jenis konflik sosial di masyarakat. Macam-macam konflik sosial itu terbagi dalam berbagai kategori. Perinciannya bisa dicermati dalam pemaparan berikut ini.

1. Konflik sosial berdasarkan posisi pelaku Berdasarkan posisi pelaku, konflik sosial bisa dibedakan jadi 2 macam.

Keduanya: konflik vertikal dan konflik horizontal.

Konflik horizontal adalah konflik antarpihak yang derajat atau kedudukannya sama. Contoh konflik sosial ini adalah pertikaian dengan kekerasan antarsuku, atau tawuran antarwarga beda kampung.

Sementara konflik vertikal adalah konflik yang melibatkan pihak yang kedudukannya tidak sejajar. Contoh konflik vertikal adalah bentrok polisi dan masyarakat yang menolak digusur.

2. Konflik sosial berdasarkan sifat pelaku

Berdasarkan sifat pelaku, konflik sosial bisa dibedakan menjadi konflik terbuka dan tertutup.

Kedua jenis ini berbeda dari segi penampakan konfliknya. Untuk yang pertama, yakni konflik terbuka, adalah konflik sosial yang diketahui oleh semua orang. Jadi, konflik itu tidak hanya diketahui oleh pihak yang terlibat, tapi juga khalayak umum yang tak terkait dengannya.

Contoh konflik sosial terbuka ialah demonstrasi buruh, demonstrasi mahasiswa pada 1998, demo aktivis dan mahasiswa menolak Omnibus Law, dan sejenisnya.

Sementara konflik tertutup merupakan konflik yang diketahui oleh beberapa pihak saja, misalnya oleh pihak yang terkait saja.

Contohnya, pemberian gaji pada karyawan WNI dengan karyawan WNA di suatu perusahaan tidak sama, padahal peran keduanya dalam bekerja setara.

Namun, konflik sosial ini belum muncul ke permukaan sehingga tidak diketahui oleh siapapun di luar perusahaan.

3. Konflik sosial berdasarkan waktu

Berdasarkan kategori waktu, konflik sosial dibedakan menjadi konflik sesaat (spontan) dan konflik berkelanjutan.

Konflik sesaat dapat terjadi dalam waktu singkat atau sesaat saja karena adanya kesalahpahaman antara pihak yang berkonflik.

Contohnya: bentrok antarwarga karena masalah salah paham. Sedangkan konflik berkelanjutan terjadi dalam waktu yang lama dan sulit untuk diselesaikan. Hal ini bisa dilihat contohnya pada konflik antarsuku yang berkepanjangan.

4. Konflik sosial berdasarkan tujuan organisasi

Jika dilihat berdarkan tujuan organisasi, macam-macam konflik sosial bisa dipilah menjadi konflik fungsional dan disfungsional.

Konflik fungsional merupakan konflik yang mendukung tercapainya tujuan organisasi dan bersifat konstruktif.

Contohnya, persaingan antara organisasi pramuka dan OSIS di sebuah sekolah yang lantas mendorong masing-masing kelompok berlomba dalam meraih prestasi.

Adapun konflik disfungsional adalah konflik yang menghambat tercapainya tujuan suatu organisasi dan bersifat destruktif (merusak).

Contohnya adalah konflik perebutan posisi ketua satu organisasi yang berujung pada perpecahan pengurus, bahkan mungkin sampai memicu bentrok kekerasan.

5. Konflik sosial berdasarkan pengendaliannya

Apabila ditelisik berdasarkan pengendaliannya, konflik sosial dapat dikategorikan jenisnya menjadi 4, yakni konflik terkendali, konflik tidak terkendali, konflik sistematis, dan konflik nonsistematis.

Pertama, konflik terkendali terjadi saat pihak-pihak yang terlibat dapat mengendalikannya dengan baik, sehingga perselisihan tidak menyebar dan membesar dengan cepat.

Contohnya, konflik antara karyawan dengan perusahaan mengenai nilai gaji. Kemudian konflik itu ditengahi oleh Dinas Tenaga Kerja melalui proses mediasi, dan akhirnya terjadi kesepakatan.

