Dalam Bhagawadgita bab yang membahas tentang Karma Yoga adalah bab
Klik Untuk Melihat Jawaban Show #Jawaban di bawah ini, bisa saja salah karena si penjawab bisa saja bukan ahli dalam pertanyaan tersebut. Pastikan mencari jawaban dari berbagai sumber terpercaya, sebelum mengklaim jawaban tersebut adalah benar. Selamat Belajar..# Answered by alviamardianti on Tue, 28 Jun 2022 01:05:24 +0700 with category Sejarah and was viewed by 345 other usersJawaban: Karma Yoga adalah salah satu macam yoga dalam agama Hindu. Filsafat dan penjelasan mengenai Yoga ini diuraikan pada bab ketiga dalam kitab Bhagawadgita, yaitu bab Karma Yoga. Bab tersebut terdiri dari 43 sloka, berisi kotbah Kresna kepada Arjuna yang menguraikan filsafat Hindu mengenai karma (perbuatan; kewajiban) dan phala (hasil; buah). Bab ini merupakan lanjutan dari bab dua, yaitu Samkhya Yoga. Baca Juga: Coba Buat gambar ilustrasi berdasarkan cerita yang anda buat! Apa itu en.dhafi.link?en.dhafi.link Merupakan Website Kesimpulan dari forum tanya jawab online dengan pembahasan seputar pendidikan di indonesia secara umum. website ini gratis 100% tidak dipungut biaya sepeserpun untuk para pelajar di seluruh indonesia. saya harap pembelajaran ini dapat bermanfaat bagi para pelajar yang sedang mencari jawaban dari segala soal di sekolah. Terima Kasih Telah Berkunjung, Semoga sehat selalu.
Karma yoga 3.1Arjuna uvācajyāyasī cet karmaṇas tematā buddhir janārdanatat kiḿ karmaṇi ghore māḿ niyojayasi keśava Arjunaḥ uvāca—Arjuna berkata; jyāyasī—lebih baik; cet—kalau; karmaṇaḥ—daripada perbuatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil; te—oleh Anda; matā—dianggap; buddhiḥ—kecerdasan; janārdana—o Krishna; tat—karena itu; kim—mengapa; karmaṇi—dalam perbuatan; ghore—mengerikan; mām—hamba; niyojayasi—Anda menjadikan sibuk; keśava—o Krishna. Terjemahan Penjelasan 3.2vyāmiśreṇeva vākyenabuddhiḿ mohayasīva metad ekaḿ vada niścitya yena śreyo ‘ham āpnuyām vyāmiśreṇa—oleh sesuatu yang mengandung dua arti; ivā—pasti; vākyena—kata-kata; buddhim—kecerdasan; mohayasi—Anda membingungkan; ivā—pasti; me—milik hamba; tat—karena itu; ekam—hanya satu; vada—mohon memberitahukan; niścitya—menentukan; yena—melalui itu; śreyaḥ—manfaat yang sejati; aham—hamba; āpnuyām—dapat memperoleh. Terjemahan Penjelasan 3.3śrī-bhagavān uvācaloke ‘smin dvi-vidhā niṣṭhāpurā proktā mayānaghajñāna-yogena sāńkhyānāḿ karma-yogena yoginām Śrī-bhagavān uvāca—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; loke—di dunia; asmin—ini; dvi-vidhā—dua jenis; niṣṭhā—keyakinan; purā—tadi; proktā—dikatakan; mayā—oleh-Ku; anagha—wahai yang tidak berdosa; jñāna-yogena—oleh proses pengetahuan untuk menghubungkan; sāńkhyānām—mengenai para filosof yang mendasarkan pengetahuannya pada percobaan; karma-yogena—oleh proses penghubungan bhakti; yoginām—mengenai para penyembah. Terjemahan Penjelasan 3.4 na karmaṇām anārambhānnaiṣkarmyaḿ puruṣo ‘śnutena ca sannyāsanād eva siddhiḿ samadhigacchati na—tidak; karmaṇām—dari tugas-tugas kewajiban yang telah ditetapkan; anārambhāt—dengan tidak melakukan; naiṣkarmyam—kebebasan dari reaksi; puruṣaḥ—seorang manusia; aśnute—mencapai; na—tidak juga; ca—juga; sannyāsanāt—dengan melepaskan ikatan; evā—hanya; siddhim—sukses; samadhigacchati—mencapai. Terjemahan Penjelasan 3.5 na hi kaścit kṣaṇam apijātu tiṣṭhaty akarma-kṛtkāryate hy avaśaḥ karma sarvaḥ prakṛti-jair guṇaiḥ na—tidak juga; hi—pasti; kaścit—siapapun; kṣaṇam—satu saat; api—juga; jātu——pada suatu waktu; tiṣṭhati—tetap; akarma-kṛt—tanpa melakukan sesuatu; kāryate—dipaksakan melakukan; hi—pasti; avāsaḥ—tidak berdaya; karma—pekerjaan; sarvaḥ—segala; prakṛti-jaiḥ—di lahirkan dari sifat-sifat alam material; guṇaiḥ—oleh sifat-sifat. Terjemahan Penjelasan tyaktvā sva-dharmaḿ caraṇāmbujaḿ harerbhajann apakvo ‘tha patet tato yadiyatra kva vābhadram abhūd amuṣya kiḿ ko vārtha āpto ‘bhajatāḿ sva-dharmataḥ Kalau seseorang mulai mengikuti kesadaran Krishna, walaupun barangkali dia tidak mengikuti tugas-tugas kewajiban yang telah ditetapkan dalam śastra-śastra, atau melaksanakan bhakti dengan cara yang sebenarnya, dan walaupun barangkali ia jatuh dari standar, namun tidak ada kerugian maupun hal yang buruk baginya. Sedangkan kalau dia melaksanakan segala peraturan untuk penyucian diri di dalam śastra-śastra, apa gunanya kalau dia tidak sadar akan Krishna?” Karena itu, proses penyucian diri diperlukan untuk mencapai tingkat kesadaran Krishna. Karena itu, sannyāsa, atau proses penyucian diri mana pun, adalah untuk membantu seseorang mencapai tujuan tertinggi, yaitu menjadi sadar akan Krishna, dan tanpa menjadi sadar akan Krishna, segala sesuatu dianggap gagal. 3.6 karmendriyāṇi saḿyamyaya āste manasā smaranindriyārthān vimūḍhātmā mithyācāraḥ sa ucyate karma-indriyāṇi—lima indera yang bekerja; saḿyamya—mengendalikan; yah—siapapun yang; aste—tetap; manasā—oleh pikiran; smaran—berpikir tentang; indriya-arthān—obyek-obyek indera; vimūḍha—bodoh; ātmā—roh; mithyā-ācāraḥ—orang yang berpura-pura; saḥ—dia; ucyate—disebut.Terjemahan Orang yang mengekang indera-indera yang bekerja tetapi pikirannya merenungkan obyek-obyek indera pasti menipu Diri-Nya sendiri dan disebut orang yang berpura-pura. Penjelasan 3.7 yas tv indriyāṇi manasāniyamyārabhate ‘rjunakarmendriyaiḥ karma-yogam asaktaḥ sa viśiṣyate yaḥ—orang yang; tu—tetapi; indriyāṇi—indera-indera; manasā—oleh pikiran; niyamya—mengatur; ārabhate—memulai; Arjuna—wahai Arjuna; karma-indriyaiḥ—oleh indera-indera yang giat; karma-yogam—bhakti; asaktaḥ—tanpa ikatan; saḥ— dia; viśiṣyate—jauh lebih maju. Terjemahan Penjelasan 3.8 niyataḿ kuru karma tvaḿkarma jyāyo hy akarmaṇaḥśarīra-yātrāpi ca te na prasiddhyed akarmaṇaḥ niyatam—ditetapkan; kuru—lakukanlah; karma—tugas kewajiban; tvām—engkau; karma—pekerjaan; jyāyaḥ—lebih baik; hi—pasti; akarmaṇaḥ—daripada tidak bekerja; śarīra—jasmani; yātrā—pemeliharaan; api—walaupun; ca—juga; te—milik engkau; na—tidak pernah; prasiddhyet—dilaksanakan; akarmaṇaḥ—tanpa bekerja. Terjemahan Penjelasan 3.9 yajñārthāt karmaṇo ‘nyatraloko ‘yaḿ karma-bandhanaḥtad-arthaḿ karma kaunteya mukta-sańgaḥ samācara yajña-arthāt—dilakukan hanya demi yajñā, atau untuk Visnu; karmaṇaḥ—daripada pekerjaan; anyatra—selain itu; lokaḥ—dunia; ayam—ini; karma-bandhanaḥ—ikatan oleh pekerjaan; tat—mengenai Beliau; artham—demi; karma—pekerjaan; kaunteya—wahai putera Kuntī ; mukta-sańgaḥ—pembebasan dari hubungan; samācara—lakukanlah secara sempurna. Terjemahan PenjelasanUntuk memelihara badan secara sederhana sekalipun seseorang harus bekerja. Karena itu, tugas-tugas kewajiban yang telah ditetapkan untuk kedudukan dan sifat tertentu dalam masyarakat sudah dibuat sedemikian rupa agar tujuan itu dapat dipenuhi. yajñā berarti Sri Visnu, atau pelaksanaan korban suci. Segala pelaksanaan korban suci juga dimaksudkan untuk memuaskan Sri Visnu. Dalam Veda diajarkan: yajñā vai Visnu. Dengan kata lain, tujuan yang sama dipenuhi, baik seseorang melakukan yajñā yang ditetapkan maupun mengabdikan diri kepada Sri Visnu secara langsung. Karena itu, kesadaran Krishna adalah pelaksanaan yajñā sebagaimana dianjurkan dalam ayat ini. Lembaga varnasrama juga bertujuan untuk memuaskan Sri Visnu. Varnasramacaravata purusena parah puman/ Visnur aradhyate (Visnu Purana 3.8.8). Karena itu, seseorang harus bekerja untuk memuaskan