Kedua, konflik tidak terkendali merupakan konflik sosial yang menimbulkan akibat yang tak dapat dikendalikan oleh pihak-pihak yang terkait, sehingga berujung pada aksi kekerasan.

Contoh jenis ini adalah bentrok dengan kekerasan antara polisi dan massa demonstrasi.

Ketiga, konflik nonsistematis dapat terjadi walaupun tanpa perencanaan dan keinginan menang yang kuat.

Pihak yang terlibat konflik tidak menganalisis bagaimana konflik bisa dikendalikan atau memperoleh hasil yang memuaskan.

Contoh konflik nonsistematis adalah perkelahian antarkelompok pelajar yang tiba-tiba saja terjadi, hanya karena kasus senggolan motor di jalan.

Keempat, konflik sistematis terjadi karena ada perencanaan yang disusun sebelumnya. Tidak cuma agar tujuan tercapai, tapi juga dengan strategi tertentu supaya salah satu pihak pemenang dapat menguasai pihak lain.

Untuk memenangkan konflik, pihak yang berkonflik merencanakan cara untuk dapat menundukkan dan menguasai lawan.

Contoh konflik sistematis ini bisa terlihat pada pertikaian antarpartai politik, atau antarkelompok organisasi kemasyarakatan (ormas).

Pengertian Konflik – Di dalam kehidupan sehari-hari, tentunya kita semua tidak akan pernah lepas dari yang namanya konflik. Hal tersebut terjadi lantaran manusia sendiri adalah makhluk sosial yang akan selalu berinteraksi satu sama lain. Konflik disini adalah proses sosial yang mana salah satu pihak akan berupaya menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkannya.

Permasalahan tersebut bisa saja terjadi diantara individu dengan individu, individu dengan suatu kelompok, atau kelompok dengan kelompok lain. Umumnya, konflik dapat terjadi karena adanya perbedaan suatu interaksi yang menyebabkan terjadinya pertentangan. Pada intinya, konflik itu tak hanya akan membawa dampak negatif saja, tapi terkadang juga akan membawa dampak yang positif. Nah, supaya tidak bingung, dalam artikel ini kita akan membahas lebih dalam mengenai pengertian konflik dan beberapa penyebab serta contohnya di kehidupan sehari-hari. Apa saja ya kira-kira? Yuk simak pembahasannya di bawah ini.

Apa Itu Konflik?

Sebelum membahas tentang konflik lebih dalam, yuk kita bahas terlebih dulu mengenai pengertian konflik. Apakah diantara kamu ada yang sudah mengetahui apa itu konflik? Jadi, secara etimologis, kata konflik berasal dari Bahasa Latin yaitu “con” dan “figere”. Dimana kata “con” mempunyai arti bersama, sedangkan “figere” mempunyai arti memukul. Di dalam KBBI, entri “konflik” diartikan sebagai percekcokan, perselisihan, dan pertentangan. Sehingga bisa kota simpulkan bahwa konflik merupakan suatu kondisi ketika ada dua ataupun lebih pandangan, kepercayaan, keinginan, kepentingan, kebutuhan yang berbeda, nilai, tidak selaras, berseberangan, dan tidak sejalan.

Di dalam materi Sosiologi yang membahas mengenai konflik, kata tersebut lebih diartikan sebagai suatu proses sosial yang terjadi di antara dua orang ataupun kelompok yang berupaya saling menyingkirkan satu sama lain dengan membuat seseorang atau kelompok lain tidak berdaya atau bahkan dengan cara menghancurkan orang atau kelompok lain.

Umumnya, konflik akan timbul dari adanya perbedaan yang ada di dalam kehidupan sehari-hari seperti halnya perbedaan budaya, fisik, kepentingan, nilai, kebutuhan, emosi, dan pola-pola perilaku antar individu maupun kelompok yang ada di dalam masyarakat. Perbedaan-perbedaan tersebut bisa memuncak menjadi sebuah konflik sosial ketika sistem sosial masyarakatnya tidak bisa mengakomodasi perbedaan yang ada di dalam masyarakat itu sendiri.