Visnu. Pekerjaan lain yang dilakukan di dunia material ini akan mengakibatkan ikatan, sebab pekerjaan baik maupun buruk mempunyai reaksi, dan reaksi mana pun mengikat pelaksana pekerjaan. Karena itu, seseorang harus bekerja dalam kesadaran Krishna untuk memuaskan Krishna atau Visnu. Selama seseorang melaksanakan kegiatan seperti itu, ia berada pada tingkat pembebasan. Inilah ilmu yang mulia untuk melakukan pekerjaan. Pada tahap permulaan, proses tersebut memerlukan bimbingan yang ahli sekali. Karena itu, hendaknya seseorang bertindak dengan rajin sekali, di bawah bimbingan seorang penyembah Krishna yang ahli, atau di bawah perintah Sri Krishna Sendiri secara langsung (Arjuna sempat bekerja di bawah Sri Krishna Sendiri). Hendaknya seseorang jangan berbuat sesuatu demi kepuasan indera-indera, melainkan hendaknya segala sesuatu dilakukan untuk memuaskan Krishna. Latihan tersebut tidak hanya akan menyelamatkan seseorang dari reaksi pekerjaan, tetapi juga berangsur-angsur mengangkat Diri-Nya sampai tingkat cinta-bhakti rohani kepada Tuhan, satu-satunya kegiatan yang dapat mengangkat Diri-Nya sampai kerajaan Tuhan. 3.10 saha-yajñāḥ prajāḥ sṛṣṭvāpurovāca prajāpatiḥanena prasaviṣyadhvam eṣa vo ‘stv iṣṭa-kāma-dhuk saha— beserta; yajñaḥ—korban-korban suci; prajāḥ—generasigenerasi; sṛṣṭvā—menciptakan; purā—pada jaman purbakala; uvāca—bersabda; prajā-patiḥ—penguasa para makhluk hidup; anena—oleh ini; prasaviṣyadhvam—menjadi semakin makmur; eṣaḥ— ini; vaḥ—milik engkau; astu—agar ada; iṣṭa—segala benda yang diinginkan; kāma-dhuk—yang menganugerahkan. Terjemahan PenjelasanCiptaan material yang disediakan oleh Penguasa seluruh makhluk hidup (Visnu) adalah sebagai kesempatan yang ditawarkan kepada roh-roh yang terikat untuk pulang—kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa. Semua makhluk hidup dalam ciptaan meterial diikat oleh alam material karena mereka lupa akan hubungannya dengan Visnu, atau Krishna, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Prinsip-prinsip Veda dimaksudkan untuk membantu kita dalam usaha mengerti hubungan kekal tersebut, sebagaimana dinyatakan dalam Bhagavad-gita: vedais ca sarvair aham eva vedyah. Krishna menyatakan bahwa maksud Veda ialah untuk mengerti tentang Krishna. Dalam mantra-mantra Veda dinyatakan: patim visvasyātmesvaram. Karena itu, Penguasa para makhluk hidup ialah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Visnu. Dalam Srimad-Bhagavatam (2.4.20) Srila Sukadeva Gosvami menguraikan tentang Tuhan sebagai pati dengan banyak cara:śriyaḥ patir yajña-patiḥ prajā-patirdhiyāḿ patir loka-patir dharā-patiḥpatir gatiś cāndhaka-vṛṣṇi-sātvatāḿprasīdatāḿ me bhagavān satāḿ patiḥPrājā pati adalah Sri Visnu, Sri Visnu adalah Penguasa semua makhluk hidup, semua dunia, dan semua keindahan, dan Pelindung semua makhluk. Tuhan menciptakan dunia material ini untuk memungkinkan roh-roh yang terikat mempelajari cara melakukan yajñā (korban-korban suci) demi kepuasan Visnu, supaya selama berada di dunia material mereka dapat hidup dengan cara yang sangat menyenangkan tanpa kecemasan dan sesudah badan material yang dihuninya sekarang berakhir, mereka dapat memasuki kerajaan Tuhan. Itulah seluruh acara bagi roh yang terikat. Dengan pelaksanaan yajñā, roh-roh yang terikat berangsur-angsur menjadi sadar akan Krishna dan menjadi suci dalam segala hal. Pada jaman Kali ini, sankirtana yajñā (memuji nama-nama suci Tuhan) dianjurkan oleh Kitab-kitab suci Veda, dan sistem rohani tersebut dimulai oleh Sri Caitanya untuk menyelamatkan semua manusia pada jaman ini. Sankirtana yajñā dan kesadaran Krishna cocok satu sama lain. Sri Krishna dalam bentuk Beliau sebagai penyembah (sebagai Sri Caitanya) disebut dalam Srimad-Bhagavatam (11.5.29), dengan menyebutkan sankirtana yajñā secara khusus, sebagai berikut:kṛṣṇa-varṇaḿ tviṣākṛṣṇaḿsāńgopāńgāstra-pārṣadamyajñaiḥ sańkīrtana-prāyairyajanti hi su-medhasaḥ Pada jaman Kali, orang yang cukup cerdas akan menyembah Tuhan, diiringi oleh rekan-rekan Beliau, dengan melaksanakan sankirtana yajñā.” yajñā-yajñā lain yang dianjurkan dalam kesusasteraan Veda tidak mudah dilakukan pada jaman Kali ini, tetapi sankirtana yajñā mudah dan mulia untuk segala tujuan, sebagaimana dianjurkan dalam Bhagavad-gita (9.14). 3.11 devān bhāvayatānenate devā bhāvayantu vaḥparasparaḿ bhāvayantaḥ śreyaḥ param avāpsyātha devān—para dewa-dewa; bhāvayatā—sesudah dipuaskan; anena—oleh korban suci ini; te—itu; devāḥ—para dewa; bhāvayantu—akan menyenangkan; vaḥ—engkau; parasparam—satu sama lain; bhāvayantaḥ—saling menyenangkan; śreyaḥ—berkat; param—paling utama; avāpsyātha—engkau akan mencapai. Terjemahan Penjelasan 3.12 iṣṭān bhogān hi vo devādāsyante yajña-bhāvitāḥtair dattān apradāyaibhyo yo bhuńkte stena eva saḥ iṣṭān—diinginkan; bhogān—kebutuhan hidup; hi—pasti; vaḥ—kepadamu; devāḥ—para dewa; dāsyante—akan menganugerahkan; yajña-bhāvitāḥ—dengan dipuaskan oleh pelaksanaan korban-korban suci; taiḥ—oleh mereka; dattān—benda-benda yang diberikan; apradāya—tanpa mempersembahkan; ebhyaḥ—kepada dewa-dewa tersebut; yaḥ—orang yang; bhuńkte—menikmati; stenaḥ—pencuri; evā—pasti; saḥ— dia. TerjemahanPara dewa mengurus berbagai kebutuhan hidup. Bila para dewa dipuaskan dengan pelaksanaan yajñā [korban suci], mereka akan menyediakan segala kebutuhan untukmu. Tetapi orang yang menikmati berkat-berkat itu tanpa mempersembahkannya kepada para dewa sebagai balasan pasti adalah pencuri.PenjelasanPara dewa adalah utusan-utusan yang dikuasakan untuk menyediakan bahan atas nama Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Visnu. Karena itu, para dewa harus dipuaskan dengan pelaksanaan yajña-yajna yang sudah ditentukan. Dalam Veda, ada berbagai jenis yajñā yang dilakukan untuk berbagai jenis dewa, tetapi akhirnya semuanya dipersembahkan kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Bagi orang yang tidak mengerti apa itu Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, korban suci kepada para dewa dianjurkan. Menurut pelbagai sifat material orang yang bersangkutan, berbagai jenis yajñā dianjurkan dalam Veda. Sembahyang kepada berbagai dewa juga mempunyai dasar yang sama, yaitu menurut berbagai sifat. Misalnya, dianjurkan agar orang yang makan daging menyembah dewi Kali, bentuk alam material yang mengerikan. Di hadapan dewi Kali, pengorbanan binatang dianjurkan. Bagi orang yang berada dalam sifat kebaikan, sembahyang rohani kepada Visnu dianjurkan. Tapi akhirnya segala yajñā dimaksudkan untuk berangsur-angsur mengangkat seseorang sampai kedudukan rohani. Manusia biasa memerlukan sekurang-kurangnya lima yajñā, yang disebut pancamaha yajñā. Akan tetapi, hendaknya diketahui bahwa segala kebutuhan hidup masyarakat manusia disediakan oleh para dewa sebagai pesuruh-pesuruh Tuhan. Tiada seorangpun yang dapat menyediakan sesuatu. Misalnya, sebagai contoh kita dapat memikirkan pangan masyarakat manusia. Makanan tersebut termasuk biji-bijian, buah-buahan, sayur-sayuran, susu, gula, dan sebagainya bagi orang dalam sifat kebaikan, dan juga makanan untuk orang yang tidak berpantang makan daging, misalnya daging dan sejenisnya. Tidak satupun di antara makanan-makanan itu dapat diciptakan oleh manusia. Demikian juga, panas, cahaya, air, udara, dan sebagainya juga merupakan kebutuhan hidup—tidak satupun di antaranya dapat dibuat oleh masyarakat manusia. Tanpa Tuhan Yang Maha Esa, tidak mungkin ada sinar matahari, sinar bulan, hujan, angin, dan sebagainya yang berlimpah-limpah, dan tanpa unsur-unsur itu tidak seorangpun dapat hidup. Ternyata kehidupan kita tergantung pada persediaan dari Tuhan. Untuk usaha pabrik pun kita membutuhkan begitu banyak bahan baku seperti logam, belerang, air raksa, mangan, dan kebutuhan pokok lainnya. Semua bahan tersebut disediakan oleh para pesuruh Tuhan, dengan maksud agar kita menggunakan bahan-bahan itu dengan cara yang sebenarnya untuk memelihara diri kita dalam keadaan sehat dan kuat dengan tujuan keinsafan diri, dan akhirnya menuju tujuan hidup yang paling utama, yaitu, pembebasan dari perjuangan hidup yang bersifat material. Tujuan hidup tersebut dicapai dengan pelaksanaan yajñā-yajna. Kalau kita lupa tujuan kehidupan hidup manusia dan hanya menerima persediaan dari pesuruh Tuhan demi kepuasan indera-indera dan menjadi semakin terikat dalam kehidupan material, yang tidak merupakan tujuan ciptaan, maka tentu saja kita menjadi pencuri. Karena itu kita dihukum oleh hukum-hukum alam material. Masyarakat pencuri tidak akan pernah berbahagia, sebab mereka tidak mempunyai tujuan hidup. Para pencuri duniawi yang kasar tidak mempunyai tujuan utama dalam kehidupan. Mereka hanya diarahkan menuju kepuasan indera-indera. Mereka juga tidak mempunyai pengetahuan tentang bagaimana cara melakukan yajñā-yajna. Akan tetapi, Sri Caitanya memulai pelaksanaan yajñā yang termudah, yaitu, sankirtana yajñā yang dapat dilakukan oleh siapapun di dunia yang mengakui prinsip-prinsip kesadaran Krishna. 3.13yajña-śiṣṭāśinaḥ santomucyante sarva-kilbiṣaiḥbhuñjate te tv aghaḿ pāpā ye pacanty ātma-kāraṇāt yajña-śiṣṭa—mengenai makanan yang di terima setelah pelaksanaan yajñā; aśinaḥ—orang yang makan; santaḥ—para penyembah; mucyante—mendapat kelegaan; sarva—segala jenis; kilbiṣaiḥ—dari dosa; bhuñjate—menikmati; te—mereka; tu—tetapi; agham—dosa-dosa yang berat; pāpaḥ—orang berbuat dosa; ye—siapa; pacanti—menyiapkan makanan; ātma-kāraṇāt—demi kenikmatan indera-indera.Terjemahan Para penyembah Tuhan dibebaskan dari segala jenis dosa karena mereka makan makanan yang dipersembahkan terlebih dahulu untuk korban suci. Orang lain, yang menyiapkan makanan untuk kenikmatan indera-indera pribadi, sebenarnya hanya makan dosa saja. Penjelasan 3.14annād bhavānti bhūtāniparjanyād anna-sambhavaḥyajñād bhavati parjanyo yajñaḥ karma-samudbhavaḥ annāt—dari biji-bijian; bhavānti—tumbuh; bhūtāni—badan jasmani; parjanyāt—dari hujan; anna—dari biji-bijian sebagai makanan; sambhavaḥ—produksi; yajñāt—dari pelaksanaan yajñā; bhavati—dimungkinkan; parjanyaḥ—hujan; yajñaḥ—pelaksanaan yajñā; karma—tugas kewajiban yang sudah ditetapkan; samudbhavaḥ—dilahirkan dari.TerjemahanSemua badan yang bernyawa hidup dengan cara makan biji-bijian, yang dihasilkan dari hujan. Hujan dihasilkan oleh pelaksanaan yajñā [korban suci] dan yajñā dilahirkan dari tugas kewajiban yang sudah ditetapkan.PenjelasanSrila Baladeva Vidyabhusana, Kepribadian yang mulia yang telah menyusun penjelasan Bhagavad-gita, menulis sebagai berikut: ye indrady-angatayavasthitam yajnam sarvesvaram visnum abhyarcya tac-chesam aśnanti tena tad dehayatram sampadayanti, te santaḥ sarvesvarasya yajna puruṣasya bhaktaḥ sarvakilbisair anadikalaviv‚ddhair atmanubhavaprati bhandhakair nikhilaih papair vimucyante. Tuhan Yang Maha Esa, yang terkenal sebagai yajñāpurusa, atau Penerima pribadi segala korban suci, adalah Penguasa semua dewa, yang mengabdikan diri kepada Beliau seperti aneka anggota badan mengabdikan diri kepada seluruh badan. Para dewa seperti Indra, Candra, dan Varuna adalah petugaspetugas yang diangkat untuk mengurus kegiatan material, dan Veda mengatur korban-korban suci untuk memuaskan dewa-dewa tersebut agar mereka berkenan menyediakan udara, cahaya, dan air secukupnya untuk menghasilkan biji-bijian sebagai bahan pangan. Apabila Sri Krishna disembah, maka para dewa, aneka anggota badan Tuhan, juga disembah dengan sendirinya; karena itu, para dewa tidak perlu disembah secara tersendiri. Dengan alasan inilah, para penyembah Tuhan, yang sadar akan Krishna, mempersembahkan makanan kepada Krishna dan kemudian menerimanya—suatu proses yang memberikan gizi kepada badan secara rohani. Dengan perbuatan seperti itu, bukan hanya reaksi-reaksi dosa dari dahulu di dalam badan dihilangkan, tetapi badan menjadi kebal terhadap segala pengaruh alam material. Apabila ada penyakit menular, suntikan vaksinasi antiseptik melindungi seseorang terhadap serangan penyakit menular seperti itu. Begitu pula, kalau kita menerima makanan yang sudah dipersembahkan kepada Sri Visnu, kita menjadi cukup kebal terhadap kasih sayang material, dan orang yang sudah biasa melatih diri seperti itu disebut seorang penyembah Tuhan. Karena itu, orang yang sadar akan Krishna, yang hanya menikmati makanan yang sudah dipersembahkan kepada Krishna, dapat melawan segala reaksi infeksi-infeksi material dari dahulu, yang merupakan rintangan terhadap kemajuan keinsafan diri. Di pihak lain, orang yang tidak berbuat demikian terus meningkatkan jumlah perbuatan yang berdosa, dan ini menyiapkan badan berikut yang sesuai, misalnya badan babi atau anjing, untuk menderita reaksi-reaksi akibat segala dosa. Dunia material penuh pencemaran, dan orang yang telah diimunisasi dengan cara menerima prasādam dari Tuhan (makanan yang sudah dipersembahkan kepada Visnu) diselamatkan dari serangan, sedangkan orang yang tidak berbuat demikian dipengaruhi oleh pencemaran tersebut. Biji-bijian serta sayur-mayur merupakan bahan pangan. Manusia menerima berbagai jenis biji-bijian, sayur-sayuran, buah-buahan dan sebagainya, menjadi makanan, binatang memakan sisa biji-bijian dan sayur-sayuran, rumput, tumbuhan, dan sebagainya. Manusia yang biasanya memakan daging juga harus bergantung pada penghasilan tetumbuhan agar mereka dapat memakan binatang. Karena itu, akhirnya, kita harus bergantung pada produksi ladang bukanlah pada produksi pabrik-pabrik besar. Produksi ladang disebabkan hujan secukupnya dari langit, dan hujan dikendalikan oleh dewa-dewa seperti Indra, matahari, bulan, dan sebagainya, dan semuanya hamba-hamba Tuhan. Tuhan dapat dipuaskan dengan korban-korban suci; karena itu, orang yang tidak dapat melaksanakan korban-korban suci tersebut akan mengalami kekurangan, demikianlah hukum alam. Karena itu, yajñā, khususnya sankirtana yajñā yang dianjurkan untuk jaman ini, harus dilakukan sekurang-kurangnya untuk menyelamatkan kita dari kekurangan pangan. 