Seperti yang biasanya terjadi di sekeliling kita, konflik memang tidak bisa dihindari dari dinamika kehidupan sosial. Dalam teori konflik tersebut, kondisi masyarakat yang bersifat plural memang akan terjadi ketidakseimbangan distribusi kekuasaan atau authority. Sehingga akan selalu ada kelompok sosial yang saling berkompetisi dalam merebut pengaruh yang ada di dalam suatu masyarakat. Dari adanya persaingan tersebut, lalu akan muncul kelompok yang paling berkuasa atas kelompok lainnya. Biasanya, kelompok yang merasa paling berkuasa adalah kelompok elit. Sehingga bisa membuat sebuah peraturan yang bersifat membela kepentingan kelompoknya sendiri.

Peraturan yang dibuat oleh kelompok yang berkuasa tersebut bisa berupa hukum yang bersifat mengikat kelompok sosial lainnya supaya tetap patuh. Persaingan yang terjadi di antara kedua atau lebih kelompok inilah yang nantinya akan menyebabkan terjadinya konflik sosial di dalam masyarakat.

Contoh konflik dalam kehidupan sehari hari dan penyelesaiannya

Contoh konflik dalam kehidupan sehari hari dan penyelesaiannya

Pengertian Konflik Menurut Para Ahli

Supaya kamu bisa lebih paham mengenai materi konflik. Berikut ini adalah beberapa pengertian konflik menurut para ahli:

a. Alo Liliweri

Konflik adalah suatu bentuk pertentangan alamiah yang berasal dari individu ataupun kelompok karena mereka terlibat mempunyai perbedaan kepercayaan, sikap, kebutuhan, dan nilai.

b. De Moor

Dalam sebuah sistem sosial, bisa dikatakan ada konflik jika para penghuni sistem tersebut membiarkan dirinya atau kelompoknya dibimbing oleh tujuan atau nilai yang bertentangan dan hal tersebut terjadi secara besar-besaran.

c. Dean G. Pruitt dan Jeffrey Z. Rubin

Istilah “conflict” dalam bahasa aslinya mempunyai arti sebagai perkelahian, peperangan, dan perjuangan yang berbentuk konfrontasi fisik antara beberapa pihak.

Contoh konflik dalam kehidupan sehari hari dan penyelesaiannya

d. Lewis A. Coser

Konflik merupakan suatu perjuangan tentang nilai atau tuntutan atas status, kekuasaan, bertujuan untuk menetralkan, mencederai, dan melenyapkan lawan.

e. M.Z Lawang

Konflik adalah suatu bentuk perjuangan untuk mendapatkan status, nilai, dan juga kekuasaan saat tujuan dari pihak yang berkonflik tak hanya memperoleh keuntungan, namun juga menundukkan saingannya.

Konflik merupakan suatu perjuangan untuk mendapatkan hal-hal yang langka seperti status, nilai, kekuasaan, dan lain sebagainya. Tujuan dari adanya konflik tersebut tidak hanya untuk mendapatkan kemenangan, tapi juga untuk menundukkan pesaing atau lawannya.

g. Soerjono Soekanto

Konflik sebagai salah satu proses sosial individu per individu atau kelompok manusia yang berupaya memenuhi kebutuhannya dengan cara menentang pihak lawan yang disertai dengan kekerasan ataupun ancaman.

Contoh konflik dalam kehidupan sehari hari dan penyelesaiannya

Contoh konflik dalam kehidupan sehari hari dan penyelesaiannya

Contoh konflik dalam kehidupan sehari hari dan penyelesaiannya

Contoh konflik dalam kehidupan sehari hari dan penyelesaiannya

Contoh konflik dalam kehidupan sehari hari dan penyelesaiannya

Contoh konflik dalam kehidupan sehari hari dan penyelesaiannya

Faktor Penyebab Konflik

Di bawah ini adalah beberapa faktor penyebab konflik, antara lain:

1. Perbedaan Individu

Perbedaaan individu yang dimaksud yaitu meliputi perbedaan perasaan dan pendirian. Dimana setiap manusia adalah individu yang unik. Ini artinya, setiap orang mempunyai pendirian dan perasaan yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan tersebut tetaplah menjadi suatu hal ataupun kawasan yang nyata itu meraih menjadi salah satu faktor penyebab konflik sosial. Sebab, dalam menjalani suatu hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya saja, saat berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu saja perasaan setiap orang akan berbeda-beda. Terdapat yang merasa terganggu karena berisik, tapi juga ada yang merasa terhibur.