3.15karma brahmodbhavaḿ viddhibrahmākṣara-samudbhavamtasmāt sarva-gataḿ brahma nityaḿ yajñe pratiṣṭhitam karma—pekerjaan; brahma—dari Veda; udbhāvam—dihasilkan; viddhi—hendaknya engkau mengetahui; brahma—Veda; akṣara—dari Brahman Yang Paling Utama (Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa); samudbhāvam—diwujudkan secara langsung; tasmāt—karena itu; sarva-gatam—berada di mana-mana; brahma—yang melampaui hal-hal duniawi; nityam—untuk selamanya; yajñe—dalam korban suci; pratiṣṭhitam—terletak. Terjemahan Penjelasan 3.16evaḿ pravartitaḿ cakraḿnānuvartayatīha yaḥaghāyur indriyārāmo moghaḿ pārtha sa jīvati evam—demikian; pravartitam—ditetapkan oleh Veda; cakram—lingkaran; na—tidak; anuvartayāti—mulai mengikuti; iha—dalam hidup ini; yaḥ—orang yang; agha-āyuḥ—yang kehidupannya penuh dosa; indriya-ārāmaḥ—dipuaskan dalam kepuasan indera-indera; mogham—secara tidak berguna; pārtha—wahai putera Pṛthā (Arjuna); saḥ— dia; jīvati—hidup. Terjemahan Penjelasan 3.17yas tv ātma-ratir eva syādātma-tṛptaś ca mānavaḥātmany eva ca santuṣṭas tasya kāryaḿ na vidyāte yaḥ—orang yang; tu—tetapi; ātma-ratiḥ—bersenang hati dalam sang diri; evā—pasti; syāt—tetap; ātma-tṛptaḥ—diterangi sendiri; ca—dan; mānavaḥ—seorang manusia; ātmani—di dalam Diri-Nya; evā—hanya; ca—dan; santuṣṭaḥ—dipuaskan secara sempurna; tasya—milik dia; kāryam—tugas kewajiban; na—tidak; vidyāte—ada. Terjemahan Penjelasan 3.18naiva tasya kṛtenārthonākṛteneha kaścanana cāsya sarva-bhūteṣu kaścid artha-vyapāśrayaḥ na—tidak pernah; evā—pasti; tasya—milik dia; kṛtena—oleh pelaksanaan tugas kewajiban; arthaḥ—tujuan; na—tidak juga; akṛtena—tanpa pelaksanaan tugas kewajiban; iha—di dunia ini; kaścana—apapun; na—tidak pernah; ca—dan; asya—dari dia; sarva-bhūteṣu—di antara semua makhluk hidup; kaścit—apapun; artha—tujuan; vyapāśrayaḥ—berlindung kepada. Terjemahan Penjelasan 3.19tasmād asaktaḥ satataḿkāryaḿ karma samācaraasakto hy ācaran karma param āpnoti pūruṣaḥ tasmāt—karena itu; asaktaḥ—tanpa ikatan; satatam—senantiasa; kāryam—sebagai kewajiban; karma—pekerjaan; samācara—melakukan; asaktaḥ—tidak terikat; hi—pasti; ācaran—melakukan; karma—pekerjaan; param—Yang Mahakuasa; āpnoti—mencapai; puruṣaḥ—seorang manusia. Terjemahan PenjelasanYang Mahakuasa adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bagi para penyembah dan pembebasan bagi orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan. Karena itu, orang yang bertindak demi Krishna, atau dalam kesadaran Krishna, di bawah bimbingan yang benar tanpa ikatan terhadap hasil pekerjaan, pasti maju menuju tujuan hidup yang paling utama. Arjuna diberitahu bahwa sebaiknya ia bertempur dalam Perang Kuruksetra demi kepentingan Krishna karena Krishna ingin supaya Arjuna bertempur. Menjadi orang baik atau orang yang tidak melakukan kekerasan adalah ikatan pribadi, tetapi bertindak atas nama Yang Mahakuasa berarti bertindak tanpa ikatan terhadap hasil. Itulah perbuatan sempurna pada tingkat tertinggi, yang dianjurkan oleh Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna. Ritual-ritual Veda, seperti korban-korban suci yang telah ditetapkan, dilakukan untuk menyucikan kegiatan yang tidak saleh yang telah dilakukan di bidang kepuasan indera-indera. Tetapi perbuatan dalam kesadaran Krishna melampaui reaksi dari pekerjaan yang baik maupun pekerjaan yang buruk. Orang yang sadar akan Krishna tidak terikat terhadap hasil, melainkan ia bertindak atas nama Krishna saja. Dia menekuni segala jenis kegiatan, tetapi dia sama sekali tidak terikat. 3.20karmaṇaiva hi saḿsiddhimāsthitā janakādayaḥloka-sańgraham evāpi sampaśyan kartum arhasi karmaṇā—oleh pekerjaan; evā—walaupun; hi—pasti; saḿsiddhim—di dalam kesempurnaan; āsthitāḥ—terletak; janaka-ādayaḥ—Janaka dan raja-raja lainnya; loka-sańgraham—rakyat umum; evā api—juga; sampaśyan—dengan mempertimbangkan; kartum—bertindak; arhasi—patut bagimu.Terjemahan Raja-raja yang seperti Janaka mencapai kesempurnaan hanya dengan pelaksanaan tugas-tugas kewajiban yang telah ditetapkan. Karena itu, untuk mendidik rakyat umum, hendaknya engkau melakukan pekerjaanmu. PenjelasanRaja-raja seperti Janaka, semua sudah insaf akan diri; karena itu, mereka tidak diwajibkan melakukan tugas-tugas yang telah ditetapkan dalam Veda. Walaupun demikian, mereka melaksanakan segala kegiatan yang telah ditetapkan hanya untuk memberikan contoh untuk rakyat umum. Janaka adalah ayah Sita dan mertua Sri Rāma. Sebagai seorang penyembah Tuhan yang mulia, dia mantap dalam kedudukan rohani, tetapi karena dia menjadi rājā Mithila (sebagian dari propinsi Bihar di India), dia harus mengajarkan para warga negaranya cara melakukan tugas-tugas kewajiban yang telah ditetapkan. Sri Krishna dan Arjuna, kawan Krishna yang kekal, tidak perlu bertempur dalam perang Kuruksetra , tetapi mereka bertempur untuk mengajarkan rakyat umum bahwa kekerasan juga diperlukan bila argumentasi yang baik gagal dilaksanakan. Sebelum perang Kuruksetra , segala upaya telah ditempuh untuk menghindari perang, bahkan oleh Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa sekalipun, tetapi pihak lawan telah bertekad. Karena itu, demi tujuan yang benar, pertempuran diperlukan. Walaupun orang yang mantap dalam kesadaran Krishna barangkali tidak mempunyai kepentingan di dunia, namun ia masih bekerja untuk mengajar rakyat cara hidup dan cara bertindak. Orang yang berpengalaman dalam kesadaran Krishna dapat bertindak dengan cara sedemikian rupa supaya orang lain akan ikut, dan hal ini dijelaskan dalam ayat berikut. 3.21yad yad ācarati śreṣṭhastat tad evetaro janaḥsa yat pramāṇaḿ kurutelokas tad anuvartateyat yat—apa pun; ācarati—dia melakukan; śreṣṭhaḥ—pemimpin yang terhormat; tat—itu; tat—dan itu saja; evā—pasti; itaraḥ—umum; janaḥ—seseorang; saḥ—dia; yat—manapun; pramāṇam—teladan; kurute—melakukan; lokaḥ—seluruh dunia; tat—itu; anuvartate—mengikuti langkah-langkah.Terjemahan Perbuatan apapun yang dilakukan orang besar, akan diikuti oleh orang awam. Standar apa pun yang ditetapkan dengan perbuatannya sebagai teladan, diikuti oleh seluruh dunia. Penjelasan 3.22na me pārthāsti kartavyaḿtriṣu lokeṣu kiñcananānavāptam avāptavyaḿvarta eva ca karmaṇi na—tidak; me—milik-Ku; pārtha—wahai putera Pṛthā; asti—ada; kartavyam—tugas kewajiban yang ditetapkan; triṣu—di dalam tiga; lokeṣu—susunan-susunan planet; kiñcana—apapun; na—tidak sesuatupun; anavāptam—diinginkan; avāptavyam—untuk diperoleh; varte—Aku sibuk; evā—pasti; ca—juga; karmaṇi—dalam tugas kewajiban yang ditetapkan. Terjemahan PenjelasanDalam kesusasteraan Veda, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa diuraikan sebagai berikut:tam īśvarāṇāḿ paramaḿ maheśvaraḿtaḿ devatānāḿ paramaḿ ca daivatampatiḿ patīnāḿ paramaḿ parastādvidāma devaḿ bhuvaneśam īḍyamna tasya kāryaḿ karaṇaḿ ca vidyātena tat-samaś cābhyadhikaś ca dṛśyateparāsya śaktir vividhaiva śrūyatesvābhāvikī jñāna-bala-kriyā caTuhan Yang Maha Esa adalah pengendali semua kepribadian lain yang juga mengendalikan, dan Beliau adalah yang paling besar di antara berbagai pemimpin planet-planet. Semua insan dikendalikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua makhluk diberi kekuatan khusus hanya oleh Tuhan Yang Maha Esa Sendiri; mereka itu bukan Yang Mahakuasa. Beliau yang sudah disembah oleh semua dewa dan Beliau adalah pemimpin yang paling utama di antara segala pemimpin. Karena itu, Beliau melampaui segala pemimpin dan pengendali material. Beliau patut disembah oleh semua orang. Tiada orang yang lebih besar daripada Beliau, dan Beliau adalah sebab utama segala sebab.”Beliau mempunyai bentuk jasmani seperti bentuk jasmani makhluk hidup biasa. Tidak ada perbedaan antara badan-Nya dan roh-Nya. Beliau bersifat mutlak. Segala indera-Nya bersifat rohani. Tiap-tiap indera-Nya dapat melakukan perbuatan tiap-tiap indera yang lain. Karena itu, tiada orang yang lebih besar dari Beliau atau sejajar dengan Beliau. Beliau mempunyai berbagai kekuatan; karena itu, perbuatan Beliau dilaksanakan secara otomatis sebagai urutan yang wajar.” (Svetasvatara-Upanisad 6.7-8) Dalam Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa segala sesuatu berada dalam kehebatan dan kebenaran sepenuhnya. Karena itu, tidak ada tugas kewajiban yang harus dilakukan oleh Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Orang yang harus menerima hasil pekerjaan mempunyai suatu tugas kewajiban yang telah ditetapkan, tetapi kepribadian yang tidak harus mencapai sesuatu dalam seluruh tiga susunan planet tentu saja tidak mempunyai tugas kewajiban. Namun Sri Krishna sibuk di medan perang Kuruksetra sebagai pemimpin para ksatriya karena para ksatriya diikat oleh kewajiban memberikan perlindungan kepada orang yang berdukacita. Walaupun Krishna berada di atas segala peraturan Kitab-kitab Suci yang sudah diwahyukan, Beliau tidak melakukan sesuatu yang melanggar Kitab-kitab Suci. 3.23yadi hy ahaḿ na varteyaḿjātu karmaṇy atandritaḥmama vartmānuvartante manuṣyāḥ pārtha sarvaśaḥ yādi—kalau; hi—pasti; aham—Aku; na—tidak; varteyam—menjadi sibuk seperti itu; jātu——pernah; karmaṇi—dalam pelaksanaan tugas-tugas kewajiban yang telah ditetapkan; atandritaḥ—dengan teliti sekali; mama—milik -Ku; vartma—jalan; anuvartante—akan mengikuti; manuṣyāḥ—semua orang; pārtha—wahai putera Pṛthā; sarvāsaḥ—dalam segala hal.Terjemahan Sebab kalau Aku pernah gagal menekuni pelaksanaan tugas-tugas kewajiban yang telah ditetapkan dengan teliti, tentu saja semua orang akan mengikuti jalan-Ku, wahai putera Pārtha. Penjelasan 3.24utsīdeyur ime lokāna kuryāḿ karma ced ahamsańkarasya ca kartā syām upahanyām imāḥ prajāḥ utsīdeyuḥ—akan hancur; ime—semua ini; lokaḥ—dunia-dunia; na—tidak; kuryām—Aku melakukan; karma—tugas-tugas kewajiban yang sudah ditetapkan; cet—kalau; aham—Aku; sańkarasya—milik penduduk yang tidak diinginkan; ca—dan; kartā—pencipta; syām—akan menjadi; upahanyām—akan membinasakan; imāḥ—semua ini; prajāḥ—para makhluk hidup. Terjemahan PenjelasanVarṇa-sańkara adalah semua penduduk yang tidak diinginkan, yang akan mengganggu kedamaian rakyat umum. Untuk membatasi gangguan tersebut dalam masyarakat, ada aturan dan peraturan yang memungkinkan penduduk dengan sendirinya dapat menjadi damai dan teratur demi kemajuan rohani dalam hidupnya. Bila Sri Krishna turun, sewajarnya Beliau memperlakukan aturan dan peraturan seperti itu dengan cara sedemikian rupa untuk memelihara prestasi dan keperluan serta pelaksanaan hal-hal yang penting seperti itu. Krishna adalah ayah bagi semua makhluk hidup, dan kalau para makhluk hidup disesatkan, maka secara tidak langsung Tuhanlah yang memikul tanggung jawab. Karena itu, bilamana prinsip-prinsip yang mengatur dialpakan oleh rakyat umum, maka Tuhan Sendiri turun dan memperbaiki masyarakat. Akan tetapi, hendaknya kita memperhatikan dengan seksama bahwa walaupun kita harus mengikuti langkah-langkah Tuhan, kita harus ingat bahwa kita tidak dapat meniru Beliau. Mengikuti dan meniru tidak sejajar. Kita tidak dapat meniru Tuhan dengan mengangkat Bukit Govardhana, seperti yang dilakukan oleh Krishna pada waktu Beliau masih anak-anak. Itu mustahil bagi manusia manapun. Kita harus mengikuti ajaran Tuhan, tetapi kita sama sekali tidak boleh meniru Beliau. Kenyataan ini dibenarkan dalam Srimad-Bhagavatam (10.33.30-31):naitat samācarej jātumanasāpi hy anīśvaraḥvinaśyaty ācaran mauḍhyādyathā ‘rudro ‘bdhi-jaḿ viṣamīśvarāṇāḿ vacaḥ satyaḿtathāivācaritaḿ kvacitteṣāḿ yat sva-vaco-yuktaḿbuddhimāḿs tat samācaretHendaknya seseorang hanya mengikuti ajaran Tuhan dan hamba-hamba Beliau yang telah dikuasakan. Ajaran mereka baik bagi semuanya, dan setiap orang cerdas akan melaksanakan sebagaimana diajarkan. Akan tetapi, hendaknya seseorang hati-hati jangan sampai dia mencoba meniru perbuatan mereka. Hendaknya seseorang janganlah mencoba meminum lautan racun untuk meniru Dewa Siva.” Hendaknya kita selalu memandang kedudukan para Isvara, atau mereka yang sungguh-sungguh mengendalikan gerak matahari dan bulan, sebagai kedudukan yang lebih tinggi. Tanpa kekuatan para Isvara, seseorang tidak dapat meniru para Isvara yang maha perkasa. Dewa Siva minum lautan racun, tetapi kalau orang awam mencoba minum racun seperti itu sebanyak satu tetes saja, dia akan segera mati. Ada banyak penyembah Dewa Siva yang palsu yang ingin menghisap ganja dan menggunakan obat bius yang serupa. Mereka lupa bahwa dengan meniru perbuatan Dewa Siva, mereka memanggil maut untuk mendekat. Begitu pula, ada beberapa penyembah Krishna yang palsu yang lebih suka meniru Krishna dalam tarian cinta rasa-lila-Nya. Mereka lupa bahwa mereka tidak sanggup mengangkat Bukit Govardhana. Karena itu, sebaiknya siapapun janganlah mencoba meniru kepribadian yang perkasa, tetapi hanya mengikuti ajaran mereka; dan hendaknya pula orang tidak dan jangan berusaha menduduki jabatan-jabatan mereka tanpa memiliki kwalifikasi. Ada begitu banyak titisan” Tuhan yang tidak mempunyai kekuatan Tuhan Yang Maha Esa. 3.25saktāḥ karmaṇy avidvāḿsoyathā kurvanti bhāratakuryād vidvāḿs tathāsaktaś cikīrṣur loka-sańgraham saktāḥ—dengan menjadi terikat; karmaṇi—dengan tugas-tugas yang telah ditetapkan; avidvāḿsaḥ—orang bodoh; yathā—sejauh mana; kurvanti—mereka melakukan; Bhārata—wahai putera keluarga Bhārata ; kuryāt—harus melakukan; vidvān—orang bijaksana; tathā—demikian; asaktaḥ—tanpa ikatan; cikirsuh—dengan keinginan untuk memimpin; loka-sańgraham—rakyat umum. Terjemahan Penjelasan 3.26na buddhi-bhedaḿ janayedajñānāḿ karma-sańgināmjoṣayet sarva-karmaṇi vidvān yuktaḥ samācaran na—tidak; buddhi-bhedam—pengacauan kecerdasan; janayet—hendaknya ia menyebabkan; ajñānām—terhadap orang bodoh; karma-sańginām—yang terikat kepada pekerjaan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil; joṣayet—hendaknya dia menggabungkan; sarva—semua; karmaṇi—pekerjaan; vidvān—orang bijaksana; yuktaḥ—dijadikan sibuk; samācaran—mempraktekkan. Terjemahan Penjelasan 3.27prakṛteḥ kriyamāṇāniguṇaiḥ karmaṇi sarvaśaḥahańkāra-vimūḍhātmā kartāham iti manyate prakṛteḥ—dari alam material; kriyamāṇāni—dengan dilakukan; guṇaiḥ—oleh sifat-sifat; karmaṇi—kegiatan; sarvāsaḥ—segala jenis; ahańkāra-vimūḍha—dibingungkan oleh keakuan palsu; ātmā—sang roh; kartā—pelaku; aham—aku; iti—demikian; manyate—dia berpikir. Terjemahan Penjelasan 3.28tattva-vit tu mahā-bāhoguṇa-karma-vibhāgayoḥguṇā guṇeṣu vartanta iti matvā na sajjate tattva-vit—orang yang mengenal Kebenaran Mutlak; tu—tetapi; mahā-bāho—wahai yang berlengan perkasa; guṇa-karma—pekerjaan di bawah pengaruh material; vibhāgayoḥ—perbedaanperbedaan; guṇāḥ—indera-indera; guṇeṣu—dalam kepuasan indera-indera; vartante—dijadikan tekun; iti—demikian; matvā—berpikir; na—tidak pernah; sajjate—menjadi terikat.Terjemahan Orang yang memiliki pengetahuan tentang Kebenaran Mutlak tidak menjadi sibuk dalam indera-indera dan kepuasan indera-indera, sebab ia mengetahui dengan baik perbedaan antara pekerjaan dalam bhakti dan pekerjaan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala, wahai yang berlengan perkasa. Penjelasan 3.29prakṛter guṇa-sammūḍhāḥsajjante guṇa-karmasutān akṛtsna-vido mandān kṛtsna-vin na vicālayet prakṛteḥ—dari alam material; guṇa—oleh sifat-sifat; sammūḍhāḥ—dibodohkan karena mempersamakan diri dengan hal-hal material; sajjante—mereka menjadi sibuk; guṇa-karmasu—dalam kegiatan material; tān—itu; akṛtsna-vidaḥ—orang yang kekurangan pengetahuan; mandān—malas untuk mengerti keinsafan