2. Perbedaan Latar Belakang Kebudayaan Sehingga Menciptakan Pribadi yang Berbeda

Beberapa orang mungkin akan terpengaruh dengan pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda-beda itu pada akhirnya dapat memicu konflik.

3. Perbedaan Kepentingan Antara Individu dan Kelompok

Setiap orang pasti memiliki perasaan, pendirian atau latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok mempunyai kepentingan yang berbeda-beda. Terkadang, orang-orang melakukan hal yang serupa, namun memiliki tujuan yang berbeda-beda.

Misalnya saja, terkait perbedaan kepentingan dalam pemanfaatan hutan. Dimana para tokoh masyarakat menganggap bahwa hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka. Sehingga harus dijaga kelestariannya dan tidak boleh ditebang secara sembarangan. Sementara untuk para petani, mereka justru memilih untuk menebang pohon karena menganggap pohon-pohon tersebut menjadi penghalang untuk mereka dalam membuat kebun dan ladang.

Untuk para pengusaha kayu, mereka menebang pohon dan kemudian diekspor untuk memperoleh uang lalu membuka pekerjaan. Sedangkan untuk pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan yang harus dilestarikan. Dari sini bisa kita lihat bahwa ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dan kelompok lainnya. Hingga hal tersebut akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat.

Perubahan merupakan sesuatu yang wajar terjadi. Tapi bila perubahan tersebut berlangsung secara cepat dan mendadak, maka perubahan itu dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya saja, di dalam masyarakat pedesaan yang mengalami suatu proses industrialisasi yang cukup mendadak, maka hal itu tentu akan memunculkan konflik sosial. Sebab, nilai-nilai lama yang sudah ada di dalam masyarakat tradisional yang umumnya bercorak pertanian secara mendadak berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri.

Contoh konflik dalam kehidupan sehari hari dan penyelesaiannya

Contoh konflik dalam kehidupan sehari hari dan penyelesaiannya

Contoh konflik dalam kehidupan sehari hari dan penyelesaiannya

Contoh konflik dalam kehidupan sehari hari dan penyelesaiannya

Contoh konflik dalam kehidupan sehari hari dan penyelesaiannya

Dimana nilai-nilai yang berubah tersebut diantaranya adalah nilai gotong royong yang berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan gaji yang disesuaikan berdasarkan jenis pekerjaan mereka. Kemudian hubungan kekerabatan berubah menjadi hubungan struktural yang disusun di dalam suatu organisasi formal perusahaan. Perubahan-perubahan yang terjadi secara mendadak, tentu akan membuat goncangan di dalam proses sosial di dalam masyarakatnya. Bahkan akan muncul upaya penolakan pada bentuk perubahan, karena dinilai mengacaukan tatanan kehidupan yang sudah ada sebelumnya.

Contoh konflik dalam kehidupan sehari hari dan penyelesaiannya

Contoh konflik dalam kehidupan sehari hari dan penyelesaiannya

Jenis-Jenis Konflik

Berikut ini adalah beberapa jenis konflik yang biasa kita temukan di dalam kehidupan bermasyarakat.

1. Konflik Pribadi

Jenis konflik yang pertama adalah konflik pribadi. Dimana konflik pribadi adalah salah satu jenis konflik yang terjadi antara individu dengan individu ataupun dengan kelompok masyarakat. Salah satu penyebab adanya konflik pribadi adalah karena adanya perbedaan cara pandang antar individu yang berkaitan dengan persoalan yang serupa. Jenis konflik yang satu ini sangat sering terjadi di dalam pertemanan, keluarga, dunia kerja, dan lain sebagainya. Salah satu contoh dari konflik pribadi adalah ketika sebuah keluarga beradu argumen tentang pembagian hak waris atau warisan.