diri; kṛtsna-vit—orang yang mempunyai pengetahuan yang nyata; na—tidak; vicālayet—hendaknya berusaha menggoyahkan. Terjemahan PenjelasanOrang yang tidak memiliki pengetahuan menyamakan diri secara palsu dengan kesadaran material yang kasar dan penuh julukan material. Badan adalah berkat dari alam material, dan orang yang terlalu terikat terhadap kesadaran jasmani disebut manda, atau orang malas yang tidak mengerti tentang sang roh. Orang bodoh menganggap badan adalah Diri-Nya; hubungan-hubungan jasmani dengan orang lain dianggap sebagai sanak keluarga; tanah tempat badan diperoleh adalah obyek sembahyang; dan rumus-rumus ritual keagamaan dianggap tujuan dengan sendirinya. Kegiatan sosial, nasionalisme, dan perikemanusiaan adalah beberapa kegiatan bagi orang yang mempunyai julukan material seperti itu. Terpesona oleh julukan seperti itu, mereka selalu sibuk di bidang material. Bagi mereka keinsafan rohani adalah dongeng, sehingga mereka tidak tertarik. Akan tetapi, orang yang sudah dibebaskan dari kebodohan dalam kehidupan rohani hendaknya jangan berusaha menggoyahkan orang yang terikat dalam kegiatan material seperti itu. Lebih baik menjalankan kegiatan rohani sendiri secara diam. Orang yang dibingungkan seperti itu barangkali sibuk mengikuti prinsip-prinsip moral tingkat dasar, misalnya tidak melakukan kekerasan dan pekerjaan kedermawanan material yang serupa. Orang bodoh tidak dapat menghargai kegiatan dalam kesadaran Krishna; karena itu, Sri Krishna menasehati kita supaya jangan menggoyahkan mereka dan hanya memboroskan waktu yang berharga. Tetapi para penyembah Tuhan lebih murah hati daripada Tuhan Sendiri, sebab mereka dapat mengerti maksud Krishna. Karena itu, mereka mengambil segala jenis resiko, bahkan sampai mendekati orang-orang bodoh dan berusaha membimbing mereka supaya tekun dalam perbuatan kesadaran Krishna, yang merupakan kebutuhan mutlak manusia. 3.30mayi sarvāṇi karmaṇisannyasyādhyātma-cetasānirāśīr nirmamo bhūtvāyudhyasva vigata-jvaraḥ mayi—kepada-Ku; sarvāni—segala jenis; karmaṇi—kegiatan; sannyasya—meninggalkan sepenuhnya; adhyātma—dengan pengetahuan lengkap tentang sang diri; cetasā—oleh kesadaran; nirāśīḥ—tanpa keinginan untuk keuntungan; nirmamaḥ—tanpa hak milik; bhūtvā—menjadi demikian; yudhyasva—bertempur; vigata-jvaraḥ—tanpa menjadi malas. Terjemahan Penjelasan 3.31ye me matam idaḿ nityamanutiṣṭhanti mānavāḥśraddhāvanto ‘nasūyanto mucyante te ‘pi karmabhiḥ ye—orang-orang yang; me—milik-Ku; matam—perintah-perintah; idam—yang ini; nityam—sebagai fungsi yang kekal; anutiṣṭhanti—melaksanakan secara teratur; mānavāḥ—manusia; śraddhā-vantaḥ—dengan keyakinan dan bhakti; anasūyantaḥ—tanpa rasa iri; mucyante—menjadi bebas; te—semua nya; api—walaupun; karmabhiḥ—dari ikatan hukum perbuatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil. Terjemahan Penjelasan 3.32ye tv etad abhyasūyantonānutiṣṭhanti me matamsarva-jñāna-vimūḍhāḿs tān viddhi naṣṭān acetasāḥ ye—mereka itu; tu—akan tetapi; etat—ini; abhyasūyantaḥ—dari rasa iri; na—tidak; anutiṣṭhanti—melakukan secara teratur; me—milik-Ku; matam—perintah; sarvajñāna—dalam segala jenis pengetahuan; vimūḍhān—dijadikan bodoh secara sempurna; tān—mereka adalah; viddhi—ketahuilah dengan baik; naṣṭān—semua dihancurkan; acetasāḥ—tanpa kesadaran Krishna. Terjemahan Penjelasan 3.33sadṛśaḿ ceṣṭate svasyāḥprakṛter jñānavān apiprakṛtiḿ yānti bhūtāni nigrahaḥ kiḿ kariṣyati sadṛśam—sesuai dengan; ceṣṭate—berusaha; svasyāḥ—oleh milik Diri-Nya; prakṛteḥ—sifat-sifat alam; jñāna-vān—bijaksana; api—walaupun; prakṛtim—alam; yānti—menjalani; bhūtāni—semua makhluk hidup; nigrahaḥ—pengekangan; kim—apa; kariṣyāti—dapat mencapai. Terjemahan Penjelasan 3.34ndriyasyendriyasyārtherāga-dveṣau vyavasthitautayor na vaśam āgacchet tau hy asya paripanthinau indriyasya—mengenai indera-indera; indriyasya arthe—di dalam obyek-obyek indera; rāga—ikatan; dveṣau—juga dalam ketidakterikatan; vyavasthitau—menempatkan di bawah aturan; tayoḥ—dari mereka; na—tidak pernah; vaśam—pengendalian; āgacchet—orang harus datang; tau—yang itu; hi—pasti; asya—milik dia; paripanthinau—batu-batu rintangan.Terjemahan Ada prinsip-prinsip untuk mengatur ikatan dan rasa tidak suka berhubungan dengan indera-indera dan obyek-obyeknya. Hendaknya seseorang jangan dikuasai oleh ikatan dan rasa tidak suka seperti itu, sebab hal-hal itu merupakan batu-batu rintangan pada jalan menuju keinsafan diri. Penjelasan 3.35śreyān sva-dharmo viguṇaḥpara-dharmāt sv-anuṣṭhitātsva-dharme nidhanaḿ śreyaḥ para-dharmo bhayāvahaḥ śreyān—jauh lebih baik; sva-dharmaḥ—tugas kewajiban yang ditetapkan untuk seseorang; viguṇaḥ—walaupun ada kesalahan; para-dharmāt—daripada tugas-tugas kewajiban yang disebut untuk orang lain; su-anuṣṭhitāt—dilaksanakan secara sempurna; sva-dharme—dalam tugas-tugas kewajiban yang telah ditetapkan untuk seseorang; nidhanam—kemusnahan; śreyaḥ—lebih baik; para-dharmaḥ—tugas-tugas kewajiban yang ditetapkan untuk orang lain; bhaya-āvahaḥ—berbahaya.Terjemahan Jauh lebih baik melaksanakan tugas-tugas kewajiban yang sudah ditetapkan untuk diri kita, walaupun kita berbuat kesalahan dalam tugas-tugas itu, daripada melakukan tugas kewajiban orang lain secara sempurna. Kemusnahan sambil melaksanakan tugas kewajiban sendiri lebih baik daripada menekuni tugas kewajiban orang lain, sebab mengikuti jalan orang lain berbahaya. Penjelasan 3.36Arjuna uvācaatha kena prayukto ‘yaḿpāpaḿ carati pūruṣaḥanicchann api vārṣṇeyabalād iva niyojitaḥ Arjunaḥ uvāca—Arjuna berkata; atha—kemudian; kena—oleh apa; prayuktaḥ—didorong; ayam—satu; pāpam—dosa; carati—melakukan; puruṣaḥ—seorang manusia; anicchan—tanpa menginginkan; api—walaupun; vārṣṇeyā—o putera keluarga Vṛṣṇi; balāt—oleh karena paksaan; ivā—seolah-olah; niyojitaḥ—dijadikan sibuk. TerjemahanArjuna berkata: Apa yang mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan yang berdosa, walaupun dia tidak menginginkan demikian, seolah-olah dia dipaksakan untuk berbuat begitu?Penjelasan Makhluk hidup, sebagai bagian dari Kepribadian Tuhan Yang Mahakuasa yang mempunyai sifat yang sama seperti Yang Mahakuasa, semula bersifat rohani, murni, dan bebas dari segala pengaruh material. Karena itu, menurut sifatnya, ia tidak dipengaruhi oleh dosa-dosa dunia material. Tetapi apabila ia mengadakan hubungan dengan alam material, ia bertindak dengan banyak cara yang berdosa tanpa segan, dan kadang-kadang itu bertentangan dengan kehendaknya sendiri. Karena itu, pertanyaan Arjuna kepada Krishna penuh kasih sayang, mengenai sifat terputar balik yang dimiliki oleh para makhluk hidup. Walaupun kadang-kadang makhluk hidup tidak ingin berbuat dosa, namun ia terpaksa bertindak. Akan tetapi perbuatan yang berdosa tidak didorong oleh Roh Yang Utama dari dalam, melainkan disebabkan oleh hal lain, sebagaimana dijelaskan oleh Krishna dalam ayat berikut. 3.37śrī-bhagavān uvācakāma eṣa krodha eṣarajo-guṇa-samudbhavaḥmahāśano mahā-pāpmā viddhy enam iha vairiṇam śrī-bhagavān uvāca—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; kāmaḥ—hawa nafsu; eṣaḥ— ini; krodhaḥ—amarah; eṣaḥ—ini; rājāḥ-guṇa—sifat nafsu; samudbhavaḥ—dilahirkan dari; mahā-aśanaḥ—menelan segala sesuatu; mahā-pāpmā—sangat berdosa; viddhi—ketahuilah; enam—ini; iha—di dunia material; vairiṇam—musuh yang paling utama. Terjemahan PenjelasanApabila mahkluk hidup mengadakan hubungan dengan ciptaan material, maka cinta kasih yang kekal dalam hatinya terhadap Krishna diubah menjadi hawa nafsu, berhubungan dengan sifat nafsu. Atau, dengan kata lain, rasa cinta-bhakti kepada Tuhan diubah menjadi hawa nafsu, seperti halnya susu akan berubah bila berhubungan dengan asam hingga menjadi susu asam. Kemudian sekali lagi, apabila hawa nafsu tidak dipuaskan, nafsu berubah menjadi amarah; amarah diubah menjadi khayalan, dan khayalan melanjutkan kehidupan material. Karena itu, hawa nafsu adalah musuh yang paling besar bagi makhluk hidup, dan hanya hawa nafsu saja yang mendorong makhluk hidup yang murni supaya dia tetap terikat di dunia material. Amarah adalah manifestasi dari sifat kebodohan; sifat-sifat tersebut mewujudkan diri sebagai amarah dan hal-hal lain sehubungan dengan itu. Karena itu, kalau sifat-sifat nafsu dijaga agar tidak merosot menjadi sifat kebodohan, melainkan diangkat hingga mencapai sifat kebaikan dengan cara hidup dan bertindak sesuai yang dianjurkan, maka dengan ikatan rohani seseorang dapat diselamatkan dari kemerosotan amarah.Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa menjelma menjadi banyak untuk kebahagiaan rohani Beliau yang senantiasa meningkat, dan para makhluk hidup adalah bagian dari kebahagiaan rohani tersebut yang mempunyai sifat yang sama seperti kebahagiaan rohani itu. Para makhluk hidup juga mempunyai kebebasan sebagian, tetapi dengan menyalahgunakan kebebasannya, apabila sikap pengabdian diubah menjadi kecendrungan untuk kenikmatan indera-indera, mereka dikuasai oleh nafsu. Ciptaan material ini diciptakan oleh Tuhan untuk memberikan fasilitas kepada roh-roh yang terikat untuk memenuhi Kecenderungan-kecenderungan yang penuh nafsu tersebut, dan apabila mereka dibingungkan sepenuhnya karena kegiatan hawa nafsu yang sudah lama dilakukan, maka mereka mulai bertanya tentang kedudukannya yang sejati. Pertanyaan tersebut adalah awal Vedanta-sutra. Dalam Vedanta-sutra dinyatakan, athato brahmajijnasa: sebaiknya seseorang bertanya tentang Yang Mahakuasa. Yang Mahakuasa didefinisikan dalam Srimad-Bhagavatam sebagai janmady asya yato anvayad itaratas ca, atau, “Sumber segala sesuatu adalah Brahman Yang Paling Utama.” Karena itu, sumber nafsu juga berada di dalam Yang Mahakuasa karena itu kalau nafsu diubah menjadi cinta bhakti kepada Yang Mahakuasa, atau diubah menjadi kesadaran Krishna—atau, dengan kata lain, menginginkan segala sesuatu demi Krishna—maka nafsu dan amarah dapat dirohanikan. Hanuman, hamba Sri Rāma yang mulia, memperlihatkan amarah dengan cara membakar kota emas milik Ravana, tetapi dengan melakukan demikian dia menjadi penyembah Tuhan yang paling mulia. Di sini pula, dalam Bhagavad-gita, Krishna menyuruh Arjuna menggunakan amarahnya terhadap musuhnya demi kepuasan Krishna. Karena itu, apabila nafsu dan amarah digunakan dalam Kesadaran Krishna, maka nafsu dan amarah tidak menjadi musuh kita, melainkan menjadi kawan. 3.38dhūmenāvriyate vahniryathādarśo malena cayatholbenāvṛto garbhas tathā tenedam āvṛtam dhūmena—oleh asap; āvriyate—ditutupi; vahniḥ—api; yathā—persis seperti; ādarśaḥ—cermin; malena—oleh debu; ca—juga; yathā—persis seperti; ulbena—oleh kandungan; āvṛtaḥ—ditutupi; garbhaḥ—janin; tathā—demikian; tena—oleh nafsu itu; idam—ini; āvṛtam—ditutupi. Terjemahan Penjelasan 3.39āvṛtaḿ jñānam etenajñānino nitya-vairiṇākāma-rūpeṇa kaunteya duṣpūreṇānalena ca āvṛtam—ditutupi; jñānam—kesadaran yang murni; etena—oleh ini; jñāninaḥ—mengenai orang yang mengetahui; nitya-vairiṇā—oleh musuh yang kekal; kāma-rūpeṇa—dalam bentuk hawa nafsu; kaunteya—wahai putera Kuntī ; duṣpūreṇa—tidak pernah puas; analena—oleh api; ca—juga. Terjemahan Penjelasan 3.40indriyāṇi mano buddhirasyādhiṣṭhānam ucyateetair vimohayaty eṣa jñānam āvṛtya dehinam indriyāṇi—indera-indera; manaḥ—pikiran; buddhiḥ—kecerdasan; asya—dari hawa nafsu ini; adhiṣṭhānam—tempat duduk; ucyate—disebut; etaiḥ—oleh semua ini; vimohayāti—membingungkan; eṣaḥ— nafsu tersebut; jñānam—pengetahuan; āvṛtya—menutupi; dehinam—dia yang berada di dalam badan. Terjemahan PenjelasanMusuh sudah merebut berbagai kedudukan strategis di dalam badan roh yang terikat. Karena itu, Sri Krishna memberikan isyarat tentang tempat-tempat itu, supaya orang yang ingin mengalahkan musuh dapat mengetahui di mana musuh dapat ditemukan. Pikiran adalah pusat segala kegiatan indera-indera. Karena itu, apabila kita mendengar tentang obyek-obyek indera, pikiran pada umumnya menjadi gudang segala ide kepuasan indera-indera. Sebagai akibatnya, pikiran dan indera-indera menjadi tempat menyimpan hawa nafsu. Kemudian, bagian kecerdasan menjadi ibu kota kecenderungan yang bersifat penuh hawa nafsu seperti itu. Kecerdasan adalah tetangga sang roh. Kecerdasan yang penuh hawa nafsu mempengaruhi sang roh untuk memperoleh keakuan yang palsu dan menyamakan Diri-Nya dengan alam, dan dengan demikian menyamakan Diri-Nya dengan pikiran dan indera-indera. Sang roh kecanduan kenikmatan indera-indera material dan dia salah paham dengan menganggap kenikmatan indera-indera material sebagai kebahagiaan sejati. Sang roh mempersamakan diri dengan cara yang palsu, dan hal ini diterangkan dengan cara yang baik sekali dalam Srimad-Bhagavatam (10.84.13):yasyātma-buddhiḥ kuṇape tri-dhātukesva-dhīḥ kalatrādiṣu bhauma ijya-dhīḥyat-tīrtha-buddhiḥ salile na karhicijjaneṣv abhijñeṣu sa eva go-kharaḥ Seorang manusia yang menyamakan Diri-Nya dengan badan yang terbuat dari tiga unsur, yang menganggap hasil dari badan adalah sanak keluarganya, menganggap tanah tempat kelahirannya patut disembah, dan pergi ke tempat suci hanya untuk mandi dan bukan untuk bertemu dengan orang yang memiliki pengetahuan rohani di sana, harus dianggap seperti keledai atau sapi.” 3.41tasmāt tvām indriyāṇy ādauniyamya Bhārata rṣabhapāpmānaḿ prajāḥi hy enaḿ jñāna-vijñāna-nāśanam tasmāt—oleh karena itu; tvām—engkau; indriyāṇi—indera-indera; ādau—pada awal; niyamya—dengan mengatur; Bhārata-ṛṣabha—wahai yang paling utama dari putera keturunan Bhārata ; pāpmānam—lambang besar dosa; prajāḥi—batasilah; hi—pasti; enam—ini; jñāna—terhadap pengetahuan; vijñāna—dan pengetahuan ilmiah tentang sang roh yang murni; nāśanam—pembinasa. TerjemahanWahai Arjuna, yang paling baik di antara para Bhārata, karena itu, pada awal sekali batasilah lambang dosa yang besar ini [hawa nafsu] dengan mengatur indera-indera, dan bunuhlah pembinasa pengetahuan dan keinsafan diri ini.PenjelasanKrishna menasehatkan supaya Arjuna mengatur indera-indera sejak awal sekali supaya dia dapat membatasi musuh berdosa yang paling besar, yaitu hawa nafsu, yang membinasakan minat untuk keinsafan diri dan pengetahuan khusus tentang sang roh. Jnānā menunjukkan pengetahuan tentang sang diri dibedakan dari yang bukan sang diri, atau dengan kata lain, pengetahuan yang menyatakan bahwa sang roh bukan badan. Vijñāna menunjukkan pengetahuan khusus tentang kedudukan dasar sang roh dan hubungannya dengan sang Roh Yang Utama. Dalam Srimad-Bhagavatam (2.9.31) dijelaskan sebagai berikut:jñānaḿ parama -guhyaḿ meyad vijñāna-samanvitamsa-rahasyaḿ tad-ańgaḿ cagṛhāṇa gaditaḿ mayā Pengetahuan tentang sang diri dari Diri Yang Utama sangat rahasia dan gaib, tetapi pengetahuan dan keinsafan khusus seperti itu dapat dimengerti kalau dijelaskan dengan