2. Konflik Agama

Jenis konflik berikutnya adalah konflik agama. Konflik agama merupakan suatu konflik yang terjadi antara kelompok yang mempunyai agama serta keyakinan yang berbeda.Sebagian besar masyarakat menilai bahwa agama sebagai salah satu tuntunan dan juga pedoman hidup yang harus diikuti secara mutlak. Sehingga apapun yang berbeda dan tidak sesuai dengan agama yang mereka anut, maka akan dianggap sebagai masalah lalu hal itu akan memicu terjadinya konflik.

Contoh dari konflik agama adalah konflik yang terjadi di Poso. Dimana konflik antara dua agama tersebut telah terjadi selama bertahun-tahun. Konflik tersebut terjadi karena Poso pada saat itu dipenuhi dengan penduduk yang beragama Islam. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, banyak orang yang menganut agama Kristen masuk ke wilayah Poso dan menjadi dominan. Tapi pada akhirnya, konflik tersebut bisa diselesaikan melalui mediasi.

3. Konflik Rasial

Konflik rasial adalah jenis konflik yang terjadi antara ras yang berbeda. Dimana konflik ras akan terjadi saat masing-masing ras merasa lebih unggul dan mengutamakan kepentingan kelompoknya sendiri. Untuk contoh dari konflik rasial yaitu seperti konflik antara pemuda kulit putih dan pemuda kulit hitam. Pastinya hal itu sangat meresahkan dan menyebabkan adanya perpecahan. Jenis konflik rasial ini sering terjadi di Indonesia.

4. Konflik Antar Kelas Sosial

Jenis konflik selanjutnya adalah konflik antar kelas sosial. Dimana konflik jenis ini dikenal dengan konflik vertikal, yang mana bisa muncul karena adanya suatu perbedaan kepentingan di antara kelas-kelas yang ada di dalam masyarakat. Untuk contoh dari jenis konflik yang satu ini adalah adanya demo yang terjadi antara karyawan dan perusahaan, dimana para karyawan menuntut untuk kenaikan gaji.

5. Konflik Sosial

Adanya kelompok kelas di dalam sebuah masyarakat akan sangat berpotensi memicu terjadinya konflik. Perebutan dan juga upaya untuk mempertahankan status dan peran di dalam kelompok masyarakat kerap kali menimbulkan konflik. Contoh dari konflik yang satu ini yaitu antara kelompok kaya dan kelompok miskin yang saling merebutkan kekuasaan di dalam kursi politik.

6. Konflik Politik

Konflik politik adalah salah satu jenis konflik yang terjadi karena adanya perbedaan pandangan di dalam kehidupan politik. konflik tersebut terjadi karena masing-masing kelompok ingin berkuasa di dalam sebuah sistem pemerintahan. Contoh dari konflik ini yaitu pemberontakan PKI di Madiun, Pemberontakan 30S/PKI, dan pemberontakan DI/TII. Bahkan, sekarang ini masih banyak konflik politik yang terjadi ketika menjelang pemilu.

7. Konflik Internasional

Konflik internasional adalah jenis konflik yang melibatkan berbagai macam kelompok negara karena adanya perbedaan kepentingan masing-masing negara. Salah satu contoh dari konflik internasional adalah antara Korea Utara dan Korea Selatan, ISIS, serta negara-negara lain yang melakukan peperangan.

Contoh konflik dalam kehidupan sehari hari dan penyelesaiannya

Contoh konflik dalam kehidupan sehari hari dan penyelesaiannya

8. Penyebab Konflik

Konflik dapat terjadi karena adanya suatu penyebab. Sehingga akan menimbulkan suatu konflik. Adapun beberapa penyebab konflik secara menyeluruh diantaranya:

-Perbedaan individu

Penyebab terjadinya konflik yang pertama adalah karena adanya perbedaan individu dan perasaan yang berbeda-beda. Dimana biasanya terdapat perbedaan perasaan dan pendirian terhadap suatu hal ataupun lingkungan yang nyata. Hal tersebut bisa menjadi salah satu penyebab adanya konflik sosial.

-Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok

Penyebab konflik berikutnya adalah perbedaan kepentingan antara individu dan suatu kelompok. Hal tersebut terjadi karena tidak semua orang memiliki kepentingan yang sama.

-Perbedaan latar belakang kebudayaan

Beberapa orang akan terpengaruh dengan pola pemilikan dan juga pendirian dari kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda-beda itu pada akhirnya akan memicu adanya perbedaan yang bisa menimbulkan suatu konflik.

-Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat

Seperti yang sudah dijelaskan diatas, bahwa perubahan yang terjadi secara mendadak di suatu masyarakat berpotensi memicu adanya konflik. Sebab, hal itu terjadi karena ketidaksiapan masyarakat dalam menghadapi suatu perubahan secara drastis.

Cara Mengatasi Konflik

Di bawah ini adalah beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk mengatasi suatu konflik.

1. Kompetisi

Penyelesaian konflik yang berbentuk kompetisi biasanya dikenal dengan istilah win-lose orientation. Dimana proses penyelesaian ini menggambarkan satu pihak yang mengorbankan pihak lain.

2. Akomodasi

Penyelesaian konflik jenis ini akan menggambarkan suatu kompetisi bayangan cermin yang akan memberikan keseluruhan penyelesaian pada pihak lain tanpa adanya upaya untuk memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses itu biasanya dikenal dengan taktik perdamaian.

3. Sharing

Dalam proses penyelesaian konflik jenis ini, satu pihak akan memberi dan pihak lain akan menerima sesuatu. Keduanya memiliki pikiran yang moderat, tidak lengkap, tapi memuaskan.

4. Kolaborasi

Ini adalah salah satu bentuk upaya menyelesaikan konflik yang bisa memuaskan kedua belah pihak. Upaya tersebut adalah pendekatan pemecahan masalah yang membutuhkan integrasi dari kedua pihak.

5. Penghindaran

Penyelesaian konflik ini biasanya menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok yang bersangkutan. Kondisi tersebut menggambarkan penarikan kepentingan kelompok lain.

Contoh konflik dalam kehidupan sehari hari dan penyelesaiannya

Contoh konflik dalam kehidupan sehari hari dan penyelesaiannya

Contoh Konflik

Contoh konflik yang seringkali kita temukan di dalam kehidupan sehari-hari adalah konflik tentang anak-anak yang putus sekolah karena harus membantu orang tuanya bekerja.Kondisi tersebut harus menjadi salah satu perhatian pihak pemerintah karena anak-anak yang berusia wajib belajar perlu menyelesaikan pendidikannya hingga tamat. Berdasarkan survei anak usia 10 sampai 17 tahun yang sudah bekerja, seperti yang dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik di tahun 2006.

Tercatat sebanyak 2,8 juta anak sudah menjadi pekerja. Dari hasil studi tersebut, ditemukan bahwa anak-anak yang berusia 9 hingga 15 tahun sudah terlibat ke dalam berbagai jenis pekerjaan. Dimana hal itu telah berakibat terhadap kesehatan mental, emosional, dan fisik mereka. Awalnya mungkin mereka hanya berniat membantu orang tuanya. Tapi seiring berjalannya waktu, mereka kemudian terjebak menjadi seorang pekerja permanen.

Akhirnya mereka sering bolos sekolah dan memutuskan untuk berhenti sekolah. Untuk anak-anak miskin, Bantuan Operasional Sekolah atau BOS saja tidak cukup. Pemerintah dan sekolah seharusnya memikirkan pemberian beasiswa tambahan untuk membelikan seragam dan juga alat tulis. Supaya anak-anak yang kurang mampu tidak terbebani dengan biaya pendidikan.

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait

Contoh konflik dalam kehidupan sehari hari dan penyelesaiannya

Contoh konflik dalam kehidupan sehari hari dan penyelesaiannya

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Contoh konflik dalam kehidupan sehari hari dan penyelesaiannya