berbagai aspeknya oleh Tuhan Sendiri.” Bhagavad-gita memberikan pengetahuan umum dan pengetahuan khusus tentang sang diri kepada kita. Para makhluk hidup adalah bagian dari Tuhan yang mempunyai sifat yang sama seperti Tuhan. Karena itu, para makhluk hidup hanya dimaksudkan untuk mengabdikan diri kepada Tuhan. Kesadaran ini disebut kesadaran Krishna. Karena itu, sejak awal kehidupan, orang harus mempelajari kesadaran Krishna ini, dan dengan demikian mungkin ia dapat menjadi sadar akan Krishna sepenuhnya dan bertindak sesuai dengan itu. Hawa nafsu hanya merupakan gambaran yang terputar balik dari cinta kasih kepada Tuhan yang merupakan hal yang wajar bagi setiap makhluk hidup. Tetapi kalau seseorang dididik dalam kesadaran Krishna sejak awal kehidupannya, maka cinta-bhakti yang wajar tersebut kepada Tuhan tidak dapat merosot menjadi nafsu. Apabila cinta-bhakti kepada Tuhan merosot menjadi hawa nafsu, sulit sekali kembali ke keadaan normal. Walaupun demikian, kesadaran Krishna perkasa sekali sehingga orang yang mulai terlambatpun dapat menjadi pencinta Tuhan dengan mengikuti prinsip-prinsip yang mengatur bhakti. Jadi, dari tingkat hidup manapun, atau sejak saat mengerti bahwa itu hal yang penting dan mendesak, seseorang harus mulai mengatur indera-inderanya dalam kesadaran Krishna, bhakti kepada Tuhan, dan mengubah hawa nafsu tersebut menjadi cinta-bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa—tingkat kesempurnaan kehidupan manusia yang tinggi. 3.42indriyāṇi parāṇy āhurindriyebhyaḥ paraḿ manaḥmanasās tu parā buddhir yo buddheḥ paratas tu saḥ indriyāṇi—indera-indera; parāṇi—lebih halus; āhuḥ—dikatakan; indriyebhyaḥ—lebih daripada indera; param—lebih halus; manaḥ—pikiran; mānasaḥ—lebih daripada pikiran; tu—juga; parā—lebih halus; buddhiḥ—kecerdasan; yaḥ—yang; buddheḥ—lebih daripada kecerdasan; paratāḥ—lebih tinggi; tu—tetapi; saḥ—dia. Terjemahan PenjelasanIndera-indera adalah berbagai jalan keluar untuk kegiatan hawa nafsu. Hawa nafsu disimpan di dalam badan, tetapi dikeluarkan melalui indera-indera. Karena itu, indera-indera lebih halus daripada badan secara keseluruhan. Pintu-pintu keluar tersebut tidak digunakan bila ada kesadaran yang lebih tinggi, atau kesadaran Krishna. Dalam kesadaran Krishna, sang roh mengadakan hubungan langsung dengan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, urutan fungsi-fungsi jasmani, sebagaimana diuraikan di sini, akhirnya memuncak dalam Roh Yang Utama. Perbuatan jasmani berarti fungsi-fungsi indera, dan menghentikan indera-indera berarti menghentikan segala perbuatan jasmani. Tetapi oleh karena pikiran giat, walaupun badan diam dan sedang beristirahat, pikiran akan bertindak—seperti pada waktu mimpi. Tetapi di atas pikiran ada ketabahan hati kecerdasan, dan di atas kecerdasan ada sang roh yang sebenarnya. Karena itu, kalau sang roh dijadikan tekun secara langsung berhubungan dengan Yang Mahakuasa, maka sewajarnya segala bawahan lainnya, yaitu kecerdasan, pikiran dan indera-indera, akan dijadikan sibuk dengan sendirinya. Dalam Katha Upanisad ada ayat yang serupa. Dalam ayat itu dinyatakan bahwa obyek-obyek kepuasan indera-indera lebih halus daripada indera-indera, dan pikiran lebih halus daripada obyek-obyek indera. Karena itu, kalau pikiran dijadikan sibuk secara langsung dalam pengabdian kepada Tuhan senantiasa, maka tidak ada kemungkinan bahwa indera-indera akan menjadi sibuk dengan cara-cara lain. Sikap mental tersebut sudah dijelaskan. Param drstva nivartate. Kalau pikiran dijadikan tekun dalam pengabdian rohani kepada Tuhan, maka tidak ada kemungkinan pikiran dijadikan sibuk di dalam sifat-sifat yang lebih rendah. Dalam Katha Upanisad diuraikan bahwa sang roh adalah mahan, yang berarti mulia. Karena itu, sang roh berada di atas semuanya—yaitu obyek-obyek indera, indera-indera, pikiran dan kecerdasan. Karena itu, mengerti tentang kedudukan dasar sang roh secara langsung adalah penyelesaian seluruh masalah. Dengan kecerdasan, orang harus mencari kedudukan dasar sang roh kemudian menjadikan pikiran selalu tekun dalam kesadaran Krishna. Itu memecahkan seluruh masalah tersebut. Seorang rohaniwan yang baru mulai belajar pada umumnya dianjurkan menjauhkan diri dari obyek-obyek indera. Tetapi di samping itu, seseorang harus memperkuat pikiran dengan menggunakan kecerdasan. Kalau seseorang menjadikan pikirannya tekun dalam kesadaran Krishna dengan kecerdasan, dengan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, maka dengan sendirinya pikiran menjadi lebih kuat, dan walaupun indera-indera kuat sekali, bagaikan ular, namun indera-indera tidak akan lebih efektif daripada ular yang giginya sudah patah. Tetapi walaupun sang roh adalah penguasa kecerdasan, pikiran dan indera-indera, kalau pikiran tidak diperkuat melalui hubungan dengan Krishna dalam kesadaran Krishna, maka kemungkinan besar seseorang akan jatuh karena pikirannya goyah. 3.43evaḿ buddheḥ paraḿ buddhvāsaḿstabhyātmānam ātmanājahi śatruḿ mahā-bāho kāma-rūpaḿ durāsadam evam—demikian; buddheḥ—kepada kecerdasan; param—lebih tinggi; buddhvā—mengetahui; saḿstabhya—dengan memantapkan; ātmanām—pikiran; ātmanā—oleh kecerdasan yang bertabah hati; jahi—mengalahkan; śatrum—musuh; mahā-bāho—wahai yang berlengan perkasa; kāma-rūpam—dalam bentuk hawa nafsu; durāsadam—hebat. Terjemahan PenjelasanBab Tiga dari Bhagavad-gita secara meyakinkan memberikan pengarahan menuju kesadaran Krishna dengan cara mengenal sang diri sebagai hamba Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang kekal, tanpa menganggap kekosongan yang tidak bersifat pribadi sebagai tujuan yang paling tinggi. Dalam kehidupan material, pasti seseorang dipengaruhi oleh kecenderungan kecenderungan untuk nafsu dan keinginan untuk menguasai bahan-bahan alam material. Keinginan untuk berkuasa dan memuaskan indera-indera adalah musuh yang paling besar bagi roh yang terikat, tetapi dengan kekuatan kesadaran Krishna, orang dapat mengendalikan indera-indera material, pikiran dan kecerdasan. Seseorang tidak dapat meninggalkan pekerjaan dan tugas-tugas kewajibannya secara tiba-tiba; tetapi dengan mengembangkan kesadaran Krishna tahap demi tahap, ia dapat menjadi mantap dalam kedudukan rohani tanpa dipengaruhi oleh indera-indera dan pikiran yang material—dengan kecerdasan yang mantap yang diarahkan menuju identitasnya yang murni. Inilah isi bab ini secara keseluruhan. Pada tahap kehidupan material yang kurang matang, angan-angan filsafat dan usaha-usaha yang tidak wajar untuk mengendalikan indera-indera oleh apa yang disebut latihan sikap-sikap yoga tidak akan pernah dapat membantu seseorang menuju kehidupan rohani. Dia harus dilatih dalam kesadaran Krishna oleh kecerdasan yang lebih tinggi. Demikianlah selesai penjelasan Bhaktivedanta mengenai Bab Tiga Srimad Bhagavad-gita perihal Karma-yoga,” atau, Pelaksanaan Tugas Kewajiban yang Sudah Ditetapkan dalam Kesadaran Krishna.”
Hare Krishna Segala Pujian Kepada Sri Guru dan Gaurangga Namahatta Bumi Gaura adalah komunitas resmi di bawah naungan ISKCON. Pusat kegiatan Kami berlokasi di Hindu Centre West Nusa Tenggara di daerah Kr Baru Kota Mataram. Susunan Pengurus Inti dari perkumpulan ini adalah : Ketua : Prabu Ayodyapati Dasa Sekretaris : Prabu Yoga Bendahara : Prabu Danesvara Dasa View all posts by Namahatta Bumi Gaura |